Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH EKONOMI DIGITAL TERHADAP UMKM DI KOTA SALATIGA

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Program Studi Ekonomi Pembangunan

Disusun Oleh :
Septi Widya Rani
1710101074

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TIDAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salatiga adalah kota di Provinsi Jawa Tengah yang mempunyai luas wilayah
56,78 km2, terdiri dari 4 kecamatan, 22 kelurahandan berpenduduk 176.795 jiwa, terletak
pada jalur regional Jawa Tengah yang mengubungkan kota regional Jawa Tengah, kota
Semarang dan Surakarta, mempunyai ketinggian 450-800 m dari permukaan laut.
Salatiga dikenal sebagai kota pendidikan, olahraga, perdagangan, dan tansi pariwisata,
menjadikan kota Salatiga sebagai kota mandiri dengan salah satu penopangnya adalah
berasal dari sentra Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Peran UMKM dalam perekonomian juga terjadi di Kota Salatiga. Kota Salatiga
memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pada tahun 2019 pertumbuhan
ekonomi Kota Salatiga sebesar 5,88 persen, lebih tinggi dari Indonesia sendiri yang
hanya 5,02 persen [CITATION Bad20 \l 1033 ]. Peningkatan perekonomian di Kota Salatiga
dari sektor industri pengolahan, konstruksi, perdagangan besar dan eceran serta jasa
perusahaan meyumbang cukup besar dalam perekonomian [ CITATION Bad20 \l 1033 ].
Oleh karena itu, UMKM memiliki potensi yang besar bagi perekonomian jika dapat
dikembangkan dan dikelola dengan baik. Kebersediaan sumber daya alam yang
melimpah dan tenaga kerja mudah dalam jumlah yang banyak dapat menjadi potensi
ekonomi yang sangat besar bagi suatu wilayah.

Dalam konteks pembangunan ekonomi di Indonesia, pertumbuhan dan eksistensi


Usaha Miko Kecil Menengah (UMKM) memainkan peranan yang vital. UMKM
merupakan bentuk dominan dari organisasi bisnis di Indonesia. Itulah UMKM yang ada
di setiap wilayah juga berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia. UMKM
berperan dalam pertumbuhan ekonomi dengan menyediakan lapangan kerja baru,
memperbesar potensi pajak bagi suatu negara dan merupakan pendorong inovasi (Katua,
2014).
Tabel 1.1 Perkembangan Data PDB atas Dasar Harga Konstan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) Tahun 2016-2018
N
Indikator Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
o
1. Usaha Mikro 2.736.613,7 2.856.607,8 2.927.890,5
2. Usaha Kecil 1.123.131,8 1.191.871,1 1.355.706,7
3. Usaha Menengah 1.311.318,0 1.376.935,8 1.437.551,9
PDB ADHK 5.171.063,6 5.425.414,7 5.721.148,1
Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

UMKM memiliki hubungan dan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi,


karena keberhasilan pertumbuhan ekonomi saat ini dapat dilihat dari kemampuan suatu
negara untuk menyediakan berbagai jenis barang dan jasa, salah satunya dari dalam
UMKM itu sendiri. Ekonomi digital sendiri memiliki dampak yang positif bagi UMKM
apabila dikelola dengan baik oleh pemilik UMKM. Pertumbuhan ekonomi nasional
terdorong dengan adanya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang semakin
berkembang (Putra, 2018). Pada tabel 1.1, dalam tiga tahun UMKM mampu
meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan menjadi
5.721.148,1 (dalam milyar) dari 5.171.063,6 (dalam milyar) (Depkop, 2018),
(Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2018). Hal ini memperlihatkan
usaha tersebut memiliki kontribusi positif dalam menanggulangi masalah sektor
perekonomian. Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya sendiri juga tercatat memiliki
basis konsumen kelas menengah yang tumbuh sangat pesat (Srirejeki, 2016).
Grafik
Pertumbuhan Pengguna Internet 1998-2017
1.1
160
143.26
140 132.7

120 110.2
Total Pengguna (Juta)

100 88.1
82
80
63
60 55
42
40 30
25
16 20 20
20 8 11.2
0.5 1 1.9 4.2 4.5
0
19981999200020012002200320042005200620072008200920102011201220132014201520162017
Tahun

Penetrasi Pengguna Internet di Indonesia Tahun 1998-2017

Sumber: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia dan Teknopreneur 2018

Teknologi adalah alat untuk mempermudah masyarakat dalam memanfaatkan


sumber daya yang dibutuhkan. Pemanfaatan teknologi tehadap sumber daya menjadi
lebih mudah dan efisien. Menjadikan teknologi semakin banyak diminati dan
dimanfaatkan masyarakat. Salah satu teknologi yang berkembang di masyarakat adalah
penggunaan internet. Dalam data Grafik 1.1 dapat dilihat bahwa pengguna internet setiap
tahunnya mengalami peningkatan, perkembangan internet yang semakin pesat
melahirkan bebagai inovasi, termasuk teknologi finansial untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Penggunaan teknologi menjadikan layanan keuangan semakin mudah dan
efisien, penerapan teknologi dalam layanan keuangan sangat membantu kegiatan
masyarakat (Rahardjo, Ikhwan, & Siharis, 2019).

Selain keuntungan karena tumbuhnya jumlah kelas menengah, pemanfaatan


teknologi juga menjadi salah satu faktor penting bagi suatu kegiatan bisnis. Bagi
konsumen, teknologi seperti aplikasi sosial (social apps) mejadi sarana untuk pencarian
dan pertukaran informasi. Sedangkan bagi bisnis, aplikasi tersebut membantu
memperluas jaringan dan jangkauan bisnis tradisional. Dengan perluasan jaringan dan
jangkauan bisnis memungkinkan pelaku bisnis untuk memasuki pangsa pasar baru,
meningkatkan efisiensi penjualan dan pemasaran serta memperbaiki operasi bisnis
(Srirejeki, 2016). Aplikasi sosial dapat ditempatkan pada derajat yang sama dengan
proyek bisnis pada umumnya karena adanya penigkatan partisipasi sosial diantara
konsumen dan pertumbuhan teknologi yang tepat (Bernoff & Li, 2010).

Diantara beragam jenis teknologi informasi, ekonomi digital menjadi pilihan bagi
para pelaku bisnis. Ekonomi digital membuka kesempatan bagi para pelaku bisnis untuk
meningkatkan inovasi dengan cara berbagi (sharing), bekolaborasi (collaboration), dan
berkreasi bersama (co-creation) (Choi, Palmer, & Horowitz, 2014). Salah satu tantangan
digitalisasi UMKM di Indonesia adalah rendahnya tingkat literasi digital, literasi
keuangan dan literasi keuangan digital. Hasil Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLK)
yang digelar OJK menunjukkan tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia pada
2019 masih di angka 38,03 persen. Angka ini jauh di bawah negara-negara tetangga
seperti Singapura, Malaysia dan Thailand (OJK, 2019). Menurut UNESCO dimensi
keahlian menggunakan teknologi informasi dan komunikasi merujuk pada hasil dari
pengalaman menggunakan teknologi seperti memperoleh, mengolah, menyimpan,
memproduksi, dan menukar informasi, mengkomunikasikan, dan melibatkan diri dalam
jaringan internet (Pane, 2014). Bedasarkan analisis (Iman, Ismail, & Widiyanti, 2017),
mengenai pengguna media sosial sebagian besar masyarakat menggunakan media sosial
karena mendapatkan informasi tentang keberadaan media sosial ini dari media lain (31
persen), relasi dan keluarga masing-masing. Hampir keseluruhan pengguna media sosial
minimal dalam setiap hari sekali dalam mengaksesnya (57 persen). Ini merupakan faktor
yang sangat penting untuk dijadikan perhatian dalam menyertakan keberadaan/eksistensi
media sosial dalam pengembangan usaha dari UMKM.

