SKRIPSI
Oleh:
Muhammad Rizki Aminnullah
NIM 160810101049
Indonesia
45 6
40
5
35
30 4
25
3
20
15 2
10
1
5
0 0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Gambar 1.1 Pertumbuhan PDB perkapita dan kredit sektor swasta di Indonesia
(Sumber: World Bank: World Development Indicator, 2020,
diolah)
Negara Indonesia merupakan negara dengan kategori pendapatan middle-
income yang memiliki rasio kredit dengan kisaran 80 persen dari PDB. Terjadinya
Global Financial Crises (GFC) pada tahun 2008 menimbulkan berbagai dampak
yang merugikan bagi beberapa negara dengan kinerja sistem keuangan domestik
yang lemah (Malarvizhi et al., 2018). Dampak terjadinya krisis tersebut
menyebabkan perekonomian negara Asia Tenggara mengalami keruntuhan
termasuk Indonesia.
Perkembangan sektor keuangan pada saat ini ditandai dengan adanya inovasi
dalam bidang teknologi informasi yang dapat mengurangi biaya transaksi dan
meningkatkan alokasi sumber daya sehingga dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi melalui peluang investasi, manajemen risiko, tabungan, dan fasilitas
terhadap pertukaran barang dan jasa (Demirguc-Kunt dan Levine, 1996). Namun,
disebagian negara berkembang, lembaga keuangan mengalami inefisiensi yang
disebabkan oleh berbagai faktor. Reformasi secara sistemik perlu dilakukan untuk
negara berkembang dalam rangka mengurangi inefisiensi dalam sektor keuangan
untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat (Levine, 1996).
Pengembangan teknologi informasi dapat membantu mengurangi dampak dari
pengembangan sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menekan
ketidaksempurnaan pasar dan mendorong fungsi keuangan (Sassi dan Goaied,
2013). Oleh karena itu, investasi di sektor teknologi informasi bukan hanya diikuti
oleh nilai tambah melainkan juga diikuti peningkatan proses (Pohjola, 2001).
Dampak dari adanya teknologi informasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan dapat dilihat dari aspek permintaan dan penawaran. Pada sisi
permintaan, adanya teknologi informasi dapat meningkatkan produk dan layanan
baru. Sedangkan pada sisi penawaran, teknologi informasi dapat menghasilkan
peningkatan efisiensi faktor-faktor produksi dalam kegiatan ekonomi (Nour,
2002).
Beberapa literatur menjelaskan mengenai adanya hubungan antara inovasi
teknologi informasi, pembangunan sektor keuangan, dan pertumbuhan ekonomi.
Mengenai hubungan antara inovasi dan keuangan, Tobin (1984) menyatakan
bahwa apabila sektor keuangan melakukan kegiatan yang terlalu berlebihan maka
dapat menyebabkan timbulnya kesalahan dalam pengalokasian sumber daya
manusia dari sektor produksi ke sektor keuangan yang kurang produktif. Cecchetti
dan Kharroubi (2015) dan Borio et al. (2016) menyatakan bahwa proyek yang
kurang produktif akan lebih mudah mendapatkan pembiayaan saat terjadi ekspansi
di sektor keuangan. Pada saat kredit meningkat, pekerja yang berbakat akan
terpikat ke sektor-sektor yang memiliki produktivitas tinggi namun dapat
memberikan kompensasi yang tinggi (Axelson dan Bond, 2015; dan Boustanifar
et al., 2017). Weinstein dan Yafeh (1998) menunjukkan bahwa ikatan yang kuat
antara bank dan perusahaan dapat membantu bank dalam memfasilitasi kredit
untuk perusahaan, mencegah perusahaan dari proyek yang memiliki risiko tinggi,
dan pengembalian tinggi seperti kegiatan Research and Development (R&D).
Morales (2003) menunjukkan bahwa sektor keuangan dalam model pertumbuhan
endogen memiliki dua efek eksternalitas yang berlawanan. Di satu sisi,
eksternalitas positif dari adanya aktivitas keuangan dapat meluas ke sektor
ekonomi lainnya dan dapat meningkatkan produktivitas. Disisi lain, eksternalitas
positif ini dapat menghambat proses inovasi dan investasi dalam R&D.
Terinspirasi oleh karya Klette dan Kortum (2004) dan Akcigit dan Kerr
(2018), dimana berbagai jenis inovasi diperkenalkan dalam model pertumbuhan.
Philippe et al. (2018) berpendapat bahwa pengembangan keuangan dalam model
pertumbuhan ini dapat menghasilkan dua efek. Pertama, keberadaan inovator
dapat berpotensi untuk membantu mengatasi kendala pendanaan sehingga dapat
memasuki pasar dengan mudah. Kedua, kendala kredit lebih sedikit sehingga
membuat kinerja perusahaan menjadi tidak efisien untuk tetap berada di pasar dan
mencegah innovator lain untuk memasuki pasar. Pada akhirnya akan berdampak
negatif terhadap inovasi dan pertumbuhan agregat karena sektor keuangan terus
berkembang pada perekonomian modern dan kendala kredit yang dikurangi.
Namun, dampak tersebut tidak bersifat secara pasti.
