1 APRIL 2015
NURUL AISYAH
ABSTRACT
Tax provide an important role for financial source of revenue countries, the government issued
laws and regulations that aims to regulate the implementation of taxation in the community. The
contribution of tax has a very large for the state revenues. Tax is that most important thing in the state
revenues, article 21 income tax is a tax on income in form of salary, wages, emoluments, the allowance,
and other payment by the name and in the form of anything with respect to work in any form in
connection with work or office, service, and activity undertaken by private persons subject to taxation in
the country. In this research the authors found that 21 income tax have no influence significantly, where
the value of significant 0,63 > 0.05 (larger 0.05 of income tax and article 21 the no impact on the amount
of tax in setor on PT. Detecon Asia-Pacific LTD. The level of the close or relation of income tax 21 with
the total tax passed on PT. Detecon Asia-Pacific LTD. The level of keeratan or relationships with a total
number of 21 income tax taxes are deposited on PT. Detecon Asia-Pacific LTD. which is a fairly high
correlation which 084 and relationships are expressed in percentages of 9.16% (the value of the
determination).
Keywords: Receipts from income tax article 21, the amount of tax passed on
oleh Wajib pajakdan tidak dapat 1. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah,
dibebankan atau dilimpahkan kepada honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan sebagai imbalan sehubungan dengan
b. Pajak tidak langsung adalah pajak pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau
yang pada akhirnya dapat dibebankan bukan pegawai.
atau dilimpahkan kepada orang lain. 2. Bendahara pemerintah yang membayar gaji,
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai upah, honorarium, tunjangan, dan
(PPN). pembayaran lain sehubungan dengan
3. Menurut lembaga pemungutnya pekerjaan, jasa atau kegiatan.
a. Pajak pusat adalah pajak yang 3. Dana pensiun atau badan lain yang
wewenang pemungutannya ada membayarkan uang pensiun dan pembayaran
pada pemerintah pusat dan lain dengan nama apapun dalam rangka
digunakan untuk membiayai pensiun.
pengeluaran negara, dimana 4. Badan yang membayar honorarium atau
pelaksanaannya dilakukan oleh pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga
Departemen Keuangan melalui
ahli yang melakukan pekerjaan bebas.
Direktorat Jenderal Pajak. Contoh:
5. Penyelanggara kegiatan yang melakukan
Pajak Penghasilan, PajakPertambahan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang suatu kegiatan.
Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan,
Bea Materai. 2.6. Hak dan Kewajiban Pemotong PPh Pasal
b. Pajak daerah adalah pajak yang 21
wewenang pemungutannya ada pada
pemerintah daerah dan digunakan untuk Prabowo (2006:38) mengemukakan tentang
membiayai pengeluaran daerah, hak dan kewajiban pemotong pajak PPh Pasal 21,
dimana pelaksanaannya dilakukan yaitu :
oleh Dinas Pendapatan Daerah. Pajak 1. Hak – hak Pemotong Pajak
daerah dibedakan menjadi dua yaitu : a. Pemotong Pajak berhak untuk
1) Pajak Propinsi mengajukan permohonan memperpanjang
Contoh : Pajak Kendaraan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan
Bermotor dan Kendaraan di Pasal 21.
Atas Air, Pajak Bahan Bakar b. Pemotong Pajak berhak untuk
Kendaraan Bermotor dan memperhitungkan kelebihan setoran PPh
Kendaraan di Atas Air. Pasal 21 dalam satu bulan takwim dengan
2) Pajak Kabupaten/Kota PPh Pasal 21 yang terutang pada bulan
Contoh : Pajak Hotel, Pajak berikutnya dalam tahun takwim yang
Restoran, Pajak Hiburan, Pajak bersangkutan.
Reklame, Pajak Reklame, Pajak c. Pemotong Pajak berhak untuk
memperhitungkan kelebihan setoran pada
Penerangan Jalan
SPT Tahunan dengan PPh Pasal 21 yang
terutang pada bulan waktu dilakukan
2.4. Pajak Penghasilan PPh Pasal 21
penghitungan tahunan, dan jika masih ada
sisa kelebihan, maka diperhitungkan
Berdasarkan Pasal 21 Undang-undang No. 36
untuk bulan-bulan lainnya dalam tahun
Tahun 2008 mengatakan bahwa Pajak Penghasilan
berikutnya.
PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa
d. Pemotong Pajak berhak untuk
gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran
membetulkan sendiri SPT atas kemauan
lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sendiri dengan menyampaikan pernyataan
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa,
tertulis dalam jangka waktu dua tahun
dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi
sesudah saat terutangnya pajak atau
subjek pajak dalam negeri.
berakhirnya masa pajak, bagian tahun
pajak atau tahun pajak, dengan syarat
2.5. Pemotong Pajak Penghasilan PPh Pasal 21
Direktur Jenderal Pajak belum melakukan
tindakan pemeriksaan.
Supramono dan Damayanti (2010:54)
e. Pemotong pajak berhak mengajukan surat
mengemukakan bahwa pemotongan PPh pasal 21
keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak
antara lain :
atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
4
MONETER, VOL. II NO. 1 APRIL 2015
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SPT Tahunan PPh Pasal 21 ke Kantor
Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Lebih Pelayanan Pajak tempat pemotong pajak
Bayar, Surat Ketetapan Pajak Nihil. terdaftar atau Kantor Penyuluhan Pajak
f. Pemotong pajak mengajukan permohonan setempat.
banding secara tertulis dalam bahasa i. Pemotong pajak wajib melampiri SPT
Indonesia dengan alasan yang jelas Tahunan PPh Pasal 21 dengan lampiran-
kepada badan peradilan Pajak terhadap lampiran yang ditentukan dalam petunjuk
keputusan mengenai keberatannya yang pengisian SPT Tahunan PPh Pasal 21
ditatapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. untuk tahun pajak yang bersangkutan.
j. Pemotong pajak wajib menyetor
2. Kewajiban Pemotong Pajak kekurangan PPh Pasal 21 yang terutang
a. Pemotong Pajak wajib mendaftarkan diri apabila jumlah PPh Pasal 21 yang
ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor terutang dalam satu tahun takwim lebih
Penyuluhan Pajak Setempat. besar daripada PPh Pasal 21 yang telah
b. Pemotong Pajak wajib mengambil sendiri disetor.
formulir-formulir yang diperlukan dalam
rangka pemenuhan kewajiban 2.7. Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21
perpajakannya pada Kantor Pelayanan
Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak Fatimah (2011:15) mengatakan bahwa
Setempat. Bendahara Sebagai Pemotong Pajak penghasilan
c. Pemotong Pajak wajib melaporkan memotong PPh pasal 21 sebagai berikut :
penyetoran PPh Pasal 21 yang terutang 1. Penghasilan yang diterima oleh pejabat
untuk setiap bulan takwim. Negara, pegawai negeri sipil (PNS), Tentara
d. Pemotong Pajak wajib melaporkan Nasional Indonesia (TNI), POLRI, dan para
penyetoran PPh Pasal 21 sekalipun nihil Pensiunan yang dibebankan kepada
dengan menggunakan surat keuangan Negara atau daerah (APBN /
pemberitahuan (SPT) masa ke Kantor APBD).
Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuuhan a. Penghasilan yang diterima berupa
Pajak setempat, selambat-lambatnya pada - Gaji dan tunjangan-tunjangan lain
tanggal 20 bulan takwim berikutnya. yang sifatnya tetap dan terkait dengan
e. Pemotong Pajak wajib memberikan bukti gaji yang diterima oleh pegawai
pemotongan PPh Pasal 21 baik diminta negeri sipil dan anggota bersenjata
maupun tidak pada saat dilakukannya republik Indonesia.
pemotongan pajak kepada orang pribadi - Gaji kehormatan dan tunjangan-
bukan sebagai pegawai tetap, penerima tunjangan lain yang terkait atau
uang tebusan pensiun, penerima THT, imbalan tetap sejenisnya yang
penerima pesangon, dan penerima dana diterima pejabat Negara.
pensiun iuran. - Uang pensiun dan tunjangan-
f. Pemotong Pajak wajib memberikan bukti tunjangan lain yang sifatnya tetap dan
pemotongan PPh Pasal 21 tahunan terkait dengan uang pensiun yang
kepada pegawai tetap, termasuk diterima oleh pensiunan termasuk
penerimaan pensiun bulanan, dengan janda atau duda dan atau anak-
menggunakan formulir yang ditentukan anaknya, yang dibebankan kepada
oleh Direktur Jenderal Pajak dalam waktu keuangan Negara atau keuangan
dua bulan setelah tahun takwim berakhir. daerah (APBN/APBD)
Apabila pegawai tetap tersebut berhenti
bekerja atau pensiun pada bagian tahun b. Penghasilan berupa honorarium, uang
takwim, maka bukti pemotongan sidang, uang hadir, uang lembur, imbalan
diberikan selambat-lambatnya satu bulan prestasi kerja dan imbalan lain dengan
setelah pegawai yang bersangkutan nama apapun yang dibebankan kepada
berhenti bekerja atau pensiun. Keuangan Negara atau Keuangan Daerah
g. Dalam waktu dua bulan setelah tahun (APBN/APBD).