Tabel 1.2 Jenjang Pendidikan Pelaku UMKM

No Keterangan Jumlah persentase


Jenis Kelamin
1. Laki-laki 44 43,1 %
2. Perempuan 58 56,9 %
Jumlah 102 100 %
Pendidikan Terakhir
1. SD 10 9,8 %
2. SMP 22 21,6 %
3. SMA 47 46,1 %
4. Perguruan Tinggi 23 22,5 %
Jumlah 102 100 %
Sumber: Data Primer yang Diolah (2021)

Pada tabel 1.2 dapat dilihat bahwa sebanyak 56,9 persen atau 58 pelaku UMKM
dari total 102 UMKM yang dijadikan sampel mayoritas berjenis kelamin perempuan.
Berdasarkan tingkat pendidikan formal terakhir yang ditempuh, sebanyak 23 pelaku
UMKM (22,5 persen) merupakan lulusan sarjana. Kadang kala tingkat pendidikan yang
rendah sebagai ketidakmampuan mereka memajukan usaha maupun meningkatkan
produktivitas. Kebanyakan pemilik UMKM memiliki jenjang pendidikan di SMA dan
jarang sampai ke jenjang Sarjana (S1) (Nainggolan, 2016), kurangnya keterampilan,
pengalaman dan pengetahuan pemilik UMKM menyebabkan perusahaan kurang
berkembang atau tertinggal dari UMKM yang sudah menggunakan sistem online.

Ekonomi digital mampu membuat perubahan yang lebih baik pada UMKM
60
Grafik
50 48
1.2
40
29
30
22
20

10
3
0
0
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Netral Setuju Sangat Setuju

Persepsi Pelaku UMKM mengenai Ekonomi Digital


Sumber: Data Primer yang Diolah (2021)
Dilihat dari grafik 1.2, 25 dari 102 orang masih beranggapan bahwa ekonomi
digital tidak memberikan perubahan dalam UMKM. Persepsi terhadap teknologi
terbangun dengan sikap menerima secara positif, termotivasi untuk menggunakan,
bahkan memiliki minat yang kuat untuk mempelajarinya lebih jauh, sebagian besar
memiliki pengalaman yang positif terhadap teknologi walaupun ada beberapa kritikan
terhadap penggunaan teknologi terkait keamanan, teknis penggunaan dan pendukung
layanan teknologi yang belum optimal (Fadillah & Taufiqqurrachman, 2020). Pelaku
usaha kecil lebih menyukai transaksi secara langsung dibandingkan melalui media
perantara, hal itu dikarenakan masih banyaknya sejumlah pelaku usaha yang masih belum
familiar dengan teknologi.
Penelitian yang dilakukan oleh Cesaroni & Consoli (2015) juga mengungkapkan
bahwa perusahaan dengan skala mikro, kecil dan menengah belum dapat memanfaatkan
secara maksimal ekonomi digital dalam bisnis mereka. Penggunaan ekonomi digital
dalam bisnis pada skala mikro, kecil dan menengah (UMKM) baru sebatas mengikuti
tren. Ekonomi digital digunakan oleh para pelaku bisnis mikro, kecil dan menengah
(UMKM) karena saat ini sangat populer dikalangan masyarakat.

Salah satu tantangan yang dihadapi pelaku UMKM saat ini adalah
kemampuannya untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar dalam hal akses
penjualan ke pasar yang lebih luas, akses finansial dan penggunaan teknologi informasi
yang belum maksimal (Yoshino, 2016). Itulah mengapa pentingnya pengetahuan,
pendidikan atau persepsi mengenai ekonomi digital penting bagi pelaku bisnis agar dapat
bersaing di pasar bisnis.

Terlepas dari pentingnya pengetahuan, pendidikan atau persepsi mengenai


ekonomi digital, sosialisasi atau pelatihan mengenai ekonomi digital juga tidak kalah
penting dalam kesuksesan UMKM. Berikut adalah tabel Pelaku UMKM yang sudah atau
belum mengikuti sosialisasi dan pelatihan :
Tabel 1.3 Jumlah Pelaku UMKM yang Telah Mengikuti Pelatihan dan Sosialisasi
Ekonomi Digital

Sudah Pernah Tidak Pernah


No Keterangan Mengikuti Mengikuti Jumlah
( persen) ( persen)
1. Pelatihan 52 % 48 % 100 %
2. Sosialisasi 76,5 % 22,5 % 100 %
Sumber: Data Primer yang Diolah (2021)

Pada tabel 1.3, terdapat 48 persen yang tidak pernah mengikuti pelatihan dan 22,5
persen tidak mengikuti sosialisasi ekonomi digital. Pelaku UMKM harus mampu
memaksimalkan manfaat perkembangan digital, namun para pelaku UMKM masih
terhadang kendala minimnya pengetahuan terhadap marketing dan electronic commerce.
Potensi pemanfaatan digital marketing ini mengharuskan masyarakat untuk melek
teknologi, oleh karena itu penting juga diadakan sosialisasi dan pelatihan penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi ini (Sulaksono & Zakaria, 2020).

Menurut Setiawan (2018) melakukan sosialisasi dan edukasi penting dalam


UMKM untuk mengoptimalkan perkembangan bisnis, menciptakan tenaga kerja yang
pada akhirnya diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurut RW
Supayanto (2019) ada beberapa kendala dalam sosialisasi dan pelatihan seperti (1) materi
yang diberikan sudah out of date atau sudah tertinggal dengan perkembangan teknologi,
(2) gaya bahasa yang digunakan dalam penyampaian sosialisasi dan pelatihan terlalu
tinggi sehingga menyulitkan pengusaha tersebut dalam memahami, (3) sosialisasi tidak
sesuai dengan masalah-masalah yang tengah dihadapi. Menurut Susanti (2018) dalam
pemberdayaan masyarakat atau sosialisasi memiliki kendala dari sisi masyarakat seperti;
lambatnya perkembangan pengetahuan dan teknologi, ada beberapa individu yang tidak
bertanggung jawab seperti setiap ada sosialisasi mereka tidak datang.

Dengan memanfaatkan teknologi digital, para pelaku UMKM akan memiliki


kesempatan yang sama dengan pelaku usaha besar untuk menjual produk mereka. Hal ini
dikarenakan mereka akan berada di dalam satu platform yang sama misalnya melalui e-
commerce marketplace sehingga memiliki kesempatan yang sama dalam melakukan
promosi dan pejualan produk. Pada 2020, data Kementerian Komunikasi dan Informatika
(Kominfo) menunjukkan 9,4 juta UMKM sudah go online dan mendapatkan manfaat
penggunaan teknologi digital untuk transaksi lintas batas.

Hasil penelitian dari Sari (2019) menunjukkan adanya pengaruh ekonomi digital
secara parsial yang positif dan signifikan terhadap pendapatan pelaku usaha UMKM.
Hasil penelitian Utari dan Dewi (2014) menunjukkan tingkat pendidikan dan teknologi
juga memiliki pengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap pendapatan
UMKM. Sedangkan penelitian dari Hasanah, Kholifah, dan Alamsyah (2020)
menunjukkan tingkat pendidikan dinyatakan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pendapatan UMKM. Menurut Febriyantoro dan Arisandi (2018) diketahui
bahwa digital marketing memudahkan pelaku UMKM untuk memberikan informasi dan
berinteraksi secara langsung dengan konsumen, memperluas pangsa pasar, meningkatkan
awareness dan meningkatkan penjualan bagi pelaku UMKM, sehingga digital marketing
atau ekonomi digital memiliki pengaruh postif terhadap UMKM.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menjelaskan
pengaruh antara ekonomi digital terhadap UMKM di Kota Salatiga. Variabel indikator
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sosialisasi, pelatihan, tingkat pendidikan dan
persepsi pelaku UMKM mengenai Ekonomi Digital. Berdasarkan latar belakang tersebut
peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Ekonomi Digital terhadap
UMKM di Kota Salatiga”.