Studi empiris yang menjelaskan mengenai hubungan antara perkembangan
teknologi informasi dan pertumbuhan ekonomi telah berkembang dalam beberapa
dekade terakhir. Sebagian besar temuan empiris menunjukkan hubungan positif
antara perkembangan teknologi informasi dengan pertumbuhan ekonomi. Namun,
disisi lain beberapa hasil empiris menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil empiris
yang ditemukan oleh Dewan dan Kraemer (2000) menyatakan bahwa
perkembangan teknologi informasi dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan
positif di negara-negara maju. Nour (2002) menemukan hubungan positif antara
investasi teknologi informasi dan pertumbuhan ekonomi di MENA. Pohjola
(2001) menemukan hubungan positif antara teknologi informasi dan pertumbuhan
ekonomi pada 23 negara anggota OECD (Organization for Economic Co-
Operation and Development).
Disisi lain, beberapa hasil empiris menunjukkan hasil yang berbeda terkait
hubungan antara perkembangan teknologi informasi dan pertumbuhan ekonomi.
Beberapa hasil empiris (Freeman dan Soete, 1997; Aghion dan Howitt, 1998)
menyatakan bahwa perkembangan teknologi informasi berdampak negatif
terhadap lapangan kerja dan pasar tenaga kerja di negara-negara berkembang.
Penelitian tersebut berpendapat bahwa perkembangan teknologi informasi akan
menggeser pekerja yang tidak terampil sehingga akan meningkatkan tingkat
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Selain itu, perkembangan teknologi
informasi hanya akan memberikan keuntungan yang besar bagi negara-negara
maju untuk bersaing di pasar lokal negara berkembang. Hassan (2005)
menyatakan bahwa hubungan antara perkembangan teknologi informasi dan
pertumbuhan ekonomi tidak terjadi di kawasan MENA melainkan hanya terjadi di
negara maju. Lee et al. (2005) menjelaskan bahwa investasi terhadap teknologi
informasi hanya dapat mendorong pertumbuhan di negara maju.
Indonesia
45 180
40 160
35 140
30 120
25 100
20 80
15 60
10 40
5 20
0 0
2000200120022003200420052006200720082009201020112012201320142015201620172018
5. Maradana et al. Does innovation promote economic Hasil empiris menemukan adanya
(2017) growth? Evidence from European kausalitas searah dan dua arah antara
countries inovasi dan pertumbuhan ekonomi per
kapita.
6. Malarvizi et al. Financial Development and Panel Ordinary Domestic Investment, Hasil empiris menunjukkan bahwa
(2018) Economic Growth in ASEAN-5 Least Square, Labour, Financial pembangunan sektor keuangan memiliki
Countries Random Effect Development, Export. efek positif terhadap pertumbuhan
Model, dan Fixed ekonomi di ASEAN-5, namun kontribusi
Effect Model dari pembangunan sektor keuangan lebih
kecil dari invetasi dalam negeri dan ekspor.
7. Pradan et al. Are Innovation and Financial Vector Auto- Economic Growth, Hasil empiris menunjukkan bahwa ketiga
(2018) Development Causative Factors in Regressive Model Patents by residents, variabel tersebut terintegrasi yang artinya
Economic Growth? Evidence From Patents by non- memiliki hubungan jangka panjang. Lebih
A Panel Granger Causality Test residents, Patents by jauh, ketiga variabel tersebut dalam jangka
both residents and pendek memiliki hubungan kausal searah
non-residents, atau dua arah antar variabel.
Researchers in
research and
development
activities, Research
and development
activities, High-
technology exports,
Scientific and
technical journals
articles, Composite
index of innovation,
Banking sector
development index,
Stock market
development index,
and Financial
development index.
8. Asimakopoulos Financial Development and System-GMM Foreign Direct Hasil empiris menunjukkan bahwa efek
et al. (2019) Innovation-led Growth: Is Too (Generalyzed Investment, schooling, positif dari inovasi pada pertumbuhan lebih
Much Finance Better? Method of population, GDP per kecil atau bahkan tidak signifikan untuk
Moments) capita, and the negara-negara dengan sektor keuangan
protection for maju.
intellectual property
right
Sumber: berbagai sumber, diolah
2.3 Kerangka Konsep
Sistem keuangan di era digital saat ini memiliki peran penting terhadap
perekonomian di suatu negara. Berbagai macam produk yang dihasilkan dari
sektor keuangan memiliki peran penting dalam mendukung kegiatan ekonomi
maupun kegiatan sosial di masyarakat secara besar-besaran, sehingga terjadinya
transaksi yang berfluktuasi di sektor keuangan dapat menimbulkan biaya transaksi
yang cukup tinggi. Biaya transaksi muncul sebagai akibat adanya asymetris
information yang berdampak terhadap munculnya moral hazard dan adverse
selection yang dapat menimbulkan ketidakefisienan (Schumpeter, 1934; Levine,
2000). Sektor keuangan dapat mendorong proses pembangunan ekonomi melalui
pengoptimalan seluruh sumber daya yang ada ditengah kondisi perekonomikan
yang begitu dinamis (Samans et al., 2015; Otoritas Jasa Keuangan, 2016). Namun,
gejolak yang terjadi pada sektor keuangan masih menjadi perdebatan dibeberapa
kajian literatur ekonomi dan keuangan. Meier dan Seers (1984) dan Lucas (1998)
menyatakan bahwa sektor keuangan dianggap memiliki kontribusi yang cukup
kecil terhadap pembangunan ekonomi.
