SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Program Studi Ekonomi Pembangunan
Disusun Oleh :
Septi Widya Rani
1710101074
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TIDAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Salatiga adalah kota di Provinsi Jawa Tengah yang mempunyai luas wilayah
56,78 km2, terdiri dari 4 kecamatan, 22 kelurahandan berpenduduk 176.795 jiwa, terletak
pada jalur regional Jawa Tengah yang mengubungkan kota regional Jawa Tengah, kota
Semarang dan Surakarta, mempunyai ketinggian 450-800 m dari permukaan laut.
Salatiga dikenal sebagai kota pendidikan, olahraga, perdagangan, dan tansi pariwisata,
menjadikan kota Salatiga sebagai kota mandiri dengan salah satu penopangnya adalah
berasal dari sentra Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Peran UMKM dalam perekonomian juga terjadi di Kota Salatiga. Kota Salatiga
memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pada tahun 2019 pertumbuhan
ekonomi Kota Salatiga sebesar 5,88 persen, lebih tinggi dari Indonesia sendiri yang
hanya 5,02 persen [CITATION Bad20 \l 1033 ]. Peningkatan perekonomian di Kota Salatiga
dari sektor industri pengolahan, konstruksi, perdagangan besar dan eceran serta jasa
perusahaan meyumbang cukup besar dalam perekonomian [ CITATION Bad20 \l 1033 ].
Oleh karena itu, UMKM memiliki potensi yang besar bagi perekonomian jika dapat
dikembangkan dan dikelola dengan baik. Kebersediaan sumber daya alam yang
melimpah dan tenaga kerja mudah dalam jumlah yang banyak dapat menjadi potensi
ekonomi yang sangat besar bagi suatu wilayah.
120 110.2
Total Pengguna (Juta)
100 88.1
82
80
63
60 55
42
40 30
25
16 20 20
20 8 11.2
0.5 1 1.9 4.2 4.5
0
19981999200020012002200320042005200620072008200920102011201220132014201520162017
Tahun
Diantara beragam jenis teknologi informasi, ekonomi digital menjadi pilihan bagi
para pelaku bisnis. Ekonomi digital membuka kesempatan bagi para pelaku bisnis untuk
meningkatkan inovasi dengan cara berbagi (sharing), bekolaborasi (collaboration), dan
berkreasi bersama (co-creation) (Choi, Palmer, & Horowitz, 2014). Salah satu tantangan
digitalisasi UMKM di Indonesia adalah rendahnya tingkat literasi digital, literasi
keuangan dan literasi keuangan digital. Hasil Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLK)
yang digelar OJK menunjukkan tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia pada
2019 masih di angka 38,03 persen. Angka ini jauh di bawah negara-negara tetangga
seperti Singapura, Malaysia dan Thailand (OJK, 2019). Menurut UNESCO dimensi
keahlian menggunakan teknologi informasi dan komunikasi merujuk pada hasil dari
pengalaman menggunakan teknologi seperti memperoleh, mengolah, menyimpan,
memproduksi, dan menukar informasi, mengkomunikasikan, dan melibatkan diri dalam
jaringan internet (Pane, 2014). Bedasarkan analisis (Iman, Ismail, & Widiyanti, 2017),
mengenai pengguna media sosial sebagian besar masyarakat menggunakan media sosial
karena mendapatkan informasi tentang keberadaan media sosial ini dari media lain (31
persen), relasi dan keluarga masing-masing. Hampir keseluruhan pengguna media sosial
minimal dalam setiap hari sekali dalam mengaksesnya (57 persen). Ini merupakan faktor
yang sangat penting untuk dijadikan perhatian dalam menyertakan keberadaan/eksistensi
media sosial dalam pengembangan usaha dari UMKM.
Pada tabel 1.2 dapat dilihat bahwa sebanyak 56,9 persen atau 58 pelaku UMKM
dari total 102 UMKM yang dijadikan sampel mayoritas berjenis kelamin perempuan.
Berdasarkan tingkat pendidikan formal terakhir yang ditempuh, sebanyak 23 pelaku
UMKM (22,5 persen) merupakan lulusan sarjana. Kadang kala tingkat pendidikan yang
rendah sebagai ketidakmampuan mereka memajukan usaha maupun meningkatkan
produktivitas. Kebanyakan pemilik UMKM memiliki jenjang pendidikan di SMA dan
jarang sampai ke jenjang Sarjana (S1) (Nainggolan, 2016), kurangnya keterampilan,
pengalaman dan pengetahuan pemilik UMKM menyebabkan perusahaan kurang
berkembang atau tertinggal dari UMKM yang sudah menggunakan sistem online.
