IRE Yogyakarta
Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)
untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahateraan Masyarakat
Hak cipta © Institute for Research and Empowerment (IRE) Yogyakarta
iii
C. Jenis Aktivitas Ekonomi dan Model Kelembagaan......... 45
D. Kerjasama dengan Pihak Lain........................................ 48
E. Instrumen (Alat Bantu) Identifikasi Lembaga Ekonomi
Lokal............................................................................... 51
V. Pelembagaan BUMDesa.................................................... 53
A. Pengertian dan Konsep BUMDesa................................. 54
B. Dasar Hukum dan Aspek Hukum Bumdesa.................... 57
C. Orientasi........................................................................ 59
D. Proses Pendirian BUMDesa........................................... 59
E. Organisasi dan Tata Kelola BUMDesa............................. 71
VI. Pengembangan Usaha Berbasis Kebutuhan, Aset, dan
Potensi Lokal...................................................................... 83
A. Kewirausahaan dan kewirausahaan Sosial.................... 85
B. Penentuan Jenis Usaha.................................................. 87
C. Studi Kelayakan Usaha................................................... 91
D. Perencanaan Usaha....................................................... 102
Daftar Pustaka ......................................................................... 117
Lampiran................................................................................... 118
v
ngan ekonomi lokal (PEL) di kelurahan? Desain sistem pemerintahan
daerah kabupaten/kota menganut asas desentralisasi dan otonomi
daerah. Urusan pemerintahan sudah dibagi habis antara pemerin-
tah, pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/
kota. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat dae
rah kabupaten/kota (Pasal 1 huruf 5 PP No 73/2005 tentang Kelura-
han). Artinya, kepentingan ekonomi masyarakat di kelurahan men-
jadi kekuasaan dan tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/
kota (kewenangan daerah), sesuai urusan pemerintahan konkuren
di bidang perekonomian. Pertanyaan menariknya adalah ketika ren
tang kendali pelayanan di bidang ekonomi ini cukup berjarak secara
geografis dari kabupaten/kota ke kelurahan maupun politik anggaran
daerah yang tidak berpihak, bagaimana pemenuhan kepentingannya
di masyarakat?
Dalam cara pandang “New Public Services” yang hadir untuk me
ngoreksi cara pandang lama “Old Public Administration” atau “New
Public Management”, (Denhardt and Denhardt, 2003), masyarakat
bukan lagi dipandang sebagai client atau konsumen, tetapi negara
harus menposisikan masyarakat sebagai citizens (warga negara) yang
berhak atas layanan dasar. Selain itu, cara pandang “New Public Ser-
vices” ini juga menganut prinsip layanan negara kepada masyarakat
bukan lagi monopoli pemerintah. Masyarakat memungkinkan untuk
berkontribusi dalam pemenuhan layanan dasar, sebagai wujud par-
tisipasi, pada saat layanan pemerintah berlangsung. Cara pandang,
kedudukan dan posisi masing-masing pihak dalam pelayanan dasar
maupun pelayanan publik pada desain pemerintahan yang terdesen-
tralisasi ini (UU No 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah), IRE Yog-
yakarta mengambil peluang untuk berkontribusi dalam eksperimen-
tasi pengembangan ekonomi lokal di 2 kelurahan wilayah Kabupaten
Kutai Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur.
Sunaji Zamroni
ix
sumber daya lokal yang keseluruhannya bertujuan untuk pertumbuhan
dan pemerataan ekonomi menuju kesejahteraan masyarakat.
Buku ini memberikan perspektif dan panduan bagi desa dan kelurahan
yang saat ini sedang tumbuh dalam upaya mengembangkan potensi
yang mereka miliki dengan menggunakan pendekatan sustainable
development (pembangunan berkelanjutan). Dalam pendekatan
ini aspek lingkungan, sosial dan ekonomi berjalan saling bersinergi
dalam kerangka PEL yang inklusif. Setidaknya, beberapa poin penting
yang ingin disampaikan dalam buku ini mampu menjadi peta jalan
bagi desa dalam mendesain kebijakan dan implementasi PEL baik di
desa maupun kelurahan.
Pertama, buku ini memberikan gambaran tentang ruang lingkup
kewenangan lokal, baik desa maupun kelurahan. Meski berbeda,
tetapi ada peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan dalam rangka
pengembangan ekonomi yang inklusif serta menunjukkan peluang
dan tantangan pelayanan dasar baik di desa maupun kelurahan serta
problematikanya. Kedua, mengenalkan perspektif dan panduan
PEL sebagai strategi alternatif pembangunan berkelanjutan dalam
skala lokal desa atau kelurahan. Hal ini dimaksudkan agar desa atau
kelurahan dapat memahami dulu tentang apa sebenarnya PEL itu dan
bagaimana cara kerjanya sehingga dapat membantu dalam upaya
pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Ketiga, buku ini juga membantu mencari model kelembagaan dan
pelembagaan ekonomi lokal baik di desa maupun kelurahan yang
sesuai dengan konteks lokal. Mulai dari dukungan kebijakan yang
tepat hingga lembaga yang disiapkan untuk mendukung pelaksanaan
PEL. Keempat, memberikan panduan dalam pengembangan usaha
berbasis sumber daya lokal.