Sektor keuangan memiliki peran penting terhadap pertumbuhan ekonomi di
Inggris dengan cara memainkan sistem keuangan sehingga dapat merangsang
industrialisasi dan dapat memfasilitasi mobilitas modal (Bagehot, 1873). Analisis
tentang hubungan antara pembangunan sektor keuangan dan pertumbuhan
ekonomi terus berkembang, diantaranya adalah teori Schumpeter (1911), Gurley
dan Shaw (1960), McKinnon (1973), dan Shaw (1973) yang menyatakan bahwa
pembangunan sektor keuangan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi karena dapat meningkatkan mobilitas tabungan, efisiensi sumber daya,
dan mendorong perkembangan inovasi teknologi. Sebaliknya, beberapa studi
empiris menyatakan bahwa hubungan antara pembangunan sektor keuangan dan
pertumbuhan ekonomi tidak seperti yang dijelaskan dalam teori tradisional. Ram
(1999) menyatakan bahwa pembangunan sektor keuangan memiliki hubungan
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Temuan serupa juga ditemukan oleh
Luintel dan Khan (1999) dalam tujuh diantara sepuluh negara yang dijadikan
sebagai sampel. Gregorio dan Guidotti (1992) juga menyatakan pendapat yang
serupa pada sampel di negara-negara Amerika Latin.
Sampai saat ini tidak ada kesepakatan umum yang menyatakan bahwa
pembangunan sektor keuangan dapat memberikan keuntungan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Menurut Levine (1977), pengalokasian modal yang baik
dapat menjadi perantara sektor keuangan dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi. Namun, apabila perkembangan sektor keuangan tidak baik maka dapat
menimbulkan hambatan likuiditas perekonomian dalam upaya mencapai
pertumbuhan ekonomi yang tinggi (Brandl, 2002).
Perkembangan sektor keuangan pada saat ini ditandai dengan adanya inovasi
dalam bidang teknologi informasi yang dapat mengurangi biaya transaksi dan
meningkatkan alokasi sumber daya sehingga dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi melalui peluang investasi, manajemen risiko, tabungan, dan fasilitas
terhadap pertukaran barang dan jasa (Demirguc-Kunt dan Levine, 1996).
Pengembangan teknologi informasi dapat membantu mengurangi dampak dari
pengembangan sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menekan
ketidaksempurnaan pasar dan mendorong fungsi keuangan (Sassi dan Goaied,
2013). Selain itu, perkembangan teknologi informasi juga dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi melalui akumulasi modal dan inovasi teknologi (Levine,
1997). Sehingga dengan adanya perkembangan teknologi informasi melalui
inivasi teknologi dapat berkontribusi dalam pengembangan proses dan produk
baru.
Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan kapasitas untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi
dapat terjadi apabila terjadi kemajuan teknologi, kelembagaan, dan berbagai ide
untuk menyesuaikan tuntutan ekonomi yang ada (Kuznet, 1971). Pembangunan
kelembagaan pada sektor keuangan dapat memberikan keteraturan suatu sistem
yang berguna untuk mendukung pembiayaan atas transaksi ekonomi. Sistem
keuangan terdiri dari beberapa lembaga baik bank ataupun non bank yang
digunakan sebagai sarana transaksi untuk investasi, kredit, dan fasilitas
pembayaran guna menunjang kegiatan perekonomian (Beck et al., 2000;
Buckland et al., 2005).
Barro dan Martin (1995) menyatakan bahwa teori pertumbuhan endogen
pertama kali ditemukan oleh Paul Romer yang dilatarbelakangi ketidakpuasan
terhadap model yang menjelasakan produktivitas pertumbuhan jangka panjang
yang ada. Oleh karena itu, teori pertumbuhan endogen membentuk model
pertumbuhan jangka panjang dengan variabel perkembangan teknologi sebagai
faktor kunci utama. Variabel teknologi pada teori pertumbuhan endogen bersifat
endogenous dan tidak berifat exogenous seperti dalam model pertumbuhan Solow.
Teori pertumbuhan endogen berkembang dari dua cabang pemikiran. Pertama,
adanya pemikiran learning-by-doing dalam perekonomian merupakan pendorong
bagi produktivitas perekonomian. Kedua, adanya penemuan baru merupakan
sumber utama dalam mendorong produktivitas ekonomi. Kedua aliran tersebut
sepakat bahwa sumber daya manusia merupakan kunci utama dalam mendorong
produktivitas ekonomi. Arrow (1962) menyatakan bahwa pengetahuan dan
produktivitas merupakan dua keuntungan yang berasal dari investasi fisik.
Teori Pertumbuhan
Ekonomi
Non-Bank Bank
Keterangan:
Hubungan Langsung Ruang Lingkup Penelitian
Hubungan Langsung Searah
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini didasarkan pada beberapa studi literatur yang
membahas mengenai hubungan kausalitas antara inovasi teknologi informasi dan
pembangunan sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi. Perbedaan kajian
empiris yang menjelaskan mengenai hubungan inovasi teknologi informasi dan
pembangunan sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi memungkinkan
terjadinya gap empiris yang dihasilkan dari penelitian sebelumnya. Objek dalam
penelitian ini adalah Negara Indonesia. Kondisi perekonomian yang berfluktuasi
berdampak terhadap hasil penelitian. Berdasarkan kondisi tersebut maka dapat
dihasilkan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Inovasi teknologi informasi dan pembangunan sektor keuangan tidak
memiliki pengaruh jangka pendek dan jangka panjang terhadap dinamika
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
H1 : Inovasi teknologi informasi dan pembangunan sektor keuangan memiliki
pengaruh jangka pendek dan jangka panjang terhadap dinamika
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
2.5 Asumsi Penelitian
Asumsi yang dijadikan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini berfokus pada Negara Indonesia.