Ekonomi digital mampu membuat perubahan yang lebih baik pada UMKM
60
Grafik
50 48
1.2
40
29
30
22
20
10
3
0
0
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Netral Setuju Sangat Setuju
Salah satu tantangan yang dihadapi pelaku UMKM saat ini adalah
kemampuannya untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar dalam hal akses
penjualan ke pasar yang lebih luas, akses finansial dan penggunaan teknologi informasi
yang belum maksimal (Yoshino, 2016). Itulah mengapa pentingnya pengetahuan,
pendidikan atau persepsi mengenai ekonomi digital penting bagi pelaku bisnis agar dapat
bersaing di pasar bisnis.
Pada tabel 1.3, terdapat 48 persen yang tidak pernah mengikuti pelatihan dan 22,5
persen tidak mengikuti sosialisasi ekonomi digital. Pelaku UMKM harus mampu
memaksimalkan manfaat perkembangan digital, namun para pelaku UMKM masih
terhadang kendala minimnya pengetahuan terhadap marketing dan electronic commerce.
Potensi pemanfaatan digital marketing ini mengharuskan masyarakat untuk melek
teknologi, oleh karena itu penting juga diadakan sosialisasi dan pelatihan penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi ini (Sulaksono & Zakaria, 2020).
Hasil penelitian dari Sari (2019) menunjukkan adanya pengaruh ekonomi digital
secara parsial yang positif dan signifikan terhadap pendapatan pelaku usaha UMKM.
Hasil penelitian Utari dan Dewi (2014) menunjukkan tingkat pendidikan dan teknologi
juga memiliki pengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap pendapatan
UMKM. Sedangkan penelitian dari Hasanah, Kholifah, dan Alamsyah (2020)
menunjukkan tingkat pendidikan dinyatakan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pendapatan UMKM. Menurut Febriyantoro dan Arisandi (2018) diketahui
bahwa digital marketing memudahkan pelaku UMKM untuk memberikan informasi dan
berinteraksi secara langsung dengan konsumen, memperluas pangsa pasar, meningkatkan
awareness dan meningkatkan penjualan bagi pelaku UMKM, sehingga digital marketing
atau ekonomi digital memiliki pengaruh postif terhadap UMKM.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menjelaskan
pengaruh antara ekonomi digital terhadap UMKM di Kota Salatiga. Variabel indikator
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sosialisasi, pelatihan, tingkat pendidikan dan
persepsi pelaku UMKM mengenai Ekonomi Digital. Berdasarkan latar belakang tersebut
peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Ekonomi Digital terhadap
UMKM di Kota Salatiga”.
LANDASAN TEORI
Ekonomi digital adalah ekonomi yang didasarkan pada barang elektronik dan
jasa yang dihasilkan oleh bisnis elektronik dan diperdagangkan melalui perdagangan
elektronik. Artinya, bisnis dengan produksi elektronik dan proses manajemen dan
yang berinteraksi dengan mitra dan pelanggan dan melakukan transaksi melalui
internet dan Web teknologi. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi saat ini
menawarkan alternatif atau model baru dalam berinteraksi baik antar individu maupun
masyarakat, termasuk hubungannya dengan aktifitas perekonomian dan perdagangan
(Budiantara, Ginting, & Simamata, 2020).
2.1.2 Pelatihan
Menurut Sarwani (2020), yang dimaksud dengan pelatihan adalah suatu proses
pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisasi.
Pelatihan dibatasi tentang keahlian dan pengetahuan karyawan selama bekerja dalam
perusahaan tersebut. Menurut Rivai (2010), pelatihan adalah proses secara sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai untuk melaksanakan pekerjaan saat ini.
Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian
dan kemampuan tertentu agar berhasil dalam melaksanakan pekerjaannya. Pada
prinsipnya tujuan pelatihan menurut Sedarmayanti (2010), adalah :
a. Menambah pengetahuan
b. Menambah kerampilan
c. Merubah sikap
2.1.3 Sosialisasi
a. Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu suatu proses suatu individu
mengambil cara hidup atau kebudayaan masyarakatnya.
b. Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari ukuran kepatuhan tingkah
laku di dalam masyarakat di mana ia hidup, dan pola-pola nilai dan tingkah
laku, sikap, dan kebiasaan serta ide-ide.
c. Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun
dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan dalam diri pribadinya.
