PENDAHULUAN
Kegiatan dalam perekonomian berfluktuasi dari tahun ke tahun. Selain itu juga
dalam perekonomian mempunyai siklus ekonomi. Di era modernisasi ini
produksi barang dan jasa meningkat oleh karena itu berpengaruh juga semakin
meningkatnya jumlah tenaga kerja, meningkatnya jumlah modal dan berbagai
kemajuan teknologi. Pertumbuhan ekonomi ini membuat semua orang dapat
hidup dengan standar yang lebih tinggi. Pada saat itu perusahan gagal menjual
seluruh barang dan jasa yang harus mereka tawarkan, sehingga produksi harus
dikurangi. Dampaknya, para pekerja dirumahkan, angka pengangguran
meningkat, dan pabrik-pabrik terpaksa berhenti beroperasi.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui mengenai fluktuasi ekonomi
2. Mengetahui fakta antara teori dan kenyataan mengenai fluktuasi ekonomi
BAB II
PEMBAHASAN
1. Faktor Pemerintah
Penyebab terjadinya fluktuasi ini juga sangat berpengaruh pada unsur pemerintah. Di
karenakan setiap kebijakan maupun keputusan yang diambil oleh pemerintah dapat
mempengaruhi pada naik atau turunnya suatu harga pada barang. Dari hal inilah arti
fluktuasi ini dapat menimbulkan goncangan pada perekonomian dan juga pada bisnis
yang sedang berjalan.
Namun selain itu pengaruh pemerintah dalam terjadinya fluktuasi tentu sangat besar.
Hal ini dikarenakan kebijakan fiskal dan moneter yang diambil pemerintah dapat
memberikan efek yang signifikan terhadap pasar keuangan. Dua kebijakan tersebut juga
dapat bertujuan untuk mengatur perekonomian dan juga mengatasi situasi ekonomi
negara jika terjadi krisis ekonomi atau inflasi yang tinggi.
3. Transaksi internasional
Faktor transaksi internasional bukanlah suatu hal yang asing untuk kita temui dalam
dunia perekonomian. Sebab semakin banyak sekarang ini perdagangan yang terjadi secara
lintas dunia seperti halnya kegiatan ekspor maupun impor. Dari transaksi internasional ini
sudah tentu akan turut berpengaruh pada fluktuasi sebab naik turunnya harga barang
sangat bergantung pada transaksi yang terjadi di pasar. Maka dalam transaksi ini juga
menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada perubahan harga barang
Dengan adanya faktor penawaran dan permintaan suatu barang, mata uang ataupun
investasi lainnya dapat memicu terjadinya naik turunnya suatu harga. Namun di sisi lain,
faktor penawaran dan permintaan yang ada juga akan mengubah suku bunga seiring
berjalannya waktu.
Dapat digambarkan apabila penawaran dam permintaan berkurang, maka harga pada
barang akan semakin meningkat, namun sebaliknya apabila penawaran mengalami
kenaikan melebihi permintaan, maka harga pada barang akan mengalami penurunan.
Namun apabila suatu penawaran cenderung stabil, maka harga dapat berfluktuasi entah
itu naik atau turun seiring dengan perubahan permintaan di pasaran.
Cara Mengatasi
6000
5000
4000
RUPIAH
3000
2000
1000
0
98 99 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
19 19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TAHUN
20
15
10
5
0
98 99 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
19 19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TAHUN
Pengangguran
35
30
25
20
JUTA JIWA
15
10
5
0
98 00 02 04 06 08 10 12 14 16 18 20
19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Axis Title
Sumber : Badan Pusat Statistik
(https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/11/05/1673/agustus-2020--tingkat-pengangguran-
terbuka--tpt--sebesar-7-07-persen.html)
Pajak
2500000
2000000
MILYAR RUPIAH
1500000
1000000
500000
0
9 8 0 0 0 2 0 4 0 6 0 8 1 0 1 2 1 4 1 6 1 8 2 0
19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TAHUN
Sumber :
https://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/apbn_Tinjauan_penerimaan_perpajakan20130129
122144.pdf
https://www.bps.go.id/indicator/13/1070/1/realisasi-pendapatan-negara.html
1. Fluktuasi dalam Perekonomian Sifatnya Tidak Teratur dan Tidak Dapat Diramalkan
Fluktuasi Ekonomi sesuai dengan perubahan kondisi bisnis. Ketika PDB Riil tumbuh
pesat, bisnis baik. Selama periode ekspansi ekonomi seperti itu, sebagian besar
perusahaan menemukan bahwa pelanggan berlimpah dan laba tumbuh. Ketika PDB
Riil turun selama resesi, bisnis mengalami kesulitan. Selama periode kontraksi
ekonomi seperti itu, sebagian besar perusahaan mengalami penurunan penjualan dan
Pertumbuhan PDB
10
PERSEN(%)
5
0
-5 99 8 00 02 04 06 08 10 12 14 16 18 20
1 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
-10
-15
TAHUN
penurunan laba. Faktanya, fluktuasi ekonomi sama sekali tidak teratur, dan hampir
tidak mungkin untuk diprediksi dengan akurat. Pada grafik pertumbuhan PDB dapat
dilihat bahwa tidak selamanya pertumbuhannya mengalami peningkatan, terkadang
mengalami resesi, dari grafik yang ditujukan pada tahun 2000,2005,2008,2011-2014,
dan 2019.