2. Negara yang diteliti menerapkan kebijakan ekonomi dan politik yang
terbuka, sehingga menerima perubahan dan perkembangan teknologi.
3. Inovasi teknologi informasi dalam penelitian ini diproksi dengan variabel
pengguna telfon seluler dan internet. Hal tersebut dikarenakan telfon
seluler dan internet merupakan infrastruktur utama dalam perkembangan
teknologi informasi di era digital saat ini.
4. Pembangunan sektor keuangan dalam penelitian ini diproksi dengan kredit
sektor swasta. Hal tersebut dikarenakan kredit sektor swasta menjadi salah
satu penetrasi layanan di sektor keuangan.
BAB 3. METODE PENELITIAN
Pada Bab 3 ini menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam
penelitian ini. Subbab 3.1 menjelaskan tentang jenis dan sumber data, objek, serta
periode penelitian. Selanjutnya Subbab 3.2 menjelaskan desain penelitian, Subbab
3.3 menjelaskan tentang penurunan dan spesifikasi model yang dibangun
berdasarkan penelitian yang terdahulu, Subbab 3.4 menjelaskan metode analisis
yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang disusun, Subbab 3.5
menjelaskan definisi variabel operasional, dan Subbab 3.6 menjelaskan limitasi
penelitian.
3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
berupa data time series tahun 1998-2018 dari negara Indonesia. Rentang waktu
yang dipilih berdasarkan adanya fenomena krisis moneter yang terjadi pada tahun
1998. Oleh karena itu, dengan adanya fenomena tersebut diharapkan dapat terlihat
perkembangan teknologi informasi serta dinamika sektor keuangan di Indonesia.
Data yang digunakan berasal dari World Development Indicators yang
diterbitkan oleh World Bank serta berbagai sumber lain yang diperoleh dari buku,
jurnal, serta beberapa referensi yang dapat mendukung penelitian ini.
3.2 Desain Penelitian
Hasil uji empiris mengenai dampak dari perkembangan teknologi informasi
dan pembangunan sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan
bahwa perkembangan teknologi informasi dan pembangunan sektor keuangan
berhubungan secara signifikan dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap
pertumbuhan ekonomi (Schumpeter, 1934; Sassi dan Goaied, 2013). Selain itu,
hasil pengujian empiris dampak perkembangan teknologi informasi dan
pembangunan sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi di berbagai negara
menunjukkan hasil yang beragam. Berdasarkan kondisi tersebut, diperlukan
pengujian terhadap pengaruh perkembangan teknologi informasi dan
pembangunan sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Metode Error Corection Model (ECM) digunakan dalam menganalisis
pengaruh jangka pendek dan jangka panjang dari perkembangan teknologi
informasi dan pembangunan sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia tahun 1998-2018. Metode Error Correction Model (ECM) merupakan
istilah yang merepresentasikan deviasi dari keseimbangan jangka pendek serta
menunjukkan informasi mengenai penyesuaian dari keseimbangan jangka
panjang. Metode tersebut dipercaya dapat menjelaskan rumusan masalah yang
telah dibuat dalam penelitian ini. Metode ECM digunakan untuk melihat
hubungan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sebelum melakukan
pengujian dengan menggunakan ECM, perlu dilakukan pengujian pra estimasi.
Pengujian pra estimasi dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah model
ECM telah memenuhi syarat estimasi atau tidak. Pengujian pra estimasi meliputi
uji stasioneritas dan uji kointegrasi.
Uji stasioneritas bertujuan untuk melihat tingkat stasioneritas suatu data yang
digunakan. Apabila data dinyatakan tidak stasioner, maka dapat dilakukan
diferensiasi hingga data tersebut stasioner. Setelah uji stasioneritas dilakukan,
langkah selanjutnya adalah uji kointegrasi. Uji kointegrasi dilakukan untuk
mendeteksi stabilitas data dalam jangka panjang antara dua variabel atau lebih.
Uji kointegrasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan variabel
Error Correction Term (ECT) dengan tujuan untuk mengetahui apakah model
yang digunakan terkointegrasi atau tidak. Selanjutnya dilakukan estimasi pada
model ECM. Estimasi model ECM terbagi menjadi dua tahap yaitu estimasi
hubungan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Langkah selanjutnya setelah
dilakukan analisis dan justifikasi hasil maka dibuatlah kesimpulan dan jawaban
atas permasalahan yang diambil dalam penelitian ini.
Mulai
Mencari Data
Pertanyaan Empiris
Uji Stasioneritas
Uji Kointegrasi
Analisis dan
Justifikasi
Hasil
Selesai
dimana:
Y = Variabel yang diamati
∆Yt = Yt - Yt-1
Yt-1 = Yt-1 - Yt-2
t = time series
Apabila nilai t-hitung ADF lebih kecil dari t-tabel maka data tersebut tidak
stasioner, sebaliknya apabila t-hitung ADF lebih besar dari t-tabel maka data
tersebut stasioner. Namun, apabila data tidak stasioner maka dilakukan uji
differensiasi.
