-LIPI 1960-1970)
KOMUNIKASI PENDEK
ABSTRACT
Brachyura is a group of Crustaceans species often found in mangrove areas. Mangrove crabs in this study were from mangrove areas found
in almost all Indonesian waters that were stored in the Reference Collection of Marine Biota Division, Research Center for Oceanography,
Indonesian Institute of Sciences (LIPI) from 1960 to 1970. The aim of this study was to assess the presence and distribution of mangrove
crabs from the waters of Indonesia as a search and as a reference collection from 1960 to 1970.A total of 359spesimens were observed,
consisted of 54 species, 22 genera, and seven families. The data were stored in a database system to perform spatial information analisys.
Key Words: Crabs, cr ustacea, mangrove, r efer ence collection of mar ine biota
ABSTRAK
Brachyura adalah kelompok jenis Crustasea yang terdapat di daerah mangrove. Kepiting mangrove dalam penelitian ini berasal dari daerah
mangrove hampir diseluruh perairan Indonesia yang disimpan di dalam divisi Koleksi Rujukan Biota Laut, Pusat Penelitian Oseanografi,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dari tahun 1960 sampai dengan 1970. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat
keberadaan dan sebaran kepiting mangrove dari perairan Indonesia dari tahun 1960 sampai 1970 sebagai bahan penelusuran dan sebagai
koleksi rujukan. Total 359 spesimen diteliti,terdiri dari 54 jenis, 22 marga, dan tujuh suku. Data disimpan dalam sistem pangkalan data,
untuk analisis sebaran dan keberadaannya.
Kata Kunci: Kepiting, cr ustacea, mangr ove, koleksi r ujukan biota laut
195
Berita Biologi 14(2) - Agustus 2015
196
Pratiwi dan Rahmat – Sebaran Kepiting Mangrove (Crustacea: Decapoda Yang Terdaftar di Koleksi Rujukan Pusat Penelitian Oseanografi
-LIPI 1960-1970)
Tabel 1. Daftar jenis krustasea, habitat dan lokasinya (List of crustacean species, habitat and location)
No Suku (Family) Jenis (Species) Habitat Jumlah Lokasi (Location)
individu
(Total)
1. Dotillidae Ilyoplax integer Mangrove, Intertidal 1 Suli Islands, Ambon
Ilyoplax longicarpa Estuary, mangrove, 24 Seribu Islands, North
mud Jakarta
Scopimera sp Mud, estuary, man- 5 Waituti Island
grove (Dobo Island)
Tmethypocoelis ceratoph- Mud, sand, mangrove 2 Makasar Island
thalma North coast of the island
2. Eriphidae Eriphia laevimana Intertidal, 9 Nusalenga
mouth of river Galala, Makasar East Java, Bali
mangrove Ambon
3 Macrophthal- Macrophthalmus (M) Mouth of river, man- 9 Makasar
midae milloti grove
Macrophthalmus Mouth of river, man- 1 South island of Satengar
(Macrophthalmus) dilata- grove Ambon
tus
Macrophthalmus Mouth of river Galala, 1 Kolseer,
(Mareotis) japonicus mangrove Kai Islands
Macrophthalmus Sand, mud, mangrove 23 Makasar
(Mareotis) tomentosus
Macrophthalmus Mouth of river, man- 1 Makasar
(Macrophthlamus) tele- grove
scopicus
4 Ocypodidae Uca (Uca) annulipes Intertidal, mud, sand, 4 Makasar
mangrove
Uca (Uca) demani Shore, mud, 2 Liang Islands; Piru Bay,
mangrove Seram
Uca (Deltuca) dussumieri Mud, sand, mangrove 1 Makasar
Kolseer, Kai Islands
Uca (Amphiuca) inversa Mouth of river, man- 3 Pantai Galala, Seram,
grove Ambon
Uca (Celuca) mjoebergi Mouth of river, man- 22 Kalidupa, southeast Sula-
grove wesi, Makasar
Makasar
Uca (Deltuca) coarctata Mud, mangrove 7 Makasar
Mouth of river, man-
grove
Uca (Deltuca) rosea Mud, mangrove 2 Seribu Islands, North
Jakarta
Uca (Deltuca) acuta Mouth of river, man- 5 Makasar, Parigi Bay,
grove Cilacap
197
Berita Biologi 14(2) - Agustus 2015
Tabel 1. Daftar jenis krustasea, habitat dan lokasinya (List of crustacean species, habitat and location)
(lanjutan/continued)
No Suku (Family) Jenis (Species) Habitat Jumlah Lokasi (Location)
individu
(Total)
Labuanium politum Mangrove 6 Waleila, Ambon
Metasesarma aubryi Mangrove 1 Muara Karang, Jakarta
Bay
Metasesarma rouseauxi Mud, mangrove 6 Ambon Waleila, Ambon
Intertidal, mud, man- Seribu Islands, north Ja-
grove karta Muara Karang, Ja-
karta Bay
198
Pratiwi dan Rahmat – Sebaran Kepiting Mangrove (Crustacea: Decapoda Yang Terdaftar di Koleksi Rujukan Pusat Penelitian Oseanografi
-LIPI 1960-1970)
Gambar 1. J umlah jenis kr ustasea dar i tujuh suku kepiting mangr ove (Number of crustacean species of
seven families of mangrove crab).