1.2 Idetifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dalam penelitian ini, maka
dapat diidentifikasikan permasalahan yang terjadi antara lain :
1. PDB UMKM Kota Salatiga tahun 2016-2018 mengalami kenaikan yang
signifikan. Namun, pada tahun 2020 banyak UMKM yang mengalami penurunan
pendapatan dan menghadapi kendala turunnya permintaan serta kesulitan
keuangan terkait operasional dan ketenagakerjaan akibat Pandemi Covid-19.
2. Pemilik UMKM banyak yang sudah mengikuti pelatihan dan sosialisasi ekonomi
digital. Namun, masih terdapat 48 persen yang tidak mengikuti pelatihan dan 22,5
persen tidak mengikuti sosialisasi. Pelatihan dan sosialisasi dapat mempengaruhi
kegiatan UMKM karena dapat meningkatkan keterampilan, kemampuan dan
pemahaman.
3. Tingkat pendidikan pemilik UMKM 9,8 persen SD, 21,6 persen SMP dan 46,1
persen SMA. Sebagian besar masih berpendidikan rendah, sedangkan pendidikan
cukup penting bagi pemilik UMKM karena semakin tinggi tingkat pendidikan
pemilik semakin tinggi pula pemanfaatan informasi yang dihasilkan.
4. Persepsi pemilik UMKM, 25 dari 102 orang masih beranggapan bahwa ekonomi
digital tidak memberikan perubahan pada UMKM. Persepsi pelaku usaha kecil
lebih menyukai transaksi secara langsung dibandingkan melalui media perantara.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diajukan
dalam penelitan ini yaitu:
1. Apakah ada pengaruh pelatihan dari pemerintah mengenai ekonomi digital
terhadap UMKM di Kota Salatiga?
2. Apakah ada pengaruh sosialisasi ekonomi digital terhadap UMKM di Kota
Salatiga?
3. Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap UMKM di Kota Salatiga?
4. Apakah ada pengaruh persepsi pemilik UMKM mengenai ekonomi digital
terhadap UMKM di Kota Salatiga?

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan fokus yang telah disusun peneliti, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk:
1. Mengetahui pengaruh pelatihan dari pemerintah tentang ekonomi digital terhadap
UMKM di Kota Salatiga.
2. Mengetahui pengaruh sosialisasi ekonomi digital terhadap UMKM di Kota
Salatiga.
3. Mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap UMKM di Kota Salatiga.
4. Mengetahui pengaruh persepsi pemilik UMKM tentang ekonomi digital terhadap
UMKM di Kota Salatiga.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk referensi dan kepustakaan
penelitian selanjutnya yang relevan.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk bahan kajian dalam menambah
wawasan mengenai pengaruh antara ekonomi digital terhadap UMKM di Kota
Salatiga.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Secara aplikatif hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan kepada pihak UMKM dalam pengaplikasian ekonomi digital
pada UMKM.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk institusi baik
pemerintah maupun swasta sebagai pertimbangan kebijakan dalam
memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada pemilik UMKM.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan masyarakat secara umum sebagai sarana
pengetahuan mengenai pentingnya mempelajari ekonomi digital agar dapat
bersaing dalam ketatnya dunia bisnis.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Ekonomi Digital

Ekonomi digital adalah ekonomi yang didasarkan pada barang elektronik dan
jasa yang dihasilkan oleh bisnis elektronik dan diperdagangkan melalui perdagangan
elektronik. Artinya, bisnis dengan produksi elektronik dan proses manajemen dan
yang berinteraksi dengan mitra dan pelanggan dan melakukan transaksi melalui
internet dan Web teknologi. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi saat ini
menawarkan alternatif atau model baru dalam berinteraksi baik antar individu maupun
masyarakat, termasuk hubungannya dengan aktifitas perekonomian dan perdagangan
(Budiantara, Ginting, & Simamata, 2020).

Ekonomi digital merubah ekonomi global, memungkinkan industri kecil


menjadi industri mikro dengan elastisitas dan dinamika yang mereka miliki. Hal ini
memberi kesempatan yang lebih tinggi bagi para pemula untuk terlahir secara global.
Konsep digital ekonomi pertama kali di perkenalkan oleh Tapscott dalam Ansori
(2016) yaitu sebuah karakteristik sebagai ruang intelejen, meliputi informasi, kapasitas
informasi, berbagai akses informasi dan pemprosesan informasi. Komponen ekonomi
digital yang pertama kalinya yaitu industri TK, aktifitas e-commerce, distribusi digital
barang dan jasa. Menurut Report G20 China dalam (Helmalia & Afrinawati, 2018)
pengertian ekonomi digital mengacu pada berbagai aktivitas ekonomi, yang meliputi
penggunaan informasi dan pengetahuan digital sebagai faktor kunci produksi, jaringan
informasi modern (modern information network) sebagai ruang aktivitas yang penting
dan efektifitas penggunaan Information and Commuication Technology (ICT) sebagai
penggerak penting terhadap pertumbuhan produktivitas dan optimalisasi struktural
ekonomi. Dalam konteks ini, pengertian ekonomi digital sudah semakin luas ditandai
dengan adanya jaringan modern serta penggunaan ICT.
Berdasarkan Sari (2019), dengan demikian yang dimaksud dengan ekonomi
digital adalah ketertarikan, sikap dan kemampuan individu dalam menggunakan
ekonomi digital dan alat komunikasi seperti smartphone, tablet, laptop dan PC dekstop
untuk mengakses, mengelola, mengintregasikan, menganalisis, mengevaluasi
informasi, membangun pengetahuan baru, membuat dan berkomunikasi dengan orang
lain agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat.

2.1.2 Pelatihan

Menurut Sarwani (2020), yang dimaksud dengan pelatihan adalah suatu proses
pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisasi.
Pelatihan dibatasi tentang keahlian dan pengetahuan karyawan selama bekerja dalam
perusahaan tersebut. Menurut Rivai (2010), pelatihan adalah proses secara sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai untuk melaksanakan pekerjaan saat ini.
Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian
dan kemampuan tertentu agar berhasil dalam melaksanakan pekerjaannya. Pada
prinsipnya tujuan pelatihan menurut Sedarmayanti (2010), adalah :

a. Menambah pengetahuan
b. Menambah kerampilan
c. Merubah sikap

Pelatihan sebagai suatu keseluruhan proses, teknik dan metode belajar


mengajar dalam kerangka mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang
lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, maka proses pelatihan harus mengandung unsur-unsur pokok kurikulum,
metode dan teknik pembelajaran, instruktur dan sarana/prasarana serta dana yang
memadai (Tobari, 2015).

Untuk mencapai hasil pelaksanaan pelatihan yang baik, maka program


pelatihann perlu dirancang seefektif mungkin. Menurut Tobari (2015), ciri-ciri dari
program pelatihan yang efektif, antara lain:
1) Mempunyai sasaran yang jelas, hasilnya sebagai tolak ukur.
2) Diberikan oleh tenaga pengajar yang cakap menyampaikan ilmunya dan
mampu memotivasi para peserta.
3) Isinya mendalam sehingga tidak menjadi bahan hapalan, melainkan mampu
mengubah sikap dan meningkatkan prestasi kerja.
4) Sesuai dengan latar belakang teknis, permasalahan dan daya tanggap
peserta.
5) Menggunakan metode yang tepat guna.
6) Meningkatkan keterlibatan aktif para peserta, sehingga mereka bukan
sekedar mendengarkan atau mencatat.
7) Disertai desain penelitian, sejauh mana sasaran program tercapai demi
prestasi dan produktivitas perusahaan/organisasi.

2.1.3 Sosialisasi

Sosialisasi terjadi melalui kondisi lingkungan yang menyebabkan individu


mempelajari pola kebudayaan fundamental. Makna penyesuaian diri (adjusment) identik
dengan sosialisasi. Sosialisasi dapat dipandang sebagai suatu rangkaian belajar
mengajar. Sosialisasi yang dilakukan berfungsi sebagai peran dalam suatu kedudukan
atau peranan tertentu yang merupakan hasil dari rangkaian seseorang memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan sikap Richer dalam Yuniarta & Wahyuni (2017).

Menurut Basalamah (2004) dalam Ananda, Kumadji, & Husaini (2015)


Sosialisasi merupakan pembelajaran suatu nilai, norma dan pola perilaku, yang
diharapkan oleh kelompok sebagai suatu bentuk reformasi sehingga menjadi organisasi
yang efektif.

Menurut Dirdjosisworo dalam Badria & Diana (2015), sosialisasi mengandung


tiga pengertian penting, yaitu:

a. Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu suatu proses suatu individu
mengambil cara hidup atau kebudayaan masyarakatnya.
b. Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari ukuran kepatuhan tingkah
laku di dalam masyarakat di mana ia hidup, dan pola-pola nilai dan tingkah
laku, sikap, dan kebiasaan serta ide-ide.
c. Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun
dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan dalam diri pribadinya.