2. Uji Derajat Integrasi
Uji derajat integrasi dilakukan apabila dalam uji stasioneritas menunjukkan
hasil bahwa data tidak stasioner dan terindikasi memiliki regresi lancung. Regresi
lancung dapat diatasi melalui transformasi data differensiasi hingga data tersebut
stasioner.
p
∆2Yt = α0 + α1T + γYt-1 + ∑ β ∆ Y t-i+1 + εt……………………………………(3.7)
i=1
dimana:
∆2Yt = ∆Yt - ∆Yt-1
3. Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah
residual yang dihasilkan stasioner atau tidak. Dalam uji kointegrasi, apabila
variabel satu dengan yang lainnya memiliki derajat integrasi yang berbeda, maka
variabel tersebut tidak berkointegrasi (Insukindro, 1991:84). Uji kointegrasi
bertujuan untuk mengetahui keseimbangan variabel dalam jangka panjang. Uji
kointegrasi dapat dilakukan ketika data memiliki derajat integrasi yang sama.
Sebelum melakukan uji kointegrasi, hal pertama yang harus dilakukan adalah
meregresi persamaan (3.3) dan kemudian diperoleh nilai residualnya. Nilai
residual ini yang kemudian dilakukan uji ADF, apabila probabilitasnya lebih
rendah dari nilai α (1%, 5%, dan 10%) maka variabel ECT tidak stasioner.
Adapun persamaan uji tersebut adalah sebagai berikut:
p
∆et = βet-1 + ∑ α ∆ Y et-i+1……………………………………………………..(3.8)
i=1
Apabila nilai statistik ADF lebih besar dari nilai kritisnya maka variabel yang
diamati saling berkointegrasi dan memiliki hubungan jangka panjang (Widarjono,
2013:317).
4. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk melihat hasil estimasi memenuhi asumsi
dasar dan tidak mengandung BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Uji asumsi
klasik terdiri dari uji multikolinearitas, uji heterkedastisitas, uji autokorelasi, uji
normalitas, dan uji linearitas.
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui adanya interkorelasi yang
sempurna pada variabel independen dalam persamaan regresi. Uji
multikolinearitas menggunakan nilai tolerance dan Varience Inflation Factor
(VIF). Nilai tolerance berfungsi untuk mengukur variabilitas variabel independen.
Apabila nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi maka
terdapat kolinieritas yang tinggi juga.
Derajat kolinieritas dapat diukur dengan menggunakan luas jangkauan irisan
antarvariabel penjelasnya. Semakin besar irisan antarvariabel maka semakin besar
derajat kolinieritasnya. Multikolinearitas sempurna terjadi apabila koefisien
variabel X tidak ditentukan standart errornya. Namun, apabila multikolinearitas
tidak sempurna, berarti koefisien-koefisien yang ada tidak dapat diestimasi
dengan tingkat keakuratan yang tinggi (Gujarati dan Porter, 2009:344). Adapun
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya multikolinearitas adalah sebagai
berikut:
1. Metode pengumpulan data yang digunakan
2. Batasan yang diambil atau sampel yang diambil dari populasi
3. Spesifikasi model
4. Model yang overdetermined
b. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas merupakan uji yang dilakukan untuk membuktikan
bahwa varians setiap unsur disturbance dari variabel eksogen mempunyai angka
yang konstan dan sama dengan ragamnya. Artinya, Var (e i) = E(e 2i ) = δ2 untuk
semua i, i = 1,2,…n. Pada kondisi heterokedastisitas, varian setiap variabel tidak
sama (Supranto, 2004:46). Adanya heterokedastisitas menyebabkan penaksiran
dari koefisien regresi menjadi tidak efisien yang ditandai dengan varian yang
inimum dari penaksir sehingga mengakibatkan perhitungan standart error pada
OLS tidak dapat mengukur tingkat kepercayaan baik menggunakan uji t maupun
uji F. Pada dasarnya, uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah
varian dalam model regresi linear konstan atau heterogen (Gujarati dan Porter,
2009:390).
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui tingkat korelasi diantara
anggota seri dari observasi yang diurutkan berdasarkan waktu pada data time
series maupun cross section. Pada konteks regresi, Classical Linear Regression
Model (CLRM) berasumsi bahwa autokorelasi semacam itu tidak ada dalam
faktor gangguan µi. Hal tersebut dapat ditulis secara simbolis sebagai berikut:
Cov (µi, µj, ǀ xi, xj) = E(µi,µj) = 0 i≠j……………………………………………..
(3.9)
Autokorelasi muncul sebagai akibat dari adanya keterlambatan ekonomi time
series, adanya bias pada spesifikasi yang dihasilkan dari penghilangan variabel-
variabel penting dari model atau penggunaan fungsi yang tidak benar.
d. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang berguna untuk mengetahui nilai residual
terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas bisa dilakukan dengan pendekatan
Jarque-Berra (JB-test). Apabila JB hitung lebih kecil dari X 2 tabel atau nilai
probabilitas JB lebih kecil dari α = 5% maka dapat dikatakan nilai residualnya
terdistribusi normal. Namun, apabila JB hitung lebih besar dari X2 tabel atau nilai
probabilitas JB lebih besar dari α = 5% maka dapat dikatakan nilai residualnya
tidak terdistribusi normal.
e. Uji Linearitas
Uji Linearitas dilakukan untuk melihat relevansi suatu variabel untuk dimasukkan
kedalam model empiris dan mendeteksi kebenaran dari bentuk model empiris
yang akan digunakan. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk uji linearitas adalah
uji Ramsey Reset. Apabila nilai probabilitas dari F-statistik lebih besar dari α =
5% maka model tersebut linear. Sebaliknya, apabila nilai probabilitas dari F-
statistik lebih kecil dari α = 5% maka model tersebut tidak linear.