Gambar 2. Peta lokasi kr ustasea mangr ove yang ditemukan pada penelitian ini (map of location of crus-
taceans mangrove found in this study)
cerah, merah, hijau atau biru metalik, terlebih dengan perenang bebas di tambak maupun di perairan laut.
latar belakang lumpur bakau yang berwarna hitam. V. yui banyak ditemukan di daerah tambak, se-
Varuna spp. yang tergolong dalam suku Var- dangkan V . Litterata ditemukan diperairan air tawar
unidae merupakan kepiting yang terbanyak kedua (freshwater) dekat pantai, dimana saat reproduksi
(88%) setelah suku Ocypodidae. Ditemukan di tem- harus kembali ke laut, sehingga tidak bisa dikatakan
pat-tempat bekas tambak, berenang dengan bebas benar-benar kepiting jenis perairan tawar (Dobson,
pada kolam-kolam bekas tambak, kaki ke limanya 2004). Varuna yui termasuk kepiting yang sangat
(kaki terakhir) berupa kaki dayung yang berfungsi jarang ditemukan, biasanya dewasa ditemukan di laut
untuk berenang. Ukuran tubuh dengan lebar karapas terbuka sedangkan yang juvenile ditemukan di pintu
kepiting jenis tersebut dapat mencapai 40 mm dan air atau tanggul air di daerah mangrove atau di dae-
panjang tubuh 38 mm. Jenis V arunaspp. yang rah yang dekat dengan daratan (Yeo et al., 1999).
ditemukan hanya dua jenis di perairan Indonesia Kepiting ini memiliki bentuk karapas bulat segi em-
yaitu V . yui dan V . litterata, merupakan kepiting pat, karapas berwarna coklat, hijau atau kehitaman
199
Berita Biologi 14(2) - Agustus 2015
dengan kaki jalan berambut. Kepiting ini termasuk menggunakan transek dengan cara meletakan frame
yang dapat dikonsumsi, karena rasanya yang gurih pada substrat dan menggali lubang kepiting yang
(Fujaya dan Sulistiono, 2002). Kemungkinan berada dalam transek. Ketiga, mencari lubang kepi-
keberadaannya di lamun atau mangrove adalah ha- ting secara acak dan menyedotnya dengan
nya untuk mencari makan dan tidak menjadikannya menggunakan pompa.