Menurut Hariandja dalam Kusuma & Luviany (2018), proses mengubah sikap
seorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan pola berfikir melalui upaya
sebuah pengajaran dan pelatihan yang sesuai prosedur merupakan suatu pendidikan.
Perbaikan kinerja perusahaan dan peningkatan daya saing dapat dilihat dari tingkat
pendidikan seseorang baik pemilik dan juga karyawan.
UMKM perlu mendapatkan pelatihan agar dapat memasuki dan bersaing salam
ekosistem digital. Semakin banyak UMKM yang berhasil memasuki ekosistem digital,
maka akan semakin banyak pula UMKM yang mampu bersaing dan bertahan di tengah
kondisi apapun.
Sosialisasi Ekonomi
Digital Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah
Tingkat Pendidikan (UMKM)
Pelaku UMKM
Persepsi Pelaku
UMKM
H1 : Ada pengaruh yang signifikan ekonomi digital terhadap UMKM di Kota Salatiga.
H2 : Ada pengaruh yang signifikan pelatihan ekonomi digital terhadap UMKM di Kota
Salatiga.
H3 : Ada pengaruh yang signifikan sosialisasi ekonomi digital terhadap UMKM di Kota
Salatiga.
H4 : Ada pengaruh yang signifikan tingkat pendidikan terhadap UMKM di Kota Salatiga.
METODE PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak pertama, biasanya dapat melalui
wawancara, jejak dan lain-lain (Arikunto, 2013). Data yang dibutuhkan dalam penelitian
ini adalah jumlah pelaku UMKM yang mengikuti pelatihan, jumlah pelaku UMKM yang
mengikuti sosialisasi, tingkat pendidikan pelaku UMKM dan persepsi pelaku UMKM.
Data tersebut diperoleh dari kuisioner yang dibagikan dan wawancara yang dilakukan.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kalau asumsi ini
dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua
cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
analisis Gambar dan statistik. Residual berdistribusi normal jika memiliki nilai
signifikansi > 0,05 dan berdistribusi tidak normal jika memiliki nilai signifikansi <
0,05 (Ghozali, 2013).
b. Uji Multikoinearitas
Multkolinearitas adalah keadaan dimana antara dua variabel independen
atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati
sempurna. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah
multikolinearitas (Priyatno, 2013).
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dengan melihat nilai
Tolerance dan VIF. Semakin kecil nilai Tolerance dan semakin besar VIF maka
semakin mendekati terjadinya masalah multikolinieritas. Dalam kebanyakan
penelitian menyebutkan bahwa jika Tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari
10, dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi masalah
multikolinieritas (Priyatno, 2013).
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan keadaan dimana ketidaksamaan varian dari
residual pada model regresi. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya
masalah heteroskedastisias. Heteroskedastisitas menyebabkan penaksir atau
estimator menjadi tidak efisien dan nilai koefisien determinasi akan menjadi sangat
tinggi. Akibat adanya heteroskedstisitas, estimator menjadi tidak efisien serta
standard error dari model regresi menjadi bias sehingga menyebabkan nilai t
satatistik dan F hitung bias. Dampak akhirnya adalah pengambilan kesimpulan
statistik untuk pengujian hipotesis menjadi tidak valid. Model regresi yang baik
adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,
2013).
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari residual untuk
pengamatan satu dengan pengamatan yang lain yang disusun menurut runtun waktu.
Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah autokorelasi. Dampak
yang diakibatkan dengan adanya autokorelasi yaitu varian sampel tidak dapat
menggambarkan populasinya (Priyatno, 2013).
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dengan dilakukan uji Durbin
Watson. Nilai uji Durbin-Watson dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-Watson
untuk mengetahui keberadaan korelasi positif atau negatif. Keputusan mengenai
keberadaan autokorelasi sebagai berikut (Ghozali, 2011):
1) Jika d < dl, berarti terdapat autokorelasi positif
2) Jika d > (4 – dl), berarti terdapat autokorelasi negatif
3) Jika du < d < (4 – dl), berarti tidak terdapat autokorelasi.
4) Jika dl < d < du atau (4 – du), berarti tidak dapat disimpulkan.
3.6.2 Analisis Regresi Linear Berganda
Penggunaan model regresi sebagai alat uji akan memberikan hasil yang baik
apabila dalam model tersebut data memiliki syarat-syarat tertentu atau dianggap
memiliki syarat-syarat tersebut. Dimana syarat tersebut data dalam variabel terdistribusi
normal. Normalitas data merupakan identitas penghubung antara variabel bebas dan
variabel tergantung .