3.5 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel bertujuan untuk memberikan pengertian
mengenai variabel yang digunakan dalam penelitian. Definisi operasional variabel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini di proksi dengan Gross Domestic
Product (GDP) yang merupakan representasi dari nilai pasar semua barang dan
jasa yang di produksi oleh suatu negara dalam kurun waktu periode tertentu. Data
GDP juga dapat digunakan sebagai indikator dalam menganalisis sektor
perekonomian mana saja yang mengalami pertumbuhan atau penurunan. GDP
merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi perekonomian
suatu negara dalam kurun waktu tertentu. Data ini diambil dari World
Development Indicator yang diterbitkan oleh World Bank dengan kode
NY.GDP.MKTP.KD.ZG.
2. Pembangunan Sektor Keuangan
Pembangunan sektor keuangan dalam penelitian ini diproksi dengan kredit
domestik untuk sektor swasta yang mengacu pada sumber daya keuangan yang
disediakan untuk sektor swasta oleh perusahaan keuangan, seperti melalui
pinjaman, pembelian surat berharga, dan kredit perdagangan dan piutang lain-lain,
yang menetapkan klaim untuk pembayaran kembali. Untuk beberapa negara,
klaim ini mencakup kredit untuk perusahaan publik. Korporasi keuangan
termasuk otoritas moneter dan bank uang simpanan, serta korporasi finansial lain
dimana datanya tersedia (termasuk korporasi yang tidak menerima simpanan yang
dapat ditransfer tetapi menanggung kewajiban seperti waktu dan simpanan
simpanan). Contoh perusahaan keuangan lainnya adalah perusahaan pembiayaan
dan leasing, pemberi pinjaman uang, perusahaan asuransi, dana pensiun, dan
perusahaan valuta asing. Data ini diambil dari World Development Indicator yang
diterbitkan oleh World Bank dengan kode FS.AST.PRVT.GD.ZS.
3. Teknologi Informasi
Variabel teknologi informasi pada penelitian ini diproksi dengan variabel
langganan telepon seluler dan pengguna internet. Langganan telpon seluler
merupakan langganan terhadap layanan telepon seluler umum yang menyediakan
akses ke PSTN (Public Switched Telepon Network) menggunakan teknologi
seluler. Data telfon seluler berupa jumlah pengguna layanan telfon seluler.
Terdapat beberapa indikator yang menjelaskan mengenai varibel telfon seluler
diantaranya jumlah langganan pascabayar dan jumlah akun prabayar aktif.
Indikator tersebut berlaku untuk semua langganan seluler yang menawarkan
komunikasi suara. Telfon seluler menjadi bagian penting di era digital seperti saat
ini. Hal tersebut dikarenakan media telfon seluler merupakan media komunikasi
yang praktis untuk saat ini. Pada era digital, telfon seluler sangat banyak
digunakan oleh masyarakat. Berbagai fitur yang berada di telfon seluler dapat
memberikan berbagai informasi melalui jaringan internet. Data ini diambil dari
World Development Indicator yang diterbitkan oleh World Bank dengan kode
IT.CEL.SETS.P2.
Selanjutnya, variabel internet merupakan infrastruktur teknologi informasi
yang berperan penting dalam ekonomi digital. Perkembangan internet dapat
memudahkan masyarakat dalam melakukan aktivitas di berbagai bidang
khususnya bidang ekonomi. Perkembangan internet ditandai dengan munculnya
berbagai jasa layanan keuangan berbasis internet sehingga dapat mempercepat
dalam proses transaksi. Data pengguna internet dalam penelitian ini merupakan
data individu yang telah menggunakan Internet (dari lokasi mana pun) dalam 3
bulan terakhir. Data ini diambil dari World Development Indicator yang
diterbitkan oleh World Bank dengan kode IT.NET.USER.ZS.
Secara ringkas, variabel operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel berikut:
No Nama Variabel Tahun Sumber Kode
.
1. GDP growth 1998-2018 World Bank: NY.GDP.MKTP.KD.ZG.
World
(annual %)
Development
Indicator
2. Domestic credit 1998-2018 World Bank: FS.AST.PRVT.GD.ZS.
World
to private sector
Development
(% of GDP) Indicator
3. Mobile cellular 1998-2018 World Bank: IT.CEL.SETS.P2.
World
subscriptions
Development
(per 100 people) Indicator
4. Individuals 1998-2018 World Bank: IT.NET.USER.ZS.
World
using the
Development
Internet (% of Indicator
population)
Sumber: World Bank: World Development Indicator, 2020, diolah
3.6 Limitasi Penelitian
Batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Fokus penelitian adalah perkembangan teknologi informasi, pembangunan
sektor keuangan, dan pertumbuhan ekonomi.
2. Objek penelitian ini adalah Indonesia
3. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data time series
menggunakan metode Error Correction Model (ECM).
DAFTAR PUSTAKA
Andrianaivo, M., & Kpodar, K. 2010. ICT, financial inclusion, and growth:
Evidence from African countries.
Andrianaivo, M., & Kpodar, K. 2011. ICT, financial inclusion, and growth
evidence from African countries. International Monetary Fund working
paper 11/73.
Arkelof, G., 1970. The Market for Lemon: Quality Uncertainty and The Market
Mechanism. Q. J. Econ. 84 (1970):488-500
Asimakopoulos, Stylianos., Kim, Jaebeom., Zhu, Xiaoyang. 2019. Financial
Development and Innovation-led Growth: Is Too Much Finance Better?.