sebagai tempat tinggalnya (Pratiwi, 2010). Pasang surut air juga sangat menentukan, di-
Jenis kepiting dari suku Sesarmidae (56%) mana krustasea baru dapat diambil apabila air dalam
dan Grapsidae (53%) banyak dijumpai di dalam ka- kondisi surut rendah. Selain itu kepiting-kepiting
wasan mangrove, di akar atau batang mangrove yang yang ada di mangrove memiliki daya adaptasi yang
bersubstrat lumpur ataupun lumpur halus. Dijumpai tinggi terhadap perubahan lingkungan, namun akan
di saat surut, bersembunyi di balik daun-daun atau menghindar jika kehidupannya terusik (Chairunnisa,
serasah mangrove dan kadangkala memanjat pohon 2004). Jenis kepiting yang paling dominan di daerah
atau batang dari mangrove. Memiliki bermacam- Ambon dan Kepulauan Seribu (Ilyoplax longicarpa,
macam warna mulai dari coklat muda, coklat tua, Macrophthalmus (Mareotis) tomentosus, Uca
hitam kecoklatan, hitam atau kehitaman, kuning, (Celuca) mjoebergi, Uca (Thalassuca) vocan,
kehijauan dan hitam keunguan serta berbagai corak Metopograpsus latifrons, Parasesarma batavianum-
pada karapasnya. Kepiting-kepiting tersebut merupa- danV aruna litterata). Banyak sedikitnya jenis kepit-
kan pemakan serasah mangrove atau bersifat herbi- ing (kelimpahan) tidak tergantung dari kerapatan
vore (memakan daun-daun mangrove). Kepiting ter- pohon mangrove yang terdapat pada suatu daerah.
sebut yang bersama suku Grapsidae adalah omnivora Bisa saja disaat kerapatan pohon tinggi justru kelim-
yang cenderung herbivor. pahan jenis kepiting sedikit dan sebaliknya pada saat
Sedangkan kepiting jenis lain yang termasuk kerapatan pohon relatif rendah, kelimpahan kepiting
dalam suku Dotillidae (30%), Macrophthalmidae justru tinggi. Hal ini menandakan bahwa kepiting
(21%) dan Eriphidae (13%) merupakan jenis yang mempunyai daya adaptasi terhadap tekanan ling-
juga ditemui di daerah mangrove tetapi tidak kungan yang tinggi, sehingga kepiting dapat bertahan
sebanyak suku Ocypodidae, Varunidae, Sesarmidae dalam keadaan lingkungan yang berubah-ubah. Kon-
dan Grapsidae, karena keberadaannya di daerah man- disi ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
grove hanya untuk mencari makan dan berlindung oleh Chairunnisa (2004) mengenai kelimpahan kepit-
saja. ing di mangrove Kabupaten Pontianak, Kalimantan
Hilangnya mangrove dari ekosistem perairan Barat.
pantai telah menyebabkan keseimbangan ekologi Adanya kegiatan manusia seperti penebangan
lingkungan pantai terganggu (Gunarto, 2004). Dam- juga dapat mengurangi kelimpahan kepiting karena
pak lainnya adalah menurunnya keaneka-ragaman lingkungan akan mengalami tekanan dan perubahan
hayati organisme akuatik (Soeriaatmadja, 1997), atau fisik. Perubahan pada substrat pun terjadi hanya saja
dapat pula karena adanya tekanan dari luar ling- komponen dan kandungan yang ada di dalam sub-
kungan, misalnya dari masukan limbah atau dari strat tidak berubah secara drastis (Chairunnisa,
kegiatan manusia dan penebangan pohon mangrove 2004). Nadia (2002) yang melakukan penelitian di
secara tidak ramah lingkungan (Gunarto, 2004). mangrove Muara Sungai Bengawan Solo, Jawa Ti-
Jumlah jenis kepiting mangrove di setiap lo- mur melaporkan bahwa padakondisi yang sama, keti-
kasi penelitian sangat beragam (Gambar 2) dimana di ka kerapatan mangrove tinggi biota yang ada sedikit
Ambon (Indonesia bagian Timur) lebih tinggi karena adanya kegiatan penebangan di lokasi terse-
dibandingkan dengan di lokasi penelitian lainnya. but,biota yang tinggal di dalam subsrat menjadi ter-
Kemungkinan hal ini disebabkan perbedaan cara ganggu.
