Anda di halaman 1dari 8

MONETER, VOL. II NO.

1 APRIL 2015

PENGARUH PPh PASAL 21 MASA TERHADAP JUMLAH PAJAK YANG DISETOR


PADA PT. DETECON ASIA-PACIFIC LTD

NURUL AISYAH

Program Studi Sistem Informasi


AMIK Bekasi
nurul.nly@bsi.ac.id

ABSTRACT

Tax provide an important role for financial source of revenue countries, the government issued
laws and regulations that aims to regulate the implementation of taxation in the community. The
contribution of tax has a very large for the state revenues. Tax is that most important thing in the state
revenues, article 21 income tax is a tax on income in form of salary, wages, emoluments, the allowance,
and other payment by the name and in the form of anything with respect to work in any form in
connection with work or office, service, and activity undertaken by private persons subject to taxation in
the country. In this research the authors found that 21 income tax have no influence significantly, where
the value of significant 0,63 > 0.05 (larger 0.05 of income tax and article 21 the no impact on the amount
of tax in setor on PT. Detecon Asia-Pacific LTD. The level of the close or relation of income tax 21 with
the total tax passed on PT. Detecon Asia-Pacific LTD. The level of keeratan or relationships with a total
number of 21 income tax taxes are deposited on PT. Detecon Asia-Pacific LTD. which is a fairly high
correlation which 084 and relationships are expressed in percentages of 9.16% (the value of the
determination).

Keywords: Receipts from income tax article 21, the amount of tax passed on

I. PENDAHULUAN dan badan–badan lain yang membayar uang


pensiun dan tabungan hari tua atau jaminan hari
Pajak memberikan peranan penting bagi tua.
sumber penerimaan keuangan Negara, oleh karena
itu pemerintah mengeluarkan undang-undang dan II. TINJAUAN PUSTAKA
peraturan yang bertujuan untuk mengatur
pelaksanaan perpajakan dalam masyarakat. Pajak 2.1. Pajak
memiliki kontribusi yang sangat besar bagi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28
penerimaan Negara, sehingga masyarakat Tahun 2007, pajak adalah Kontribusi wajib
khususnya wajib pajak harus menyadari kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
pentingnya pajak bagi negara dan bagi masyarakat atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
itu sendiri. Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
Salah satu pajak yang dipungut oleh pihak imbalan secara langsung dan digunakan untuk
perusahaan adalah Pajak Penghasilan (PPh) pasal keperluan negara bagi sebesar-besarnya
21. Pajak Penghasilan pasal 21 merupakan PPh kemakmuran rakyat.
yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH
upah, honorarium, bonus, tunjangan dan dalam bukunya Mardiasmo (2011: 1) : “Pajak
pembayaran lainnya sehubungan dengan pekerjaan adalah iuran rakyat kepada kas Negara
atau jabatan, jasa dan kegiatan lainnya yang berdasarkan Undang - undang (yang dapat
dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalan dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
negeri. Pihak yang wajib melakukan pemotongan, (kontra Prestasi) yang langsung dapat
penyetoran dan pelaporan PPh pasal 21 adalah ditunjukkan dan yang digunakan untuk
pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, badan, membayar pengeluaran umum.”
bentuk usaha tetap, yayasan, perusahaan dan Supramono (2010:2) dan Damayanti (2010:2)
penyelenggaran kegiatan, yang membayar gaji, mengemukakan bahwa Pajak didefinisikan sebagai
upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain iuran tidak mendapat timbal (kontaprestasi) yang
dalam dan bentuk apapun, sebagai imbalan dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar
sehubungan dengan pekerjaan atau jasa, serta dana
pengeluaran-pengeluaran umum.
pensiun, badan penyelenggara sosial tenaga kerja,
1
MONETER, VOL. II NO. 1 APRIL 2015