Buku ini memang tidak mungkin mampu menyelesaikan semua
persoalan dan tantangan yang ada di tingkat lokal baik desa maupun
kelurahan. Namun setidaknya membantu dalam menemukan peta
Tim Penulis
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Kuasa atas terbitnya buku Panduan Pelembagaan dan Pengemban-
gan Ekonomi Lokal (PEL) untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kese-
jahteraan Masyarakat. Buku ini memberikan perspektif dan panduan
bagi desa dan kelurahan yang saat ini sedang tumbuh dalam upaya
mengembangkan potensi yang mereka miliki dengan menggunakan
pendekatan pembangunan berkelanjutan (sustainable development)
PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) berada dalam naungan PT Per-
tamina Hulu Indonesia (PHI) yang merupakan anak perusahaan PT
Pertamina (Persero), berkomitmen mewujudkan visi Perusahaan
(PHM) untuk “Menjadi Perusahaan eksplorasi dan produksi minyak
dan gas nasional kelas dunia dan menjadi salah satu pusat keunggu-
lan Pertamina”, berpedoman pada tata nilai 6C (Clean, Competitive,
Confident, Costumer Focus, Commercial dan Capable), Menjalankan
kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas yang aman, berke-
lanjutan, handal, efisien dan ramah lingkungan dengan mengede-
pankan penciptaan nilai, menggunakan teknologi berbasis inovasi,
prinsip komersial yang kuat dan karyawan berklelas dunia. Semua
faktor tersebut berhasil menjadikan Wilayah Kerja Mahakam sebagai
penghasil gas terbesar di Indonesia yang memberikan kontribusi
penting, baik dari sisi penerimaan negara maupun ketahanan ener-
gi Indonesia. Dalam mengelola aspek sosial, PHM sangat memper-
hatikan adanya social license dari masyarakat di lokasi perusahaan
beroperasi. License seperti itu tidak berupa dokumen kertas, namun
hanya bisa diperoleh melalui usaha merangkul masyarakat setempat
untuk bekerjasama dalam mewujudkan nilai-nilai dan tujuan-tujuan
yang disepakati bersama.
xiii
Dalam pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertami
na Hulu Mahakam bekerjasama dengan para institusi/ lembaga/
organisasi masyarakat seperti BUMDes, LPM, Karang Taruna, Kelom-
pok Tani dan Kelompok Nelayan, dan lembaga lainnya baik dalam ke-
giatan pembangunan infrastruktur, penyelenggaraan pelatihan dan
program pemberdayaan berbasis potensi lokal. Melalui kerjasama ini
rasa kepemilikan dan tanggung jawab masyarakat lebih tinggi sehing-
ga keberlanjutan dan kemandirian masyarakat dapat tercapai.
Kebutuhan dasar masyarakat pesisir diantaranya adalah belum terse-
dianya air bersih, belum tersedianya akses terhadap energi, akses yang
remote dengan minimnya fasilitas transportasi yang memadai. Diten-
gah masih minimnya akses pada kebutuhan dasar tersebut, kondisi
tata kelola lembaga ekonomi lokal dan BUMDes yang belum profe-
sional juga menjadi permasalahan tersendiri dalam memenuhi kebu-
tuhan dasar tersebut. Beberapa kendala tata kelola lembaga ekonomi
lokal dan BUMDes yang ditemui di area pesisir Delta Mahakam ter-
letak pada kapasitas kelembagaan dan kemampuan dalam pengelo-
laan organisasi, administrasi, keuangan serta pengembangan usaha.
Mempertimbangkan pentingnya pengembangan sumber daya manu-
sia dan lembaga lokal sebagai unsur penting dalam pengembangan
ekonomi wilayah Desa atau Kelurahan, PHM bekerjasama dengan
Yayasan IRE Flamma Yogyakarta melaksanakan Program Penguatan
kelembagaan kelompok ekonomi lokal (pengelola) dan BUMDesa di
wilayah pesisir Delta Mahakam khususnya Kelurahan Dondang, Kelu-
rahan Muara Kembang, Desa Sepatin dan Desa Tani Baru.
Serangkaian kegiatan pendampingan telah dilaksanakan sejak
tahun 2018 mencakup kegiatan peningkatan kapasitas tata kelola
kelambagaan, pengelolaan keuangan dan uji petik. Penerapan strategi
pendampingan dilakukan dengan memberdayakan pendamping
lokal yang dilatih untuk secara bersama memberikan pendampingan
intensif di lokasi program. Penguatan pendampingan dilakukan
Suripno
Division Head of Sustainable Development and Societal Relation
1
A. Konteks dan bangunan nasional; dan butir (4)
Relevansi memperkuat masyarakat desa
sebagai subjek pembangunan.
Pengelolaan aset dan potensi
Tujuan tersebut sangat relevan
desa menjadi agenda penting
dengan problem besar yang saat
yang harus terus dikawal dalam
ini masih melingkupi bangsa In-
pelaksanaan UU No. 6 Tahun
donesia yaitu kemiskinan dan
2014 tentang Desa. Seperti kita
ketimpangan pendapatan. Desa
ketahui bersama, tujuan lahirnya
dengan kewenangan berskala lo-
UU Desa adalah untuk mewujud-
kal yang dimilikinya dapat meng
kan demokrasi dan mendorong
ambil berperan strategis dalam
adanya transformasi ekonomi
pengelolaan aset dan potensi
politik desa agar desa menjadi
ekonomi untuk kesejahteraan
semakin sejahtera. Dengan kata
masyarakat desa.
lain, tujuan lahirnya UU Desa
adalah mendorong terwujudnya Berbeda dengan desa, kelurahan
desa yang berdaulat, mandiri, adalah pembagian wilayah ad-
dan sejahtera. ministratif di Indonesia di bawah
kecamatan. Kelurahan memiliki
Tujuan dari pengaturan desa da-
hak mengatur wilayahnya lebih
lam bidang ekonomi sebagaima-
terbatas terutama dalam ke-
na Pasal 4 UU Desa, yaitu: (1)
wenangan mengelola aset dan
mendorong prakarsa, gerakan,
potensi ekonomi yang ada di
dan partisipasi masyarakat desa
wilayah kelurahan. Hal ini terjadi
untuk pengembangan potensi
karena menurut UU No. 23 Ta-
dan aset desa guna kesejahteraan
hun 2014 tentang Pemerintah-
bersama; butir (2) meningkat-
an Daerah, kelurahan dibentuk
kan pelayanan publik bagi warga
dengan Perda Kabupaten/Kota
masyarakat desa guna memper-
berpedoman pada peraturan
cepat perwujudan kesejahteraan
pemerintah. Kelurahan dipim
umum; butir (3) memajukan per-
pin oleh seorang kepala kelura-
ekonomian masyarakat desa ser-
han yang disebut lurah selaku
ta mengatasi kesenjangan pem-
perangkat kecamatan dan ber-
Gambar 3.1
Kata Kunci dalam Pengembangan
Ekonomi Lokal (PEL)
PROSES PARTISIPATIF
Aset ekonomi
Aset manusia atau finansial
terdiri atas meliputi sumber-
keahlian, sumber ekonomi
pengetahuan, dan seperti kredit, uang
tenaga kerja tunai, dan sumber
ekonomi lain.