(metode) pengambilan sampel. Metode yang Pencegahan eksploitasi alam yang berlebi-
digunakan yaitu: satu secara acak dengan alat-alat hantanpa memperhitungkan batastoleransinya perlu
tangkap yang biasa digunakan di daerah mangrove dicegah, misalnyapenangkapan udang, kepiting atau-
(sekop dan atau dengan tangan). Kedua pun ikan denganmenggunakan pukat harimau yang-
200
Pratiwi dan Rahmat – Sebaran Kepiting Mangrove (Crustacea: Decapoda Yang Terdaftar di Koleksi Rujukan Pusat Penelitian Oseanografi
-LIPI 1960-1970)
dapat menangkap semua jenis dan ukuranikan, kepi- kepiting akan masuk ke dalam lubang yang kemudi-
ting atau udang harus dihentikan. Untuk mengan- an ditutupi oleh lumpur (Sari, 2004). Karakter-
tisipasi hal-hal tersebut serta untuk memulihkan kon- karakter kehidupan kepiting Uca spp. inilah yang
disi perairan pantai yang telah rusak dan mencip- sangat perlu diperhatikan karena sangat berpengaruh
takan ekosistem pantai yang layak untuk kehidupan terhadap keberadaannya di ekosistem mangrove.
biota laut, maka perbaikan perairan pantai yang telah Fenomena pemanasan global semakin dirasakan saat
rusak mutlak dilakukan dengan melestarikan man- ini dan wilayah yang paling rentan terkena dampak
grove. Pengumpulan atau melihat kembali lokasi- adalah daerah pantai. Salah satu antisipasi pema-
lokasi dari kepiting mangrove yang telah dikoleksi nasan global tersebut adalah dengan penghijauan dan
beberapa tahun lalu diharapkan dapat lebih jelas konservasi hutan (Shah, 2008). Namun ironisnya
diketahui distribusi dan keberadaannya disekitar kondisi pantai terutama komunitas hutan mangrove
perairan mangrove. Selain itu sifat dan karakter dari saat ini makin memprihatinkan kerusakannya dan
jenis-jenis kepiting penghuni mangrove juga perlu sangat mendesak untuk dihijaukan. Salah satu faktor
diketahui, agar dapat diketahui kehidupan dan pe- pen-ting yang sering mengganggu keberhasilan
milihan habitatnya yang tentunya akan berpengaruh penghijauan adalah adanya gangguan organisme
terhadap sebaran dari jenis-jenis tersebut. yaitu jenis kepiting wideng (Cannicci et al, 2008;
Kemampuan respirasi merupakan masalah Hidayat, 2011; Katherisan danBingham, 2001dan
yang khusus bagi kepiting-kepiting mangrove. Ke- Rawana, 2002).
banyakan dari kepiting-kepiting tersebut sangat aktif
di saat surut rendah, dimana lantai daratan mangrove KESIMPULAN
betul-betul kering (Bliss, 1983). Suhu yang tinggi, Terdapat 359 kepiting mengrove yang disim-
tidak adanya air, tidak ada tempat berlindung pan dalam laboratorium Koleksi Rujukan Biota Laut
menambah sulit proses respirasi bagi kepiting yang yang termasuk kedalam 54 jenis, 22 marga dan tujuh
tidak dapat beradaptasi dengan mangrove. Se- suku. Jenis-jenis tersebut merupakan jenis yang
baliknya di dalam lubang galiannya, kepiting- umum terdapat diperairan Indonesia.Kerapatan
kepiting mangrove dapat bernafas atau ber-respirasi pohon didugabukan merupakan indikator terhadap
meskipun dengan oksigen rendah (Pratiwi, 2001; kelimpahan jenis kepiting dan sebarannya, tetapi
2002). Nontji (1987) menambahkan, di lumpur- karena kesesuai habitat hutan mangrove dan persedi-
lumpur lunak di dasar hutan mangrove yang tidak aan makanan alami yang cukup banyak, yaitu yang
terlalu rimbun juga banyak ditemukan kepiting dari berasal dari guguran serasah daun mangrove.