2.1.4 Tingkat Pendidikan

Menurut Hariandja dalam Kusuma & Luviany (2018), proses mengubah sikap
seorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan pola berfikir melalui upaya
sebuah pengajaran dan pelatihan yang sesuai prosedur merupakan suatu pendidikan.
Perbaikan kinerja perusahaan dan peningkatan daya saing dapat dilihat dari tingkat
pendidikan seseorang baik pemilik dan juga karyawan.

Andrew E. Sikula dalam Ketut (2016) menyatakan tingkat pendidikan adalah


suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir,
yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis
untuk tujuan-tujuan umum. Widi (2011) menyatakan bahwa tingkat pendidikan
merupakan suatu kegiatan seseorang dalam mengembangkan kemampuan, sikap, dan
bentuk tingkah lakunya, baik untuk kehidupan masa yang akan datang dimana melalui
organisasi tertentu ataupun tidak terorganisir. Menurut Fahrun dalam Liza & Suktiarti
(2013), dimensi dari tingkat pendidikan yaitu :

1) Pendidikan formal dengan indikatornya pendidikan yang diperoleh dibangku


sekolah.
2) Pendidikan non formal dengan indikatornya pelatihan-pelatihan yang pernah
diikuti oleh pekerja.

Sejalan dengan pandangan tersebut, Widi (2011) menjelaskan dimensi dan


indikator tingkat pendidikan meliputi :

1) Dimensi pendidikan formal dengan indikatornya pendidikan terakhir yang


ditamatkan oleh setiap pekerja yang meliputi SD, SMP, SMA dan perguruan
tinggi.
2) Dimensi pendidikan informal dengan indikatornya sikap dan kepribadian yang
dibentuk dari keluarga dan lingkungan.
Pendidikan merupakan salah satu modal utama yang perlu dipenuhi untuk
melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan. Dengan modal manusia yang
berkualitas kinerja ekonomi diyakini juga akan lebih baik. Kualitas modal manusia ini
misalnya dapat dilihat dari tingkat pendidikan, kesehatan, ataupun indikator-indikator
lainnya sebagaimana dapat dilihat dalam berbagai laporan pembangunan manusia yang
dipublikasikan (UNDP, 2013).
2.1.5 Persepsi
Menurut Robbins dalam Setyawati & Hermawan (2018) persepsi (perception)
adalah proses dimana suatu individu menafsirkan dan mengatur kesan-kesan secara
sensoris mereka dengan tujuan arti di lingkungan mereka. Namun terkadang apa yang
mereka terima dapat berbeda dari realita sebenarnya. Perbedaan tersebut sering timbul
walapun sebenarnya tidak perlu ada.
Menurut Simamora dalam Kusuma & Luviany (2018) persepsi dapat diartikan
sebagai penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Penjelasan dari arti
tersebut yaitu sebuah pandangan atau pengertian seseorang dalam mengartikan sesuatu.
Secara formal, persepsi merupakan suatu proses seseorang melakukan seleksi,
mengorganisasikan, dan interpretasikan suatu hal ke dalam suatu gambaran yang lebih
luas (dunia) yang memiliki arti dan menyeluruh.

2.1.6 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang menggunakan topik yang sama dalam


penelitian ini yaitu :

1. Sari (2019), yang berjudul ”Pengaruh Perkembangan Ekonomi Digital terhadap


Pendapatan Pelaku Usaha Umkm di Kota Makassar” dalam penelitiannya
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, cara pengumpulan data yaitu
melalui observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya pengaruh ekonomi digital secara persial yang positif dan
signifikan terhadap pendapatan pelaku usaha UMKM di Kota Makassar.
Sedangkan faktor yang mendukung dan menghambat sektor UMKM dalam
perspektif ekonomi digital yaitu kemampuan pada pengetahuan akan penggunaan
media teknologi yang merupakan indikator pendukung keberhasilan ekonomi
digital.
2. Helmalia & Afrinawati (2018), yang berjudul ”Pengaruh E-Commerce terhadap
Peningkatan Pendapatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Padang”
dalam penelitiannya menggunakan metode penelitian deskriptif kuanitatif, data
pengumpulan menggunakan kuesioner dengan analisis data menggunakan regresi
linier sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh e-commerce
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan UMKM.
3. Hasanah, Kholifah, & Alamsyah (2020), yang berjudul ”Pengaruh Modal, Tingkat
Pendidikan dan Teknologi terhadap Pendapatan UMKM di Kabupaten
Purbalingga” dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel
Simple Random Sampling dan pengumpulan data menggunakan kuesioner yang
disebarkan kepada responden yaitu pemilik UMKM. Teknik analisis data
menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
pengaruh e-commerce berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan
UMKM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor modal dan teknologi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan usaha, sehingga semakin
besar modal yang dimiliki dan semakin tinggi penggunaan teknologi suatu usaha
maka akan semakin besar pula pendapatan usahanya. Sedangkan tingkat
pendidikan dinyatakan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pendapatan usaha.
4. Widayati, Laut, & Destiningsih (2017), yang berjudul “Pengaruh Jumlah Tenaga
Kerja, Tingkat Pendidikan dan Jumlah Pengangguran terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten Magelang Tahun 1996-2017” dalam penelitian ini
menggunakan metode analisis regresi linear berganda dengan model OLS
(Ordinary Least Square). Data yang dikumpulakan adalah data sekunder, teknik
pengumpulan data menggunakan studi dokumen yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS) dalam kurun waktu 1996-2017. Variabel jumlah tenaga kerja
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Magelang
tahun 1996-2017. Sedangkan variabel tingkat pendidikan dan jumlah
pengangguran tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Magelang tahun 1996-2017. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa
keseluruhan variabel independen yang terdiri dari jumlah tenaga kerja, tingkat
pendidikan dan jumlah pengangguran secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap nilai pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Magelang tahun 1996-2017.
5. Utari & Dewi (2014), yang berjudul ”Pengaruh Modal, Tingkat Pendidikan dan
Teknologi terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) di
Kawasan Imam Bonjol Denpasar Barat” dalam penelitian ini menggunakan riset
kuantitatif yaitu dengan melihat jumlah modal, tingkat pendidikan dari pemilik
UMKM serta teknologi yang digunakan UMKM tersebut. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Ditemukan
hasil bahwa modal secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan UMKM di kawasan Imam Bonjol Denpasar Barat. Tingkat pendidikan
dan teknologi juga memiliki pengaruh positif dan signifikan secara parsial
terhadap pendapatan UMKM di kawasan Imam Bonjol Denpasar Barat. Secara
simultan modal, tingkat pendidikan dan teknologi juga memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap pendapatan UMKM di kawasan Imam Bonjol Denpasar
Barat.
6. Febriyanti & Wardhani (2018), yang berjudul ”Pengaruh Persepsi, Tingkat
Pendidikan, dan Sosialisasi Terhadap Penerapan SAK EMKM Pada UMKM
Wilayah Kota Surabaya” dalam penelitian menggunakan metode convenience
sampling. Data yang digunakan adalah data primer. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara parsial. Persepsi pengusaha UMKM berpengaruh positif terhadap
penerapan SAK EMKM. Sedangkan tingkat pendidikan dan sosialisasi
berpengaruh negatif.
7. Dinanti, dkk (2018), yang berjudul “Analysis the Effect of Education on UMKM
Performance” menurut penelitian tersebut pendidikan dan UMKM merupakan dua
hal yang tidak dapat dipisahkan. Hasil pembelajaran yang di dapatkan dari
pendidikan dapat bermanfaat bagi keberlangsungan UMKM dalam pengelolaan
usaha seperti komunikasi, keuangan, dan pemasaran. UMKM sebagai usaha yang
memiliki banyak kontribusi dalam perekonomi Indonesia namun masih
menyimpan permasalahan yang menyebabkan UMKM tidak berhasil.
Permasalahan pengelolaan usaha seperti aspek pemasaran dan pembuatan laporan
keuangan yang masih sederhana serta kemampuan Sumber Daya Manusia yang
masih rendah karena tingkat pendidikan yang masih rendah pula menjadi salah
satu penyebabnya. Pendidikan dengan UMKM menjadi hal yang tidak bisa
dihindarkan. Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang mencetak Sumber
Daya Manusia berkualitas dengan kemampuan dan pengalaman yang dibutuhkan
dalam kegiatan operasional UMKM. Metode analisis yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif sifatnya memberikan gambaran yang mendetail tentang latar
belakang, sifat-sifat serta karakteristik yang khas dari subjek penelitian. Hasil dan
kesimpulan dari penelitian ini adalah pendidikan berpengaruh terhadap kinerja
UMKM.
8. Batri & Sartika (2019), yang berjudul “The Influence of Training, Education and
Assistance on UMKM Revenues in the Technical Executing Unit (TEU) PLUT of
Micro and Small and Medium Enterprises Cooperatives South Sulawesi Province”
penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pengaruh pelatihan, pendidikan dan
pendampingan sebagian terhadap pendapatan Usaha Mikro dan Kecil dan
Menengah di Unit Pelaksana Teknis (TEU) PLUT Mikro Kecil dan Menengah
Badan Usaha Koperasi; (2) untuk menentukan pengaruh pelatihan, pendidikan dan
pendampingan sekaligus atas pendapatan Mikro dan Usaha Kecil Menengah di
Unit Pelaksana Teknis (TEU) PLUT Mikro dan Koperasi Usaha Kecil dan
Menengah; (3) untuk mengetahui variabel yang paling dominan mempengaruhi
Pendapatan Mikro dan Kecil Bisnis di Unit Pelaksana Teknis (TEU) PLUT Mikro
Kecil dan Koperasi Usaha Menengah. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Regresi Linier Berganda dengan bantuan SPSS versi 22. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel pelatihan, pendidikan dan mentoring berpengaruh
positif dan signifikan secara parsial dan simultan terhadap pendapatan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah dalam Pelaksana Teknis Unit (TEU) PLUT Koperasi
Usaha Mikro dan Kecil dan Menengah. Variabel yang paling dominan
mempengaruhi pendapatan Usaha Kecil Menengah di Unit Pelaksana Teknis
(TEU) PLUT Mikro dan Koperasi Usaha Kecil Menengah di Provinsi Sulawesi
Selatan adalah “pelatihan”.
9. Arif & Setyobakti (2020), yang berjudul “Accounting Knowledge on Perceptions
of Use Of Accounting Information on Umkm Actors” penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh pengetahuan akuntansi terhadap persepsi
pengetahuan akuntansi pada UMKM. Teknik pengambilan sampel menggunakan
rumus slowvin. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan
akuntansi dan persepsi penggunaan informasi akuntansi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengetahuan akuntansi tidak berpengaruh terhadap
penggunaan informasi akuntansi. Pasalnya, pengetahuan UMKM tentang akuntansi
sangat rendah.
10. Farida & Aryanto (2021), yang berjudul “Perception Of MSME’s In Tegal City On
Readiness Towards Umkm Digitalization In The New Normal Era” Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh persepsi kegunaan, kemudahan
penggunaan, dan kompetensi SDM terhadap kesiapan UMKM menuju digitalisasi
bisnis di era new normal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
persepsi kegunaan tidak berpengaruh terhadap kesiapan UMKM terhadap
digitalisasi, sedangkan variabel persepsi kemudahan penggunaan dan kompetensi
SDM berpengaruh terhadap kesiapan UMKM terhadap digitalisasi.