P
U
A M S
Legalitas Ekologi
Kondisi sosial
dan budaya Dampak
masyarakat Ekonomi
lokal
Sosio Ekonomi
Kultural (Produksi)
Pengajuan daftar
Desember usulan RKP Desa
Penetapan
September RKP Desa
Penyusunan
Rancangan RKP Desa
melalui
Agustus Musrenbangdes
Penyusunan
Rancangan RKP Desa
melalui
Musrenbangdes
Pencermatan Pides
dan Penyelarasan
Juli Program Masuk Desa
Musrenbangdes
Musdes
Penyusunan Pembentukan Tim Pencermatan
Perencanaan Penyusun RKP Desa ulang Dokumen
Juni Pembangunan Desa RPJM Desa
Forum
UKPD
Lurah: Dilakukan oleh Tim Camat:
Validasi kegiatan Teknis Kecamatan dan Validasi kegiatan
menambahkan kegiatan UKPD Teknis berdasarkan pertimbangan
(bila perlu) tim teknis
Dilakukan oleh
berbagai pihak
Penyampaian
informasi
2 Syahrini Istri ne Memperkuat produksi Tidak memiliki alat Pelatihan terkait
layan
olahan hasil laut produksi Produksi, pendam
pingan, membangun
kemitraan dengan
pihak lain
4 Seterusnya...
2 Seterusnya...
41
”Kelembagaan ekonomi lo- yang berlebihan, adanya praktik
kal memiliki makna yang korupsi, kolusi, dan nepotisme,
luas, bukan sekedar bicara dan lain sebagainya.
tentang organisasinya saja Hal ini berbeda dengan PEL se-
tetapi juga bicara lebih jauh bagaimana diulas pada bab se-
tentang sistem pendukung- belumnya. Perbincangan tentang
nya. Khusus untuk bab ini, PEL tidak dapat dipisahkan dari
akan diurai tentang lembaga kelembagaan ekonomi. Kelem-
ekonomi yang memiliki arti bagaan ekonomi merupakan
penting dalam PEL yang in- salah satu faktor yang berpen-
klusif. Lembaga-lembaga ini garuh terhadap pertumbuhan
dapat memainkan perannya ekonomi, di mana kelembagaan
masing-masing dan saling ekonomi yang dimaksud bu-
bersinergi dalam memperce- kan sebatas pada kelembagaan
pat pencapaian tujuan PEL ekonomi saja, melainkan lebih
yang inklusif” luas termasuk yang non ekonomi,
seperti: aturan-aturan formal
A. Pengantar dan informal yang menjadi faktor
Teori ekonomi terus mengalami penentu. Akan tetapi, kaitannya
perkembangan, salah satunya dengan PEL di desa dan kelura-
yang cukup menarik kaitannya han, ruang lingkup bahasan ini
dengan Pengembangan Ekonomi akan kita batasi hanya pada lem-
Lokal (PEL) adalah kritik atas pa- baga ekonomi di desa/kelurah-
ham ekonomi klasik dan neoklasik an yang memiliki peran penting
yang selama ini menganggap dalam PEL. Pertama, akan diba-
campur tangan pemerintah yang has tentang apa saja lembaga
berlebihan dalam perencanaan ekonomi yang ada di desa dan
pembangunan dikhawatirkan perannya dalam mendorong PEL
menimbulkan persoalan seper- yang inklusif. Kedua, bagaiaman
ti peran dan intervensi birokrasi relasi antar lembaga tersebut.
Gambar 4.1
Faktor Penentu Pembangunan Pedesaan (PD)
Modal
Sumber
Tekhnologi Daya
Manusia
PD
Lembaga/ Sumber
Organisasi Daya Alam
Tabel 4.2
Contoh Peta Pelembagaan Ekonomi di Tingkat Desa/Kelurahan
No Lembaga Ekonomi Jumlah Peran
I Lembaga Ekonomi Koperasi Nelayan 2
dan Unit Usaha
Pengelola Sampah 1
Desa/Kelurahan
BUMDesa 1
II Jasa Lembaga BPR 1
Keuangan
III Industri Kecil dan Industri pengolahan 7
Menengah makanan
Industri kerajinan 2
Industri alat rumah tangga 1
Rumah makan dan restoran 4
IV Dan lain-lain
53
Pendirian dan pengelolaan BUM- sebesar-besarnya kesejahteraan
Desa pada dasarnya membangun masyarakat desa.”
tradisi berdemokrasi ekonomi di
desa untuk meningkatkan der-
ajat ekonomi masyarakat desa. Gambar 5.1 Kata Kunci
Pendirian BUMDesa merupakan Definisi BUMDesa
strategi untuk mendorong pra-
karsa, gerakan, dan partisipasi Badan
masyarakat desa untuk pengem Usaha
A. Pengertian dan
Konsep BUMDesa
Badan Usaha Milik Desa, yang BUMDesa sebagai Badan Usaha
selanjutnya disebut BUMDesa,
BUMDesa merupakan badan
adalah:
usaha. Badan usaha adalah ke-
“Badan usaha yang seluruh atau satuan yuridis (hukum), teknis,
sebagian besar modalnya dimili- dan ekonomis yang bertujuan
ki oleh desa melalui penyertaan mencari laba atau keuntungan.
secara langsung yang berasal dari Badan usaha sangat sering disa-
kekayaan desa yang dipisahkan makan dengan perusahaan, na-
guna mengelola aset, jasa pe- mun sebenarnya memiliki per-
layanan, dan usaha lainnya untuk bedaan yang sangat mendasar.