marga Uca. Kepiting tersebut dapat dijumpai di dae-
rah yang lebih dekat ke daratan, sehingga lebih dapat UCAPAN TERIMA KASIH
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang kering. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Jenis-jenis Ucadijumpai di habitat mangrove Pantai Kepala Laboratorium Koleksi Rujukan Biota Laut
Ulee Lheue dengan warna karapas dan capit yang yang telah memberikan izin menggunakan database
sangat bervariasi, putih, abu-abu, hitam dan biru Koleksi Rujukan Krustasea untuk dianalisa. Ucapan
dengan variasi garis (strip) di permukaan karapas terima kasih pula penulis sampaikan kepada kurator
(Sari, 2004). Hal ini didukung oleh pernyataan Smith Koleksi Rujukan Biota Laut khususnya kurator
(2003) bahwa pola warna dari setiap spesies Uca krustasea yang telah membantu mengakses database
sangat khusus tergantung dari habitatnya. krustasea. Disampaikan pula ucapan terima kasih
Uca spp. sebagai anggota dari suku Ocypodi- kepada semua pihak yang telah banyak membantu
dae secara umum adalah deposit feeder (pemakan dan mohon maaf tidak dapat disebutkan satu persatu
detritus organik di lumpur) dengan kisaran pasang di dalam tulisan ini.
surut yang rendah. Aktivitas hidupnya terganggu
setiap hari dengan datangnya pasang surut. Sebagian DAFTAR PUSTAKA
besar spesies keluar dari lubangnya untuk mencari Bliss D A. 1983. The Biology of Crustacean. Behavior and Ecolo-
gy, 4-299,Vol.7. Academic Press. USA.
makan hanya di saat air surut dan ketika air pasang Cannicci S, D Burrows, SFlatini, TJ Smith, J Offenberg and F
201
Berita Biologi 14(2) - Agustus 2015
Dahdouh-Guebas. 2008. Faunal impact on vegetation Ng PKL, D Guinot and PJFDavie. 2008. Systema Brachyuro-
structure and ecosystem function in mangrove forest: A rum: Part I. An annotated checklist of extant brachyuran
review.Science Direct Aquatic Botany 89, 186-200. crabs of the world.Raffles Bulletin Zoology Supplement
ChairunnisaR. 2004. Kelimpahan kepiting bakau (Scylla spp.) 17, 1–286.
di kawasan hutan mangrove KPH Batu Ampar, Kabupat- Poore GCB. 2004. Marine decapod crustacea of Southern Aus-
en Pontianak, Kalimantan Barat. Program Studi Ilmu tralia. A Guide to identification, 574. Museum Victoria.
Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, CSIRO Publishing, Australia.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Pramudji 2001. Ekosistem hutan mangr ove dan peranannya
Bogor, [Skripsi]. sebagai habitat berbagai fauna aquatik. Oseana 26(4), 13-
Direktorat Jenderal Perikanan. 1985. StatistikPerikanan 1984. 23.
Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta. Pratiwi R. 2001. The ecology of bur rowing decapods
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan danPerhutanan So- (Crustacea). Oseana 27(4), 25-32.
sial. 2001.K riteria dan standar teknis rehabilitasi Pratiwi R. 2002. Adaptasi fisiologi, reproduksi dan ekologi
hutan mangrove. 89. Direktorat Jenderal Rehabilitasi krustasea (Dekapoda) di mangrove. Oseana 27(2), 1-10.
Lahan danPerhutanan Sosial, Jakarta. Pratiwi R. 2010. Asosiasi kr ustasea di ekosistem padanglamun
Yeo D C J, YCaiand PK L Ng. 1999. The freshwater and ter - Perairan Teluk Lampung.Ilmu Kelautan 15(2), 66-76.
restrial decapod crustacean of Pulau Tioman, Peninsular Primavera J.H. 2000. Integr ated mangr ove aquaculture sys-
Malaysia.The Raffles Bulletin of Zoology. Supplement tems in ASIA. Integrated CoastalZone Management.
6,197- 244. Autumn edition, 121-130.
Dobson M. 2004. Fr eshwater crabs in Africa. Fr eshwater Rahayu DL dan Setyadi G. 2009. M angrove estuary crabs of
Biological Association.Freshwater Forum, 21, 3–26. the Mimika region, Indonesia. 154. The 6th book in a
FujayaY, dan Sulistiono. 2002. Cr abs in mangrove area of series of field guides to the flora and fauna of Mimika
Bawana Marana River, South Sulawesi. Dalam: Proceed- region, Papua. Pt. Freeport Indonesia and Research Cen-
ing of the JSPS-DGHE international seminar on fisheries ter for Oceanography- Indonesian Institute of Sciences.
science in tropical area; Bogor. Sulistiono, MF Ra- Rawana. 2002. Problematika Rehabilitasi Mangr ove Ber ke-
hardjo, Zairion, M Brodjo, S Watanabe and M Yokota lanjutan, Pelatihan dan Workshop Rehabilitasi Mangrove
(Penyunting), 75-77. Tingkat Nasional, INSTIPER Jogyakarta.