2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis

2.2.1 Pengaruh Pelatihan terhadap UMKM

Todaro (2013) menyatakan bahwa pengetahuan dan keterampilan


memungkinkan manusia untuk bekerja lebih baik. Dengan bekerja keras seseorang dapat
meningkatkan produktivitasnya, sehingga pendapatan atau keuntungan usahanya akan
meningkat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Meida Nur (2018)
pengaruh penelitian terhadap peningkatan pendapatan, membuktikan bahwa pelatihan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan opini. Agar manusia dapat
mengoptimalkan produktivitasnya, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) perlu
dikembangkan atau ditingkatkan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan
keterampilan yang memadai dan sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang dilakukan oleh
manusia itu sendiri.

UMKM perlu mendapatkan pelatihan agar dapat memasuki dan bersaing salam
ekosistem digital. Semakin banyak UMKM yang berhasil memasuki ekosistem digital,
maka akan semakin banyak pula UMKM yang mampu bersaing dan bertahan di tengah
kondisi apapun.

2.2.2 Pengaruh Sosialisasi terhadap UMKM

Menurut Setiawan (2018) melakukan sosialisasi dan edukasi penting dalam


UMKM untuk mengoptimalkan perkembangan bisnis, menciptakan tenaga kerja yang
pada akhirnya diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Sosialisasi strategi
ekonomi digital dalam bentuk pemanfaatan media sangatlah penting karena dapat
memberi pengetahuan kepada para pelaku UMKM mengenai cara maupun tahapan dalam
memperluas jaringan konsumen melalui pemanfaatan media sosial dalam memasarkan
produknya sehingga dapat meningkatkan keunggulan bersaing bagi UMKM itu sendiri.

2.2.3 Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap UMKM

Menurut Dinanti, dkk (2018) pendidikan dapat bermanfaat bagi


keberlangsungan UMKM dalampengelolaan. UMKM sebagai usaha yang memiliki
banyak kontribusi dalam perekonomi Indonesia namun masih menyimpan permasalahan
yang menyebabkan UMKM tidak berhasil. Pendidikan dengan UMKM menjadi hal yang
tidak bisa dihindarkan. Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang mencetak
Sumber Daya Manusia berkualitas dengan kemampuan dan pengalaman yang dibutuhkan
dalam kegiatan operasional UMKM. Kadang kala tingkat pendidikan yang rendah
sebagai ketidakmampuan mereka memajukan usaha maupun meningkatkan produktivitas.

2.2.4 Pengaruh Persepsi terhadap UMKM


Persepsi terhadap teknologi terbangun dengan sikap menerima secara positif,
termotivasi untuk menggunakan, bahkan memiliki minat yang kuat untuk
mempelajarinya lebih jauh, sebagian besar memiliki pengalaman yang positif terhadap
teknologi walaupun ada beberapa kritikan terhadap penggunaan teknologi terkait
keamanan, teknis penggunaan dan pendukung layanan teknologi yang belum optimal
(Fadillah & Taufiqqurrachman, 2020). Pemahaman dan Pengetahuan tentang ekonomi
berharap pelaku UMKM dapat bersaing pada skala besar dengan upaya transformasi
digital pada bisnis UMKM.
2.3 Kerangka Berpikir
Pelaku UMKM harus memahami dan mampu menerapkan ekonomi digital dalam
menjalankan usahanya. UMKM sangat erat kaitannya dengan strategi pokok pembangunan
nasional. Dalam pengembangan UMKM diperlukan suatu pelatihan mengingat
keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki masyarakat dalam bidang usaha.
Perkembangan teknologi informasi tentunya harus dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan potensi daerah menjadi lebih maju dan berkembang.
Pelaku UMKM harus mampu memaksimalkan manfaat perkembangan digital,
namun para pelaku UMKM masih terhadang kendala minimnya pengetahuan terhadap
marketing dan electronic commerce. Potensi pemanfaatan digital marketing ini
mengharuskan masyarakat untuk melek teknologi, oleh karena itu penting juga diadakan
sosialisasi dan pelatihan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi ini. melakukan
sosialisasi dan edukasi penting dalam UMKM untuk mengoptimalkan perkembangan
bisnis, menciptakan tenaga kerja yang pada akhirnya diharapkan mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi.
Kadang kala tingkat pendidikan yang rendah sebagai ketidakmampuan mereka
memajukan usaha maupun meningkatkan produktivitas. Dengan latar belakang yang masih
terbatas mempengaruhi keterbatasan produktivitas usaha. Hal ini disebabkan kurangnya
keterampilan, pengalaman dan pengetahuan pemilik UMKM. Pelaku UMKM semestinya
harus memahami dan menerapkan ekonomi digital guna untuk meningkatkan
perkembangan UMKM dan mampu bersaing dengan pasar bisnis.
Pelatihan Ekonomi
Digital

Sosialisasi Ekonomi
Digital Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah
Tingkat Pendidikan (UMKM)
Pelaku UMKM

Persepsi Pelaku
UMKM

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis merupakan praduga atau asumsi yang harus diuji melalui data atau fakta yang
diperoleh melalui penelitian (Dantes, 2012). Adapun hipotesis yang ditarik dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:

H1 : Ada pengaruh yang signifikan ekonomi digital terhadap UMKM di Kota Salatiga.
H2 : Ada pengaruh yang signifikan pelatihan ekonomi digital terhadap UMKM di Kota
Salatiga.
H3 : Ada pengaruh yang signifikan sosialisasi ekonomi digital terhadap UMKM di Kota
Salatiga.
H4 : Ada pengaruh yang signifikan tingkat pendidikan terhadap UMKM di Kota Salatiga.