6000
5000
4000
RUPIAH
3000
2000
1000
0
98 99 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
19 19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TAHUN
Perubahan output barang dan jasa dalam perekonomian berkorelasi kuat dengan
perubahan dalam pemanfaatan tenaga kerjanya dalam perekonomian. Dengan kata
lain, ketika PDB mengalami resesi atau penurunan, tingkat pengangguran meningkat.
Fakta ini tidak mengejutkan : Ketika perusahaan memilih untuk memproduksi barang
dan jasa dalam jumlah yang lebih kecil, mereka memberhentikan pekerja, memperluas
kumpulan pengangguran. Contoh pada grafik yang dimana pada tahun 2019
pertumbuhan PDB mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19 dan pada saat itu
pengangguran pun juga meningkat.
Pengangguran
35
30
25
JUTA JIWA
20
15
10
5
0
98 00 02 04 06 08 10 12 14 16 18 20
19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Axis Title
Sumber : Badan Pusat Statitik
Data Inflasi
80
60
PERSEN (%)
40
20
0
9 8 0 0 0 2 0 4 0 6 0 8 1 0 1 2 1 4 1 6 1 8 2 0
19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TAHUN
Bentuk Kurva Permintaan Agregat yang miring ke bawah menunjukkan bahwa
penurunan tingkat harga akan meningkatkan keseluruhan jumlah permintaan barang dan jasa.
Banyak faktor lain, walau bagaimanapun, memengaruhi jumlah permintaan barang dan jasa
pada tingkat harga tertentu. Ketika satu dari ketiga faktor ini berubah, kurva permintaan
agregat akan bergeser. Pergeseran ini disebabkan oleh :
Konsumsi
1600000
1400000
1200000
MILIAR RUPIAH
1000000
800000
600000
400000
200000
0
98 00 02 04 06 08 10 12 14 16 18 20
19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TAHUN
Sumber : Buku Statistik 1998, 2002, 2004, 2007, 2008, 2012, 2017, 2020, 2021
Data APBN (Belanja Negara)
3000
2500
TRILIUN RUPIAH
2000
1500
1000
500
0
9 8 0 0 0 2 0 4 0 6 0 8 1 0 1 2 1 4 1 6 1 8 2 0
19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TAHUN
Sumber : https://www.kemenkeu.go.id/dataapbn
Eksport
MILIAR RUPIAH
200
100
0
9 8 0 0 0 2 0 4 0 6 0 8 1 0 1 2 1 4 1 6 1 8 2 0
19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TAHUN
Sumber : Buku Statistik 1999, 2003, 2005, 2011, 2015, 2018, 2021
Kurva Phillips merupakan kurva yang mengilustrasikan tradeoff antara inflasi dan
pengangguran. Kurva Phillips menggambarkan hubungan negative antara inflasi dan
penggangguran. Dengan memperluas permintaan agregat, para pembuat kebijakan dapat
memilih titik pada kurva Phillips dengan inflasi yang lebih tinggi dan pengangguran yang
lebih rendah. Dengan menurunkan permintaan agregat, para pembuat kebijakan dapat
memilih titik di kurva Phillips dengan inflasi yang lebih rendah dan pengangguran yang lebih
tinggi. Kurva Phillips membuktikan bahwa antara stabilitas harga dan kesempatan kerja yang
tinggi tidak mungkin terjadi secara bersamaan karena adanya tradeoff. Tradeoff tersebut
terjadi karena ketika tingkat pengangguran tinggi maka pekerja (buruh) tidak mempunyai
daya tawar gaji yang tinggi, akibatnya biaya (upah) yang akan dibayarkan oleh pengusaha
menjadi rendah, sehingga dapat menekan terjadinya inflasi karena tidak adanya kenaikan
harga produk yang dilakukan oleh perusahaan. Sebaliknya ketika tingkat pengangguran
rendah artinya posisi tawar tenaga kerja (buruh) menjadi lebih tinggi, sehingga pengusaha
harus membayar lebih tinggi biaya upah atau gaji, kenaikan upah tersebut akan meningkatkan
harga produk perusahaan.
Tradeoff antara inflasi dan penganggutan yang digambarkan oleh Kurva Phillips
hanya terjadi pada jangka pendek. Pada jangka panjang, inflasi yang diharapkan
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan pada inflasi aktualnya, sedangkan kurva
Phillips jangka pendek bergeser. Akibatnya, Kurva Phillips jangka panjang menjadi vertical
pada tingkat pengangguran alamiah.