2.2. Fungsi Pajak dan Syarat Pemungutan 1. Stelsel Pajak


Pajak Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan
tiga stelsel, yaitu :
Mardiasmo (2011:10) Fungsi pajak menurut a. Stelsel Nyata (Riil)
adalah : Besarnya pajak yang dipungut dalam
1. Fungsi Budgetair stelsel nyata adalah atas dasar
Fungsi Budgetair adalah suatu fungsi dalam penghasilan nyata yang diperoleh wajib
mana pajak yang dipergunakan sebagai alat pajak untuk masa yang bersangkutan. Hal
untuk memasukan dana secara optimal ke kas ini berarti penghasilan yang sebenarnya
Negara berdasarkan undang-undang diketahui adalah pada akhir periode
perpajakan yang berlaku pembukuan atau dapat juga dalam tahun
2. Fungsi Regulerend pajak, akibatnya pemungutan pajak baru
Fungsi Regulerend adalah pajak digunakan dapat dilakukan pada awal periode
oleh pemerintah sebagai alat untuk mencapai berikutnya. Artinya pemerintah baru bisa
tujuan tertentu atau disebut juga fungsi mendapatkan uang pajak dengan harus
tambahan karena sebagai pelengkap dari menunggu sampai akhir tahun.
fungsi utama yaitu Budgetair. Keuntungan yang diperoleh dengan cara
ini yaitu pajak dapat ditetapkan sesuai
Mardiasmo (2011:2) mengatakan agar dengan keadaan yang sebenarnya.
pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan Sedangkan kelemahan-kelemahannya
atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus adalah pajak baru dapat dipungut setelah
memenuhi syarat-syarat berikut : tahun yang bersangkutan berakhir.
1. Pemungutan pajak harus adil. Kadang-kadang Wajib Pajak akan
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni berusaha menghindar untuk membayar
mencapai keadilan. Undang-Undang dan pajak karena merasakan suatu beban yang
pemungutan pajak harus adil. Adil dalam berat apabila jumlah pajak yang terutang
perundang – undangan diantaranya ternyata besar jumlahnya.
mengenakan pajak secara umum dan merata, b. Stelsel Anggapan (Fiktif)
serta disesuaikan dengan kemampuan Besarnya pajak yang dipungut dalam
masing-masing. Sedangkan adil dalam stelsel ini tidak berdasarkan pada
pelaksanaannya yakni dengan memberikan penghasilan nyata dari Wajib Pajak,
hak bagi wajib pajak untuk mengajukan melainkan hanya diperkirakan besarnya
keberatan, penundaan dalam pembayaran dan pajak yang terutang untuk dikenakan
mengajukan banding kepada Majelis kepada Wajib Pajak. Agar perkiraan ini
Pertimbangan Pajak. Pajak diatur dalam mendekati keadaan yang sebenarnya,
UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini maka dicari dasar yang dapat digunakan
memberikan jaminan hukum untuk sebagai pegangan untuk mendekati
menyatakan keadilan, baik bagi negara keadaan yang sebenarnya. Apabila
maupun warganya. terdapat kesulitan dalam penentuan pajak
2. Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu ini, maka pajak tahun yang lalu dapat
perekonomian dan pemungutan pajak juga juga dipergunakan sebagai suatu ukuran,
tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan tetapi kelemahannya dengan cara ini
produksi maupun perdagangan, sehingga adalah apabila perkembangan ekonomi
tidak menimbulkan kelesuan perekonomian. meningkat, maka pajak dipungut
3. Pemungutan pajak harus efisien. terlambat, karena perkiraan pajak yang
Biaya pemungutan pajak harus sesuai dengan dipungut selalu lebih rendah daripada
fungsi budgetair dan biaya pemungutan penghasilan sebenarnya. Demikian juga
pajak juga harus ditekan sehingga lebih sebaliknya keadaan ekonomi menurun,
rendah dari hasil pungutannya. maka pajak yang dipungut selalu lebih
4. Sistem pemungutan pajak harus sederhana, besar dari keadaan sebenarnya. Kelebihan
sistem pemungutan yang sederhana akan stelsel fiktif adalah pajak dapat dibayar
memudahkan dan mendorong masyarakat selama tahun berjalan, tanpa harus
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. menunggu sampai akhir suatu tahun.
Syarat ini telah dipenuhi oleh undang-undang c. Stelsel Campuran
perpajakan yang baru. Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan
pajak didasarkan pada kombinasi antara
Menurut Mardiasmo (2011:6) terdapat tata stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada
cara pemungutan pajak , antara lain : awal tahun, besarnya pajak dihitung
2
MONETER, VOL. II NO. 1 APRIL 2015