H5 : Ada pengaruh yang signifikan persepsi pelaku terhadap UMKM di KotaSalatiga.


Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan tingkat pendidikan dan persepsi pelaku UMKM
terhadap UMKM di KotaSalatiga.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Bentuk penelitian dari penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif. Menurut
Sugiyono (2013:13), metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yag berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sample tertentu, teknik pengambilan sample pad umumnya dilakukan
secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis bersifat
kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model
matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi menurut Sugiyono (2015:117) adalah wilayah genealisasi yang terdiri


atas objek/subjek yang memiliki kualitas dana karakteristik tertentu yang dietapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian
ini adalah UMKM yang berada di kota Salatiga berjumlah ±15.000 unit usaha. Sampel
adalah sebagian atau sebagai wakil populasi yang akan diteliti (Sugiyono (2015:18)),
metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling
yaitu accidental sampling dikarenakan wilayah yang luas dan jumlah populasi yang
banyak. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan di 2 kecamatan dari 4
kecamatan yaitu kecamatan Sidomukti dan Argomulyo. Sampel dihitung menggunakan
rumus slovin dengan error 10 persen sehingga sampel yang representatif untuk dipilih
dalam penelitian ini yaitu sebanyak 102 unit usaha.

3.3 Variabel Penelitian


Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017).
Variabel dalam penelitian ini adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM),
Pelatihan, Sosialisasi, Tingkat Pendidikan dan Persepsi pemilik UMKM yang
dilambangkan dengan simbol sebagai berikut:
1. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) (Y)
2. Pelatihan (X1)
3. Sosialisasi (X2)
4. Tingkat Pendidikan (X3)
5. Persepsi Pelaku UMKM (X4)

3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Operasional Indikator


1. UMKM (Y) Kinerja UMKM - Pendapatan
merupakan tolok ukur UMKM
keberhasilan suatu - Produktivitas
usaha (Wahyudiati, usaha
2017). - Pertumbuhan
tenaga kerja
- Pertumbuhan
keuntungan
(Wahyudiati, 2017).
2. Pelatihan (X1) Pelatihan adalah 1. Reaksi setelah
sebuah proses mengikuti
mengajarkan pelatihan
pengetahuan dan ekonomi digital
keahlian tertentu serta 2. Hasil
sikap agar semakin pembelajaran
terampil dan mampu yang didapatkan
dalam melaksanakan 3. Perubahan setelah
tanggung jawabnya mengikuti
dengan semakin baik pelatihan
sesuai dengan standar ekonomi digital
(Nursanti, 2014). 4. Dampak terhadap
UMKM
(Nursanti, 2014).
3. Sosialisasi (X2) Sosialisasi - Pelaku UMKM
merupakan mengikuti secara
pembelajaran suatu rutin sosialisasi
nilai, norma dan pola ekonomi digital
perilaku, yang - Sosialisasi
diharapkan oleh ekonomi digital
kelompok sebagai sangat membantu
suatu bentuk dalam
reformasi sehingga perkembangan
menjadi organisasi UMKM
yang efektif (Ananda - Sosialisasi yang
et al., 2015). dilakukan sudah
efektif
(Hana Pratiwi, 2015).
4. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan 1. Sekolah Dasar
(X3) disini yang telah (SD)
ditempuh oleh 2. Sekolah
pemilik UMKM Menengah
(Nurhidayanti, 2019). Pertama (SMP)
3. Sekolah
Menengah Atas
(SMA)
4. Diploma dan
Sarjana
(Nurhidayanti, 2019).
5. Persepsi Pelaku persepsi dapat - Pemahaman
UMKM (X4) diartikan sebagai pelaku UMKM
penglihatan, tentang ekonomi
bagaimana cara UMKM
seseorang melihat - Penilaian oleh
sesuatu (Kusuma & pelaku UMKM
Luviany, 2018). tentang ekonomi
digital
(Astianti, 2017).

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak pertama, biasanya dapat melalui
wawancara, jejak dan lain-lain (Arikunto, 2013). Data yang dibutuhkan dalam penelitian
ini adalah jumlah pelaku UMKM yang mengikuti pelatihan, jumlah pelaku UMKM yang
mengikuti sosialisasi, tingkat pendidikan pelaku UMKM dan persepsi pelaku UMKM.
Data tersebut diperoleh dari kuisioner yang dibagikan dan wawancara yang dilakukan.

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kalau asumsi ini
dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua
cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
analisis Gambar dan statistik. Residual berdistribusi normal jika memiliki nilai
signifikansi > 0,05 dan berdistribusi tidak normal jika memiliki nilai signifikansi <
0,05 (Ghozali, 2013).
b. Uji Multikoinearitas
Multkolinearitas adalah keadaan dimana antara dua variabel independen
atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati
sempurna. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah
multikolinearitas (Priyatno, 2013).
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dengan melihat nilai
Tolerance dan VIF. Semakin kecil nilai Tolerance dan semakin besar VIF maka
semakin mendekati terjadinya masalah multikolinieritas. Dalam kebanyakan
penelitian menyebutkan bahwa jika Tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari
10, dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi masalah
multikolinieritas (Priyatno, 2013).
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan keadaan dimana ketidaksamaan varian dari
residual pada model regresi. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya
masalah heteroskedastisias. Heteroskedastisitas menyebabkan penaksir atau
estimator menjadi tidak efisien dan nilai koefisien determinasi akan menjadi sangat
tinggi. Akibat adanya heteroskedstisitas, estimator menjadi tidak efisien serta
standard error dari model regresi menjadi bias sehingga menyebabkan nilai t
satatistik dan F hitung bias. Dampak akhirnya adalah pengambilan kesimpulan
statistik untuk pengujian hipotesis menjadi tidak valid. Model regresi yang baik
adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,
2013).
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari residual untuk
pengamatan satu dengan pengamatan yang lain yang disusun menurut runtun waktu.
Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah autokorelasi. Dampak
yang diakibatkan dengan adanya autokorelasi yaitu varian sampel tidak dapat
menggambarkan populasinya (Priyatno, 2013).
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dengan dilakukan uji Durbin
Watson. Nilai uji Durbin-Watson dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-Watson
untuk mengetahui keberadaan korelasi positif atau negatif. Keputusan mengenai
keberadaan autokorelasi sebagai berikut (Ghozali, 2011):
1) Jika d < dl, berarti terdapat autokorelasi positif
2) Jika d > (4 – dl), berarti terdapat autokorelasi negatif
3) Jika du < d < (4 – dl), berarti tidak terdapat autokorelasi.
4) Jika dl < d < du atau (4 – du), berarti tidak dapat disimpulkan.
3.6.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Regresi linier berganda merupakan prosedur yang berfungsi untuk melihat


pengaruh linier antara lebih dari satu variabel yang diidentifikasi sebagai variabel
independen atau bebas dengan satu variabel – variabel lain yang diidentifikasi sebagai
variabel independen atau tergantung. Linieritas dalam hubungan ini menyiratkan
fluktuasi nilai variabel-variabel bebas diasumsikan mempengaruhi variabel tergantung.
Oleh karena itu, dalam regresi linier berganda terdapat lebih dari satu varabel bebas
satu variabel tergantung (Sarwono & Hendra, 2017).

Penggunaan model regresi sebagai alat uji akan memberikan hasil yang baik
apabila dalam model tersebut data memiliki syarat-syarat tertentu atau dianggap
memiliki syarat-syarat tersebut. Dimana syarat tersebut data dalam variabel terdistribusi
normal. Normalitas data merupakan identitas penghubung antara variabel bebas dan
variabel tergantung .

Persamaan regresi linier berganda dinotasikan sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ε...