takwim berakhir, pemotong pajak wajib
menghitung kembali jumlah PPh pasal 21 2. Penghasilan yang Diterima oleh Penerima
yang terutang oleh pegawai tetap dan Penghasilan selain Pejabat Negara, Pegawai
penerima pensiun bulanan sesuai tarif. Negeri Sipil, Anggota TNI, POLRI dan Para
h. Pemotong Pajak wajib mengisi, Pensiunan Yang Dibebankan Kepada
menandatangani, dan menyampaikan Keuangan Negara/Daerah, antara lain berupa:
5
MONETER, VOL. II NO. 1 APRIL 2015
6
MONETER, VOL. II NO. 1 APRIL 2015
Berdasarkan data yang diambil dari tahun 502.174.074 di karenakan adanya ketidak sesuaian
2009 sampai 2013 dan terjadi penurunan pada (kurang lapor) pph 21 masa dengan jumlah
tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar Rp. pelaporan pajak
Tabel 3 : Anova
Df SS
Regression 1 8,47E+17
Residua 3 9,12E+18
Total 4 9,97E+18
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2014)
Hasil ANOVA diatas menunjukan nilai F digunakan untuk menetahui pengaruh variabel
hitung dari semua variabel bebas (PPh pasal 21 bebas (PPh pasal 21 masa) tidak berpengaruh
masa) sebesar 0.28 > F tabel 2,42 dengan terhadap variabel terikatnya yaitu jumlah pajak
probabilitas 0,000. Karena probabilitasnya lebih yang disetor
besar dari 0,05, maka model regresi dapat
Tabel 4 : Coefficients
Standard
Coefficients t Stat P-value Lower 95% Upper 95%
Error
Intercept 2362838853 2268602203 1,0415395 0,37418 -4856865845 9582543551
X Variable 0,77971486 1,47715413 0,5278494 0,634155 -3,921248841 5,48067856
Keterangan : Y = severitas CVPD dan X = PPh pasal 21 masa
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2014)
Persamaan regresi linear Y = a+bx, dengan 2. Tingkat keeratan atau hubungan variabel x
nilai konstanta 0.78 dan b atau koefesien = 236 (PPh pasal 21) dengan variabel y (jumlah
dan nilai t hitung dari konstanta = 0.53 dan t pajak yang disetorkan) yaitu sebesar 0,78
hitung b = 1.041 yang lebih besar dari t tabel dimana korelasi cukup tinggi.
sehingga tidak signifikan dengan nilai α 0.05 3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PPh
(dalam kasus ini menggunakan taraf signifikansi pasal 21 tidak memiliki pengaruh signifikan
atau α = 5%) terhadap jumlah pajak yang disetor pada PT.
DETECON ASIA-PACIFIC LTD
V. PENUTUP
7
MONETER, VOL. II NO. 1 APRIL 2015
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, Euis. 2011. Buku Panduan Hak dan Supramono, dan Theresia Woro Damayanti.
Kewajiban Wajib Pajak. Direktorat 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: CV.
Penyuluhan, Pelayanan dan Humas Republik Andi Offset
Indonesia.
Suwatno dan Priansa, D.J. 2011. Manajemen SDM
Kadarisman, M, 2012. Manajemen Pengembangan dalam Organisasi Publik dan Bisnis. Bandung :
Sumber Daya Manusia, Rajawali Pers, Jakarta Alfabeta
Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Yogyakarta: Undang- Undang No. 28 Tahun 2007 tentang
Salemba Empat Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang pajak
tentang asas pengenaan pajak penghasilan
Prabowo. 2006. Akuntansi Perpajakan Terapan. Waluyo, 2011. Perpajakan Indonesia Edisi 10
Jakarta: Grasindo buku 1. Jakarta : Salemba Empat
Suandy, Erly. 2008. Hukum Pajak. Jakarta Zain, Mohammad. 2009. Manajemen
Salemba Empat. Perpajakan. Jakarta