Journal of International Money and Finance.
Bagehot, Walter. Lombard street. Homewood, IL: Richard D. Irwin, [1873] 1962
Edition.
Barro, Rober., J. dan Sala-I-Martin, Xavier. 1997. Technological Diffusion,
Convergence, and Growth. Journal of Economic Growth, 2: 1–27 ( 1997)
Brandl, M. W. 2002. The Role of Financial Institution in Long Run Economic
Growth. Retrieved from:www.buc.utexas.edu/faculty/Michael
.brandl,:1202-02.
Buckland, J., Guenther, B., Boichev, G., Geddie, H. and Mutch, M. 2005 There
are no banks here : financial and insurance exclusion services in
Winnipeg‟s North End. Winnipeg Inner-city Research Alliance.
Claessens, S., Djankov, S., Fan, J., & Lang, H. P. 2002. Disentangling the
incentive and entrenchment effects of large shareholdings. The Journal of
Finance, 57(6), 2741–2771.
Czernich,N., Falck, O., Kretschmer, T., &Woessmann, L. 2011. Broadband
infrastructure andeconomic growth.The Economic Journal, 121(552),
502–532. Retrieved from www.jstor.org.
Demirguc-Kunt, A., & Levine, R. 1996. Stock market development and financial
intermediaries: Stylized facts. The World Bank Economic Review, 10(2),
291e321.
Gasmi, F., & Recuero Virto, V. L. 2010. The determinants and impact of
telecommunications reforms in developing countries. Journal of
Development Economics, 93(2), 275–286.
Gerschenkron, A. 1962. Economic Backwardness in Historical Perspective.
Cambridge, Mass.: Belknap Press of Harvard University Press.
Goos M, Manning A and Salomons A. 2014. Explaining job polarization:
Routine-biased technological change and offshoring. American
Economic Review, 104(8): 2509–2526.
Gregorio, J., & Guidotti,P. E. 1992. Financial development and economic growth.
International Monetary Fund working paper 92/101.
Gujarati, Damodar and Porter, C, Dawn. 2009. Basic Econometrics. Singapore:
McGraw-Hill Ducation
Gurley, J. G., & Shaw, E. S. 1960. Money in a theory of finance. Washington,
DC: Brookings Institution.
Hackler, D. 2003. Invisible infrastructure and the city. American Behavioral
Scientist, 46(8), 1034–1055.
Hardy, A. P. 1980. The role of the telephone in economic devel-opment.
Telecommunications Policy, 4(4), 278–286.
Huang, H., & Lin, S. C. 2009. Non-linear finance-growth nexus: a threshold with
instrumental variable approach. Economics of Transition, 17(3), 439–
466.
Hondroyiannis, G., Lolos, S., & Papapetrou, E. 2005. Financial markets and
economic growth in Greece, 1986–1999. Journal of International
Financial Markets.
Insukindro. 1992. Insukindro Error Correction Model. Yogyakarta: BPFE UGM
Jacobson, F. 2003. Telecommunications-A means to economic growth in
developing countries? Chr. Michelsen Institute’s. (Research No.
R2003:13). Retrieved from www. cmi.no/public/public.htmJacobsonF.
King R.G and R. Levine. 1993. “Finance and Growth: Schumpeter Might Be
Right,” Quarterly Journal of Economics, 108:715-735.
Koutroumpis, P. 2009. Broadband infrastructure and economic growth: A
simultaneous approach. Telecommunications Policy, 33(9), 471–485.ions
and Money, 15, 173–188.
Levine, R. 1996. Financial development and economic growth: Views and
agenda. The Journal of Economic Literature, 35(2), 688e726.
Levine, R. 1997. “Financial Development and Economic Growth: Views and
Agenda”, Journal of Economic Literature, 35: 688-726.
Levine, R., N. Loayza and T. Beck. 2000. “Financial Intermediation and Growth:
Causality and Causes”, Journal of Monetary Economics, 46: 31-77.
Lucas, R.E. 1988. On the Mechanism of Economic Development. Journal of
Monetary Economics, 22 (1), 3-42.
Luintel, K., & Khan, M. 1999. A quantitative reassessment of the financegrowth
nexus: evidence from a multivariate VAR. Journal of Development
Economics, 60, 381–405.
Macdouglad, J. 2011. Internet use and economic development: Evidence and
policy implications (unpublished doctoral dissertation) University of
South Florida.
Malarvizhi, C.A.N., Zeynali. Yashar., Mamun, A., Ahmad, G.B. 2018. Financial
Development and Economic Growth in ASEAN-5 Countries. Global
Business Review 1–15.
Mankiw, N. Gregory. 2010. Macroeconomics 7th Edition. Worth Publishers.
Mankiw, N. Gregory, and Laurence Ball. 2010. Macroeconomics and the
Financial System. Worth Publisher.
Maradana, R., Pradhan, R., Dash, S., Gaurav, K., Jayakumar, M. and Chatterjee,
D. 2017, “Does innovation promote economic growth? Evidence from
European countries”, Journal of Innovation and Entrepreneurship, 6 (1),
pp. 1-23.
McKinnon R.I. 1973. “Money and Capital in Economic Development”,
Washington D.C., The Brookings InstitutionMeier, G.M., Seers, D. 1984.
Pioneers in Development. New York: Oxford University Press.