Menurut Gujarati dalam (Eriyanto, 2017), ada perbedaan satuan dan besaran
variabel menyebabkan persamaan regresi harus dibuat dengan model logaritma untuk
mengurangi adanya gejala heteroskedastisitas dan mengetahui kepekaan antar variabel.
Transformasi logaritma mengurangi heteroskedastisitas. Hal ini disebabkan karena
transformasi yang memaparkan skala untuk pengukuran variabel mengurangi perbedaan
antara kedua nilai dari sepuluh kali lipat menjadi perbedaan dua kali lipat. Dalam
penelitian ini menggunakan model semi-logaritma, dalam model semi-logaritma hanya
terdapat satu variabel (Y atau X) yang ditransformasikan secara logaritma. Model semi
logaritma lin-log diterapkan dalam penelitian ini, artinya bahwa yang ditrasnformasikan
kedalam bentuk logaritma yaitu variabel independen (X) sedangkan variabel dependen
(Y) berbentuk linier. Model ini bertujuan untuk mengukur perubahan absolut variabel Y
yang disebabkan oleh perubahan relatif (persentase) dari variabel X (Junaidi, 2015).

Bentuk model persamaannya yaitu:


Y = α + β1 X1 + β2 lnX2 + β3 lnX3 + β4X4 + ε…

Keterangan :

Y = Deforestasi

Α = Konstanta

β1 , β2 , β3 = Koefisien regresi

X1 = Pertumbuhan ekonomi

lnX2 = Panjang infrastruktur jalan

lnX3 = Investasi kehutanan

X4 = Pertumbuhan penduduk

ε = Residual

3.6.3 Uji Hipotesis

Persamaan regresi yang dihasilkan melalui proses perhitungan tidak selalu


merupakan model/persamaan yang baik untuk melakukan estimasi terhadap variabel
independennya. Untuk mengetahui ketepatan model regresi sampel dalam menaksir
nilai aktualnya dapat diukur dari nilai statistik t, koefisien determinasi (R ), dan nilai F
2

statistik.

a. Uji Statistik

Uji terhadap nilai statistik t merupakan uji signifikansi parameter individual. Nilai
statistik t menunjukan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara
individual terhadap variabel dependennya. Uji terhadap nilai statistik t juga disebut
uji parsial yang berupa koefisien regresi.

Hipotesis dilakukan sebagai berikut:

Ho : β1, β2, β3, β4 = 0, artinya suatu variabel independen bukan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen.
Ha : β1, β2, β3, β4 ≠ 0, artinya suatu variabel independen merupakan penjelas
yang signifikan terhadap variabel dependen.

Statistik t dihitung dari formula sebagai berikut :

Uji t : t = 𝛽1 𝑠𝑒(𝛽1)

Dimana :

β1 = koefisien parameter

se (β1) = standar error koefisien parameter

Cara uji t yaitu membandingkan antara thitung dengan ttabel, Jika nilai thitung > nilai t
tabel, maka Ho ditolak yang berarti variabel independen (X) berpengaruh terhadap
variabel dependen (Y), α adalah tingkat signifikansi dan (n-k) derajat kebebasan
yaitu jumlah n observasi dikurangi jumlah variabel independen dalam model
(Ghozali, 2013).

Gambar 3.1

Kurva Normal Uji t

b. Uji F-Statistik

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen


yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama atau
simultan terhadap variabel dependen. Ho adalah joint hypothesis bahwa β1,β2, β3,
β4.......βk secara simultan sama dengan nol.

Pengambilan putusan :
Ho :β1,β2, β3 , β4 .. = 0 , semua variabel independen secara bersamasama tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Ha :β1, β2, β3, .. ≠ 0 , semua variabel independen secara bersamasama


berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Pengujian hipotesis sering disebut pengujian signifikansi keseluruhan terhadap


garis regresi yang ingin menguji apakah Y secara linear berhubungan dengan X1,
X2, X3. Joint hypothesis dapat diuji dengan teknik analisis variance (ANOVA).

F statistik dapat dihitung dengan rumus :

R 2/k
Fh =
(1−R 2)/(n−k −1)

Apabila nilai F hitung > F tabel maka HO ditolak dan H1 diterima, artinya ada
pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Sebaliknya apabila F hitung < F tabel maka HO diterima dan H1 ditolak, artinya
tidak ada pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Uji F statistik yang mengukur signifikansi secara keseluruhan dari garis
regresi dapat juga digunakan untuk menguji signifikansi dari R², dengan kata lain
pengujian F statistik sama dengan pengujian terhadap R² (Ghozali, 2013).

Gambar 3.2

Kurva Normal Uji F

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen
amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel bebas
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, P. R. D., Kumadji, S., & Husaini, A. (2015). Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Tarif
Pajak, dan Pemahaman Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada UMKM
yang Terdaftar Sebagai Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu). Jurnal
Perpajakan (JEJAK), 2015(2), 1–239.

Ansori, A. (2016). Digitalisasi Ekonomi Syariah. Jurnal Ekonomi Keuangan Dan Bisnis Islam,
7(1), 1–18.

Arif, I., & Setyobakti, M. H. (2020). Accounting Knowledge on Perfections of Use of


Accounting Information on UMKM Actors. Proceedings Progress Conference, 3(1), 127–
131.

Astianti, Y. (2017). Pengaruh Persepsi Pelaku Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Tentang
Akuntansi, Pengetahuan Akuntansi, Dan Skala Usaha Terhadap Penggunaan Informasi
Akuntansi. Skripsi, 44.

Badria, N., & Diana, N. (2015). persepsi pelaku UMKM dan sosialisasi SAK EMKM terhadap
diberlakukannya laporan keuangan yang berbasis SAK EMKM. Dk, 53(9), 1689–1699.

Basalamah, A. S. (2004). Perilaku Organisasi Memahami dan Mengelola Aspek Humniora


dalam Organisai. Depok: Usaha Kami.

Batri, M., & Sartika, M. (2019). The Influence of Training, Education and Assistance on UMKM
Revenues in the Technical Executing Unit (TEU) PLUT of Micro and Small and Medium
Enterprises Cooperatives South Sulawesi Province. International Journal of Management
Progress, 1(1), 22–32.

Bernoff, J., & Li, C. (2010). Harnessing the power of the oh-so-social web. IEEE Engineering
Management Review. https://doi.org/10.1109/EMR.2010.5559138

Budiantara, K., Ginting, S. O., & Simamata, J. (2020). Ekonomi dan Bisnis Digital.

Cesaroni, F. M., & Consoli, D. (2015). Are Small Businesses Really Able to Take Advantage of
Social Media?: Discovery Service para Universidad Del Pacifico. Electronic Journal of
Knowledge Management.

Choi, N., Palmer, K. H. A., & Horowitz, L. (2014). Web 2 . 0 Use and Knowledge Transfer :
How Social Media Technologies Can Lead to Organizational Innovation. The Electronic
Journal of Knowledge Management.

Dantes, N. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: ANDI.

Depkop. (2018). Perkembangan Data Usaha Mikro , Kecil , Menengah Dan Usaha Besar.
Www.Depkop.Go.Id, 2000(1), 1.

Dinanti, A., Wuriasih, D. N., Anggraini, R., Naufalin, L. R., & Nugraha, G. A. (2018). Analysis
the Effect of Education on UMKM Performance. Seminar Nasional Dan Call for Paper
Sustainable Competitive Advantage (SCA), 8, 1–9.

Eriyanto, M. N. K. (2017). Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Pendapatan Asli Daerah


Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal Di Kabupaten Magelang Tahun 2001 –
2015. Universitas Tidar.

Fadillah, M. N., & Taufiqqurrachman. (2020). Persepsi Masyarakat Kabupaten Tangerang


terhadap Penggunaan Financial Technologi (Fintech). 49–58.

Farida, I., & Aryanto. (2021). Perception Of MSME’s In Tegal City On Readiness Towards
Umkm Digitalization In The New Normal Era. Jurnal Riset Akuntansi Terpadu, 14(1).

Febriyanti, G. A., & Wardhani, A. S. (2018). Pengaruh Persepsi, Tingkat Pendidikan, dan
Sosialisasi Terhadap Penerapan SAK EMKM Pada UMKM Wilayah Kota Surabaya. Jurnal
Ilmiah ESAI, 12(2), 112–127.