Sosialisasi BUMDesa
1 kepada Masyarakat
Desa
Musyawarah Desa
2 BUMDesa dengan agenda untuk
menyepakati rencana pendirian
BUMDesa oleh peserta musdes
Musdes tentang pendirian BUM- (perwakilan masyarakat). Peserta
Desa menjadi sarana untuk musdes harus ada keterwakilan
membangun kesepakatan dari pemangku kepentingan ekonomi
masyarakat desa tentang pendi- dan pelayanan publik di desa. Se-
rian BUMDesa. BUMDesa akan lain itu, kelompok marginal juga
mengelola aset dan potensi desa harus dilibatkan. Hal ini perlu
yang menyangkut hajat hidup dilakukan karena pendirian BUM-
masyarakat desa untuk mening- Desa adalah upaya membangun
katkan kesejahteraan masyarakat demokrasi untuk kesejahteraan
sehingga perlu disepakati oleh masyarakat.
masyarakat desa. Keputusan
Jika masyarakat melalui mus-
tersebut juga mengandung risiko,
des ini tidak atau belum menye
oleh karena itu risiko ini perlu
pakati tentang rencana pendirian
dipahami dan diputuskan untuk
BUMDesa maka proses pendirian
ditanggung bersama.
BUMDesa berhenti sampai di
Musdes ini diselenggarakan oleh proses ini. Belum adanya kese-
BPD dengan fasilitasi pemerin- pakatan bukan berarti pengem-
tah desa. Musdes adalah musdes bangan ekonomi lokal ini GAGAL.
pertama dalam rangka pendirian
Pembahasan Laporan
7 Hasil Kajian
Penetapan Legalitas
10 BUMDesa
BUMDesa Bersama.
Beberapa desa juga dapat membentuk BUMDesa yang dise-
but sebagai BUMDesa Bersama. Kebutuhan untuk memben-
tuk BUMDesa Bersama akan muncul ketika jenis usaha yang
akan dijalankan menyangkut pengelolaan aset, potensi, dan
kebutuhan strategis beberapa desa. Misalnya pasar desa, ka-
wasan wisata, pengelolaan air bersih, dll. Proses membangun
kesepakatannya tentu saja lebih kompleks karena melibatkan
kepentingan beberapa desa. Jika BUMDesa yang akan didiri-
kan adalah BUMDesa Bersama yang merupakan kerja sama
antar-desa dan pelayanan usaha antar - desa maka
pendi-
riannya disepakati melalui Musyawarah antar-Desa (MAD) se-
bagaimana ketentuan mengenai musyawarah desa. BUMDesa
Bersama ditetapkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa
tentang Pendirian BUMDesa Bersama.
Perempuan sedang
membuat kerajinan
sebagai alternatif
kegiatan untuk mengisi
waktu luang.
Pernyataan V I S I Pernyataan M I S I
Menjawab Pertanyaan Menjawab Pertanyaan
Pernyataan V I S I Pernyataan M I S I
Menjawab Pertanyaan
“Menjadi Badan Usaha • Menyelenggarakan pengelolaan
aset-aset dan potensi Desa sesuai
Milik Desa yang Ung- penugasan, secara profesional
gul dalam Pengelolaan dan inovatif guna memberikan
pelayanan prima untuk seluruh
Aset dan Potensi Desa,
masyarakat Desa.
Pelayanan Publik, dan • Menyelenggarakan pengelolaan
Usaha Lainnya” kebutuhan dasar masyarakat Desa
berdasarkan prinsip kewirausahaan
sosial.
• Menyelenggarakan pengelolaan
bisnis berdasarkan prinsip pengelo-
laan usaha yang baik dan bertang-
gung jawab sosial.
• Menyelenggarakan pengusahaan
dengan optimalisasi sumber daya
Desa berdasarkan prinsip badan
usaha yang sehat dan bertanggung
jawab.
• Mengoptimalkan pendapatan asli
desa (PADes) dari hasil usaha desa
tanpa mengabaikan kesejahteraan
pengurus dan masyarakat Desa.
83
84 Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)
untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat
A. Kewirausahaan swasta tidak peduli mengejar
dan kewirausahaan laba ataupun tidak. Laba sering-
Sosial kali menjadi tujuan utama dari
semua bisnis dengan mempro-
Pengembangan ekonomi lokal ti- duksi barang dan jasa yang dibu-
dak dapat dilepaskan dari konteks tuhkan oleh masyarakat. Namun,
pengembangan kewirausahaan. terdapat beberapa tujuan bisnis
Kewirausahaan adalah suatu ke- lainnya yaitu untuk:
beranian untuk melakukan ber
- Memperoleh keuntungan
bagai upaya untuk memenuhi
dari kegiatan bisnis.
kebutuhan hidup yang dilakukan
- Pengadaan barang ataupun
oleh seseorang, berdasarkan ke-
jasa yang dibutuhkan oleh
mampuan dengan memanfaatkan
masyarakat.
segala potensi yang dimiliki untuk
- Mencapai kesejahteraan
menghasilkan sesuatu yang ber-
pemilik faktor produksi dan
manfaat bagi dirinya dan orang
masyarakat.
lain.