berdasarkan suatu anggapan, kemudian Indonesia tetapi bertempat tinggal di


pada akhir tahun besarnya pajak dihitung Indonesia.
berdasarkan keadaan yang sesungguhnya.
Jika besarnya pajak sesungguhnya lebih 3. Sistem Pemungutan Pajak
besar daripada besarnya pajak menurut Sistem pemungutan pajak dibagi tiga seperti
anggapan, wajib pajak harus membayar yang diungkapkan oleh Waluyo (2011:17) sebagai
kekurangan tersebut. Sebaliknya, jika berikut:
besarnya pajak sesungguhnya lebih kecil a. Offcial Assessment System
daripada besarnya pajak menurut Yaitu suatu sistem pemungutan yang
anggapan, kelebihan tersebut dapat memberi wewenang kepada pemerintah
diminta kembali (restitusi) ataupun (fiskus) untuk mendapatkan besarnya
dikompensasikan pada tahun berikutnya, pajak yang terhutang oleh wajib pajak
setelah diperhitungkan dengan utang (WP). Ciri-cirinya :
pajak yang lain. - Wewenang untuk menentukan
besarnya pajak terutang pada fiskus.
2. Azas Pengenaan Pajak - Wajib pajak bersifat pasif.
Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar - Utang pajak timbul setelah
1945 bahwa segala pajak untuk keuangan negara dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
ditetapkan berdasarkan undang-undang. Untuk fiskus.
dapat menyusun suatu undang-undang perpajakan,
diperlukan asas-asas atau dasar-dasar yang akan b. Self Assessment System
dijadikan landasan oleh negara untuk mengenakan Yaitu suatu sistem pemungutan pajak
pajak. Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai yang memberi wewenang kepada wajib
oleh negara sebagai asas dalam menentukan pajak untuk menentukan sendiri besarnya
wewenangnya untuk mengenakan pajak, pajak yang terutang. Ciri-cirinya :
khususnya untuk pengenaan pajak penghasilan. - Wewenang untuk menentukan
Asas utama yang paling sering digunakan oleh besarnya pajak terutang ada pada
negara sebagai landasan untuk mengenakan pajak wijib pajak sendiri.
adalah: - Wajib pajak aktif, mulai dari
Terdapat tiga asas pemungutan pajak, yaitu : menghitung, menyetor, dan
a. Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal) melaporkan sendiri pajak yang
Asas ini menyatakan bahwa negara terutang.
berhak mengenakan pajak atas seluruh - Fiskus tidak menentukan beasrnya
penghasilan wajib pajak yang bertempat pajak terutang, tetapi bersifat
tinggal di wilayahnya, baik penghasilan mengawasi dan mengoreksi
yang berasal dari dalam maupun luar perhitungan yang disajikan oleh wajib
negeri. Setiap wajib pajak yang pajak
berdomisili atau bertempat tinggal di
wilayah Indonesia (wajib pajak dalam
negeri) dikenakan pajak atas seluruh 2.3. Jenis Pajak
penghasilan yang diperolehnya baik dari Suandy (2008:37) mengemukakan bahwa
Indonesia maupun dari luar Indonesia. jenis pajak dikelompokkan menjadi tiga macam
b. Asas Sumber yaitu menurut sifat, golongan dan lembaga
Asas ini menyatakan bahwa negara pemungutnya.
berhak mengenakan pajak atas 1. Menurut sifatnya
penghasilan yang bersumber di wilayah – a. Pajak subjektif adalah pajak yang
nya tanpa memperhatikan tempat tinggal berpangkal atau berdasarkan pada
wajib pajak. Setiap orang yang subjeknya, dalam arti memperhatikan
memperoleh penghasilan dari Indonesia keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak
dikenakan pajak atas penghasilan yang Penghasilan (PPh)
diperolehnya tadi. b. Pajak objektif adalah pajak yang
c. Asas Kebangsaan berpangkal pada objeknya, tanpa
Asas ini menyatakan bahwa pengenaan memperhatikan keadaandiriwajibpajak.
pajak dihubungkan dengan kebangsaan Contoh:Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
suatu negara. Misalnya : pajak bangsa Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
asing di Indonesia dikenakan atas setiap 2. Menurut golongannya
orang asing yang bukan berkebangsaan a. Pajak langsung adalah pajak yang
harus dipikul atau ditanggung sendiri
3
MONETER, VOL. II NO. 1 APRIL 2015