Gunarto dan AHanafi. 2000. Pengembangan budidayaikan Sari S. 2004. Str uktur komunitas kepiting (Brachyura) di
dan kepiting bakau dalam kawasan mangrove. Jurnal habitat mangrove Pantai Ulee Lheue, Banda Aceh,
Penelitian dan Pengembangan Pertanian 19(1), 33−38. Nangro Aceh Darussalam. Program Studi Ilmu Kelautan,
Gunarto.2004. Konser vasi Mangr ove Sebagai Pendukung Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas
Sumber Hayati Perikanan Pantai. Jurnal Litbang Per- Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor,
tanian 23 (1), 15- 21. [Skripsi].
Hidayat J W. 2011.Metode pengendalian wideng (Sesarma Sakai T. 1976a. Crabs of Japan and the adjacent seas plates. 773.
spp.) hama bibit mangrove melalui kegiatan budidaya Kodarian LTD. Japan.
kepiting bakau Scylla spp. Bioma 13 (1), 1-9. Sakai T. 1976b. Crabs of Japan and the adjacent seas. 251. Ko-
Irawan B dan A Soegianto. 2006.Kekayaan jenis Por tunidae di darian LTD. Japan.
sisi shipping line, Selat Madura. Berkala. Penelitian Shah A. 2008, Climate Change and Global War ming, http ://
Hayati 11, 93–96. www.global issues.org/ Env.Issues/Global Warming.asp.
Kathiresan K and BL Bingham. 2001. Biology of Mangr ove January01. 2008. (Diunduh 19 September 2014).
Ecosystem, Advance in Marine Biology 40, 81 – 251. Smith J D. 2003. Mar ine biodiversity and ecology of the Wa-
Keenan C P, Davie P J and Mann DL. 1998. A r evision of the katobi Marine National Park,Southeast Sulawe-
genus Scylla DE HAAN, 1833 (Crustacea, Decapoda: si .www.opwall.com. (Diunduh 19 April 2014).
Brachyura: Portunida). The Raffles Bulletin of Zoology Soeriaatmadja RE. 1997. Kebijaksanaan dan str ategi pengel-
46(1), 217–245. olaan keanekaragaman hayati Indonesia. Makalah Semi-
Martin JW and GE Davis. 2001. An updated classification of the nar Nasional Biologi XV.19.Bandar Lampung 24–26 Juli
recent crustacea.124. Science series 39, Natural History 1997.
Museum of Los Angeles County. Stephenson Wand B Campbell. 1959.The Australian por tunids
Nadia2002. Analisa Komunitas Kr ustase Ber ukur an Kecil III (Crustacea: Portunidae). The genus Portunus. Australi-
(Famili Ocypodidae dan Grapsidae) di Habitat Mangrove an Journal of Marine and Freshwater Research 10(1), 84
Muara Sungai Bangawan Solo, Desa Pangkah Wetan -24.
Ujung Pangkah, Gresik, Jawa Timur. Program Studi Ilmu Stephenson W, JH Hudson and B Campbell. 1957. The Aus-
Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, tralian portunids (Crustacea: Portunidae) II. The genus
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Charybdis. Australian Journal of Marine and Freshwater
Bogor, [Skripsi]. Research 8(4), 491-507.
Nontji A.1987. Laut Nusantara. 189-198. Penerbit Djambatan, Suryono CA. 2006. Ekologi perairan Delta Wulan Demak
Jakarta. Jawa Tengah: Distribusi kepiting (Infra Ordo Brachyura
Ng PKL and N Sivasothi. 1999. A guide to the mangrove of dan Anomura) di kawasan mangrove. Ilmu Kelautan 11
Singapore II (animal diversity). 168. Singapore Science (4), 210 – 215.
Centre.
202