Menurut Gujarati dalam (Eriyanto, 2017), ada perbedaan satuan dan besaran
variabel menyebabkan persamaan regresi harus dibuat dengan model logaritma untuk
mengurangi adanya gejala heteroskedastisitas dan mengetahui kepekaan antar variabel.
Transformasi logaritma mengurangi heteroskedastisitas. Hal ini disebabkan karena
transformasi yang memaparkan skala untuk pengukuran variabel mengurangi perbedaan
antara kedua nilai dari sepuluh kali lipat menjadi perbedaan dua kali lipat. Dalam
penelitian ini menggunakan model semi-logaritma, dalam model semi-logaritma hanya
terdapat satu variabel (Y atau X) yang ditransformasikan secara logaritma. Model semi
logaritma lin-log diterapkan dalam penelitian ini, artinya bahwa yang ditrasnformasikan
kedalam bentuk logaritma yaitu variabel independen (X) sedangkan variabel dependen
(Y) berbentuk linier. Model ini bertujuan untuk mengukur perubahan absolut variabel Y
yang disebabkan oleh perubahan relatif (persentase) dari variabel X (Junaidi, 2015).
Keterangan :
Y = Deforestasi
Α = Konstanta
β1 , β2 , β3 = Koefisien regresi
X1 = Pertumbuhan ekonomi
X4 = Pertumbuhan penduduk
ε = Residual
statistik.
a. Uji Statistik
Uji terhadap nilai statistik t merupakan uji signifikansi parameter individual. Nilai
statistik t menunjukan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara
individual terhadap variabel dependennya. Uji terhadap nilai statistik t juga disebut
uji parsial yang berupa koefisien regresi.
Ho : β1, β2, β3, β4 = 0, artinya suatu variabel independen bukan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen.
Ha : β1, β2, β3, β4 ≠ 0, artinya suatu variabel independen merupakan penjelas
yang signifikan terhadap variabel dependen.
Uji t : t = 𝛽1 𝑠𝑒(𝛽1)
Dimana :
β1 = koefisien parameter
Cara uji t yaitu membandingkan antara thitung dengan ttabel, Jika nilai thitung > nilai t
tabel, maka Ho ditolak yang berarti variabel independen (X) berpengaruh terhadap
variabel dependen (Y), α adalah tingkat signifikansi dan (n-k) derajat kebebasan
yaitu jumlah n observasi dikurangi jumlah variabel independen dalam model
(Ghozali, 2013).
Gambar 3.1
b. Uji F-Statistik
Pengambilan putusan :
Ho :β1,β2, β3 , β4 .. = 0 , semua variabel independen secara bersamasama tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
R 2/k
Fh =
(1−R 2)/(n−k −1)
Apabila nilai F hitung > F tabel maka HO ditolak dan H1 diterima, artinya ada
pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Sebaliknya apabila F hitung < F tabel maka HO diterima dan H1 ditolak, artinya
tidak ada pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Uji F statistik yang mengukur signifikansi secara keseluruhan dari garis
regresi dapat juga digunakan untuk menguji signifikansi dari R², dengan kata lain
pengujian F statistik sama dengan pengujian terhadap R² (Ghozali, 2013).
Gambar 3.2
Ananda, P. R. D., Kumadji, S., & Husaini, A. (2015). Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Tarif
Pajak, dan Pemahaman Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada UMKM
yang Terdaftar Sebagai Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu). Jurnal
Perpajakan (JEJAK), 2015(2), 1–239.
Ansori, A. (2016). Digitalisasi Ekonomi Syariah. Jurnal Ekonomi Keuangan Dan Bisnis Islam,
7(1), 1–18.
Astianti, Y. (2017). Pengaruh Persepsi Pelaku Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Tentang
Akuntansi, Pengetahuan Akuntansi, Dan Skala Usaha Terhadap Penggunaan Informasi
Akuntansi. Skripsi, 44.
Badria, N., & Diana, N. (2015). persepsi pelaku UMKM dan sosialisasi SAK EMKM terhadap
diberlakukannya laporan keuangan yang berbasis SAK EMKM. Dk, 53(9), 1689–1699.
Batri, M., & Sartika, M. (2019). The Influence of Training, Education and Assistance on UMKM
Revenues in the Technical Executing Unit (TEU) PLUT of Micro and Small and Medium
Enterprises Cooperatives South Sulawesi Province. International Journal of Management
Progress, 1(1), 22–32.