- Menciptakan lapangan pe
Kata “kewirausahaan” berasal kerjaan bagi masyarakat.
dari kata wira dan usaha. Menurut - M e n u n j u k ka n e ks i ste n -
Kamus Bahasa Indonesia, wira si suatu perusahaan dalam
berarti; pejuang, berani dan jangka panjang.
berwatak agung, berbudi luhur. - Meningkatkan kemajuan dan
Sedangkan kata usaha berarti; pertumbuhan ekonomi ma
bekerja, berbuat amal, berbuat syarakat secara umum.
sesuatu. Bisnis atau usaha adalah - Menunjukkan prestise dan
kegiatan individu atau lembaga prestasi.
yang terorganisasi untuk meng- Saat ini berkembang kewira
hasilkan dan menjual barang dan usahaan sosial (social entrepre
jasa yang dibutuhkan oleh ma neurship). Kewirausahaan sosial
syarakat serta semua hal yang adalah tentang bagaimana me
mencakup berbagai usaha yang nerapkan pendekatan yang prak
dilakukan pemerintah maupun tis, inovatif, dan berkelanjutan
Kebutuhan Kebutuhan
Masyarakat 1 Masyarakat
Desa/Kelurahan yang belum
terlayani
Jenis-jenis
Usaha 2
Aset dan Lembaga dan
Potensi kegiatan
Desa/Kelurahan 3 Ekonomi di
Desa/Kelurahan
IDE/GAGASAN USAHA
TUJUAN
(Visi dan Misi)
KAJIAN/ANALISIS:
1. PASAR
2. PRODUKSI/OPERASI
3. MANAJEMEN
4. KEUANGAN
5. ASPEK-ASPEK LAIN (SOSIAL,
BUDAYA, LINGKUNGAN,
HUKUM, DLL
KEPUTUSAN
4. Saluran Distribusi
(Channel)
5. Aliran Pendapatan
(Revenue Stream)
Sumber: tipssehatonline.web.id
6. Sumberdaya Utama
(Key Resources)
9. Struktur Biaya
(Cost Structure)
PERATURAN DESA ……
NOMOR ……… TAHUN ……
TENTANG
PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN PEMBENTUKAN BUM DESA
Pasal 2
Pasal 3
BAB III
NAMA, PENDIRIAN, TEMPAT KEDUDUKAN, DAN WILAYAH USAHA
Pasal 5
(1) Nama Badan Usaha Milik Desa adalah …………………………………….
(2) Badan Usaha Milik Desa didirikan atas dasar inisiatif pemerintah
desa dan warga masyarakat melalui musyawarah desa pada tanggal
…………………………
(3) Tempat kedudukan Badan Usaha Milik Desa beralamat di
......................., Desa ......................., Kecamatan ......................., Ka-
bupaten .......................
(4) Wilayah Usaha Badan Usaha Milik Desa adalah di Desa .......................,
Kecamatan ....................... Kabupaten .......................
(5) BUM Desa ......... dapat melakukan perluasan usaha yang berlokasi di
luar Desa .............
BAB IV
BENTUK ORGANISASI BUM DESA
Pasal 6
(1) BUM Desa ............. dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan
hukum dan belum berbadan hukum.
(2) Unit usaha yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal
BAB V
ASAS, FUNGSI DAN JENIS USAHA
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 10
BAB VI
KEPEMILIKAN BUM DESA
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
BAB VIII
ORGANISASI PENGELOLA BUM DESA
Pasal 15
Pasal 16
Bagian Kedua
Penasihat
Pasal 17
Bagian Ketiga
Pelaksana Operasional
Pasal 18
Pasal 19
Bagian Ketiga
Pengawas
BAB IX
HAK PENGURUS ORGANISASI PENGELOLA BUM DESA
Pasal 21
BAB X
TAHUN BUKU DAN PENETAPAN BAGI HASIL BUM DESA
Pasal 22
Tahun buku dan tahun anggaran BUM Desa menggunakan sistem kal-
(1) Hasil usaha BUM Desa merupakan pendapatan yang diperoleh dari
hasil transaksi dikurangi dengan pengeluaran biaya dan kewajiban
pada pihak lain, serta penyusutan atas barangbarang inventaris
dalam 1 (satu) tahun buku.
(2) Pendapatan bersih atau Sisa Hasil Usaha BUM Desa
”_________________” disampaikan oleh Direktur kepada Kepala
Desa untuk mendapatkan persetujuan dalam musyawarah desa.
(3) Penyampaian pendapatan bersih atau sisa hasil usaha, dilaksanakan
pada saat pelaksanaan penyampaian Rancangan APB Desa.
(4) Proporsi pembagian Hasil Usaha BUM Desa diatur lebih lanjut dalam
AD/ART
BAB XI
KERJASAMA
Bagian Kesatu
Kerjasama dengan Pihak Ketiga
Pasal 24
(1) BUM Desa …………… dapat membuat kerja sama dengan pihak ketiga
dengan ketentuan:
a. Kerjasama tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perun-
dang-undangan.
b. Kerjasama yang memerlukan jaminan harta benda yang dimil-
iki atau dikelola BUM Desa, yang mengakibatkan beban hutang,
maka rencana kerja sama tersebut harus mendapat persetujuan
Kepala Desa dan BPD; dan
c. Kerjasama dimaksud tidak memerlukan jaminan aset/harta ben-
da yang dimiliki atau dikelola BUM Desa dan tidak mengakibatkan
beban hutang maka rencana kerja sama tersebut cukup dilapor-
kan secara tertulis kepada Kepala Desa dan BPD.
Bagian Kedua
Kerjasama BUM Desa antar-Desa
Pasal 25
(1) BUM Desa ....... dapat melakukan kerjasama dengan 1 (satu) atau
lebih BUM Desa.
(2) Kerjasama sebagaimana disebutkan pada ayat (1) dapat dilakukan
dalam satu kecamatan atau antar kecamatan dalam satu kabupaten/
kota.