oleh Wajib pajakdan tidak dapat 1. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah,
dibebankan atau dilimpahkan kepada honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan sebagai imbalan sehubungan dengan
b. Pajak tidak langsung adalah pajak pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau
yang pada akhirnya dapat dibebankan bukan pegawai.
atau dilimpahkan kepada orang lain. 2. Bendahara pemerintah yang membayar gaji,
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai upah, honorarium, tunjangan, dan
(PPN). pembayaran lain sehubungan dengan
3. Menurut lembaga pemungutnya pekerjaan, jasa atau kegiatan.
a. Pajak pusat adalah pajak yang 3. Dana pensiun atau badan lain yang
wewenang pemungutannya ada membayarkan uang pensiun dan pembayaran
pada pemerintah pusat dan lain dengan nama apapun dalam rangka
digunakan untuk membiayai pensiun.
pengeluaran negara, dimana 4. Badan yang membayar honorarium atau
pelaksanaannya dilakukan oleh pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga
Departemen Keuangan melalui
ahli yang melakukan pekerjaan bebas.
Direktorat Jenderal Pajak. Contoh:
5. Penyelanggara kegiatan yang melakukan
Pajak Penghasilan, PajakPertambahan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang suatu kegiatan.
Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan,
Bea Materai. 2.6. Hak dan Kewajiban Pemotong PPh Pasal
b. Pajak daerah adalah pajak yang 21
wewenang pemungutannya ada pada
pemerintah daerah dan digunakan untuk Prabowo (2006:38) mengemukakan tentang
membiayai pengeluaran daerah, hak dan kewajiban pemotong pajak PPh Pasal 21,
dimana pelaksanaannya dilakukan yaitu :
oleh Dinas Pendapatan Daerah. Pajak 1. Hak – hak Pemotong Pajak
daerah dibedakan menjadi dua yaitu : a. Pemotong Pajak berhak untuk
1) Pajak Propinsi mengajukan permohonan memperpanjang
Contoh : Pajak Kendaraan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan
Bermotor dan Kendaraan di Pasal 21.
Atas Air, Pajak Bahan Bakar b. Pemotong Pajak berhak untuk
Kendaraan Bermotor dan memperhitungkan kelebihan setoran PPh
Kendaraan di Atas Air. Pasal 21 dalam satu bulan takwim dengan
2) Pajak Kabupaten/Kota PPh Pasal 21 yang terutang pada bulan
Contoh : Pajak Hotel, Pajak berikutnya dalam tahun takwim yang
Restoran, Pajak Hiburan, Pajak bersangkutan.
Reklame, Pajak Reklame, Pajak c. Pemotong Pajak berhak untuk
memperhitungkan kelebihan setoran pada
Penerangan Jalan
SPT Tahunan dengan PPh Pasal 21 yang
terutang pada bulan waktu dilakukan
2.4. Pajak Penghasilan PPh Pasal 21
penghitungan tahunan, dan jika masih ada
sisa kelebihan, maka diperhitungkan
Berdasarkan Pasal 21 Undang-undang No. 36
untuk bulan-bulan lainnya dalam tahun
Tahun 2008 mengatakan bahwa Pajak Penghasilan
berikutnya.
PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa
d. Pemotong Pajak berhak untuk
gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran
membetulkan sendiri SPT atas kemauan
lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sendiri dengan menyampaikan pernyataan
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa,
tertulis dalam jangka waktu dua tahun
dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi
sesudah saat terutangnya pajak atau
subjek pajak dalam negeri.
berakhirnya masa pajak, bagian tahun
pajak atau tahun pajak, dengan syarat
2.5. Pemotong Pajak Penghasilan PPh Pasal 21
Direktur Jenderal Pajak belum melakukan
tindakan pemeriksaan.
Supramono dan Damayanti (2010:54)
e. Pemotong pajak berhak mengajukan surat
mengemukakan bahwa pemotongan PPh pasal 21
keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak
antara lain :
atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
4
MONETER, VOL. II NO. 1 APRIL 2015