Meier, Gerald. M., & Seers, Dudley. 1984. “Pioneers in Development”. New
York: Oxford University Press for the World Bank.
Narayana, M. R. 2011. Telecommunication services and economic growth:
Evidence from India. Telecommunications Policy, 35(2), 115–127.
Niebel, T. 2014. ICT and economic growth: Comparing developing, emerging and
developed countries (ZEW Discussion Papers 14e117). ZEW e
Zentrum für Europa€ische Wirtschaftsforschung/ Center for European
Economic Research (ZEW Discussion Papers 14e117).
Nour, S. S. 2002. The impact of ICT on economic development in the Arab world:
A comparative study of Egypt and the Gulf countries. Maastricht, The
Netherlands: The United Nations University (UNU), Institute for New
Technologies (INTECH).
Otoritas Jasa Keuangan. 2016 Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan
2016.
Pohjola, M. 2001. Information technology and economic growth: A cross-country
analysis. In M. Pohjola (Ed.), Information technology and economic
development (pp. 242e256). Cambridge, MA: Oxford University Press.
Pohjola, M. 2002. The new economy in growth and development. Oxford Review
of Economic Policy, 18(3). The New Economy, pp. 380–396. Retrieved
from www. jstor.orgPohjolaM.
Pradhana, R. P., Arvin, M. B., Bahmani, Sahar. 2018. Are Innovation and
Financial Development Causative Factors in Economic Growth? Evidence
From A Panel Granger Causality Test. Technological Forecasting & Social
Change.
Quah, D. 2003. Digital goods and the new economy (CEP Discussion Paper;
CEPDP0563). London, UK: Centre for Economic Performance, London
School of Economics and Political Science.
Rahutami, Angelina, Ika. 2010. Pertumbuhan Ekonomi: Suatu Catatan
Perkembangan Studi Empiris. WORKING PAPER/176/e/fak/c1/2010
Ram, R. 1999. Financial development and economic growth: additional evidence.
Journal of Development Studies, 35(4), 164–174.
Reid, Richard. 2010. Financial Development: A Broader Perspective. ADB
Working Paper no. 258.
Romer, Paul, M. 1994. The Origins of Endogenous Growth. The Journal of
Economic Perspectives Vol. 8, No. 1 (Winter, 1994), pp. 3-22
Roller, L., & Waverman, L. 2001. Telecommunications infrastructure and
economic development: A simultaneous approach. The American
Economic Review, 91(4), 909–923. Accessed from www.jstor.orgRoller.
Sadraoui, T., Ali, T. and Deguachi, B. 2014, “Economic growth and international
R&D cooperation: a panel granger causality analysis”, International
Journal of Econometrics and Financial Management, 2 (1), pp. 7–21.
Samans, R., Blanke, J., Corrigan, G., dan Drzeniek, M. 2015. The Inclusive
Growth and Development Report 2015. World Economy Forum Insight
Report.
Santos, J. F. and Catalao-Lopes, M. 2014, “Does R&D matter for economic
growth or vice-versa? An application to Portugal and other European
countries”, Archives of Business Research, 2 (3), pp. 1-17.
Sassi, Seifallah & Goaied, Mohamed. 2013. Financial development, ICT diffusion
and economic growth: Lessons from MENA region. Telecommunications
Policy 37 (2013) 252–261.
Schumpeter, J. A. 1911. The theory of economic development. Massachusetts:
Cambridge.
Schumpeter J.A. 1934. “The Theory of Economic Development”, Cambridge,
MA, Harvard University Press.
Shahbaz, M., Rehman, I. U. dan Muzaffar, A. T. 2015. Re-visiting Financial
Development and Economic Growth Nexus: The Role of Capitalization
in Bangladesh. South African Journal of Economics. 83(3): 452-471.
Shamim, F. 2007. The ICT environment, financial sector and economic growth: a
cross-country analysis. Journal of Economic Studies, 34(4), 352–370.
Shaw, E. S. 1973. Financial deepening in economic development. New York:
Oxford University Press.
Sommers, P., & Carlson, D. 2000. Ten steps to a high tech future: the new
economy in Metropolitan Seattle. The Brookings Insti-tute. Washington
DC. Retrieved from https://www.brookings.edu/ wp-
content/uploads/2016/06/SommersReport.pdf. (diakses 12 Januari 2020).
Stiglitz, J.E. dan Weiss, A. 1981. Credit Rationing in Markets with Imperfect
Information. American Economic Review. 71 (3):393-410.
Supranto, J. 2004. Ekonometri. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Thiel, M. 2001. “ Finance and Growth: A Review of Theory and the Available
Evidence”, Directorate General for Economic and Financial Affairs,
Economic Paper No. 158.
Todaro, M. P. dan S. C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.
Jilid 1. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Van Nieuwerburgh, S., Buelens, F., & Cuyvers, L. 2006. Stock market
development and economic growth in Belgium. Explorations in
Economic History, 43(1), 13–38.
Wardhono, Adhitya. 2011. Mengenal Ekonometrika Edisi Pertama. Jember:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember
Waverman, R., Meschi, M., & Fuss, M. 2005. The impact of telecoms on
economic growth in developing countries.
Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasi. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN
Wieman, C. 1998. The high-tech transition: Technology and the pros-pects for
improving infrastructure performance. Journal of Urban Technology,
5(2), 21–46.
Wyman, Oliver. 2016. Digital revolution. Marsh & McLennan Company