Febriyantoro, M. T., & Arisandi, D. (2018). Pemanfaatan Digital Marketing Bagi Usaha Mikro,
Kecil Dan Menengah Pada Era Masyarakat Ekonomi Asean. JMD: Jurnal Riset Manajemen
& Bisnis Dewantara. https://doi.org/10.26533/jmd.v1i2.175

Ghozali, I. (2013). Analisis Multivariat dan Ekonometrika : Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan
Eviews 8 (Terjemahan). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hana Pratiwi. (2015). Perpajakan, Persepsi Wajib Pajak Tentang Sanksi PajakTerhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris pada Wajib Pajak di Kabupaten
Banjarnegara). Skripsi FE Undip, 65.

Hasanah, R. L., Kholifah, D. N., & Alamsyah, D. P. (2020). Pengaruh modal , tingkat pendidikan
dan teknologi terhadap pendapatan umkm di kabupaten purbalingga Effect of capital ,
education levels , and technology on msme income in purbalingga regency. Jurnal
Akuntansi Dan Manajemen.

Helmalia, & Afrinawati. (2018). Pengaruh E-Commerce terhadap Peningkatan Pendapatan


Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Padang. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam, 3(2).

Iman, A., Ismail, A. I., & Widiyanti, E. (2017). Kesiapan UMKM Industri Kreatif Kota
Surakarta dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Digital ( Digital Economy Ecosystem ).
272–277.

Junaidi. (2015). Bentuk Fungsional Regresi Linear (Aplikasi Model dengan Program SPSS).
Jambi: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

Katua, N. T. (2014). The Role of SMEs in Employment Creation and Economic Growth in
Selected Countries. International Journal of Education and Research.

Kementerian Koperasi dan Kecil dan Menengah yang diolah dari data 7 Badan Pusat Statistik
(BPS). (2018). Perkembangan Data Usaha Mikro , Kecil , Menengah Dan Usaha Besar.
Www.Depkop.Go.Id, 2000(1), 1.

Ketut Ratna Dewi, D., & Dkk. (2016). Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan. E-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha, 4(2).

Kusuma, I. ., & Luviany, V. (2018). Persepsi UMKM dalam Memahami SAK EMKM. JURNAL
AKUNIDA, 4(2), 1–14.

Liza, & Suktiarti. (2013). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan, Tingkat Pendidikan dan
Status Pekerjaan dengan Motivasi Lansia Berkunjung ke Posyandu Lansia di Desa Dadirejo
Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan.
Nainggolan, R. (2016). Gender, Tingkat Pendidikan dan Lama Usaha Sebagai Determinan
Penghasilan UMKM Kota Surabaya. KINERJA. https://doi.org/10.24002/kinerja.v20i1.693

Nurhidayanti, F. (2019). Pengaruh Pemahaman Teknologi Informasi, Latar Belakang


Pendidikan Pemilik, Umur Usaha, Dan Persepsi Kemudahan Umkm Terhadap
Implementasi Sak – Emkm Pada Umkm Di Kecamatan Kramat Kab Tegal. Universitas
Pancasakti Tegal.

Nursanti, A. (2014). Pengaruh Pelatihan Kerja dan Pemberian Insentif terhadap Kinerja
Karyawan CV Kedai Digital Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.

OJK. (2019). Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2019. Otoritas Jasa Keuangan, 1.

Pane, E. S. (2014). Tingkat Adopsi Media Sosial sebagai Sarana Pemasaran Produk Industri
Kecil dan Menengah. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Komunikasi Dan Informatika,
5(1), 1–15.

Priyatno, D. (2013). Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate dengan SPSS. Yogyakarta:
Gava Media.

Putra, Y. M. (2018). Pemetaan Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Emkm Pada Umkm Di
Kota Tangerang Selatan. Jurnal Profita, 11(2), 201.
https://doi.org/10.22441/profita.2018.v11.02.004

R, M. N. (2018). Pengaruh Pelatihan, Pendampingan, dan Pembinaan Kota Yogyakarta


Pemerintah tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Studi Peserta Perkemahan Usaha
Rumahan).

Rahardjo, B., Ikhwan, K., & Siharis, A. K. (2019). Pengaruh Financial Technology ( Fintech ).
347–356.

Rivai, V. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik.
Jakarta: PT Index Kompleks Gramedia.

RW Supayanto. (2019). Konsep danRealita pada Usaha Kecil. Alfabeta.

Sari, N. A. (2019). Pengaruh Perkembangan Ekonomi Digital Terhadap Pendapatan Pelaku


Usaha UMKM di Kota Makassar. Journal of Chemical Information and Modeling.

Sarwani, Akbar, I. R., Handoko, A. L., Ilham, D., & Wijoyo, H. (2020). Pengaruh Pelatihan dan
Motivasi terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada PT. Lion Mentari Airlines Bandara
Internasional Soekarno Hatta Cengkareng. Jurnal Ilmu Komputer Dan Bisnis, XI(2a), 91–
100.

Sarwono, J., & Hendra, N. S. (2017). Statistik untuk Analisis Data Riset Skripsi. Yogyakarta:
Gava Media.

Sedarmayanti. (2010). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, cetakan kedua. Bandung:
Mandar Maju.

Setiawan, B. (2018). Edukasi E-Commerce Pada Pelaku Usaha Mikro , Kecil Dan. Jurnal
Abdimas Mandiri.

Setyawati, Y., & Hermawan, S. (2018). Menurut Robbins (2008 : 175) persepsi (perception)
adalah proses dimana suatu individu menafsirkan dan mengatur kesan-kesan secara sensoris
mereka dengan tujuan arti di lingkungan mereka. Namun terkadang apa yang mereka terima
dapat berbeda dari realita s. Riset Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 3(2), 161–204.

Srirejeki, K. (2016). Analisis Manfaat Media Sosial dalam Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM). Masyarakat Telematika Dan Informasi.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitaif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: CV.
Alfabeta.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).
Bandung: CV. Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.

Sulaksono, J., & Zakaria, N. (2020). Peranan Digital Marketing Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) Desa Tales Kabupaten Kediri. Generation Jurnal, Vol.4 No.1, 41–48.
Susanti, I. (2018). Kendala-Kendala Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Muara
Penimbung Kecamatan Indralaya dalam Pembangunan Ekonomi Desa. Universitas
Sriwijaya.

Tobari. (2015). Membangun Budaya Organisasi Pada Instansi Pemerintahan (Edisi 1).
Yogyakarta: Deepublish.

Todaro, M. P. (2013). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (Keenam). Jakarta: Erlangga.

UNDP. (2013). Human Development Report.

Utari, T., & Dewi, P. M. (2014). Pengaruh Modal, Tingkat Pendidikan Dan Teknologi Terhadap
Pendapatan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Umkm) Di Kawasan Imam Bonjol
Denpasar Barat. Ekonomi Pembangunan.

Wahyudiati, D. (2017). Pengaruh Aspek Keuangan Dan Kompetensi Sumber Daya Manusia
(Sdm) Terhadap Kinerja Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Umkm) Di Desa Kasongan.
Skripsi, 44.

Widayati, H. W., Laut, L. T., & Destiningsih, R. (2017). Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja, Tingkat
Pendidikan dan Jumlah Pengangguran terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten
Magelang Tahun 1996-2017. DINAMIC : Directory Journal of Economic, 1(2), 182–194.

Widi, L. (2011). Pengaruh Upah, Tingkat Pendidikan dan Teknologi Terhadap Produktivitas
Tenaga Kerja Pada Industri Kecap di Kecamatan Pati Kabupaten Pati. Universitas Negeri
Semarang.

Yoshino, N. (2016). Major Challenges Facing Small and Medium-Sized Enterprises in Asia and
Solutions for Mitigating Them. SSRN Electronic Journal.
https://doi.org/10.2139/ssrn.2766242

Yuniarta, D., & Wahyuni. (2017). Pengaruh Sosialisasi SAK ETAP, Tingkat Pendidikan Pemilik
dan Persepsi Pelaku UKM terhadap Penggunaan SAK ETAP pada UKM di Kecamatan
Buleleng. Jurnal Akuntansi, 7(1), 1–14.

Anda mungkin juga menyukai