Teori Kurva Phillips ini dijadikan acuan bagi para ekonom dalam menentukan
kebijakan-kebijakan perekonomian di suatu negara. Namun, hasil penelitian-penelitian
terdahulu menunjukkan hal yang tidak sesuai dengan Teori Kurva Phillips. Hasil penelitian
yang telah dilaksanakan oleh Putra (2019) yang menunjukkan bahwa di Indonesia, Malaysia,
dan Filiphina tidak terdapat tradeoff antara inflasi dan pengangguran. Kemudian hasil
penelitian ini didukung pula oleh penelitian 5 dari Hamidah (2010) yang juga menunjukan
bahwa Trade-off antara inflasi dan Penganguran di Indonesia terbukti tidak ada. Penelitian
yang dilakukan olehRahmat (2018), Ahmad (2007), Hadiyan (2018), dan Maichal (2012)
juga menunjukan bahwa di Indonesia tidak ditemukan adanya trade-off antara inflasi dan
pengangguran.
Data Inflasi
80
60
PERSEN (%)
40
20
0
98 00 02 04 06 08 10 12 14 16 18 20
19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TAHUN
Sumber : Buku Statistik 1998, 2002, 2004, 2007, 2008, 2012, 2017, 2020, 2021
Pengangguran
35
30
25
JUTA JIWA
20
15
10
5
0
98 00 02 04 06 08 10 12 14 16 18 20
19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Axis Title
Inflasi Indonesia dari tahun 1986 hingga 2014 mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Inflasi
tertinggi terjadi pada tahun 1998 yaitu sebesar 77,63% dan inflasi terendah pada tahun 1999 sebesar
2,01%. Tingkat inflasi yang tinggi merupakan indikasi awal memburuknya perekonomian suatu
negara. Tingkat inflasi yang tinggi dapat mendorong bank sentral menaikkan tingkat suku bunga
sehingga menyebabkan kontraksi atau pertumbuhan negatif di sektor riil. Lebih jauh lagi akan
menyebabkan pengangguran yang makin meningkat. Dalam jangka pendek kenaikan inflasi
menunjukkan pertumbuhan perekonomian namun dalam jangka panjang kenaikan inflasi yang tinggi
dapat memberikan dampak buruk. Tingginya tingkat inflasi menyebabkan harga barang domestik
relatif lebih mahal dibandingkan dengan harga barang impor. Masyarakat terdorong untuk membeli
barang impor dibandingkan barang domestik. Hal ini berakibat nilai ekspor cenderung turun dan nilai
impor naik. Kurang bersaingnya harga produk domestik menyebabkan rendahnya permintaan produk
dalam negeri. Produksi menjadi berkurang karena sejumlah pengusaha akan mengurangi produksi.
Produksi berkurang menyebabkan sejumlah pekerja kehilagan pekerjaannya sehingga pengangguran
meningkat.
2.4 Pengaruh Kebijakan Moneter dan Fiskal Terhadap Permintaan
Agregat
Teori Preferensi Likuiditas adalah teori Keynes yang menyatakan bahwa suku bunga
akan bergerak untuk menyeimbangkan jumlah uang beredar dan jumlah permintaan uang.
Menurut teori preferensi likuiditas, suku bunga akan mnyesuaikan diri untuk
menyembangkan jumlah uang beredar. Jika suku bunga berada di atas keseimbangan (seperti
pada r1) jumlah uang yang ingin dipegang oleh masyarakat (M1 d) lebih sedikit daripada yang
diciptakan oleh The Fed, dan kelebihan uang ini menurunkan suku bunga. Sebaliknya, jika
suku bunga berada di bawah keseimbangan seperti pada r2, jumlah uang yang ingin dipegang
oleh masyarakat (M2d) lebih besar dari pada jumlah yang telah diciptakan oleh The Fed,
sehingga kekurangan uang ini akan menaikkan suku bunga. Oleh karena itu, kekuata
penawaran dan permintaan uang dalam pasar uang akan mendorong suku bunga kea rah
tingkat keseimbangannya, yang membuat masyarakat cukup dengan jumlah yang mereka
pegang sekarang, yaitu sejumlah yang telah The Fed ciptakan.
Uang Beredar (M1)
2000000
1800000
1600000
1400000
MILIAR RUPIAH
1200000
1000000
800000
600000
400000
200000
0
98 00 02 04 06 08 10 12 14 16 18 20
19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TAHUN
5000000
4000000
3000000
2000000
1000000
0
98 00 02 04 06 08 10 12 14 16 18 20
19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TAHUN
Sumber : Buku Statistik 1998, 2002, 2004, 2007, 2008, 2012, 2017, 2020, 2021
Suku Bunga
40
35
30
25
PERSEN (%)
20
15
10
5
0
98 00 02 04 06 08 10 12 14 16 18 20
19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TAHUN