Bernoff, J., & Li, C. (2010). Harnessing the power of the oh-so-social web. IEEE Engineering
Management Review. https://doi.org/10.1109/EMR.2010.5559138
Budiantara, K., Ginting, S. O., & Simamata, J. (2020). Ekonomi dan Bisnis Digital.
Cesaroni, F. M., & Consoli, D. (2015). Are Small Businesses Really Able to Take Advantage of
Social Media?: Discovery Service para Universidad Del Pacifico. Electronic Journal of
Knowledge Management.
Choi, N., Palmer, K. H. A., & Horowitz, L. (2014). Web 2 . 0 Use and Knowledge Transfer :
How Social Media Technologies Can Lead to Organizational Innovation. The Electronic
Journal of Knowledge Management.
Depkop. (2018). Perkembangan Data Usaha Mikro , Kecil , Menengah Dan Usaha Besar.
Www.Depkop.Go.Id, 2000(1), 1.
Dinanti, A., Wuriasih, D. N., Anggraini, R., Naufalin, L. R., & Nugraha, G. A. (2018). Analysis
the Effect of Education on UMKM Performance. Seminar Nasional Dan Call for Paper
Sustainable Competitive Advantage (SCA), 8, 1–9.
Farida, I., & Aryanto. (2021). Perception Of MSME’s In Tegal City On Readiness Towards
Umkm Digitalization In The New Normal Era. Jurnal Riset Akuntansi Terpadu, 14(1).
Febriyanti, G. A., & Wardhani, A. S. (2018). Pengaruh Persepsi, Tingkat Pendidikan, dan
Sosialisasi Terhadap Penerapan SAK EMKM Pada UMKM Wilayah Kota Surabaya. Jurnal
Ilmiah ESAI, 12(2), 112–127.
Febriyantoro, M. T., & Arisandi, D. (2018). Pemanfaatan Digital Marketing Bagi Usaha Mikro,
Kecil Dan Menengah Pada Era Masyarakat Ekonomi Asean. JMD: Jurnal Riset Manajemen
& Bisnis Dewantara. https://doi.org/10.26533/jmd.v1i2.175
Ghozali, I. (2013). Analisis Multivariat dan Ekonometrika : Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan
Eviews 8 (Terjemahan). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hana Pratiwi. (2015). Perpajakan, Persepsi Wajib Pajak Tentang Sanksi PajakTerhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris pada Wajib Pajak di Kabupaten
Banjarnegara). Skripsi FE Undip, 65.
Hasanah, R. L., Kholifah, D. N., & Alamsyah, D. P. (2020). Pengaruh modal , tingkat pendidikan
dan teknologi terhadap pendapatan umkm di kabupaten purbalingga Effect of capital ,
education levels , and technology on msme income in purbalingga regency. Jurnal
Akuntansi Dan Manajemen.
Iman, A., Ismail, A. I., & Widiyanti, E. (2017). Kesiapan UMKM Industri Kreatif Kota
Surakarta dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Digital ( Digital Economy Ecosystem ).
272–277.
Junaidi. (2015). Bentuk Fungsional Regresi Linear (Aplikasi Model dengan Program SPSS).
Jambi: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.
Katua, N. T. (2014). The Role of SMEs in Employment Creation and Economic Growth in
Selected Countries. International Journal of Education and Research.
Kementerian Koperasi dan Kecil dan Menengah yang diolah dari data 7 Badan Pusat Statistik
(BPS). (2018). Perkembangan Data Usaha Mikro , Kecil , Menengah Dan Usaha Besar.
Www.Depkop.Go.Id, 2000(1), 1.
Ketut Ratna Dewi, D., & Dkk. (2016). Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan. E-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha, 4(2).
Kusuma, I. ., & Luviany, V. (2018). Persepsi UMKM dalam Memahami SAK EMKM. JURNAL
AKUNIDA, 4(2), 1–14.
Liza, & Suktiarti. (2013). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan, Tingkat Pendidikan dan
Status Pekerjaan dengan Motivasi Lansia Berkunjung ke Posyandu Lansia di Desa Dadirejo
Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan.
Nainggolan, R. (2016). Gender, Tingkat Pendidikan dan Lama Usaha Sebagai Determinan
Penghasilan UMKM Kota Surabaya. KINERJA. https://doi.org/10.24002/kinerja.v20i1.693
Nursanti, A. (2014). Pengaruh Pelatihan Kerja dan Pemberian Insentif terhadap Kinerja
Karyawan CV Kedai Digital Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.