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SPT Tahunan PPh Pasal 21 ke Kantor
Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Lebih Pelayanan Pajak tempat pemotong pajak
Bayar, Surat Ketetapan Pajak Nihil. terdaftar atau Kantor Penyuluhan Pajak
f. Pemotong pajak mengajukan permohonan setempat.
banding secara tertulis dalam bahasa i. Pemotong pajak wajib melampiri SPT
Indonesia dengan alasan yang jelas Tahunan PPh Pasal 21 dengan lampiran-
kepada badan peradilan Pajak terhadap lampiran yang ditentukan dalam petunjuk
keputusan mengenai keberatannya yang pengisian SPT Tahunan PPh Pasal 21
ditatapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. untuk tahun pajak yang bersangkutan.
j. Pemotong pajak wajib menyetor
2. Kewajiban Pemotong Pajak kekurangan PPh Pasal 21 yang terutang
a. Pemotong Pajak wajib mendaftarkan diri apabila jumlah PPh Pasal 21 yang
ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor terutang dalam satu tahun takwim lebih
Penyuluhan Pajak Setempat. besar daripada PPh Pasal 21 yang telah
b. Pemotong Pajak wajib mengambil sendiri disetor.
formulir-formulir yang diperlukan dalam
rangka pemenuhan kewajiban 2.7. Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21
perpajakannya pada Kantor Pelayanan
Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak Fatimah (2011:15) mengatakan bahwa
Setempat. Bendahara Sebagai Pemotong Pajak penghasilan
c. Pemotong Pajak wajib melaporkan memotong PPh pasal 21 sebagai berikut :
penyetoran PPh Pasal 21 yang terutang 1. Penghasilan yang diterima oleh pejabat
untuk setiap bulan takwim. Negara, pegawai negeri sipil (PNS), Tentara
d. Pemotong Pajak wajib melaporkan Nasional Indonesia (TNI), POLRI, dan para
penyetoran PPh Pasal 21 sekalipun nihil Pensiunan yang dibebankan kepada
dengan menggunakan surat keuangan Negara atau daerah (APBN /
pemberitahuan (SPT) masa ke Kantor APBD).
Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuuhan a. Penghasilan yang diterima berupa
Pajak setempat, selambat-lambatnya pada - Gaji dan tunjangan-tunjangan lain
tanggal 20 bulan takwim berikutnya. yang sifatnya tetap dan terkait dengan
e. Pemotong Pajak wajib memberikan bukti gaji yang diterima oleh pegawai
pemotongan PPh Pasal 21 baik diminta negeri sipil dan anggota bersenjata
maupun tidak pada saat dilakukannya republik Indonesia.
pemotongan pajak kepada orang pribadi - Gaji kehormatan dan tunjangan-
bukan sebagai pegawai tetap, penerima tunjangan lain yang terkait atau
uang tebusan pensiun, penerima THT, imbalan tetap sejenisnya yang
penerima pesangon, dan penerima dana diterima pejabat Negara.
pensiun iuran. - Uang pensiun dan tunjangan-
f. Pemotong Pajak wajib memberikan bukti tunjangan lain yang sifatnya tetap dan
pemotongan PPh Pasal 21 tahunan terkait dengan uang pensiun yang
kepada pegawai tetap, termasuk diterima oleh pensiunan termasuk
penerimaan pensiun bulanan, dengan janda atau duda dan atau anak-
menggunakan formulir yang ditentukan anaknya, yang dibebankan kepada
oleh Direktur Jenderal Pajak dalam waktu keuangan Negara atau keuangan
dua bulan setelah tahun takwim berakhir. daerah (APBN/APBD)
Apabila pegawai tetap tersebut berhenti
bekerja atau pensiun pada bagian tahun b. Penghasilan berupa honorarium, uang
takwim, maka bukti pemotongan sidang, uang hadir, uang lembur, imbalan
diberikan selambat-lambatnya satu bulan prestasi kerja dan imbalan lain dengan
setelah pegawai yang bersangkutan nama apapun yang dibebankan kepada
berhenti bekerja atau pensiun. Keuangan Negara atau Keuangan Daerah
g. Dalam waktu dua bulan setelah tahun (APBN/APBD).
takwim berakhir, pemotong pajak wajib
menghitung kembali jumlah PPh pasal 21 2. Penghasilan yang Diterima oleh Penerima
yang terutang oleh pegawai tetap dan Penghasilan selain Pejabat Negara, Pegawai
penerima pensiun bulanan sesuai tarif. Negeri Sipil, Anggota TNI, POLRI dan Para
h. Pemotong Pajak wajib mengisi, Pensiunan Yang Dibebankan Kepada
menandatangani, dan menyampaikan Keuangan Negara/Daerah, antara lain berupa:
5
MONETER, VOL. II NO. 1 APRIL 2015