(3) Kerjasama sebagaimana disebutkan pada ayat (1) dibuat dalam nas-
kah perjanjian kerjasama.
(4) Naskah perjanjian kerjasama sebagaimana disebutkan pada ayat (1)
paling sedikit memuat:
a. subyek kerjasama;
b. obyek kerjasama;
c. jangka waktu;
d. hak dan kewajiban;
e. pendanaan;
f. keadaan memaksa;
g. pengalihan aset; dan
h. penyelesaian perselisihan
(5) Naskah perjanjian kerjasama BUM Desa ……… dengan 1 (satu) atau
lebih BUM Desa ditandatangani oleh Pelaksana Operasional dari
masing-masing BUM Desa yang bekerjasama setelah mendapat per-
setujuan dari pemerintahan Desa masing-masing.
(6) Kegiatan kerjasama sebagaimana disebutkan pada ayat (1) diper-
tanggungjawabkan kepada masing-masing Desa.
(7) Dalam hal kegiatan kerjasama antar unit usaha BUM Desa yang ber-
badan hukum diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-unda-
ngan.
Pasal 26
BAB XIII
ADMINISTRASI KEUANGAN DAN UMUM BUM DESA
Pasal 27
(1) Pelaksana operasional wajib menyelenggarakan administrasi keuan-
gan dan umum dalam pengelolaan BUM Desa.
(2) Kelengkapan administrasi keuangan dan umum disesuaikan dengan
kebutuhan.
BAB XIV
ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA BUM DESA
BAB XV
RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN
BAB XVI
KEPAILITAN DAN PEMBUBARAN
Pasal 30
(1) Kerugian yang dialami BUM Desa menjadi beban BUM Desa;
(2) Dalam hal BUM Desa tidak dapat menutupi kerugian dengan aset
dan kekayaan yang dimilikinya, dinyatakan rugi melalui Musyawarah
Desa;
(3) Unit usaha milik BUM Desa yang tidak dapat menutupi kerugian den-
gan aset dan kekayaan yang dimilikinya dinyatakan pailit sesuai den-
gan ketentutan dalam peraturan perundangan-undangan mengenai
kepailitan.
Pasal 31
Pasal 32
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 33
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Desa ini sepanjang mengenai
pelaksanaannya akan diatur kemudian oleh Kepala Desa.
Pasal 34
…………….…………….
…………….…………….
KABUPATEN .......................
TENTANG
2. dan seterusnya............................................................;
MEMUTUSKAN:
Ditetapkan di : ………………
Pada tanggal :
………………
3. Yang bersangkutan.
Tanggal : .
ANGGARAN DASAR
PEMBUKAAN
BAB I
Pasal 1
(1) Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUM Desa ini bernama
BUM Desa …………
(4) Wilayah Usaha Badan Usaha Milik Desa adalah di Desa .......................,
Kecamatan ....................... Kabupaten .......................
(5) BUM Desa ......... dapat melakukan perluasan usaha yang berlokasi di luar
Desa .............
BAB II
AZAS, VISI, MISI, MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Visi BUMDesa ………………… Desa ………………, adalah “Menjadi Badan Usaha
Milik Desa yang Unggul dalam Pengelolaan Aset dan Potensi Desa, Pelay-
anan Publik, dan Usaha Lainnya” (contoh).
Pasal 4
Pasal 5
MODAL
Pasal 6
(3) Badan Usaha Milik Desa dimiliki oleh Pemerintah Desa dan masyarakat
dengan komposisi kepemilikan mayoritas oleh Pemerintah Desa. Dalam
perkembangannya, masyarakat dapat berperan dalam kepemilikan BUM-
Desa melalui penyertaan modal masyarakat maksimal 40%.
(4) Penyertaan modal Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (2)
huruf a merupakan kekayaan pemerintah Desa yang diinvestasikan dalam
BUM Desa untuk meningkatkan pendapatan Desa atau pelayanan kepada
masyarakat.
(6) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam bentuk
tanah kas Desa dan bangunan tidak dapat dijual.
(7) Penyertaan modal pada BUM Desa melalui proses analisis kelayakan ses-
uai ketentuan peraturan perundang- undangan.
(9) Penyertaan Modal Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (2)
huruf a terdiri atas:
(11) Modal BUM Desa selain sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (2) hur-
uf a, dapat berasal dari dana bergulir program pemerintah dan pemerintah daerah
yang diserahkan kepada desa dan/atau masyarakat melalui pemerintah desa.
BAB IV
KEGIATAN USAHA
Pasal 7
a. Pasar Desa
b. Pengelolaan Wisata Desa.
c. Pemasaran Produk Industri Kecil Dan Rumah Tangga.
d. Pelayanan Air Irigasi.
e. Pelayanan Air Bersih
f. Penyewaan Kios Desa.
g. Jasa Keuangan.
h. Jasa Konstruksi.
i. Penyediaan kebutuhan petani seperti: pembibitan, alat-alat pertanian,
kebutuhan pupuk, obat-obat pertanian, peternakan dan jasa perkredi-
tan untuk usaha-usaha keluarga petani.
(2) Jenis usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang ada di wilayah Desa.
Pasal 8
Kegiatan usaha dari jenis-jenis usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat
(1) antara lain
a. Kegiatan usaha dari Pasar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf
a meliputi ………….
b. Penjelasan kegiatan usaha ayat 1 huruf b;
c. Penjelasan kegiatan usaha ayat 1 huruf c;
d. dst
ORGANISASI PENGELOLA
Pasal 9
Pasal 10
a. Penasihat;
b. Pelaksana Operasional; dan
c. Pengawas
(2) Penasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dijabat secara ex
officio oleh Kepala Desa.
a. Direktur/Ketua;
b. Sekretaris;
c. Bendahara; dan
(5) Pelaksana operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dijabat dari
unsur masyarakat desa setempat.