OJK. (2019). Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2019. Otoritas Jasa Keuangan, 1.
Pane, E. S. (2014). Tingkat Adopsi Media Sosial sebagai Sarana Pemasaran Produk Industri
Kecil dan Menengah. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Komunikasi Dan Informatika,
5(1), 1–15.
Priyatno, D. (2013). Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate dengan SPSS. Yogyakarta:
Gava Media.
Putra, Y. M. (2018). Pemetaan Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Emkm Pada Umkm Di
Kota Tangerang Selatan. Jurnal Profita, 11(2), 201.
https://doi.org/10.22441/profita.2018.v11.02.004
Rahardjo, B., Ikhwan, K., & Siharis, A. K. (2019). Pengaruh Financial Technology ( Fintech ).
347–356.
Rivai, V. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik.
Jakarta: PT Index Kompleks Gramedia.
Sarwani, Akbar, I. R., Handoko, A. L., Ilham, D., & Wijoyo, H. (2020). Pengaruh Pelatihan dan
Motivasi terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada PT. Lion Mentari Airlines Bandara
Internasional Soekarno Hatta Cengkareng. Jurnal Ilmu Komputer Dan Bisnis, XI(2a), 91–
100.
Sarwono, J., & Hendra, N. S. (2017). Statistik untuk Analisis Data Riset Skripsi. Yogyakarta:
Gava Media.
Sedarmayanti. (2010). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, cetakan kedua. Bandung:
Mandar Maju.
Setiawan, B. (2018). Edukasi E-Commerce Pada Pelaku Usaha Mikro , Kecil Dan. Jurnal
Abdimas Mandiri.
Setyawati, Y., & Hermawan, S. (2018). Menurut Robbins (2008 : 175) persepsi (perception)
adalah proses dimana suatu individu menafsirkan dan mengatur kesan-kesan secara sensoris
mereka dengan tujuan arti di lingkungan mereka. Namun terkadang apa yang mereka terima
dapat berbeda dari realita s. Riset Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 3(2), 161–204.
Srirejeki, K. (2016). Analisis Manfaat Media Sosial dalam Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM). Masyarakat Telematika Dan Informasi.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitaif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: CV.
Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).
Bandung: CV. Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sulaksono, J., & Zakaria, N. (2020). Peranan Digital Marketing Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) Desa Tales Kabupaten Kediri. Generation Jurnal, Vol.4 No.1, 41–48.
Susanti, I. (2018). Kendala-Kendala Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Muara
Penimbung Kecamatan Indralaya dalam Pembangunan Ekonomi Desa. Universitas
Sriwijaya.
Tobari. (2015). Membangun Budaya Organisasi Pada Instansi Pemerintahan (Edisi 1).
Yogyakarta: Deepublish.
Utari, T., & Dewi, P. M. (2014). Pengaruh Modal, Tingkat Pendidikan Dan Teknologi Terhadap
Pendapatan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Umkm) Di Kawasan Imam Bonjol
Denpasar Barat. Ekonomi Pembangunan.
Wahyudiati, D. (2017). Pengaruh Aspek Keuangan Dan Kompetensi Sumber Daya Manusia
(Sdm) Terhadap Kinerja Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Umkm) Di Desa Kasongan.
Skripsi, 44.
Widayati, H. W., Laut, L. T., & Destiningsih, R. (2017). Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja, Tingkat
Pendidikan dan Jumlah Pengangguran terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten
Magelang Tahun 1996-2017. DINAMIC : Directory Journal of Economic, 1(2), 182–194.
Widi, L. (2011). Pengaruh Upah, Tingkat Pendidikan dan Teknologi Terhadap Produktivitas
Tenaga Kerja Pada Industri Kecap di Kecamatan Pati Kabupaten Pati. Universitas Negeri
Semarang.
Yoshino, N. (2016). Major Challenges Facing Small and Medium-Sized Enterprises in Asia and
Solutions for Mitigating Them. SSRN Electronic Journal.
https://doi.org/10.2139/ssrn.2766242
Yuniarta, D., & Wahyuni. (2017). Pengaruh Sosialisasi SAK ETAP, Tingkat Pendidikan Pemilik
dan Persepsi Pelaku UKM terhadap Penggunaan SAK ETAP pada UKM di Kecamatan
Buleleng. Jurnal Akuntansi, 7(1), 1–14.