a. Upah harian, upah mingguan, upah - Uang saku, uang representasi,


satuan, uang saku harian dan upah honorarium uang rapat dan hadiah /
borongan. penghargaan dan penghasilan sejenis
b. Honorarium, uang saku, hadiah, lainnya yang diterima oleh peserta
penghargaan, komisi, serta pembayaran kegiatan (perlombaan, rapat,
lain sebagai imbalan sehubungan dengan konferensi, sidang, pertemuan,
pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang kunjungan kerja, anggota kepanitiaan,
diterima bukan pegawai. Bukan Pegawai pendidikan pelatihan dan magang,
meliputi : kegiatan lainnya
- Tenaga ahli (pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris, 2.8. Pajak yang disetor
penilai dan aktuaris).
- Pemain musik, pembawa acara, Robins dan Counter dalam Suwatno dan
penyanyi, pelawak, bintang film, Priansa (2011:171) mengatakan bahwa motivasi
sutradara, kru film, foto model, kerja sebagai kesediaan untuk melaksanakan
peragawan / peragawati, pemain upaya tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan
drama, penari, pemahat, pelukis dan keorganisasian yang dikondisikan oleh
seniman lainnya. kemampuan upaya untuk memenuhi kebutuhan
- Olahragawan. individual tertentu.
- Penasehat, pengajar, pelatih, Stokes dalam Kadarisman (2012:278)
penceramah dan moderator. mengatakan bahwa motivasi kerja adalah sebagai
- Pengarang, peneliti, dan penterjemah. pendorong bagi seseorang untuk melakukan
- Pemberi jasa dalam bidang teknik, pekerjaannya dengan lebih baik, juga merupakan
komputer, dansistem aplikasinya, faktor yang membuat perbedaan antara sukses dan
telekomunikasi, elektronika, fotografi gagalnya dalam banyak hal dan merupakan tenaga
dan pemasaran. emosional yang sangat penting untuk sesuatu
- Kolportir iklan. pekerjaan baru. 502.174.074
- Pengawas, pengelola proyek, anggota
dan pemberijasa kepada suatu III. METODE PENELITIAN
kepanitiaan, beserta sidang ataurapat,
dan tenaga lepas lainnya dalam segala
bidang kegiatan. Variabel yang digunakan dalam Penelitian
- Pembawa pesanan atau yang ini adalah variabel bebas (Independent) yang
menemukan langganan. terdiri dari PPh pasal 21 masa (X), serta variabel
- Peserta perlombaan. tak bebas (dependent) yaitu variabel Jumlah Pajak
- Peserta rapat, konferensi, sidang, yang disetor (Y). dengan korelasi, determinasi,
pertemuan atau kunjungan kerja. regresi dan uji t. Untuk semua uji tersebut seluruh
- Peserta atau anggota dalam suatu pengolahan data dan analisis dilakukan dengan
kepanitiaan sebagai penyelenggara menggunakan piranti lunak (software) SPS
kegiatan tertentu, peserta kegiatan (Statistical Product and Service Solution) versi
lainnya. 17.0.
- Petugas penjaja barang dagangan.
- Petugas dinas luar asuransi. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
- Peserta pendidikan, pelatihan dan
pemagangan. Data Penelitian yang diperoleh penulis
adalah sebagai berikut :

Tabel 1 : Data Penelitian


PPh Pasal 21 Masa Pelaporan Pajak
Tahun
X (Rp) Y (Rp)
2009 1,286,327,613 5,970,534,563
2010 1,614,866,875 3,065,333,493
2011 2,335,899,139 3,998,720,926
2012 1,238,088,751 2,038,418,576
2013 735,914,677 2,363,786,224
Sumber : Hasil Penelitian (2014)