(7) Kepala unit usaha sebagaimana disebutkan pada ayat (4) huruf d dipilih
dan diangkat oleh Direktur/Ketua BUM Desa dengan persetujuan dari
penasihat dan pengawas.
(8) Pengawas sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1) huruf c mewakili
kepentingan masyarakat untuk melaksanakan pengawasan BUM Desa
yang berasal dari unsur masyarakat.
a. Ketua;
b. Wakil Ketua merangkap anggota;
c. Sekretaris merangkap anggota; dan
d. Anggota
(10) Susunan kepengurusan BUM Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dipilih oleh masyarakat melalui Musyawarah Desa sesuai dengan keten-
tuan peraturan yang berlaku.
BAB VI
Pasal 20
(2) Pengeluaran (biaya) BUM Desa …….. adalah semua biaya operasional,
biaya administrasi dan umum, serta serta penyusutan atas barangbarang
inventaris dalam 1 (satu) tahun buku.
(4) Sisa hasil usaha BUM Desa ....................... adalah pendapatan bersih di-
kurangi bunga dan pajak.
Pasal 21
(1) Sisa hasil usaha BUM Desa ……….sebagaimana dimaksud pada pasal 20 ayat
(4) disampaikan oleh Ketua/Direktur BUM Desa kepada Kepala Desa untuk
mendapatkan persetujuan dalam musyawarah desa.
(2) Sisa hasil usaha sebagaimana dimaksud pada pasal 20 ayat (4) setelah di-
kurangi dengan pembayaran pendapatan atas penyertaan modal masyara-
kat atau pihak ketiga dibagi berdasarkan proporsi sebagai berikut:
Pasal 22
(1) Pembagian sisa hasil usaha BUM Desa untuk kas Desa sebagai pendapatan
asli desa diserahkan melalui Kas Desa selambat-lambatnya 1 (satu) minggu
setelah perhitungan dan pembagian keuntungan usahanya.
(2) Pembagian sisa hasil usaha BUM Desa untuk pengurus BUM Desa sebagai
penghargaan dari pelaksanaan tugas-tugasnya ditentukan sebagai berikut:
a. Penasihat :%
b. Pelaksana opersional :%
c. Pengawas :%
(3) Pembagian sisa hasil usaha BUM Desa untuk pelaksana operasional seb-
agaimana dimaksud pada pasal 22 ayat (2) huruf b ditentukan melalui musy-
awarah pengurus BUM Desa.
(4) Pembagian sisa hasil usaha BUM Desa untuk pengawas sebagaimana dimak-
sud pada pasal 22 ayat (2) huruf c diputuskan melalui rapat pengawas.
BAB VI
PERATURAN PERALIHAN
Pasal 23
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini sepanjang mengenai tek-
nis pelaksanaannya akan diatur kemudian dalam Surat Keputusan Ketua/Direktur
BUM Desa ………. dalam rapat Pengurus Organisasi BUM Desa.
PENUTUP
Pasal 24
Ditetapkan di : ………………
Padatanggal : ………………
(____________________________)
BAB I
Bagian Kesatu
Penasihat
Pasal 1
a. Pembagian sisa hasil usaha BUM Desa…….. yang sah sebagai penghargaan
dari pelaksanaan tugas-tugasnya sebagaimana diatur dalam Anggaran
Dasar.
Pelaksana Operasional
Pasal 2
a. Direktur/Ketua;
b. Sekretaris;
c. Bendahara; dan
d. Kepala Unit Usaha.
(2) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai
tugas mengurus dan mengelola BUM Desa.
(1) Dalam melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (3)
Pelaksana Operasional dapat menunjuk Anggota Pengurus sesuai dengan kapa-
sitas bidang usaha, khususnya dalam mengurus pencatatan dan administrasi
usaha dan fungsi operasional bidang usaha.
(2) Pelaksana Operasional dapat dibantu karyawan sesuai dengan kebutuhan dan
harus disertai dengan uraian tugas berkenan dengan tanggung jawab, pemba-
gian peran dan aspek pembagian kerja lainnya.
Bagian Ketiga
Pengawas
Pasal 4
(1) Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewajiban me-
nyelenggarakan Rapat Umum untuk membahas kinerja BUM Desa sekurang-
kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
a. Pembagian sisa hasil usaha BUM Desa…….. yang sah sebagai penghargaan
dari pelaksanaan tugas-tugasnya sebagaimana diatur dalam Anggaran
Dasar.
b. Menggunakan fasilitas srana/prasarana yang dimiliki oleh BUM Desa untuk
kelancaran pengelolaan BUM Kamp.
Bagian Keempat
Paragraf 1
Pasal 5
Pasal 6
(1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf g terdiri dari Laporan Tri-
wulan, Semester, dan Laporan Tahunan.
(2) Laporan Triwulan dan Laporan Semester sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari laporan kegiatan operasional dan keuangan yang disampaikan ke-
pada Pengawas.
(3) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari laporan
keuangan dan laporan manajemen yang ditandatangani bersama Direktur dan
Pengawas BUM Desa disampaikan kepada Kepala Desa.
(4) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan paling lam-
bat 3 bulan setelah tutup buku tahunan BUM Desa..........untuk disahkan oleh
Kepala .......... paling lambat dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah diterima.
Pasal 7
Paragraf 2
Sekretaris
Pasal 8
Pasal 9
Paragraf 3
Bendahara
Pasal 10
Pasal 11
Paragraf 4
Pasal 12
Pasal 13
1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 huruf g terdiri dari Laporan Tri-
wulan, Semester, dan Laporan Tahunan.
(2) Laporan Triwulan dan Laporan Semester sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari laporan kegiatan operasional dan keuangan unit usaha yang disam-
paikan kepada direktur/ketua.
(3) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari laporan
keuangan dan laporan manajemen yang disampaikan kepada direktur/ketua
Bum Desa .............
(4) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan paling lam-
bat 1 bulan setelah tutup buku tahunan BUM Desa..........untuk disahkan oleh
direktur/ketua BUM Desa .......... paling lambat dalam waktu 15 (lima belas hari
setelah diterima.
Pasal 14
BAB II
Pasal 15
(1) Untuk dapat diangkat menjadi Karyawan Unit Usaha BUM Desa ............ harus
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
(1) Karyawan Unit Usaha BUM Desa ………. dapat dikenakan sanksi.
b. Teguran tertulis;
c. Pemberhentian sementara;
d. Pemberhentian dengan hormat; dan
e. Pemberhentian dengan tidak hormat.
(1) Pelaksanaan penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetap-
kan dengan Keputusan Direkur/Ketua BUM Desa ..............
Pasal 19
(1) Karyawan Unit Usaha BUM Desa .............. diberhentikan sementara apabila
telah melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dan/atau tin-
dak pidana.
(2) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 6
(enam) bulan atau adanya putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
BAB III
Pasal 20
(2) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh
BPD dipimpin oleh Ketua BPD ………..untuk memimpin sidang penyusunan dan/
atau pemilihan pengurus BUM Desa .............. secara demokratis.
(3) Pengurus BUM Desa .............. sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berasal
dari masyarakat yang memiliki kemampuan, kemauan, dan kepedulian terha-
dap kemajuan pembangunan desa.
Pasal 21
Pasal 22
a. Teguran lisan;
b. Peringatan secara tertulis;
c. Pemberhentian sementara (skorshing);
d. d. Pemberhentian dengan hormat; dan
e. Pemberhentian dengan tidak hormat yang ditetapkan dalam forum musy-
awarah desa.
a. Meninggal dunia;
b. Mengundurkan diri
c. Pindah tempat tinggal di luar Desa ……… ;
d. Telah selesai masa bakti sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan Ang-
garan Rumah Tangga BUM Desa;
e. Tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik; dan
f. Terlibat kasus pidana dan telah ditetapkan sebagai tersangka.
Pasal 24
Pengurus BUM Desa .............. dilarang mengambil keuntungan pribadi baik secara
langsung maupun tidak langsung dari kegiatan BUM Desa selain penghasilan yang
sah.
BAB IV
Pasal 25
BAB V
Pasal 26
(1) Bidang Usaha Badan Usaha Milik Desa ......................., Kecamatan .......................,
Kabupaten ....................... adalah : (disesuaikan dengan hasil kajian di desa)
Pasal 27
b. Bertentangan dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat Desa …….
BAB VI
Bagian Kesatu
Pasal 28
Bagian Kedua
Pasal 29
(2) Kecuali yang dimaksud ayat (1), atas permintaan sekurangkurangnya 2 (dua)
orang angota BUM Desa atau atas permintaan Penasihat atau Ketua Pengawas,
Direktur BUM Desa dapat mengundang Pengelola BUM Desa untuk mengada-
kan rapat khusus/luar biasa jika memang hal tersebut dianggap perlu selambat-
lambatnya satu mingu setelah permintaan itu diterima oleh Direktur BUM Desa.
(3) BUM Desa mengadakan rapat atas undangan Direktur, atau Penasihat/Kepala
Desa atau Ketua Pengawas.
(4) Pengurus dan anggota BUM Desa wajib memelihara ketertiban dan kelancaran
jalannya rapat.
BAB VII
PERMODALAN
Pasal 30
(1) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat (2) huruf a
merupakan kekayaan pemerintah Desa yang diinvestasikan dalam BUM Desa
untuk meningkatkan pendapatan Desa atau pelayanan kepada masyarakat.
(2) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kekayaan
Desa yang dipisahkan yang dianggarkan dari pengeluaran pembiayaan dalam
APB Desa.
(3) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk tanah
kas Desa dan bangunan tidak dapat dijual.
(4) Penyertaan modal pada BUM Desa melalui proses analisis kelayakan sesuai
ketentuan peraturan perundang- undangan.
(5) Tata cara penyertaan modal diatur berdasarkan Peraturan Bupati/Wali Kota
mengenai pengelolaan keuangan Desa.
(6) Penyertaan Modal Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat (2) huruf
a terdiri atas:
c. Kerja sama usaha dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyara-
katan dan/atau lembaga donor yang dipastikan sebagai kekayaan kolektif
Desa dan disalurkan melalui mekanisme APB Desa;
d. Aset Desa yang pengelolaannya diserahkan kepada BUM Desa sesuai den-
gan ketentutan peraturan perundangan-undangan tentang Desa.
(8) Modal BUM Desa selain sebagaimana dimaksud pada pasal 30 ayat (2) huruf a,
dapat berasal dari dana bergulir program pemerintah dan pemerintah daerah
yang diserahkan kepada desa dan/atau masyarakat melalui pemerintah desa.
Pasal 32
(1) Untuk mengembangkan kegiatan usahanya, BUM Desa dapat menerima pinja-
man dan/atau bantuan yang sah dari pihak lain.
(2) Modal BUM Desa ............... yang berasal dari pinjaman sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan setelah mendapat persetujuan dari BPD.
BAB VI
PERATURAN PERALIHAN
Pasal 33
Halhal yang belum cukup diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini sepanjang
mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur kemudian dalam Surat Keputusan
Ketua/Direktur BUM Desa ………. dalam rapat Pengurus Organisasi BUM Desa.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34
Ditetapkan di : ………………
Padatanggal : .....
……….………………
KABUPATEN .......................
TENTANG
Ditetapkan di : ………………
Pada tanggal :
………………
Tanggal : .
II. Pengawas :
1. Ketua :
2. Wakil Ketua merangkap anggota :
3. Sekretaris merangkap anggota :
4. Anggota :
Ditetapkan di : ………………
Pada tanggal :