6
MONETER, VOL. II NO. 1 APRIL 2015

Berdasarkan data yang diambil dari tahun 502.174.074 di karenakan adanya ketidak sesuaian
2009 sampai 2013 dan terjadi penurunan pada (kurang lapor) pph 21 masa dengan jumlah
tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar Rp. pelaporan pajak

Tabel 2 : Summary Output


Regression Statistics
Multiple R 0.291517162
R Square 0.084982256
Adjusted R Square -0.220023659
Standard Error 1,74E+09
Observations 5
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2014)

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui : terhadap variabel terikatnya, sedangkan 92%


1. R = 0.291517162, artinya bahwa variabel dipengaruhi variabel independen lainnya yang
bebas yang diamati mempunyai hubungan termasuk dalam penelitian ini seperti PPh
yang kuat dengan variabel terikatnya. pasal 23, PPh pasal 25 dan PPh pasal 26
2. R-square sebesar 0.084982256 yang berarti
8% variabel bebas tidak mampu menjelaskan

Tabel 3 : Anova
Df SS
Regression 1 8,47E+17
Residua 3 9,12E+18
Total 4 9,97E+18
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2014)

Hasil ANOVA diatas menunjukan nilai F digunakan untuk menetahui pengaruh variabel
hitung dari semua variabel bebas (PPh pasal 21 bebas (PPh pasal 21 masa) tidak berpengaruh
masa) sebesar 0.28 > F tabel 2,42 dengan terhadap variabel terikatnya yaitu jumlah pajak
probabilitas 0,000. Karena probabilitasnya lebih yang disetor
besar dari 0,05, maka model regresi dapat

Tabel 4 : Coefficients
Standard
Coefficients t Stat P-value Lower 95% Upper 95%
Error
Intercept 2362838853 2268602203 1,0415395 0,37418 -4856865845 9582543551
X Variable 0,77971486 1,47715413 0,5278494 0,634155 -3,921248841 5,48067856
Keterangan : Y = severitas CVPD dan X = PPh pasal 21 masa
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2014)

Persamaan regresi linear Y = a+bx, dengan 2. Tingkat keeratan atau hubungan variabel x
nilai konstanta 0.78 dan b atau koefesien = 236 (PPh pasal 21) dengan variabel y (jumlah
dan nilai t hitung dari konstanta = 0.53 dan t pajak yang disetorkan) yaitu sebesar 0,78
hitung b = 1.041 yang lebih besar dari t tabel dimana korelasi cukup tinggi.
sehingga tidak signifikan dengan nilai α 0.05 3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PPh
(dalam kasus ini menggunakan taraf signifikansi pasal 21 tidak memiliki pengaruh signifikan
atau α = 5%) terhadap jumlah pajak yang disetor pada PT.
DETECON ASIA-PACIFIC LTD
V. PENUTUP

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil


kesimpulan sebagai berikut :
1. PPh Pasal 21 tidak memiliki pengaruh
secara signifikan dimana nilai signifikan 0,63
> 0,05 (lebih besar dari 0,05)

7
MONETER, VOL. II NO. 1 APRIL 2015

DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, Euis. 2011. Buku Panduan Hak dan Supramono, dan Theresia Woro Damayanti.
Kewajiban Wajib Pajak. Direktorat 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: CV.
Penyuluhan, Pelayanan dan Humas Republik Andi Offset
Indonesia.
Suwatno dan Priansa, D.J. 2011. Manajemen SDM
Kadarisman, M, 2012. Manajemen Pengembangan dalam Organisasi Publik dan Bisnis. Bandung :
Sumber Daya Manusia, Rajawali Pers, Jakarta Alfabeta

Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Yogyakarta: Undang- Undang No. 28 Tahun 2007 tentang
Salemba Empat Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang pajak
tentang asas pengenaan pajak penghasilan

Prabowo. 2006. Akuntansi Perpajakan Terapan. Waluyo, 2011. Perpajakan Indonesia Edisi 10
Jakarta: Grasindo buku 1. Jakarta : Salemba Empat

Suandy, Erly. 2008. Hukum Pajak. Jakarta Zain, Mohammad. 2009. Manajemen
Salemba Empat. Perpajakan. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai