Anda di halaman 1dari 128

PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DENGAN

PENDEKATAN LOCAL ECONOMIC RESOURCE


DEVELOPMENT UNTUK MENINGKATKAN
EKONOMI MASYARAKAT
(Studi pada Peternakan Ayam Ras Petelur di Desa Sawentar Kabupaten Blitar)

SKRIPSI
Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana
Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

RAISHA DIAN NOURMALASARI


NIM. 145030107111016

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
MALANG
2018
MOTTO

“All our dreams can come true, if we have the courage to pursue them”
(Walt Disney)

i
RINGKASAN
Raisha Dian Nourmalasari, 2018. Pengembangan Ekonomi Lokal dengan Pendekatan Local
Economic Resource Development untuk Meningkatkan Ekonomi Masyarakat (Studi Pada
Peternakan Ayam Ras Petelur di Desa Sawentar Kabupaten Blitar). Skripsi. Jurusan
Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya. Dosen Pembimbing Dr.
Abdullah Said, M.Si. 118 halaman + cxviii.

Sektor peternakan merupakan salah satu sumber daya terbesar yang ada di Indonesia dan
seharusnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Daerah dengan potensi
sumber daya peternakan terbesar adalah Kabupaten Blitar dan memiliki peran yang strategis
dalam penyediaan berbagai sumber seperti sumber pangan, sehingga memiliki dampak yang baik
bagi kemajuan perekonomian daerah. Tujuan dari pengelolaan dan pemanfaatan peternakan
untuk mencukupi kebutuhan pangan, barang, dan jasa yang berasal dari hewani secara mandiri,
dan berdaya saing untuk meningkatkan perekonomian dan untuk kesejahteraan masyarakat.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Fokus penelitian dibatasi dalam empat bagian: pembinaan yang dilakukan pemerintah
daerah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dilihat dari pendekatan Local Economi
Resource Development dibidang (1) sumber daya manusia (2) kesehatan hewan (3) pemasaran
(4) teknologi. Sumber data yang di dapat melalui data primer dan sekunder. Teknik
pengumpulan data yaitu dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang
digunakan adalah model analisis data interaktif yang terdiri dari pengumpulan data, penyajian
data, kondensasi data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini dalam pembinaan yang dilakukan pemerintah daerah untuk
mengembangkan sumber daya lokal, pemerintah, masyarakat dan swasta bekerjasama dalam
mengembangkan peternakan ayam petelur di Desa Sawentar Kabupaten Blitar menggunakan
metode pengembangan ekonomi lokal dan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan ini terdiri
dari pengembangan sumber daya manusia, kesehatan hewan, pemasaran, dan teknologi yang
keseluruhannya diterapkan pada pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah untuk
meningkatkan peternakan ini.
Penelitan ini menemukan bahwa pemerintah daerah Kabupaten Blitar dalam pembinaan
yang dilakukan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sudah baik, ini ditunjukkan bahwa
pemerintah daerah berkomitmen dan menerapkan metode yang ada, didukung dengan adanya
rencana strategis dari pemerintah pusat, terjalinnya kerjasama antar stakeholder serta masyarakat
yang memiliki pengetahuan luas tentang peternakan. Namun, dalam pelaksanaannya Dinas
peternakan menemukan permasalahan seperti terbatasnya sumber daya manusia atau pemateri
untuk membina masyarakat, rendahnya pengetahuan tentang kesehatan hewan dan masyarakat
yang kurang menerima akan adanya teknologi inovasi baru. Oleh karena itu agar pengembangan
ekonomi lokal berjalan dengan baik maka penyediaan dinas diharapkan mampu menyelesaikan
permasalahan tersebut.
Kata Kunci: peternakan, ekonomi lokal, LERD
SUMMARY
Raisha Dian Nourmalasari, 2018. Local Economic Development with a Local Economic
Resource Development Approach to Improve Community Economy (Study on Laying
Chicken Farming in Sawentar Village, Blitar Regency). Undergraduate Thesis. Department of
Public Administration, Faculty of Administrative Science, Brawijaya University. Advisor
Lecturer: Dr. Abdullah Said, M.Sc. 118 pages + cxviii.

The livestock sector is one of the biggest resources in Indonesia and should be able to improve
the welfare of the Indonesian people. The region with the biggest livestock resource potential is
Blitar Regency and has a strategic role in providing various sources such as food sources, so that
it has a good impact on regional economic progress. The purpose of the management and
utilization of livestock to meet the needs of food, goods and services originating from animals
independently, and to be competitive to improve the economy and for the welfare of the
community.
This study uses descriptive research using a qualitative approach. The focus of the research is
limited to four parts: the guidance made by the regional government to improve the community's
economy can be seen from the Local Ecosystem Resource Development approach in the field of
(1) human resources (2) animal health (3) marketing (4) technology. Data sources obtained
through primary and secondary data. Data collection techniques are by interview, observation,
and documentation. Data analysis used is an interactive data analysis model consisting of data
collection, data presentation, data condensation, and conclusion drawing.
The results of this study in coaching carried out by local governments to develop local resources,
government, society and the private sector in collaboration in developing laying hens farms in
Sawentar Village, Blitar Regency, use local economic development methods and community
welfare. This development consists of human resource development, animal health, marketing,
and technology which are all applied to the guidance carried out by the government to improve
this farm.
This research found that the local government of Blitar Regency in the development carried out
to improve the economy of the community was good, it was shown that the local government
was committed and applied the existing methods, supported by the strategic plan of the central
government, the establishment of cooperation between stakeholders and the community that has
broad knowledge about livestock. However, in its implementation the Animal Husbandry
Department found problems such as limited human resources or speakers to foster the
community, lack of knowledge about animal health and people who were less accepting of new
innovation technologies. Therefore, in order for local economic development to run properly, the
provision of services is expected to be able to solve these problems.
Keywords: livestock, local economy, LERD
HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim, atas kehendak dan pertolongan Allah SWT yang selalu

memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada penulis dalam setiap langkah pengerjaan

skripsi ini. Saya mempersembahkan skripsi ini kepada Sang Inspirator dalam hidup saya, Bapak

Sigit Prasetyo. Kepada beliau yang selalu bekerja keras dalam menghidupi pendidikan anak-

anaknya dan tidak pernah sekalipun mendengar keluh kesahnya. Serta kepada sosok perempuan

yang saya kagumi, Ibu Heny Wastuti. Seorang Ibu yang selalu mendoakan anak-anaknya demi

kesuksesan di dunia dan di akhirat. Terimakasih teruntuk saudara-saudara saya, Dyah Intan

Syahida dan sarah Jauzaa Nabila, yang selalu menghibur saya ketika saya mengalami

keputusasaan dalam proses penelitian ini.


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan

Ekonomi Lokal dengan Pendekatan Local Economic Resource Development untuk

Meningkatkan ekonomi Masyarakat (Studi pada Peternakan Ayam Ras Petelur di Desa

Sawentar kabupaten Blitar).”. Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat

untuk mendapatkan gelar sarjana Administrasi Publik pada prodi Ilmu Administrasi Publik,

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Brawijaya

2. Bapak Drs. Andy Fefta Wijaya, MDA, Ph.D selaku Ketua Jurusan Administrasi

Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

3. Bapak Dr. Fadillah Amin, M.AP., Ph.D selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

4. Bapak Dr. Abdullah Said, M.Si selaku Pembimbing utama skripsi yang telah

meluangkan waktu serta sabar dan ikhlas memberi bimbingan serta banyak masukan

dalam proses kesempurnaan skripsi ini


5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya yang telah memberikan bimbingan dan ilmu

yang bermanfaat bagi penulis

6. Bapak dan Ibu yang berada di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar

yang senantiasa mengarahkan, mendampingi, membimbing, dan memberikan

informasi selama penelitian berlangsung

7. Bapak Sigit, Bapak Hidayat dan Bapak Rasyid Ridha yang senantiasa mengarahkan,

mendampingi, membimbing, dan memberikan informasi selama penelitian

berlangsung

8. Saudari-saudariku tercinta yaitu Dyah Intan Syahida dan Sarah Jauzaa Nabila serta

Keluarga Besarku yang telah memberikan semangat, dukungan, dan doa

9. Ardi Rais yang selalu sabar mendengarkan keluh kesah selama mengerjakan skripsi

dan mendoakan selama menyusun skripsi hingga akhirnya terselelsaikan

10. Sahabat-sahabatku yaitu (Lakshita Dwita, Sehan Aries Angraini, Huwaina Lutfita,

Egi Surachmah dan Diah Adhelia), serta teman-teman Administrasi Publik 2014

yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan semangat, doa serta

motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

11. Bagi semua pihak yang telah membantu dan berkontribusi dalam penyusunan skripsi

ini

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan sehingga kritik

dan saran yang bersifat membangun akan sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak

yang membutuhkan.

Malang, 17 Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

MOTTO............................................................................................................. ii
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI............................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI............................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... vi
RINGKASAN ...................................................................................................vii
SUMMARY....................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI .....................................................................................................xii
DAFTAR TABEL.............................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1


A. Latar Belakang ....................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................
7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................
7
D. Kontribusi Penelitian ..........................................................................................
8
E. Sistematika Penulisan .........................................................................................
8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11


A. Administrasi Pembangunan ................................................................................
11

xii
B. Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) ...............................................................
13
1. Pengertian Pengembangan Ekonomi Lokal .................................................
13
2. Tujun dan Sasaran Pengembangan Ekonomi Lokal .....................................
16
3. Indikator Keberhasilan Pengembangan Ekonomi Lokal ..............................
18
4. Tahapan dan Langkah Revitalisasi PEL........................................................
19
C. Local Economic Resource Development ............................................................
23
D. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) ..................................... 33
1. Pengertian MSDM.........................................................................................
33
2. Tujuan MSDM ..............................................................................................
34
E. Pemberdayaan Masyarakat .................................................................. 35

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................39


A. Jenis Penelitian .................................................................................... 39
B. Fokus Penelitian................................................................................... 40
C. Lokasi dan Situs Penelitian.................................................................. 42
D. Jenis dan Sumber Data......................................................................... 42
E. Teknik Pengumpulan Data................................................................... 45
F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 47
G. Analisis Data........................................................................................ 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 52


A. Penyajian Umum ................................................................................................
52
B. Penyajian Data Fokus .........................................................................................
56
1. Sumber Daya Manusia (SDM) ......................................................................
59

xiii
2. Kesehatan Hewan…………………………………………………. 62
3. Pemasaran…………………………………………………………. 68
4. Teknologi………………………………………………………….. 71
C. Analisis Data Fokus Penelitian ...........................................................................
75
1. Sumber Daya Manusia…………………………………………….. 76
2. Kesehatan Hewan…………………………………………………. 81
3. Pemasaran…………………………………………………………. 84
4. Teknologi………………………………………………………….. 86

BAB V PENUTUP............................................................................................93
A. Kesimpulan .........................................................................................................
96
B. Saran .........................................................................................................91

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................


109

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Populasi dan Produksi Ayam Ras Petelur Provinsi Jawa Timur .........................
5
Tabel 2. Perbedaan LED dan LERD ..................................................................................
27
Tabel 3. Sumber Pendapatan Masyarakat Desa Sawentar .................................................
55
Tabel 4. Populasi Hewan Ternak Desa Sawentar Tahun 2016 ..........................................
56

Tabel 5. Kegiatan Pelaksanaan Kesehatan Hewan Terpadu ..............................................


65

Tabel 6. Program Penyuluhan Pelaksanaan Kegiatan Monitoring


Penyakit Unggas ..................................................................................................
66
Tabel 7. Pelaksanaan Kegiatan Pasar murah Kabupaten Blitar
Menjelang Idul Fitri 2017 ....................................................................................
69

xv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tahapan dan langkah Revitalisasi PEL ................................................................


19
Gambar 2. Hexagonal PEL.....................................................................................................
28
Gambar 3. Kelompok Sasaran ...............................................................................................
30
Gambar 4. Kesinergian dan Fokus Kebijakan........................................................................
31
Gambar 5. Komponen Analisis Data Model Interaktif ..........................................................
49
Gambar 6. Peta Kecamatan Kanigoro ....................................................................................
53
Gambar 7. Hopper ..................................................................................................................
73
Gambar 8. Pengaplikasian Hopper……………………………………… 74
Gambar 9. Kegiatan Pasar Murah Menjelang Idul Fitri………………… 85

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian .............................................................................................


98
Lampiran 2. Pedoman Wawancara ...........................................................................................
99
Lampiran 3. Dokumentasi Peneliti ..........................................................................................
105
Lampiran 4 Sumber Data ........................................................................................................
106

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pembangunan secara umum pada hakekatnya adalah proses

perubahan yang terus menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik

berdasarkan norma-norma tertentu. Pembangunan merupakan rangkaian

usaha mewujudkan pertubuhan dan perubahan secara terencana, sadar, dan

berkelanjutan yang ditempuh oleh suatu negara bangsa yang mengarah

pada modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (Siagian, 2014:4).

Definisi diatas dapat diartikan sebagai rangkaian usaha untuk

memanfaatkan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang terencana

untuk meningkatkan kualitas hidup demi kesejahteraan kehidupan yang

baru dan lebih baik dari sebelumnya. Pembangunan terus berlanjut dan

terencana yang akan terus berkembang menuju ke arah yang lebih baik.

Apabila pembangunan ini menyangkut sosial dan ekonomy untuk

kesejahteraam masyarakat dan meningkatnya ekonomi masyarakat, maka

hal ini ditandai adanya peningkatan pendapatan perkapita, menurunnya

kemiskinam dan pengangguran, serta bertambahnya lapangan pekerjaan.

1
2

Pembangunan daerah secara tepat, efektif dan efisien, dibutuhkan kredibilitas

sumber daya manusia masyarakat dan kualitaa aparaturpemerintahan yang mampu

merumuskam dan memformulasikan kebijakan, di sini dibutuhkan adanya kebijakan-

kebijakam dari sumber daya manusia pemerintah daerah yang mampu merespon

persoalan masyarakat setempat karena pada hakekatnya pembangunan daerah

merupakan tugas yang terbebankan kepada seluruh masyarakat di daerah dan

pembangunan suatu daerah tidak hanya dimonopoli oleh aktor-aktor kebijakan ekskutif

(pemerintahan provinsi, pemerintah kabupaten dan kota) dan legislatif (anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah) saja, melainkan terdapat peranan dari seluruh masyarakat

untuk merencanakan, mengarahkan, menentukan dan mengawasi proses pelaksanaam

pembangunan daerah itu sendiri. Pembangunan desa merupakan bagian penting dalam

pembangunan nasional. Berhasilnya pembangunan nasional termasuk pembangunan desa,

ditentukan oleh pemerintah melalui berbagai kebijaksanaan di tingkat provinsi,

kabupaten, kecamatam, dan desa. Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang

kemudian diperbaharui menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

pemerintahan daerah, maka semakin kuat posisi daerah untuk mengatur dan memajukan

bidang-bidang yang strategis karena sepenuhnya pengelolaan menjadi kewenangan

daerah. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

menyebutkan bahwa pembangunan harus memperhatikan potensi dan keanekaragaman

daerah, karena setiap daerah memiliki karakteristik baik sosial, budaya, dan geografis

yang berbeda. Maka, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

pemerintahan daerah, pemerintah dituntut membuat kebijakan yang sesuai dengan potensi

yang ada di daerah yang harus dimaksimalkan dengan baik.


3

Pengembangan Ekonomi Lokal atau Local Economic Development (LED) yang

pendekatannya berfokus kepada pemanfaatan dan optimali\sasi sumberdaya dan

kompetensi daerah dalam menggerakkan perekonomian daerah untuk mengatasi

persoalan kemiskinan, pengangguran dan menciptakan pembangunan berkelanjutan.

Strategi pengembangan ekonomi daerah yang tepat diharapkan mampu menggali potensi

ekonomi produktif yang berdaya saing sekaligus berbasis sumber daya daerah.

Pemerintah daerah berupaya dalam meningkatkan pembangunan ekonomi lokal tersebut

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menggali dan mengembangkan

potensi-potensi yang ada di wilayah tersebut. Strategi pengembangan wilayah yang

bertumpu pada sumberdaya lokal ini dikenal sebagai konsep pengembangan ekonomi

lokal. Pendekatan konsep pengembangan ekonomi lokal ini memberikan peluang kepada

masyarakat untuk berperan dan berinisiativ dalam mengolah sumberdaya lokal, baik

sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam untuk menciptakan perekonomian yang

sejahtera. Pengembangan ekonomi yang bertumpu pada sumberdaya lokal seperti ini

diharapkan mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat lokal dan menciptakan

lapangan kerja baru yang berdampak pada meningkatnya perekonomian lokal, sehingga

mampu bersaing dengan wilayah disekitarnya.

Pengembangan ekonomi berbasis sumberdaya lokal atau Local Economic

Resource Development (LERD) diperlukan untuk meningkatkan dan mengembangkan

pendapatan masyarakat dan daerah dengan keterlibatan antara pemerintah, masyarakat,

dan swasta dalam pengembangan wilayah melalui pemanfaatan sumber daya lokal.

Kemajuan pembangunan tidak terlepas dari peran sektor peternakan. Sektor peternakan

merupakan salah satu sumber daya terbesar yang ada di Indonesia dan seharusnya dapat
4

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Daerah dengan potensi sumber daya

peternakan terbesar adalah Kabupaten Blitar dan memiliki peran yang strategia dalam

penyediaan berbagai sumber seperti sumber pangan, sehingga memiliki dampak yang

baik bagi kemajuan perekonomian daerah. Tujuan dari pengelolaan dan pemanfaatan

peternakan untuk mencukupi kebutuhan pangan, barang, dan jasa yang berasal dari

hewani secara mandiri, dan berdaya saing untuk meningkatkan perekonomian dan untuk

kesejahteraan masyarakat. Saat ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui BUMD PT

Food Station Tjipinang Jaya menjalin kerja sama dengan Kabupaten Blitar untuk

memasok telur ayam bagi Jakarta. Blitar diharapkan dapat membantu menyediakan

kebutuhan telur di Jakarta yang mecapai 260ton/hari. Tujuan kerja sama bukan hanya

untuk menstabilkan suplai tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan pokok yang tidak

boleh kekurangan karena akan berdampak pada nasional (Detik Finance, 09 Juli 2018).

Desa Sawentar, Kabupaten Blitar yang merupakan desa yang sebagian besar

penduduknya adalah peternak. Usaha peternakan ini memiliki peran strategis dalam

perekonomian Desa Sawentar. Telur merupakan salahsatu sumberdaya ekonomi lokal

yang dimiliki Kabupaten Blitar terutama Desa Sawentar yang masyarakatnya sebagian

besar adalah petrrnak ayam petelur dapat mencukupi kebutuhan komoditas pangan

nasional setiap tahunnya dan memberikan kontribusi yang baik terhadap perekonomian di

Desa Sawentar.
5

Tabel 1.
Populasi dan Produksi Ayam Ras Petelur Provinsi Jawa Timur

Produksi Telur
Tahun Populasi Jumlah Ayam (ekor)
(Ton)
2013 293.532 43.066.361
2014 291.399 41.156.842
2015 390.055 43.221.466
2016 445.793 45.880.658
2017 455.600 46.431.226
Sumber: pertanian.go.id diakses pada 25 januari 2018

Tabel 1 diatas, menunjukkan bahwa produksi telur di Provinsi Jawa Timur dapat

dikatakan tinggi dalam kurun waktu 5 tahun. Pada tahun 2015 mengalami penurunan

populasi dan produksi namun pada 2015 meningkat lagi. Populasi dan produksi tertinggi

dalam kurun waktu 5 tahun adalah pada tahun 2017.

Berkembangnya konsep pengembangan sumber daya ekonomi lokal menjadi

konsep (LERD) lebih berorientasi pada sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia

di suatu wilayah dengan mengedepankan kemitraan antar stakeholder yang harus terlibat

dalam mendorong dan memelihara kegiatan masyarakat dari terciptanya lapangan

pekerjaan yang merupakan solusi dari pengembangan sumberdaya lokal untuk

meningkatkan ekonomi masyarakat. Desa Sawentar ini, para peternak mengalami

kurangnnya binaan dari desa, sehingga mereka kurang mendapatkan pengetahuan tentang

peternakan. Biasanya desa membantu memberikan binaan dengan mengikutsertakan

mahasiswa untuk memberikan penyuluhan berupa pembinaan dan pelatihan tentang

peternakan mulai dari pengembangan sumber daya manusia, kesehatan hewan ternak,

pemasaran hasil produk ternak serta teknologi dalam peternakan. Permasalahan dalam

sumber daya manusia berupa masyarakat kurang mengetahui tentang dunia peternakan

yang baik dan benar sesuai dengan standar pemerintah. Permasalahan kesehatan hewan
6

ternak yang masyarakatnya perlu pembinaan tentang pentingnya kesehatan hewan ternak

untuk memiliki hewan ternak yang bebas penyakit dan produktif. Permasalahan

pemasaran yang kurang relasi dan kurang lahan untuk memasarkan sehingga kurang

penjualan terhadap hasil produk yang dimiliki masyarakat. Permasalahan teknologi

karena beberapa masyarakat yang masih menggunakan sistem tradisionale memerlukan

gambaran terhadap teknologi inovasi baru untuk mengurangi kerugian dan dapat

meningkatkan hasil produksi ternak dengan lebih efektif dan efisien.

Berdasarkan latar belakang diatas, menunjukkan bahwa peneliti tertarik untuk

mengetahui upaya pemerintah daerah mengembangkan ekonomi lokal dengan pendekatan

LERD di bidang peternakan ayam petelur dan dapat meningkatkan perekonomian

masyarakat sehingga peneliti melakukan penelitian dan mengambil judul “Pengembangan

Ekonomi Lokal dengan Pendekatan Local Economic Resource Development untuk

Meningkatkan Ekonomi Masyarakat”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalahnya adalah bagaimana pembinaan yang dilakukan pemerintah daerah untuk

meningkatkan ekonomi masyarakat dilihat dari pendekatan Local Economi Resource

Development (LERD)?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan mendeskripsikan pembinaan yang dilakukan pemerintah daerah untuk


7

meningkatkan ekonomi masyarakat dilihat dari pendekatan Local Economi Resource

Development (LERD).

D. Kontribusi Penelitian

1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan dalam studi

administrasi publik dan sebagai masukan untuk peneliti selanjutnya yang memiliki

permasalahan terkait pengembangan ekonomi lokal dengan pendekatan LERD.

2. Praktis

a. Memberikan saran pada pemerintah daerah Desa Sawentar untuk pengembangan

ekonomi lokal dengan pendekatan LERD untuk meningkatkan ekonomi

masyarakat.

b. Menjadi sarana sosialisasi bagi masyarakat untuk meningkatkan kemampuan serta

pengetahuan tentang pengembangan ekonomi lokal dengan pendekatan LERD.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan pembanding bagi peneliti

selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini berisi tentang isi dari masing-masing bab yang

bertujuan agar sesuatu yang dibahas dalam penelitian ini dapat diketahui secara jelas.

Secara garis besar skripsi ini terbagi dalam lima bab dengan urutan sebagai berikut:
8

BAB I: PENDAHULUAN

Bab pendahuluan berisikan megenai latar belakag yang diambil peneliti dengan

permasalahan yang terjadi. Dalam latar belakang berisikan rumusan masalah yang akan

dibahas dan tujuan penelitian serta kontribusi penelitian serta sistematika penulisan pada

skripsi ini.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Menjabarkan teori-teori dan temuan dari beberapa jurnal dan buku yang berkaitan

dengan permasalahan dalam penelitian terkait. Teori yang digunakan diantaranya

administrasi pembangunan, pengembangan ekonomi lokal, Local Economic Resource

Development (LERD), dan meningkatkan ekonomi masyarakat.

BAB III: METODE PENELITIAN

Berisi mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini,

meliputi: jenis penelitian, fokus penelitian, pemilihan lokasi dna situs penelitian, sumber

data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan analisis data.

BAB IV: PEMBAHASAN

Bab ini memuat tentang hasil penelitian serta menganalisis penyajian data

sehingga dapat menjawab permasalahan penelitian.


9

BAB V: PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran. Kesimpulan disini merupakan garis besar

dari hasil pembahasan yang bersesuaian tujuan penulisan, sedangkan saran merupakan

sumbangan pemikiran dari penulis yang dapat diberikan sebagai masukan bagi pihak-

pihak yang memerlukan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Administrasi Pembangunan

Administrasi pembangunan adalah rangkaian usaha dengan melibatkan

masyarakat dalam mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana

dan sadar dengan tujuan yang telah ditetapkan melalui usaha kelompok untuk

menuju perubahan yang lebih baik dan untuk mencapai modernitas dalam

rangka pembinaan bangsa.

Administrasi pembangunan merupakan usaha untuk mencapai suatu

tujuan yang dilakukan secara sadar dan terencana yang dianggap lebih baik

untuk masyarakat di masa depan. Secara konseptual, administrasi merupakan

sarana untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan melalui usaha

kelompok (Zuhar 1996:6). Administrasi dapat membantu masyarakat karena

tujuan dan konsep administrasi muncul akibat adanya kebutuhan manusia

untuk saling bekerjasama atau membuat kelompok sehingga dapat mencapai

tujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Menurut Siagian (2003), administrasi pembangunan adalah rangkaian

usaha dalam mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terecana dan

sadar yang ditempuh oleh suatu bangsa atau negara untuk mencapai

10
11

modernitas dalam rangka pembinaan bangsa. Ciri-ciri administrasi

pembangunan. Pertama, Administrasi pembangunan lebih memberikan

perhatian terhadap lingkungan masyarakat yang berbeda-beda, terutama bagi

lingkungan masyarakat negara-negara baru berkembang. Kedua, administrasi

pembangunan mempunyai peran aktif dan berkepentingan terhadap tujuan–

tujuan pembangunan, baik dalam perumusan kebijaksanaannya maupun dalam

pelaksanaannya yang efektif. Bahkan, administrasi ikut serta mempengaruhi

tujuan–tujuan pembangunan masyarakeat dan menunjang pencapaian tujuan-

tujuan sosial, ekonomi, dan lain-lain yang dirumuskan kebijaksanaannya

dalam proses politik. Ketiga, administrasi pembangunan berorientasi kepada

usaha–usaha yang mendorong perubahan ke arah keadaan yang dianggap

lebih baik untuk suatu masyarakat di masa depan atau berorientasi masa

depan. Keempat, administrasi pembangunam lebih berorientasi kepada

pelaksanaan tugas-tugas pembangunan dari pemerintah. Administrasi

pembangunan lebih bersikap sebagai ”development agent”, yakni

kemampuan untuk merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan

dan pelaksanaan yang efektif, serta sebagai kemampuan dan pengendalian

instrumen-instrumen bagi pencapaian tujuan-tujuan pembangunan. Kelima,

administrasi pembangunan harus mengaitkan diri dengan substansi perumusan

kebijaksanaan dan pelaksanaan tujuan-tujuan pembangunan di berbagai

bidang yaitu ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain. Keenam, dalam

administrasi pembangunan, administratr dalam aparatur pemerintah juga bisa


12

menjadi pergerak perubahan. Ketujuh, administrasi pembangunan lebih

berpendekatan pada lingkungan, berorientasi pada kegiatan, dan bersifat

pemecahan masalah. Ketiga unsur ini disebut mission driven.

Menurut Dissaynake (dalam Didin, 2010), pembangunan sebagai

proses perubahan sosial yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup dari

seluruh atau mayoritas kultural tempat mereka berada dan berusaha

melibatkan sebanyak mungkin anggota masyarakat dalam usaha ini dan

menjadikan mereka penentu dari tujuan mereka sendiri.

Menurut Effendi (2002:2) pembangunan adalah “suatu upaya

meningkatkan segenap sumberdaya yang dilakukan secara berencana dan

berkelanjutan dengan prinsip dayaguna yang merata dan berkeadilan”. Dalam

hal ini dapat dikatakan bahwa pembangunan berorientasi pada pembangunan

masyarakat, dimana pendidikan menempati posisi yang utama dengan tujuan

untuk membuka wawasan dan kesadaran warga akanarah dan cita-cita yang

lebih baik.

B. Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)

1. Pengertian Pengembangan Ekonomi Lokal

Adanya pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat dalam

pengembangan ekonomi, pemerintah daerah dituntut adanya peran aktif


13

dari masyarakat dan sektor swasta untuk bekerjasama dalam

mengoptimalkan potensi unggulan daerah. Oleh karena itu, penguatan

kapasitas pemerintah dalam tataran perencanaan pembangunan, perlu

menghidupkan partisipasi masyarakat lokal dan pihak swasta. Sehingga

pengembangan ekonomi lokal menjadi salah satu konsep pemerintah

dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan meningkatkan

perekonomian daerah.

Blakely (1989:77) mengemukakan bahwa pemerintah daerah turut

berperan aktif dalam pengambil keputusan dalam pengembangan

sumberdaya, pernyataan tersebut diungkapkan dengan :

“Local government has all of the essential resources it need to offect


economic and employment outcomes. Assembling exicisting resources
into a coherent strategy and identifying the necessary resources such as
specific finances for particular project or activity, requires that councils
develop a new oriented toward their role and responsibility. Several
courses of action or option are open to council as they determinez the
appropriate way to respond to the unique circumstances of their locality.
These are discussed next as examples of direction that council policy
makers must discuss and decide upon.” (Pemerintah daerah memiliki
semua sumberdaya penting yang dibutuhkan untuk memengaruhi hasil
ekonomi dan pekerjaan, perangkaian sumberdaya menadi strategi yang
koheren dan mengidentifikasi sumberdaya eksternal yang diperlukan
seperti keuangan khusus untuk proyek atau kegiatan tertentu,
mengharuskan dewan mengembangkan orientasi baru terhadap peran dan
tanggungjawab mereka. Beberapa program tindakan atau opsi terbuka
untuk dewan karena mereka menentukan cara yang tepat untuk
menghadapi situasi yang unik dari wilayah mereka. Ini dibahas
selanjutnya sebagai contoh dari arah bahwa para pembuat kebijakan
dewan harus membahas dan memutuskan.)

Pengembangan ekonomi lokal pada hakekatnya adalah proses dengan

pola kemitraan yang dilaksanakan pemerintah daerah, masyarakat, dan


14

sector bisnis dalam mengoptimalkan potensi yang ada di daerah dengan

menciptakan lapangan pekerjaan baru yang bertujuan untuk

meningkatkan aktivitas perekonomian untuk kepentingan dan

kesejahteraan masyarakat daerah tersebut. Blakely (1989:60) berpendapat

bahwa pengembangan ekonomi lokal meewakili suatu perubahan pada

aktor dan kegiatan yang terkait dengan pengembangan ekonomi,

sebagaimana definisi berikut:

“Local economic Development as: natural resouces, labour, capital,


investment, enterpreneurships, transport, communication, industrial
composition, technology, size, export market, international economic,
situation, local government capacity, national government and state
spending, and development support, all of these factor maybe important
but it is the segregation of each of them into their cpmponent part that
forms the basis for developmt theory and local economic action.”
( Pembangunan ekonomi lokal sebagai: sumberdaya, tenaga kerja, modal,
investasi, kewirausahaan, transportasi, komunikasi, komposisi industri,
ukuran teknologi, pasar ekspor, ekonomi internasional, situasi ekonomi,
kapasitas pemerintahan lokal, pemerintah daerah dan belanja daerah
dengan dukungan pembangunan, mungkin semua faktor ini penting
namun praktisi pembangunan ekonomi tidak pernah menjelaskan mana
yang memiliki bobot terbesar dalam situasi tertentu).

Kesimpulan dari pengertian diatas bahwa pembangunan ekonomi

lokal merupakan proses pembangunan ekonomi dimana kerjasama antar

stakeholder (pemerintah, swasta, masyarakat) berperan aktif dalam

mengelola sumberdaya lokal untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan

memberikan stimulus pada pertumbuhan ekonomi di wilayahnya.


15

2. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Ekonomi Lokal

Pengembangan ekonomi lokal bertujuan untuk meningkatkan nilai

dari masyarakat dan wilayah, serta memberdayakan orang-orang lokal,

industri lokal dan pemerintah lokal. Terlaksananya percepatan

pengembangan ekonomi lokal melalui pelibatan pemerintah, dunia usaha,

masyarakat lokal dan organisasi masyarakat madani dalam satu proses

yang partisipatif sehingga terbangun dan berkembangnya proses

kemitraan, meningkatkan angka lapangan pekerjaan yang berpeluang bagi

masyarakat lokal, terwujudnya peningkatan pendapatan masyarakat,

bertumbuhnya pembangunan ekonomi, berkurangnya pengangguran,

menurunnya tingkat kemiskinan dan terciptanya ketahanan ekonomi

masyarakat lokal yang mandiri.

Kemitraan merupakan suatu bentuk persekutuan antara dua pihak

atau lebih yang membentuk suatu ikatan kerjasama antar dasar

kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan

kapabilitas disuatu bidang usaha tertentu atau tujuan tertentu shingga

memperoleh hasil yang lebih baik (Suryono, 2010:266).

Pemerintah dengan segala keterbatasannya tidak dapat melakukan

sendiri dalam pengembangan ekonomi lokal karena keterbatasan yang

dimiliki pemerintah baik bidang capital atau modal, Sumber Daya

Manusia (SDM), ataupun bidang manajemennya. Pemerintah harus

melakukan kerjasama dengan pemangku kepentingan lainnya yaitu


16

masyarakat dan sektor privat (swasta). Masyarakat menjadi bagian

penting yang tidak terpisahkan dalam pengembangan potensi lokal, serta

dapat menumbuhkan sikap memiliki dan rasa tanggung jawab sebagai

pelaku dan penentu pengembangan potensi lokal utamanya dalam skala

lokal begitupun dengan sector privat. Kebutuhan kemitraan melibatkan

Negara, swasta, dan lmbaga sosial kemasyarakatan baik ditingkat lokal

dan internasional menjadi kebutuhan yang mendesak bagi pemerintah.

Dari sisi masyarakat, PEL diartikan sebagai upaya untuk

membebaskan masyarakat dari semua keterbatasan yang menghambat

usahanya guna membangun kesejahteraannya. Kesejahteraan tersebut

dapat diartikan secara khusus sebagai jaminan keselamatan bagi adat

istiadat dan agamanya, bagi usahanya, dan bagi harga dirinya sebagai

manusia. Semua jaminan tersebut tidak dapat diperoleh dari luar sistem

masyarakat karena tidak berkelanjutan, dan oleh karena itu harus

diupayakan dari sistem masyarakat itu sendiri yang kerap kali disebut

kemandirian. Dengan demikian, PEL merupakan upaya pemberdayaan

masyarakat dalam suatu wilayah dengan bertumpukan kepada kekuatan

lokal, baik itu kekuatan lokasi, sumber daya alam, sumber daya manusia,

teknologi, kemampuan manajemen kelembagaan (capacity of institutions)

maupun aset pengalaman (Haeruman, 2001).


17

3. Indikator Keberhasilan Pengembangan Ekonomi Lokal

Menurut Blakely dalam Supriyadi (2007:103-123) dalam

keberhasilan pengembangan ekonomi lokal dapat dilihat dari beberapa

indikator, yaitu:

a. Perluasan kesempatan bagi masyarakat kecil dalam kesempatan

kerja dan usaha;

b. Perluasan bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan;

c. Keberdayaan lembaga usaha mikro dan kecil dalam proses

produksi dan pemasaran;

d. Keberdayaan kelembagaan jaringan kerja kemitraan antara

pemerintah, swasta, dan masyarakat lokal.


18

4. Tahapan dan Langkah Revitalisasi PEL

Gambar 1. Tahapan dan Langkah Revitalisasi PEL


Sumber: Konsep Pengembangan Sumber-Sumber Ekonomi Lokal, Said
(2016)

Gambar 1 diatas menjelaskan bahwa berikut ini adalah tahapan dan

langkah dalam revitalisasi PEL:

a. Pengembangan dan Penguatan Kemitraan Strategis PEL.

1) Langkah 1 Identifikasi Stakeholder

Tujuan dari identifikasi stakeholder adalah mengindentifikasi

stakeholder merupakan kunci yang berperan dalam


19

mempengaruhi dan yang terkena dampak suatu kebijakan dalam

pengembangan ekonomi lokal. Output yang dihasilkan diketahui

stakeholder kunci dalam pengembangan ekonomi lokal. Caranya

dengan melalui forum Bappeda dan asosiasi/forum bisnis.

2) Langkah 2 Pembentukan dan Pengembangan Forum Kemitraan

PEL

Tujuan dari pembentukan dan pengembangan forum kemitraan

PEL adalah membangun kemitraan strategis antara pemerintah-

dunia usaha pada daerah yang belum membentuk forum

kemitraan PEL, dan memperluas keanggotaan forum kemitraan

PEL pada daerah yang sudah memiliki forum kemitraan PEL.

Output yang dihasilkan dibentuk dan diperluasnya forum

kemitraan PEL. Peran forum kemitraan ini adalah membantu

pemerintah dalam menyusun rencana dan anggaran yang

berkaitan dengan PEL, Melakukan monitoring dan evaluasi

pelaksanaan pengembangan ekonomi lokal, memberi masukan

dan saran kepada pemerintah dalam menyusun kebijakan PEL.

b. Kajian Cepat Status PEL.

1) Langkah 3 Pengumpulan Data

Tujuan dari pengumpulan data dasar PEL maupun data

yang sesuai dengan kuesioner. Output yang dihasilkan dengan


20

terkumpulnya data dan informasi tentang PEL Caranya yaitu

melalui FGD mengisi instrumen yang tersedia.

2) Langkah 4 Analisis Data

Tujuan dari menganalisis data dengan menggunakan

Rapid Assessment Techniques for Local Economic

Development (RALED) dengan menghasilkan output Analisis

PEL.

3) Langkah 5 Pemetaan Status PEL

Tujuan dari pemetaan status PEL yaitu memetakan

status PEL pada suatu wilayah ataupun status PEL suatu

komoditi pada suatu wilayah. Output yang dihasilkan adalah

status PEL suatu wilayah ataupun status PEL suatu komoditi

pada suatu wilayah. Hasil dari pemetaan status peta aspek

PEL : < 50% buruk, 50-75% baik, > 75% sangat baik dan peta

status PEL komoditas/wilayah.

4) Langkah 6 Identifikasi Faktor Pengungkit PEL

Tujuan dari mengidentifikasi faktor pengungkit dari

setiap aspek/komponen dari Heksagonal PEL. Output yang

dihasilkan adalah faktor pengungkit dari setiap

aspek/komponen Heksagonal PEL.


21

c. Penyusunan Rencana dan Anggaran

1) Langkah 7 Penyusunan Rencana Tindak dan Pembiayaan

PEL.

Tujuan dari penyusunan rencana tindak PEL dan

anggarannya berdasarkan faktor pengungkit PEL yang

dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan melibatkan

pemangku kepentingan lainnya secara partisipatif. Output

yang dihasilkan rencana tindak PEL dan anggaran

partisipatif terutama faktor pengungkit menjadi prioritas.

Rencana tindak dimaksud ada di sektor pemerintah setiap

SKPD menyusun rencana tindak secara terpadu dengan

SKPD lain dengan dikoordinasikan oleh Bappeda.

2) Langkah 8 Penyusunan Rencana Bisnis

Tujuan untuk menyusun rencana bisnis berdasarkan

faktor pengungkit PEL yang dilaksanakan oleh dunia usaha

dan organisasi masyarakat madani. Output yang dihasilkan

dengan adanya rencana bisnis PEL.

3) Langkah 9 Integrasi ke dalam Dokumen Perencanaan

Daerah.

Tujuannya untuk memasukkan rencana tindak dan

rencana bisnis ke dalam dpkumen perencanaan daerah baik


22

dalam jangka pendek maupun jangka menengah Output

yang dihasilkan dengan adanya dokumen perencanaan

daerah yang telah memuat rencana tindak dan rencana bisnis

PEL.

d. Pelaksanaan PEL

Tujuannya untuk melaksanakan rencana tindak dan rencana

bisnis PEL yang telah disusun oleh seluruh pemangku

kepentingan kunci sesuai dengan tugas pokok dan fungsi mereka.

Output yang dihasilkan dari pelaksanaan PEL adalah segala

kebijakan yang mendukung PEL.

e. Monitoring dan Evaluasi PEL

Tujuannya untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi

pelaksanaan PEL secara partisipatif oleh seluruh pemangku

kepentingan kunci atau stakeholder. Output yang dihasilkan

adalah dengan adanya pembangunan ekonomi wilayah yang

berkelanjutan.

C. Local Economi Resource Development (LERD)

Konsep Local Economic Resource Development (LERD) berkembang

dan melahirkan konsep LERD yang lebih menitikberatkan pada sumberdaya

lokal, hal ini disampaikan oleh Said (2016) dalam materi ppt Konsep

Pengembangan Sumber-Sumber Ekonomi Lokal (LERD) sebagai berikut:


23

a. Pengertian lokal tidak merujuk pada batasan wilayah administratif tetapi

lebih pada peningkatan kandungan komponen lokal maupun optimalisasi

pemanfaatan sumberdaya lokal

b. Diarahkan untuk mengisi dan mengoptimalkan kegiatan ekonomi yang

dilakukan berdasarkan pengembangan wilayah. Pewilayahan komoditas,

tataruang, atau regionalisasi ekonomi.

Sumberdaya yang dimaksud dalam pengertian tersebut meliputi

sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Sumberdaya alam merupakan

komponen-komponen dari unit lahan yang secara ekonomi digunakan untuk

tempat tinggal dengan keadaan ekologi digunakan produksi tertentu.

Sedangkan sumberdaya manusia yang dimaksud adalah kewirausahan, tenaga

kerja, dan sumberdaya institusi.

Pelaksanaan konsep LERD berbagai pihak terlibat, diantaranya lembaga

formal, lembaga non formal, dan individu. Upaya pengembangan ekonomi

lokal perlu ketegasan/komitmen dari pemerintah daerah dan masyarakat lokal

yang tergabung dalam suatu kelompok yang memiliki kerjasama dengan pihak

pelaku usaha atau dengan pihak lain yang memiliki tujuan untuk menciptakan

lapangan pekerjaan dan peningkatan kapasitas pembangunan daerah (Blakely,

1989).

Pengembangan Sumberdaya Ekonomi Lokal atau Local Economic

Resource Development (LERD) pada dasarnya merupakan suatu proses yang

berbasis komunitas atau kelompok dalam mengelola wilayah sesuai dengan


24

sumberdaya yang ada, dalam mewujudkan peningkatan pendapatan ekonomi

lokal, pertumbuhan wilayah, serta menumbuhkan lapangan pekerjaan baru.

Unsur yang harus ditonjolkan adalah unsur lokal yang merupakan karakteristik

masing-masing wilayah. Konsep LERD ini merupakan gagasan dari sebuah

respon keadaan pembangunan ekonomi yang tidak merata akibat pendekatan

top-down, dimana negara lebih menjamin keberlanjutan ekonomi makro yang

sangat pro terhadap investasi dan pertumbuhan wilayah secara general, namun

tidak menguntungkan bagi pertumbuhan perekonomian secara mikro.

Mengingat konsep pembangunan berbasis sumberdaya lokal berada

pada kemampuan dan kemauan aktif manusia lokal, maka keefektifan konsep

tersebut tidak lepas dari kebutuhan pemahaman mendalam pada

keikutsertaan manusia lokal dalam pembangunan. Oleh karena itu

keikutsertaan masyarakat dalam pengembangan lokal merupakan faktor yang

penting untuk difahami dalam mendukung konsep dan praktek pembangunan

berbasis sumberdaya lokal.

Keikusertaan Masyarakat dalam Pengembangan Lokal, yang meliputi:

1. Keikutsertaan masyarakat dalam keseluruhan proses perencanaan dan

pelaksanaan pengembangan lokal,

2. Faktor-factor yang mendorong keikutsertaaan masyarakat dalam

keseluruhan proses perencanaan dan pelaksanaan pengembangan lokal,


25

3. Pemikiran awal terhadap pendekatan peningkatan keikutsertaan

masyarakat dalam mendukung pengembangan dan penerapan

konsep pembangunan berbasis sumberdaya lokal.

Berikut ini merupakan perbedaan mendasar antara Local Economic

Development dan Local Economic Resource Development:


26

Tabel 2. Perbedaan LED dan LERD

LED LERD
Proses pembangunan ekonomi
dimana pemerintah, swasta, dan
masyarakat berperan aktif untuk
mengelola sumber daya lokal Suatu kelompok yang mengelola suatu
untuk menciptakan lapangan wilayah sesuai dengan sumberdaya yang
Pengertian
pekerjaan dan memberikan ada dengan unsur yang ditonjolkan
stimulus pada pertumbuhan adalah unsur lokal.
ekonomi di wilayahnya

Mendorong terciptanya kebijakan,


strategi, dan perencanaan yang semakin
Bertujuan meningkatkan nilai
efektif dan efisien dalam
dari masyarakat dan wilayah,
mengembangkan perekonomian daerah
memberdayakan masyarakat
melalui peningkatan produk unggulan,
lokal, industri lokal, dan
dan meningkatkan kompetensi
pemerintah lokal.
perencana pemerintah khususnya dalam
memetakan produk unggulan.

Tujuan dan Berkembangnya proses


sasaran kemitraan, meningkatkan angka
lapangan pekerjaan yang Meningkatkan kompetensi perencana
berpeluang bagi masyarakat pemerintah dalam memetakan produk
lokal, peningkatan pendapatan unggulan, meningkatkan kapasitas
masyarakat, tumbuh aparatur pemerintah, kabupaten/kota dan
pembangunan ekonomi, provinsi untuk lebih melibatkan para
berkurangnya pengangguran, pemangku kepentingan lokal melalui
menurunnya kemiskinan, perencanaan partisipatif.
tercipta ketahanan masyarakat
lokal mandiri.
27

Ada beberapa kelembagaan dan aktor pengembangan sumberdaya ekonomi

lokal dengan koordinasi atau kerjasama yang berperan penting dalam proses

pengembangan sumberdaya ekonomi lokal. Berikut ini gambar yang menunjukkan

beberapa kelembagaan dan aktor:

Gambar 2. Hexagonal PEL


Sumber: Konsep Pengembangan Sumber-Sumber Ekonomi Lokal, Said (2016)

Berdasarkan gambar 2 diatas dapat dilihat tentang beberapa kelembagaan

dan aktor pengembangan sumberdaya ekonomi lokal dengan koordinasi atau


28

kerjasama yang berperan penting dalam proses pengembangan sumberdaya

ekonomi lokal. Said (2016) menjelaskan bahwa peran yang dimaksud mencakup

peran aktif dalam proses maupun aktor yang berperan sebagai pendukung

terlaksananya pengembangan sumberdaya ekonomi lokal. Berdasarkan konsep

LERD, Said (2016) menjelaskan ada beberapa aktor yang terlibat dalam proses

ini adalah:

1. Tata kepemerintahan (Pemerintah Daerah)

Pemerintah daerah adalah salah satu aktor paling penting dalam

konsep LERD. Tugas utama dari pemerintah daerah adalah untuk

membangun daerah agar lebih baik dari sebelumnya. Selain memiliki

kewajiban melakukan pembangunan, pemerintah juga sebagai pelaksana

konsep LERD, aktif dalam penyediaan pembangunan fisik, pembangunan

sumber daya manusia yang ada di daerah, menyesuaikan atau menentukan

kebijakan dan pembuatan regulasi yang tepat sebagai dasar hukum

pelaksanaannya.
29

2. Kelompok Sasaran

Pelaku Usaha Lokal

Investor Luar Pelaku Usaha Baru

Gambar 3. Kelompok Sasaran


Sumber: Said (2016)

Dari gambar 3 diatas, digambarkan bahwa ada 3 faktor utama dalam

kelompok sasaran meliputi pelaku usaha lokal, pelaku usaha baru, dan

investor luar. Pelaku usaha lokal terdiri dari modal, promosi, peningkatan

teknologi, manajemen dan kelembagaan. Pelaku usaha baru meliputi pelatihan

kewirausahaan, pendampingan dan monitoring, insentif, kecepatan ijin.

Investor luar yang membahas peraturan tentang kemudahan investasi,

informasi prospek bisnis, kapasitas berusaha dan hukum, keamanan,

kampanye, dan pusat pelayanan investasi.


30

3. Kesinergian dan fokus kebijakan

Perluasan Ekonomi

Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan Wilayah
dan pengembangan komunitas

Gambar 4. Kesinergian dan fokus kebijakan


Sumber: Said (2016)

Dari gambar 4 diatas, digambarkan bahwa kesinergian dan fokus

kebijakan melibatkan 3 unsur, yaitu:

a. Perluasan Ekonomi yang meliputi kebijakan investasi, promosi,

persaingan usaha, peran perusahaan daerah, jaringan usaha, informasi

tenaga kerja, dan pengembangan keahlian,

b. Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan komunitas meliputi

kebijakan pemberdayaan masyarakat berbasis kemitraan swasta dan

pengurangan kemiskinan.
31

c. Pembangunan wilayah kebijakan meliputi kawasan industri, pusat

pertumbuhan, pengembangan komunitas, kerjasama antar daerah, tata

ruang PEL, jaringan usaha antar sentra, dan sistem industri berkelanjutan.

Berdasarkan uraian diatas, peran aktor atau kelembagaan merupakan

serangkaian kegiatan yang dikoordinasi oleh aktor yang terlibat dalam usaha

pengembangan sumber potensi daerah yang diidentifikasi melalui

pengembangan ekonomi wilayah berkelanjutan atau heksagonal LERD yang

sudah dijelaskan sebelumnya. Dalam heksagonal LERD, memperjelas posisi

setiap faktor yang berpengaruh langsung atau tidak langsung dalam

pelaksanaan LERD. Pengembangan sumberdaya ekonomi lokal penting untuk

dilakukan, yang bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dengan

mengandalkan pengelolaan sumberdaya yang ada di daerah.

Berdasarkan uraian diatas, konsep LERD dengan terkoordinasi dari

pihak pemerintah daerah, pelaku usaha, masyarakat untuk bekerjasama dalam

membuat berkembangnya sumberdaya ekonomi lokal yang penting dilakukan

dan bertujuan untuk kesejahteraan sosial maupun ekonomi masyarakat

terlebih dalam peningkatan perekonomian daerah dengan mengandalkan

pengelolaan sumberdaya atau potensi yang ada.


32

D. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan

organisasi, karena manusia menjadi perencanaan, pelaku, dan penentu

terwujudnya tujuan organisasi. Tujuan tidak mungkin terwujud tanpa peran

aktif karyawan meskipun alat-alat yang dimilki perusahaan begitu canggih.

Alat-alat canggih yang dimiliki perusahaan tidak ada manfaatnya bagi

perusahaan, jika peran karyawan tidak diikutsertakan. Manajemen sumber

daya manusia (MSDM) menjadi bagian dari manajemen yang fokus pada

peranan pengaturan manusia dalam mewujudkan tujuan organisasi atau

perusahaan.

Menurut Hasibuan (2013:10) MSDM adalah ilmu dan seni mengatur

hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efesien membantu

terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Menurut

Mangkunegara (2013:2) MSDM adalah suatu pengelolaan dan pendayagunaan

sumber daya yang ada pada individu. Pengelolaan dan pendayagunaan

tersebut dikembangkan secara maksimal di dalam dunia kerja untuk mencapai

tujuan organisasi dan pengembangan individu pegawai. Berdasarkan beberapa

pendapat menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan manajemen sumber

daya manusia merupakan suatu pengelolaan sumber daya manusia dalam

suatu perusahaan secara efektif dan efesien agar dapat membantu terwujudnya

tujuan dari perusahaan.


33

2. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut Notoatmodjo (2009:86) terdapat 4 tujuan MSDM yaitu:

a. Tujuan Masyarakat (Societal Objective)

Untuk bertanggung jawab secara sosial, dalam hal kebutuhan dan

tantangan-tantangan yang timbul dari masyarakat, suatu organisasi

yang berada di tengah-tengah masyarakat diharapkan dapat membawa

manfaat atau keuntungan bagi masyarakat. Oleh sebab itu suatu

organisasi mempunyai tanggung jawab dalam mengelola sumber daya

manusianya agar tidak mempunyai dampak negatif terhadap

masyarakat.

b. Tujuan Organisasi (Organizational Objective)

Untuk mengenal bahwa manajemen sumber daya manusia itu ada,

perlu memberikan kontribusi terhadap pendayagunaan organisasi

secara keseluruhan. Manajemen sumber daya manusia bukanlah suatu

tujuan dan akhir suatu proses, melainkan suatu perangkat atau alat

untuk tercapainya suatu tujuan organisasi secara keseluruhan. Oleh

sebab itu, suatu unit atau bagian manajemen sumber daya di suatu

organisasi diadakan untuk melayani bagian-bagian lain organisasi

tersebut.
34

c. Tujuan Fungsi (Functional Objective)

Untuk memelihra kontribusi bagian-bagian lain agar sumber daya

manusia dalam tiap bagian melaksanakan tugasnya secara optimal.

Dengan kata lain setiap sumber daya manusia atau karyawan dalam

organisasi itu menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik.

d. Tujuan Personel (Personnel Objective)

Untuk membantu karyawan atau pegawai dalam mencapai tujuan-

tujuan pribadinya, dalam rangka pencapaian tujuan organisasinya.

Tujuan-tujuan pribadi karyawan seharusnya dipenuhi, dan ini sudah

merupakan motivasi dan pemeliharaan terhadap karyawan itu.

E. Pemberdayaan Masyarakat

Sumber daya manusia menjadi modal yang sangat penting dalam

melakukan pembangunan. Keterkaitan masalah ini dengan pemberdayaan

masyarakat sangat besar. Dampak pemberdayaan masyarakat adalah

kemandirian masyarakat dalam mengatasi permasalahan mereka melalui

prakarsa dan kreatifitas untuk meningkatkan kualitas hidup. Tentunya

membutuhkan masyarakat yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan

sikap untuk keluar dari permasalahan mereka. Adanya perubahan

paradigma bahwa dalam pertumbuhan ekonomi tidak hanya


35

mementingkan akumulasi modal fisik melainkan juga pembentukan modal

manusia.

Pemberdayaan masyarakat menjadi salahsatu fokus utama dari

pembangunan, pembangunan fisik juga harus dibarengi dengan pembangunan

nonfisik. Menjadi sebuah tantangan besar dalam memberdayakan masyarakat

desa yang dipandang marjinal. Dasar pandangannya adalah bahwa upaya

yang dilakukan harus diarahkan langsung pada akar persoalannya, yaitu

meningkatkan kemampuan masyarakat. Pemberdayaan berasal dari kata

“daya” yang berarti kemampuan atau kekuatan. Bertolak dari pengertian

tersebut, maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju

berdaya, atau proses untuk memperoleh daya/kekuatan/kemampuan, atau

proses pemberian daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya

(Sulistiyani, 2004: 82).

Pengertian “proses” menunjukkan pada serangkaian tindakan atau

langkah-langkah yang dilakukan secara sistematis yang mencerminkan

pentahapan upaya mengubah masyarakat yang kurang atau belum berdaya

menuju keberdayaan. Proses akan merujuk pada suatu tindakan nyata yang

dilakukan secara bertahap untuk mengubah kondisi masyarakat yang lemah,

baik Knowledge, Attitude, maupun Practice (KAP) menuju pada penguasaan

pengetahuan, sikap perilaku sadar dan kecakapan ketrampilan yang baik.

Makna “ memperoleh” daya/kekuatan/kemampuan menunjuk pada

sumber inisiatif dalam rangka mendapatkan atau meningkat daya,


36

kekuatan, atau kemampuan sehingga memiliki keberdayaan. Kata

“memperoleh” mengindikasikan bahwa yang menjadi sumber inisiatif untuk

berdaya berasal dari masyarakat itu sendiri. Dengan demikian masyarakat

yang mencari, mengusahakan, melakukan, menciptakan situasi atau meminta

kepada pihak lain untuk memberikan daya/kemampuan. Iklim seperti ini

hanya tercipta jika masyarakat tersebut menyadari

ketidakmampuan/ketidakberdayaan/tidak adanya kekuatan dan sekaligus

disertai dengan kesadaran akan perlunya memperoleh

daya/kemampuan/kekuatan (Sulistiyani, 2004:77)

Kata “pemberian” menunjukkan bahwa sumber inisiatif bukan dari

masyarakat. Inisiatif untuk mengalihkan daya/kemampuan/kekuatan adalah

pihak-pihak lain yang memiliki kekuatan dan kemampuan, misalnya

pemerintah atau agen-agen pembangunan lain. Prijono dan Pranaka pun

menyatakan bahwa pemberdayaan mengandung dua arti penting yaitu to

give power authority yang berarti meliputi pemberian kekuasaan,

mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas kepada pihak yang

kurang/belum berdaya. Sedangkan pengertian kedua adalah to give ability to

or enabled yang artinya memberikan kemampuan atau keberdayaan serta

memberikan peluang kepada pihak lain untuk melakukan sesuatu. (Sulistiyani.

2004:77)

Pemberdayaan menurut arti secara bahasa adalah proses, cara, perbuatan

membuat berdaya, yaitu kemampuan untuk melakukan sesuatu atau


37

kemampuan bertindak yang berupa akal, ikhtiar atau upaya (Depdiknas,

2003). Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat

oleh suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat, 2009).

Pada pemberdayaan pendekatan proses lebih memungkinkan pelaksanaan

pembangunan yang memanusiakan manusia. Dalam pandangan ini pelibatan

masyarakat dalam pembangunan lebih mengarah kepada bentuk partisipasi,

bukan dalam bentuk mobilisasi. Partisipasi masyarakat dalam perumusan

program membuat masyarakat tidak semata-mata berkedudukan sebagai

konsumen program, tetapi juga sebagai produsen karena telah ikut

serta terlibat dalam proses pembuatan dan perumusannya, sehingga

masyarakat merasa ikut memiliki program tersebut dan mempunyai tanggung

jawab bagi keberhasilannya serta memiliki motivasi yang lebih bagi

partisipasi pada tahap-tahap berikutnya (Soetomo, 2006).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian

juga merupakan prosedur untuk mengetahui cara yang digunakan dalam

penelitian agar dapat memecahkan permasalahan. Jenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2014:9) metode

penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekan makna daripada generalisasi.

Melalui metode penelitian tersebut maka peneliti melakukan

pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan secara menyeluruh tidak

dipisah-pisahkan kepada aktor yang terlibat di Desa Sawentar, Kabupaten

Blitar untuk mengetahui sudah optimalnya penggunaan LERD untuk

38
39

meningkatkan ekonomi masyarakat, selanjutnya peneliti mengidentifikasi dan

menganalisis data serta informasi yang didapatkan kemudian mendeskripsikan

dalam hasil laporan, sehingga hasil yang didapatkan merupakan alternatif

pemecahan permasalahan yang dialami sehingga dapat meningkatkan

ekonomi masyarakat di Desa Sawentar, Kabupaten Blitar.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif ditetapkan dengan tujuan

untuk memberikan batasan dalam pengumpulan data sehingga penelitian yang

dilakukan lebih terarah kepada tujuan dan juga dapat menyaring data dan

informasi yang lebih akurat. Selain itu juga memberi batasan dalam penelitian

yang fokusnya telah ditentukan sebagai permasalahan yang timbul.

Pernyataan yang disampaikan oleh Sugiyono (2014:207) pembatasan dalam

penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi dan

feasebilitas masalah yang akan dipecahkan, selain juga faktor keterbatasan

tenaga, dana dan waktu. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka yang menjadi

fokus penelitian ini berdasarkan gambar heksagonal pengembangan ekonomi

lokal yang dilihat dari beberapa kelembagaan dan actor pengembang sumber

daya lokal dengan koordinasi atau kerjasama yang berperan penting dalam

proses pengembangan sumber daya ekonomi lokal. Actor yang dimaksud

mencakup aktor yang berperan aktif dan aktor yang berperan sebagai

pendukung agar terlaksanan[ya pengembangan sumber daya ekonomi lokal


40

dengan bahasan fokus adalah pembinaan pemerintah daerah untuk

meningkatkan ekonomi masyarakat dilihat dari pendekatan LERD, dalam

bidang:

a. Sumber Daya Manusia (SDM)

b. Kesehatan Hewan

c. Pemasaran

d. Teknologi

Permasalahan yang diambil penulis, mengacu pada langkah dan tahapan

revitalisasi PEL dengan menggunakan langkah ke 6, yaitu identifikasi faktor

pengungkit PEL. Tujuan dari mengidentifikasi faktor pengungkit dari setiap

aspek/komponen dari Heksagonal PEL. Output yang dihasilkan adalah faktor

pengungkit dari setiap aspek/komponen Heksagonal PEL. Aspek heksagonal

PEL yang diambil penulis meliputi aspek tata kepemerintahan, aspek

kelompok sasaran, kesinergian dan fokus kebijakan. Aspek tata

kepemerintahan mengacu pada kemitraan pemerintah dan dunia usaha.

Kemitraan yang dimaksud meliputi infrastruktur, promosi, perdagangan dan

pembiayaan. Dimana promosi, pembiayaan, dan perdagangan menjadi fokus

permasalahan yang penulis ambil. Aspek kelompok sasaran juga menjadi

acuan penulis untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan Sumber

Daya Manusia. Aspek kesinergian dan fokus kebijakan mengacu pada

permasalahan yang penulis ambil untuk kebijakan pemberdayaan masyarakat


41

berbasis kemitraan swasta, pengurangan kemiskinan dalam rangka

meningkatkan ekonomi masyarakat Desa Sawentar, Kabupaten Blitar.

C. Lokasi dan Situs Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat berlangsungnya suatu penelitian,

sedangkan situs penelitian merupakan letak sebenarnya dimana melakukan

penelitian untuk mendapatkan data yang akurat dan yang benar-benar

dibutuhkan peneliti. Peneliti diharapkan mendapatkan informasi tentang

keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti, termasuk lokasi, lingkungan,

serta kegiatan yang berada di dalamnya.

Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah di Dinas

Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar. Alasan peneliti mengambil lokasi

ini karena Dinas mempunyai peran penting dalam pembinaan di sektor

peternakan yang besar yaitu pada peternakan ayam ras petelur yang ada di

Kabupaten Blitar.

Situs penelitian adalah tempat dimana peneliti dapat menangkap dan

mengetahui keadaan dari obyek yang akan diteliti, yaitu pada masyarakat dan

peternak di Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar.

D. Jenis Data dan Sumber Data

Dalam setiap penelitian, peneliti dituntut untuk menguasai teknik


42

pengumpulan data sehingga menghasilkan data yang relevan dengan

penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis data kualitatif dari

sumber primer dan sumber sekunder.

1. Sumber Primer

Sumber primer adalah sumber data yang secara langsung memberikan

data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012). Sumber primer ini

berupa catatan hasil wawancara yang diperoleh melalui wawancara

yang penulis lakukan. Selain itu, penulis juga melakukan observasi

lapangan dan mengumpulkan data dalam bentuk catatan tentang situasi

dan kejadian di Desa Sawentar. Data yang diperoleh secara langsung

di lapangan melalui wawancara dengan pihak terkait, yaitu:

1. Bapak Yuda Satya W. sebagai kepala bagian Kesehatan Hewan Dinas

Peternakan Kabupaten Blitar.

2. Bapak Tuhu Aneng P. sebagai staf penata muda bidang budidaya dan

pengembangan peternakan Hewan Dinas Peternakan Kabupaten Blitar.

3. Ibu Yully Erawati sebagai staf penata muda bidang budidaya dan

pengembangan peternakan Hewan Dinas Peternakan Kabupaten Blitar.

4. Bapak Rudiono sebagai sekertaris kepala desa Desa Sawentar.

5. Bapak Hidayaturrahman dan bapak Sigit Prasetyo sebagai perwakilan


43

dari masyarakat pelaku usaha peternakan di Kabupaten Blitar.

6. Bapak Muhammad Rasyid Ridha sebagai perwakilan dari masyarakat

pelaku usaha peternakan sekaligus pemilik poultryshop di kabuaten

Blitar.

7. Ibu Somini dan Bapak Saat Ahmadi sebagai masyarakat dan pegawai

peternakan di Desa Sawentar.

8. Ibu Meisah sebagai masyarakat Desa Sawentar.

2. Sumber Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak memberikan

informasi secara langsung kepada pengumpul data. Sumber data sekunder

ini dapat berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang

disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain (Sugiyono, 2012:225). Data

ini digunakan untuk mendukung infomasi dari data primer yang diperoleh

baik dari wawancara, maupun dari observasi langsung ke lapangan. Penulis

juga menggunakan data sekunder hasil dari catatan resmi, mkalah serta

laporan atau dokumen, internet, serta data pendukung lainnya. Data

sekunder ini dapat diperoleh dari publikasi, otentik baik dari pemerintah

maupun publikasi ilmiah. Data sekunder lain untuk melengkapi penelitian

ini berupa dokumen, catatan resmi, yang berhubungan dengan LERD antara

lain Renstra Dinas Peternakan Kabupaten Blitar tahun 2016-2021,


44

Kabupaten Blitar Dalam Angka, dan RPJMD Kabupaten Blitar tahun 2016-

2021.

E. Teknik pengumpulan data

Menurut Sugiyono (2014:225) bila dilihat dari segi cara atau teknik

pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan

interview (wawancara), observasi (pengamatan), dokumentasi. Teknik

pengumpulan data ini merupakan cara-cara untuk mendapatkan data yang

diperlukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Teknik pengumpulan

data merupakan langkah paling strategis dalam penelitian, karena tujuan dari

penelitian adalah mendapat data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data,

maka peneliti tidak akan mendapat data yang memenuhi standar data yang

ditetapkan (Sugiyono, 2014:62). Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono

(2014:63) dibagi menjadi tiga teknik yang terdiri dari:

a) Wawancara

Wawancara, yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan langsung

melalui tanya jawab antara penulis dengan petugas yang berwenang yang

ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Pengertian Wawancara

menurut Sugiyono (2014:137), yaitu:

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data dengan


melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui halhal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya
sedikit/kecil.
45

Wawancara dilakukan secara mendalam yaitu dengan memnggunakan

alat batu perekam suara untuk merekam informan. Pihak yang terkait

dalam wawancara ini adalah pemerintah daerah, dan masyarakat sebagai

peternak.

b) Observasi

Observasi, yaitu cara pengambilan data dengan mengadakan

pengamatan secara langsung terhadap masalah yang sedang diteliti,

dengan maksud untuk membandingkan keterangan-keterangan yang

diperoleh dengan kenyataan. Pengertian Observasi menurut Nasution

dalam Sugiyono (2014:226), yaitu

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan, para ilmuan hanya


dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai duni kenyataan
yang diperoleh melalin observasi, data itu dikumpulkan dan sering
dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-
benda yang sangat kecil (proton dan electron) maupun yang sangat
jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

Observasi penelitian ini dilakukan secara langsung oleh peneliti

dengan cara melibatkan diri dalam aktivitas masyarakat untuk

mendapatkan data yang akurat tentang pengembangan ekonomi lokal

dengan pendekatan LERD di Desa Sawentar.

c) Dokumentasi

Dokumentasi, Pengumpulan data dilakukan dengan menelaah

dokumen-dokumen yang terdapat pada perusahaan/instansi.


46

F. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian diartikan sebagai alat bantu atau fasilitas yang

digunakan peneliti dalam mengumpulkan data yang disesuaikan dengan

tujuan penelitian. Instrumen yang digunakan peneliti, yaitu sebagai berikut:

1. Peneliti sendiri, sebagai instrumen utama dalam mengumpulkan

data, seperti: menggunakan panca indera dalam melakukan

pengamatan, mencatat fenomena yang terjadi di lapangan.

2. Pedoman wawancara, sebagai pedoman yang digunakan peneliti

dalam melakukan wawancara kepada narasumber untuk menggali

informasi dan data yang dibutuhkan oleh peneliti sesuai dengan

tujuan penelitian.

3. Perangkat penunjang, sebagai peralatan yang digunakan untuk

kelancaran pelaksanaan penelitian, berupa catatan yang digunakan

untuk mencatat informasi selama peneliti melakukan observasi.

Selain catatan, dibutuhkan alat perekam suara agar mudah dalam

mengulang ingatan tentang kondisi lapangan dan jalannya

wawancara.

G. Analisis data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam


47

periode tertentu (Sugiyono, 2014:91). Pada saat wawancara, peneliti audah

melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai, setelah analisis

jawaban wawancara dirasa belum memuaskan, maka peneliti akan

melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu untuk mendapat data yang

diperlukan.

Tujuan dari analisis data adalah untuk meringkas atau

menyederhanakan data agar lebih berarti dan dapat diinterpresentasikan.

Sesuai dengan jenis penelitian deskriptif, maka peneliti menganalisis data

dengan menggunakan metode analisis kualitatif yang dimulai dengan

membaca, mempelajari, dan menelaah data yang telah dikumpulkan. Setelah

data dikumpulkan, maka diadakan penyusunan, pengolahan, dan

interpresentasi data dan diambil kesimpulan sementara.

Analisis data merupakan tahapan yang penting dalam proses

penelitian, karena analisis data merupakan tahapan untuk memecahkan

permasalahan yang ada dan untuk mencapai tujuan akhir dari penelitian

dengan cara membuat kesimpulan yang dapat diceritakan atau dijelaskan

kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,

memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan

yang akan diceritakan kepada orang lain. Analisis dalam penelitian kualitatif

dilakukan pada pengumpulan data dalam periode tertentu.


48

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis data interaktif yang

digunakan oleh Miles, Huberman, dan Saldana (2014:33), analisis terdiri dari

4 (empat) alur kegiatan yaitu:

Gambar 5. Komponen-komponen analisis data Model Intertaktif


Sumber: Miles dan Huberman (Miles, Huberman dan Saldana, 2014:33)

1. Data Collection/ Pengumpulan data

Tahap pengumpulan data peneliti menggunakan teknik yaitu wawancara,

observasi dan dokumentasi. Dalam penelitian ini yaitu mengenai

pengembangan ekonomi lokal dengan pendekatan Local Economic Resource

Development (LERD) dalam rangka meningkatkan ekonomi masyarakat Desa

Sawentar. Pengumpulan data dengan cara observasi dan dokumentasi

bertujuan sebagai bahan penunjang yang memperkuat data-data wawancara

yang dibutuhkan untuk penelitian. Peneliti dalam tahap ini melakukannya

secara berulang-ulang sehingga data yang dikumpulkan lengkap dan relevan

dengan penelitian.
49

2. Display data/ Penyajian Data

Tahap penyajian data dalam penelitian ini disajikan dalm bentuk naratif

atau kumpulan kalimat dari hasil wawancara dengan pegawai Dinas

Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar. Serta didukung oleh penyajian

data berupa tabel-tabel pelaksanaan kegiatan pembinaan dan data-data yang

relevan lainnya untuk menunjang dan memperkuat penyajian data yang

disajikan dalam bentuk naratif yang merupakan hasil wawancara dengan para

narasumber. Selanjutnya Penyajian data akan di analisis atau pengambilan

tindakan lebih jauh yang didasarkan atas pemahaman yang didapat dari

penyajian data yang telah ada, karena dengan hanya menyajikan data akan

sulit untuk memahami apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Hal ini

dilakukan agar memudahkan bagi peneliti untuk bisa melihat gambaran secara

keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian, sehingga dari

data penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan.

3. Data Condensation/ Kondensasi Data

Proses pemilihan, pemulihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan dan informasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan

tertulis dilapangan. Kondensasi data merupakan suatu bentuk analisis yang

manajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,

mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-

kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi. Data yang diperoleh dari
50

lapangan tersebut kemudian diklarifikasi oleh peneliti dan selanjutnya dipilih

mana yang relevan dan mana yang tidak relevan dengan permasalahan dan

fokus penelitian. Kondensasi data berlangsung terus menerus selama kegiatan

penelitian kualitatif berlangsung, sehingga diharapkan nantinya akan

diklarifikasi dan diperoleh suatu verifikasi yang jelas dan terarah.

4. Concluision Drawing/ Verifying/ Penarikan Kesimpulan

Verifikasi data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara terus menerus

selama proses penelitian berlangsung. Data yang diperoleh berupa hasil

wawancara dengan pegawai Dinas Peternakan dan Perikanan kabupaten

Blitar, serta dukungan data berupa data tabel-tabel pelaksanaan kegiatan

pembinaan, laporan kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh Dinas, RPJMD,

laporan kegiatan monitoring kesehatan hewan, dan data penunjang yang

relevan lainnya yang disajikan sedemikian rupa, kemudian dialkukan analisis

terhadap data tersebut. Dari hasil data yang dikumpulkan dan dianalisa itu

dapat ditarik kesimpulan. Kemudian kesimpulan yang telah ditarik,

diverifikasi, baik berdasarkan kerangka piker penelitian maupun berdasarkan

catatan-catatan yang ada, agar mempunyai validitas dan mencapai konsensus

pada tingkat optimal antara peneliti dengan sumber informan.


BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Blitar

Blitar merupakan salah satu daerah yang terletak di Jawa Timur. Blitar

dibagi menjadi dua wilayah yaitu Kota dan Kabupaten, secara geografis

kabupaten Blitar terletak pada 111 40’ – 112 10 BT dan 7 58-8 9’51 LS berada di

Barat daya Ibu Kota Propinsi Jawa Timur yaitu Surabaya. Kabupaten Blitar

memiliki luas wilayah sebesar 1.588,79 km² dan terdapat sungai Brantas yang

membelah wilayah Kabupaten Blitar menjadi dua, yaitu kawasan Blitar selatan

yang mempunyai luas wilayah 689,94 km² . Keadaan topografi di Kabupaten

Blitar sangat bervariasi, yaitu mulai dari daratan, bergelombang hingga berbukit.

Kabupaten Blitar memiliki Kecamatan merupakan satu wilayah yang membagi

habis wilayah administrasi kabupaten/kota. Kabupaten Blitar memiliki 22

Kecamatan - 248 Desa/Kelurahan 85 desa/kelurahan perkotaan dan 163

desa/kelurahan pedesaan dan 765 Dukuh/Lingkungan.

Salah satu kecamatan di Kabupaten Blitar yaitu Kecamatan Kanigoro yang

memiliki 12 Desa/Kelurahan. Total penduduk yang ada di Kecamatan Kanigoro

77.040 dengan jumlah kepadatan penduduk 1.367 jiwa. Memiliki 25.742 keluarga

dan 21.778 rumahtangga. Letak geografis Kecamatan Kanioro berada di 134

51
52

Meter dari Permukaan Air Laut yang memiliki luas wilayah kecamatan 55.55

km², dengan batasan wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara: Kecamatan Garum

2. Sebelah Timur: Kecamatan Talun

3. Sebelah Selatan: Kecamatan Sutojayan

4. Sebelah Barat: Kota Blitar

Gambar 6. Peta Kecamatan Kanigoro


Sumber: www.google.co.id (diakses pada Juni 2018)

Kecamatan Kanigoro memiliki sebuah desa, yaitu Desa Sawentar. Luas

Desa Sawentar 19.40 km² dan memiliki jarak 3.50 km kearah kantor kecamatan
53

kanigoro. Desa Sawentar terdapat 4 dusun atau lingkungan, 17 RW dan 65 RT.

Status desa atau kelurahan 1 dengan ketinggian 134 meter diatas permukaan laut.

Desa Sawentar memiliki satu kepala desa atau lurah satu sekertaris desa dengan Pak

Rudiono, dan empat kepala dusun atau lingkungan. Bagian kepala urusan

pemerintahan, Ekobang, Umun, Kesra, dan Keuangan masing-masing satu orang.

Jumlah penduduk banyaknya rumah tangga dan kepala keluarga serta sex

ratio, kepadatan penduduk untuk masing-masing desa/kelurahan juga tercatat

12.949 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 6.640 jiwa dan perempuan 6.309

jiwa. Kepadatan Desa Sawentar luas desa 19.40 km², maka total kepadatan

penduduknya 667 jiwa/km². Jumlah keluarga 4.142 keluarga, jumlah rumah tangga

3.555, jumlah rata-rata rumah tangga 3.64 per rumahtangga. Seluruh penduduk di

Desa Sawentar adalah penduduk pribumi dengan 6.640 laki-laki dan 6.309

perempuan. Penduduk dirinci menurut penggolongan usia, total usia anak-anak

adalah 3.453 dengan rincian laki-laki 1.675 dan perempuan 1.778. Total usia

dewasa 9.496 dengan rincian 4.965 laki-laki dan 4.531 perempuan (Sumber:

Kecamatan Kanigoro dalam Angka 2017).


54

Sumber pendapatan masyarakat Desa Sawentar dari berbagai macam

profesi, diantaranya adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Sumber pendapatan masyarakat Desa Sawentar

Sumber
Jumlah Sumber Pendapatan
Pendapatan Jumlah
Orang Masyarakat
Masyarakat Orang
TNI/Polri 14 Peternak 228
Pegawa
108 Perikanan Darat 17
Pemerintah
Pegawai Swasta 108 Industri/Percetakan 268
Pensiunan 71 Perdagangan 272
Petani 1.499 Pertukangan 52
Buruh Tani 720 Angkutan 44
Jasa-Jasa 135
Sumber: Kecamatan Kanigogo Dalam Angka 2017 (diakses pada Mei 2018)

Tabel 2 diatas menjelaskan bahwa mayoritas penduduk Desa Sawentar

memiliki sumber pendapatan dari bidang pertanian, karena profesi bidang pertanian

sudah dilakukan sejak zaman dahulu kala, sejalan dengan yang disampaikan oleh Pak

Rudiono (L-53th) selaku sekertaris Desa Sawentar:

“Adanya peternakan ayam peterlur di desa ini sejak tahun 1980an. Selain itu
masyarakatnya ada juga yang berprofesi sebagai petani, buruh tani, pengrajin
bata merah, dan ada peternakan ayam potong mulai 5 tahun belakangan”
Peternakan di Desa Sawentar sudah mulai banyak beberapa tahun terakhir,

mulai dari peternakan hewan besar, peternakan hewan kecil, dan peternakah unggas.

Berikut populasi hewan ternak Desa Sawentar tahun 2016:


55

Tabel 4. Populasi Hewan Ternak Desa Sawentar 2016

Jumlah
Jenis Ternak Ekor
Sapi Potong 1.334
Sapi Perah 62
Kambing 870
Domba 46
Kelinci 98
Ayam Buras 21.43
Ayam Pedaging 23.1
Ayam Ras
Petelur 259.535
Itik 3.225
Sumber: Kecamatan Kanigoro Dalam Angka 2017 (diakses pada Mei 2018)

Tabel 3 diatas menjelaskan bahwa populasi hewan ternak terbesar di Desa

Sawentar adalah populasi Ayam Ras Petelur. Karena Sektor peternakan terutama

ayam ras petelur memiliki peran yang strategis dalam penyediaan berbagai sumber

seperti sumber pangan dan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

B. Penyajian Data Fokus

Penyuluh atau pembina adalah orang yang memiliki peran, tugas, atau profesi

dalam memberikan pendidikan, bimbingan, dan penerangan kepada masyarakat

untuk mengatasi berbagai masalah, terutama peternakan seperti sumber daya

manusia, kesehatan hewan, pemasaran, dan teknologi sehingga dapat mencapai

sasaran yang telah ditetapkan. Biasanya penyuluh ini menjalankan perannya

dengan cara mengadakan ceramah, wawancara, dan diskusi dengan khalayak

khusus. Peran penyuluh terletak pada kemampuan mendorong dan melatih


56

peternak sasaran. Selain itu, berusaha untuk mengetahui apa yang dibutuhkan dan

apa saja yang memuaskan sasaran dari pelayanan yang diberikannya. Seorang

penyuluh harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat diandalkan

serta motivasi yang tinggi. Tujuannya penyuluh dalam upaya meningkatkan

pembangunan peternakan adalah pelaksanaan kewajiban yang lurus, daya juang

harus tinggi, dan keterampilan harus tinggi.

Penyuluan berupa pembinaan dan pelatihan kepada kelompok peternak ayam

ras petelur merupakan sebuah intervensi sosial yang melibatkan penggunaan

komunikasi informasi dan diskusi secara sadar untuk membantu masyarakat

membentuk pendapat mereka sendiri dan mengambil keputusan dengan baik.

Penyuluhan berupa pembinaan dan pelatihan adalah salah satu usaha untuk

meningkatkan kemampuan peternak di Desa Sawentar dan menunjang perbaikan

usaha ternak untuk meningkatkan kemampuan untuk mengubah perilaku peternak

kearah usaha beternak dan kesejahteraan hidup yang lebih baik. Kondisi seperti

itu dapat dicapai apabila penyuluh peternakan bisa saling melengkapi antara

pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat. peran pemerintah untuk memberikan

identifikasi kebutuhan peternak, mendorong minat peternak untuk memanfaatkan

sumberdaya alam dan sumberdaya manusia secara optimal.

Pada hakekatnya tugas dan fungsi dinas peternakan dan perikanan sebagai

perpanjangan tangan dari pemerintah dalam memberikan kemudahan kepada para

petenak khususnya peternak ayam ras petelur untuk pengaksesan sumber

pembiayaan, permodalan, ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi pelayanan


57

peternakan, pelayanan kesehatan hewan, bantuan teknik, pembinaan kemitraan

dalam meningkatkan sinergi antar pelaku usaha, penciptaan iklim usaha yang

kondusif atau meningkatan kewirausahaan dengan mengutamakan pemanfaatan

sumber daya peternakan dan kesehatan hewan dalam negeri, pemfasilitasan

terbentuknya kawasan pengembangan usaha peternakan, pemfasilitasan

pelaksanaan promosi dan pemasaran dan perlindungan harga dan produk hewan

dari luar negeri.

Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 16 Tahun 2006, menyatakan

bahwa penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku

usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya

dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya

lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,

pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam

pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Peternakan ayam ras petelur sangat berpengaruh pada sektor peternakan di

Kabupaten Blitar, populasi ayam ras petelur di Kabupaten Blitar mencapai

15.170.000 ekor pada tahun 2016 meningkat sebesar 1,32 persen dibandingkan

tahun sebelumnya. Untuk ayam ras pedaging, tetap yaitu 965.600 ekor pada tahun

2016. Maka dari itu, pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk

meningkatkan ekonomi masyarakat di Desa Sawentar dilihat dari pendekatan

LERD, dalam bidang:


58

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Peternakan menjadi salah satu potensi yang dimiliki Kabupaten

Blitar, salah satunya peternakan ayam ras petelur. Peternakan

ayam ras petelur di Kabupaten Blitar merupakan pemasok terbesar

di Indonesia dan masih harus mendapat perhatian lebih dari

pemerintah dalam upaya menjaga produk dan meningkatkan

produktivitas peternakan. Pemerintah Kabupaten Blitar khususnya

pada Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar

memberikan pelatihan sesuai dengan permintaan yang diajukan

oleh peternak di Kabupaten Blitar baik peternak kecil maupun

peternak besar, peternak pemula maupun peternak yang sudah

lama berdiri. Pelatihan sudah menjadi tanggung jawab Dinas

Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar selaku pembina bagi

para peternak dengan harapan untuk meningkatkan produksi

peternakan ayam ras petelur sebagai potensi unggulan dan sebagai

pencapaian pembangunan untuk meningkatkan perekonomian

masyarakat Desa Sawentar.

Penyuluhan berupa pembinaan dan pelatihan merupakan cara

yang dilakukan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar

untuk memberikan informasi terkait peternakan untuk pengelolaan

dan pemecahan permasalahan yang dihadapi, sehingga para


59

peternak bisa memaksimalkan hasil dari produk ternak mereka.

Namun, pembinaan dan pelatihan oleh Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Blitar dilakukan tidak maksimal dan merata

keseluruh peternak yang ada di Kabupaten Blitar karena

banyaknya jumlah peternak, sejalan dengan yang disampaikan oleh

Yd (L-52th)

“Pelatihan menjadi tangung jawab dinas selaku pembina


peternakan karena jumlah peternak di Kabupaten Blitar banyak
dan besar. Namun tidak semua mendapat pelatihan. Pelatihan yang
diadakan oleh dinas bermacam-macam, ada budidaya peternakan,
pakan, kesehatan hewan ternak, bibit, dan manajemen kandang.
Semua pelatihan tersebut dalam satu rangkaian. Jadi, dinas tidak
bisa secara langsung memberikan satu rangkaian tersebut. Semua
pelatihan dalam satu rangkaian, tetapi dinas tidak bisa memberikan
pelatihan dalam satu rangkai karena jumlah kelompok ternak yang
banyak. Tidak bisa 100% dalam memberikan pembinaan. Ada
yang dapat setengah materi, ada yang seperempat, bahkan ada
yang tidak mendapat materi.”

Bentuk pelatihan dan penyuluhan yang diberikan berbeda-beda

tergantung jenis peternaknya. Sejalan dengan yang telah

disampaikan oleh Yd (L-52th):

“Jumlah kelompok ternak di Kabupaten Blitar yang banyak dan


SDM dari dinas yang kurang menyebabkan tidak meratanya
pelatihan dan pembinaan yang dilakukan. Oleh sebab itu, dinas
menunggu permintaan setiap kelompok jika ingin dibina dan diberi
pelatihan. Untuk kelopmpok peternak dasar khususnya unggas,
pembinaan yang dilakukan kepada kelompok peternak dasar
khususnya unggas dengan pelatihan yang sederhana yaitu dengan
memberikan cerita, arahan, dan sosialisasi. Untuk kelompok
peternak maju atau besar, dinas memberikan fasilitas seminar,
sarasehan, dsb.”
60

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa peternak dasar

khususnya unggas, pembinaan yang diberikan dalam bentuk

sosialisasi cerita dan pelatihan yang sederhana mengenai dasar dari

peternakan. Kelompok peternak besar atau level perusahaan,

pembinaan yang dilakukan dengan memberikan fasilitas seminar

dan sarasehan. Kabupaten Blitar memiliki 22 kecamatan yang

memang tidak semua mendapatkan pelatihan karena SDM

penyuluh dari dinas tidak banyak. Kegiatan monitoring penyakit

unggas dilaksanakan dalam rangka untuk pencegahan penyakit

unggas.

Dinas Peternakan dan perikanan Kabupaten blitar melakukan

monitoring kepada kelompok-kelompok yang telah dibina untuk

mengetahui hasil yang sudah diterapkan dari pelatihan tersebut.

Selain pemerintah khususnya dinas yang memberikan pelatihan

dan penyuluhan, pemerintah desa dan masyarakat swasta juga ikut

membatu dalam hal pembinaan kepada masyarakat. Sejalan

dengan yang disampaikan oleh SA (L-53th):

“Biasanya dinas memberikan pembinaan dan pelatihan di desa


ini jikalau dari desa kami yang meminta untuk diadakannya
pembinaan dan pelatihan. Sejauh ini dinas telah memberikan
pembinaan dan pelatihan namun tidak lengkap meskipun dinas
juga sering melakukan monitoring pada setiap kandang yanga
ada di desa ini dan melakukan fasilitas memberikan vaksin
gratis pada peternak kecil. Ada juga dari pemerintah desa
biasanya mengajak mahasiswa untuk melakukan pembinaan
dan pelatihan agar mendapat pengetahuan dan informasi
61

terbaru di bidang peternakan. Kalau sama Pak Mamad, kami


semua yang bekerja di kandang besar dan masyarakat yang
memiliki kandang kecil di rumahya dikumpulkan bersama-
sama keudian diberi pelatihan dan pembinaan”.
Bapak Rasyid selaku pemilik Bali PS menyatakan bahwa yang

dilakukan oleh Bali PS, mereka mengadakan pembinaan paling

sedikit satu kali dalam satu bulan.

“Kami memberikan pembinaan dan pelatihan kepada seluruh


masyarakat yang ingin memiliki usaha peternakan dengan
mengumpulkan masyarakat dari beberapa kelompok, kemudian
kami memberikan pembinaan sedikitnya satu bulan sekali
dengan cara mengumpulkan di kantor pusat Bali PS untuk
mengikuti Forum Group Discussion (FGD). Kami juga
bekerjasama dengan pihak lain yaitu pihak perusahaan obat
atau vaksin dan perusahaan pakan untuk memberikan materi
pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat”.

Pemerintah Desa Sawentar sangat mendukung dengan adanya

pengembangan perekonomian lokal di desa dalam bidang

peternakan. Pemerintah turut membantu dalam pembinaan kepada

masyarakatnya dengan bantuan mahasiswa yang sedang

melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) ataupun sedang melakukan

penelitian. Pemerintah desa tidak membatasi akan perkembangan

peternakan asalkan tidak mengganggu masyarakat sekitarnya.

Sejalan dengan yang disampaikan oleh sekertaris kepala Desa

Sawentar, Rd (L-53):

“Pembinaan dan pelatihan kepada masyarakat mengenai


peternakan, pemerintah desa mengajak para mahasiswa yang
sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) atau yang
sedang melakukan penelitian untuk memberikan informasi agar
masyarakat dapat menambah ilmunya tentang peternakan dan
62

kami sangat mendukung dengan adanya usaha peternakan


ayam di desa yang mana akan sangat mebatu dalam
peningkatan ekonomi masyarakat asalkan tidak mengganggu
lingkungan sekitar dan tidak ada protes dari warga sekitar”.

2. Kesehatan Hewan

Kabupaten blitar memiliki potensi peternakan yang cukup

besar, baik itu ternak perunggasan, sapi, kambing, dan aneka

ternak lainnya. Populasi ungggas merupakan populasi terbanyak

yang mendominasi populasi unggas nasional. Tingkat populasi

yang tinggi di Kabupaten Blitar dan sebagai sumber mata

pencaharian masyarakat diharapkan adanya peningkatan

pendapatan pada peternak. Salah satu penghambat dalam

pemeliharaannya adalah penyakit, bahkan tidak jarang peternak

mengalami kerugian karena terjadi kematian pada beberapa ternak.

Penanggulan penyakit hewan yang dilakukan upaya dengan

cara melaksanakan terobosan-terobosan melalui kebijakan dalam

penanggulangan, pencegahan dan pemberantasan. Pencegahan dan

pemberantasan yang akan dilaksanakan melalui kegiatan

pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit menular ternak

berupa pelayanan kesehatan hewan terpadu antara lain dengan

pelayanan kesehatan hewan secara gratis, melakukan sosialisasi

pembinaan atau penyuluhan kepada masyarakat tentang

pentingnya menjaga kesehatan hewan dan manajemen


63

pemeliharaan yang baik sebagai faktor utama dalam pencegahan

penularan penyalit hewan. Sejalan dengan yang disampaikna oleh

yd (L, 52th):

“Kami melakukan penyuluhan dan pembinaan tentang pentingnya


kesehatan hewan ternak agar meningkat hasil produksi dari hewan
ternak. Selain itu kami juga memberikan pelayanan kesehatan
hewan terpadu dan monitoring pada kasus-kasus kejadian penyakit
pada hewan ternak yang utamanya pada penyakit hewan ternak
yang strategis dan bersifat zoonosis seperti flu burung.”

Diantara penyakit pada hewan yang bersifat zoonosis yaitu

penyakit hewan yang menular pada manusia. Jumlah populasi

peternak yang cukup besar dan berbagai penyakit hewan yang

beresiko menular, maka pemerintah memberikan monitoring

penanganan penyakit ternak berupa pelayanan secara menyeluruh

yang meliputi pengobatan terhadap penyakit, gangguan reproduksi,

serta pemberian suplemen untuk ternak supaya dapat memacu

peningkatan produksi dan produktifitasnya, pemberian vitamin,

dan lain sebagainya. Pelayanan kesehatan hewan terpadu

dilaksanakan di berbagai wilayah di Kabupaten Blitar dengan

melakukan pemeriksaan kesehatan ternak milik masyarakat.


64

Tabel 5. Kegiatan Pelaksanaan Kesehatan Hewan Terpadu

Tanggal Lokasi
22/2/2017 Kec Srengat
7/3/2017 Ds. Kotes Kec. Gandusari
21/3/2017 Ds. Kendalrejo Kec. Talun
4/4/2017 Ds. Sukorame Kec. Binangun
3/8/2017 Kec. Panggungrejo
24/10/2017 Kec. Garum
27/10/2017 Kel. Garum
3/11/2017 Kec. Ponggok
27/11/2017 Ds. Sawentar
5/12/2017 Ds. Jaten Kec. Wonodadi
Sumber: Laporan Kegiatan Pelaksanaan Kesehatan Hewan Terpadu tahun 2017

Tabel diatas menjelaskan bahwa kegiatan pelaksanaan

kesehatan hewan terpadu di wilayah Kabupaten Blitar dalam satu

tahun dilakukan sepuluh kali kegiatan di berbagai wilayah, namun

pelaksanaannya belum secara keseluruhan dimana Kabupaten Blitar

memiliki 22 kecamatan dan 12 desa atau kelurahan.


65

Adapun program penyuluhan terkait pelaksanaan kegiatan

monitoring penyakit unggas:

Tabel 6 Program Penyuluhan Pelaksanaan Kegiatan Monitoring


Penyakit Unggas

Tanggal Lokasi Pelaksanaan


6-Jul-17 Kec. Selopuro
10-Jul-17 Kec. Garum
13-Jul-17 Kec. Nglegok
14-Jul-17 Ds. Kandangan Kec. Srengat
19-Jul-17 Ds. Slorok Kec. Doko
04-Agust- 17 Kec. Ponggok
15-Agust- 17 Ds. Selokajang Kec. Srengat
Ds. Ringinanom Kec.
21-Agust- 17
Udanawu
23-Agust- 17 Ds. Maron Kec. Srengat
Sumber: Laporan Kegiatan Monitoring Penyakit Unggas tahun 2017

Program penyuluhan pelaksanaan kegiatan monitoring penyakit

unggas yang dilakukan sesuai tabel diatas, dilakukan bimbingan teknis

terhadap penyakit hewan menular dengan memberikan materi yang

bertujuan untuk memberikan informasi dan wawasan kepada peternak

terhadap penyakit hewan menular agar memiliki kewasapadaan dini

terhadap penularan penyakit sehingga terbangun kesadaran masyarakat.

Pemerintah juga memberikan standart khusus dan memberikan

sosialisasi mengenai kesehatan hewan khususnya pada hewan ternak ayam

ras petelur. Semua kandang harus memiliki biosecurity. Sejalan dengan

yang telah disampaikan oleh Sg (L-50th) selaku pemilik kandang di Desa

Sawentar:
66

“Standart kesehatan hewan sudah ditentukan dari Dinas, yang


paling utama harus menggunakan biosecurity pada pintu masuk
area kandang untuk menghindari penularan penyakit dari luar
kandang dan diharapkan kepada para karyawan untuk mengganti
pakaian setiap hari”.

Penerapan biosecurity yang ketat dan berkelanjutan sangat

menentukan keberhasilan pengendalian penyakit. Pemeliharaan kesehatan

dalam satu usaha peternakan ayam merupakan bagian penting dalam

peningkatan produksi ternak. Produktivitas dan reproduktivitas ayam

hanya dapat dicapai secara optimal apabila ayam dalam keadaan

sehat. Pelatihan yang diberikan dinas kepada para peternak tentu ada skala

prioritasnya. Berbicara tentang peternakan, dinas hanya memprioritaskan

dengan memberikan pelatihan pada desa atau daerah yang banyak

peternaknya sehingga hanya melakukan pembinaan dilokasi yang banyak

peternaknya. Daerah atau lokasi yang tidak di prioritaskan sebagai daerah

peternak, tentu tetap mendapatkan informasi yang disebarkan kepada

masyarakat dan di publikasi melalui media masa, media cetak, radio dan

televisi. Respon masyarakat yang telah mengikuti pembinaan cukup baik,

sebagian besar sangat antusias untuk mendapatkan kembali pembinaan

dari dinas.
67

3. Pemasaran

Pemasaran yang dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Blitar hanya terlibat dalam promosi dengan memberi

fasilitas pameran atau pasar murah produk pasca panen yang dilakukan

setahun dua kali. Beberapa kelompok peternak diberi tempat untuk

memamerkan produk pasca panen mereka dan setiap periode dengan

kelompok yang berbeda-beda agar dapat merasakan fasilitas dari dinas

atau pemerintah daerah. Masyarakat Kabupaten Blitar yang mayoritas

juga beragama Islam akan mempunyai tradisi yang sama yaitu Idul

Fitri sebagaimana masyarakat lain di Indonesia. Sejalan dengan yang

disampaikan oleh An (L-34):

“Secara langsung tidak, namun dinas tetap memberi fasilitas pasar


murah produk pasca panen, yang gunannya untuk membantu para
peternak utuk mendapat kenalan dengan peternak lain yang dapat
membantu dalam proses pemasaran. Dibagi menjadi dua kelompok
yang setiap kelompoknya dapat mengikuti kegiatan pasar murah
yang dilakukan satu tahun sekali, salah satunya pada saat
menjelang idul fitri agar para peternak dapat memasarkan hasil
produksi ternaknya”.

Dengan adanya tradisi tersebut biasanya akan menyebabkan

terjadinya kenaikan harga bahan pokok pangan menjelang Hari Raya

Idul Fitri. Kenaikan harga bahan pokok pangan menjelang Hari Raya

Idul Fitri ini bahkan sangat drastis untuk beberapa jenis bahan pokok.

Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya kestabilan ekonomi di


68

masyarakat dan akan menyebakan keresahan terutama masyarakat

miskin.

Dalam rangka mengurangi dampak kestabilan ekonomi yang

diakibatkan oleh kenaikan harga bahan pokok pangan menjelang Hari

Raya Idul Fitri Tahun 2017, Pemerintah Kabupaten Blitar mengadakan

kegiatan Fasilitasi Pasar Murah Kabupaten Blitar menjelang Idul Fitri

Tahun 2017. Bentuk kegiatan ini yaitu penjualan bahan pokok pangan

di 22 wilayah Kabupaten Blitar menjelang Hari Raya Idul Fitri Tahun

2017 dengan harga dibawah harga pasar. Dinas Peternakan dan

Perikanan selaku dinas teknis yang membina pengembangan usaha

peternakan, dimana peternak merupakan salah satu penghasil bahan

pokok pangan, pada tahun 2017 ini ikut mendukung kegiatan

Pemerintah Kabupaten Blitar dengan mengadakan kegiatan Fasilitasi

Pasar Murah di Kabupaten Blitar menjelang Idul Fitri Tahun 2017.

Adapun partisipasi Dinas Peternakan dan Perikanan pada pasar murah

Tahun 2017 ini yaitu menjual telur ayam ras dengan harga produsen

(harga kandang).

Maksud dan tujuan diadakannya kegiatan Fasilitasi Pasar Murah di

Kabupaten Blitar menjelang Idul Fitri Tahun 2017 yaitu untuk

membantu masyarakat dalam menghadapi kenaikan harga bahan

pokok pangan menjelang Hari Raya Idul Fitri Tahun 2017 dan
69

mengurangi dampak ketidakstabilan ekonomi terutama masyarakat

miskin pada waktu menjelang Hari Raya Idul Fitri. Berikut tabel

pelaksanaan kegiatan fasilitasi pasar murah Kabupaten Blitar

menjelang Idul Fitri 2017.

Tabel 7. Pelaksanaan kegiatan pasar murah Kabupaten Blitar menjelang Idul Fitri 2017.

Jml.
Jml. Paket
Tanggal Pelaksanaan Kecamatan Lokasi Paket
disediakan
terjual

6 Juni 2017 Wonodadi Desa Salam 200 182


6 Juni 2017 Udanawu Kecamatan 200 10
7 Juni 2017 Ponggok Kecamatan 200 46
7 Juni 2017 Srengat Kecamatan 200 110
8 Juni 2017 Binangun Kecamatan 200 100
8 Juni 2017 Wates Kecamatan 200 100
9 Juni 2017 Wonotirto Desa Pasiraman 200 33
9 Juni 2017 Bakung Kecamatan 200 200
12 Juni 2017 Panggungrejo Kecamatan 200 50
12 Juni 2017 Sutojayan Kecamatan 200 90
13 Juni 2017 Nglegok Kel. Nglegok 200 70
13 Juni 2017 Sanankulon Kecamatan 200 66
14 Juni 2017 Selorejo Desa selorejo 200 125
14 Juni 2017 Kesamben Kecamatan 200 130
15 Juni 2017 Wlingi Kecamatan 200 100
15 Juni 2017 Doko Kecamatan 200 100
16 Juni 2017 Garum Kel. Bence 200 74
16 Juni 2017 Gandusari Kecamatan 200 75
19 Juni 2017 Talun Desa Pasirharjo 200 50
19 Juni 2017 Selopuro Kecamatan 200 40
20 Juni 2017 Kademangan Kel. Kademangan 200 35
20-22 Juni 2017 Kanigoro Kantor Pemda 1800 1366
Jumlah 6000 3242
Sumber: Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pasar Murah tahun 2017
70

Tabel 7 diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Kecamatan

Kanigoro menyediakan jumlah paket terbanyak yaitu sebanyak 1.800

paket dan memiliki jumlah paket terbanyak yang terjual adalah 1.366

paket. Agenda tahunan ini, Dinas Peternakan tidak terlalu ikut ambil

bagian dalam pemasaran hasil ternak, dinas memiliki fungsi membatu

mempromosikan tidak ikut serta dalam penjualan. Peternak menjual

hasil ternaknya kepada peternak lain dan masyarakat yang mengikuti

pameran. Adanya fasilitas pasar murah ini, banyak respon dari

masyarakat yang baik dan sangat antusias untuk mengikuti kegiatan

tersebut.

4. Teknologi

Seiring dengan semakin majunya perkembangan dunia industri

dan kemajuan teknologi saat ini, di era globalisasi ini maka kita

sebagai manusia dituntut untuk lebih kreatif dan terampil di dalam

memecahkan suatu masalah yang dihadapi dengan tujuan mampu

menciptakan dengan suatu alat atau mesin yang bermanfaat dan

bermutu. Maka timbulah sebuah ide atau gagasan bagi seseorang

untuk dapat melakukan kegiatan produksinya dengan metode yang

lebih efektif dan efisien. Sebagai upaya yang paling mudah dan tepat

untuk merealisasikan hal itu adalah dengan menggunakan teknologi


71

tepat guna agar sesuai dengan potensi bidang usaha yang dituju.

Inovasi baru yang hadir menimbulkan pro dan kontra dengan alasan

besarnya biaya, penggunaan yang sulit dan informasi inovasi baru

tentang teknologi tidak sampai pada masyarakat peternak. Pemerintah

daerah memberikan informasi dan sosialisasi tentang adanya inovasi

baru yang dinilai akan memudahkan peternak dalam meningkatkan

hasil produksi ataupun memperbaiki kualitas hasil produk dengan

efektif dan efisien. Sejalan yang disampaikan oleh Yl (P-34th):

”Untuk peternak kalangan bawah kami memberikan pembinaan


dibidang produktifitasnya saja. Seperti penggunaan inovasi
teknologi terbaru untuk memudahkan dan mempercepat proses
produksi untuk meningkatkan hasil produksi ternaknya. Seperti
pada pakan ayam peterlur ini yang utama. Kami memberikan
gambaran mengenai teknologi hopper untuk meminimalisir pakan
yang tumpah dan memudahkan pekerja untuk proses
pelaksanannya”.

Pakan ayam petelur dengan kualitas baik di gunakan para peternak

lebih cepat membantu proses pertumbuhan ayam. Dalam proses

memberi pakan ini, sebagian para pelaku usaha masih terdapat yang

menggunakan pencetak pelet manual yaitu belum menggunakan

mesin. Di samping menghabiskan banyak tenaga juga akan mengalami

kerugian karena banyak pakan yang tumpah, sehingga di nilai kurang

efisien. Selain itu jika di lihat dari tuntutan usaha untuk menghasikan
72

jumlah produksi yang lebih banyak tentu para peternak akan sangat

kerepotan untuk memenuhinya. Mesin yang digunakan adalah Hopper.

Hopper dan penampung sendiri merupakan kelengkapan

komponen yang terdapat pada mesin pencetak pakan. Tentu komponen

tersebut memiliki fungsi tersendiri. Hopper berfungsi sebagai tempat

awal masuknya campuran bahan pakan yang akan di proses, sebelum

masuk ke dalam pencetak pakan. Sedangkan penampung berfungsi

sebagai wadah jatuhnya pakan yang telah dicetak agar tidak jatuh ke

tanah. Dengan adanya mesin pencetak pakan ini tentu di harapkan

dapat mempermudah proses produksi.

Gambar 7. Hopper
Sumber: Dokumentasi Penulis
73

Gambar 8. Pengaplikasian Hopper


Sumber: Dokumentasi Penulis
74

C. Analisis Data Fokus Penelitian

Administrasi merupakan suatu proses kerjasama antara dua orang atau

lebih untuk mencapai tujuan bersama yang dilakukan secara rasional. Ruang

lingkup administrasi mencakup beberapa komponen diantaranya: administrasi

memberikan konseptual yang berlaku secara menyeluruh dan mengarah pada

kerjasama. Organisasi berfungsi memberikan tata hubungan kerja dan

pembagian kerja sehingga makna keteraturan dalam kerjasama dapat

dilaksanakan. Manajemen merupakan proses pemanfaatan sumber daya

manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai

suatu tujuan. Kepemimpinan atau pengambilan keputusan berfungsi untuk

mengarahkan manusia dengan cara mempengaruhi untuk melakukan

kerjasama. Hubungan manusia atau komunikasi merupakan aktifitas

administrasi pasti akan mengalami hambatan dan kelancaran sangat

tergantung pada tata hubungan manusia yang terjadi dalam organisasi.

Terakhir pada perilaku manusia pun sangat mempengaruhi kinerja dalam

organisasi. Dalam ruang lingkup administrasi publik, konsep LERD

menunjukkan adanya hubungan antar manusia atau komunikasi oleh aktor

pemerintah, swasta dan masyarakat yang bekerjasama mengembangkan

potensi lokal yang sudah ada. Hal ini menyebabkan berkurangnya kemiskinan

dan pengangguran serta menambah lapanganmpekerjaan.

Pembinaan pemerintah daerah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat

dilihat dari pendekatan LERD, dalam bidang:


75

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor kunci dalam

reformasi ekonomi, yaitu menciptakan sumberdaya manusia yang

berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi

dalam menghadapi persaingan global yang selama ini terabaikan. Dua

hal yang penting yang menyangkut kondisi sumberdaya manusia

dalam bidang peternakan di daerah yang perlu mendapatkan perhatian

yaitu sumberdaya petugas dan sumberdaya peternak. Banyak pihak

menilai bahwa penyuluhan peternakan mempunyai andil yang

sangat besar dalam keberhsilan pembangunan peternakan di

Indonesia. Penyuluhan pada dasarnya memberikan pendidikan

dimana target atau sasarrannya yaitu para peternak harus mengalami

perubahan perilaku, dari mulai aspek yang bersifat kognitif,

afektif dan akhirnya psikomotorik (Alim, 2010). Oleh sebab itu

tugas utama seorang penyuluh peternakan adalah membantu

peternak dalam mengambil keputusan.

Pemberdayaan serinh menjadi kata kunci untuk mengukur

kemajuan, keberhasilan, dan pembangunan di masyarakat. Hal yang

dilakukan untuk untuk pemberdayaan yaitu meningkatkan

kemampuan masyarakat itu sendiri. Kondisi masyarakat yang

tertinggal harus ditingkatkan kemampuannya dengan

mengembangkan potensi. Pemberdayaan masyarakat, tidak hanya


76

mengembangkan ekonomi tingkatan yang terpuruk saja tetapi juga

mengembangkan nilai sosial dan budaya. Sunyoto Usman

mendefinisikan pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses

memperkuat kemandirian community self reliance. Proses tersebut

dengan cara mendampingi masyarakat dalam membuat masalah

yang dihadapi dan dibantu memecahkan masalah tersebut.

Pernyataan diatas bisa diartikan bahwa pemberdayaan

masyarakat yaitu membantu menganalisis permasalaham serta

membantu mencari solusi permasalahan yang ada di masyarakat.

Menurut Mubyarto, pemberdayaan adalah upaya memberi daya

kepada masyarakat. Pemberdayaan tidak hanya berupa bantuan atau

pemberdayaan ekonomi masyarakat saja, tetapi juga berupa

tindakan nyata yang dapat meningkatkan sumber daya manusia.

Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan potensi

masyarakat guna meningkatkam kualitas hidup yang lebih baik bagi

seluruh masyarakat melalui kegiatan yang ada di masyarakat.

Tujuan tersebut, tercapai melalui faktor peningkatan sumber daya

manusia baik melalui pendidikan formal maupun non-formal.

Tujuan yang akan dicapai melalui pemberdayaan ekonomi

masyarakat adalah masyarakat bisa hidup lebih mandiri,

berwawasan]luas, dan mampu menerima pembaharuan dan pola

pikir yang lebih baru dan baik. Kemandirian masyarakat suatu


77

kondisi yang dialami oleh individu atau masyarakat yang ditandai

oleh kemampuan berfikit, bertindak, dan memutuskan suatu yang

dianggap tepat untuk memeahkan suatu permasalahan yang sedang

dihadapi.

Pengembangan sumber daya manusia di Desa Sawentar dalam

meningkatkan perekonomian masyarakat melalui bidang peternakan

ayam ras petelur dengan pemerintah memberikan pelatihan kepada

peternak dasar atau pemula. Pembinaan dan pelatihan yang

diberikan dalam bentuk sosialisasi, cerita, dan pelatihan yang

sederhana. Pembinaan dan pelatihan untuk peternak bersar atau

maju, pemerintah memberikan fasilitas seminar dan sarahsehan.

Pembinaan dan pelatihan ini sama halnya dengan memberikan

pendidikan kepada masyarakat peternak supaya lebih mengerti

dalam manajemen ternak yang baik dan benar, serta pengetahuan

tambahan untuk pengelolaan ternak dan memberikan informasi

tentang pelatian yang diadakan pemerintah merupakan salah satu

upaya dalam pemberdayaan masyarakat, dan dengan adanya

pelatihan maka diharapkan masyarakat dapat menjadi mandiri

secara berfikir dan mampu bertindak sesuai arahan yang diberikan

saat pelatihan dan pembinaan dengan baik dan benar.

Pelatihan yang diadakan baik pemerintah maupun masyarakat

peternak atau pihak swasta merupakan salah satu upaya dalam


78

pemberdayaan masyarakat, dengan adanya pelatihan maka

diharapkan masyarakat dapat menjadi mandiri secara berfikir dan

bertindak sesuai dengan pengarahan dan pelatihan tentang

manajemen peternakan yang baik dan benar. Pelatihan yang

dilakukan pemerintah secara bergilir pada setiap kecamatan oleh

kelompok ternak di Kabupaten Blitar namun hanya di beberapa

daerah yang memang prioritasnya sebagai daerah peternak.

Sedangkan pelatihan yang dilakukan masyarakat peternak

dilakukan setidaknya dua minggu sekali, bekerjasama dengan pihak

swasta atau perusahaan pendukung peternak seperti perusahaan

vaksin, pakan, dan perusahaan obat ternak.

Beberapa peternak yang memiliki populasi 3.000 ekor ayam

atau bebek masih membutuhkan pendampingan dari Dinas

Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar. Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Blitar dan masyarakat peternak bekerjasama

membangun sumber daya manusia dalam rangka peningkatan

kapasitas peternak dengan memberikan pelatihan di berbagai

kecamatan dan kelompok ternak.

Pelatihan berupa memberikan informasi budidaya peternakan,

pakan, kesehatan hewan tenak, bibit, manajemen kandang, dan

tentang inovasi teknologi baru yang bertujuan agar masyarakan


79

dapat melakukan dan menerapkan semua informasi dengan baik dan

benar sesuai standar yang ditentukan agar dapat meningkatkan

perekonomian masyarakat di Desa Sawentar.

Berdasarkan langkah dan tahapan revitalisasi pengembangan

ekonomi lokal, dengan mengacu pada aspek heksagonal

pengembangan ekonomi lokal, aktor yang terlibat dalam proses ini

adalah pelaku usaha lokal, pelaku usaha baru, dan investor luar

(Said, 2016). Pelaku usaha baru merupakan masyarakat lokal

sebagai peternak di Desa Sawentar yang melaksanakan usahanya

dengan modal, promosi, peningkatan teknologi untuk meningkatkan

hasil produksinya, dan memiliki manajemen dan kelembagaan yang

sudah tertata. Pelaku usaha baru yaitu masyarakat desa yang baru

saja memulai usaha di bidang peternakan atau bisa disebut peternak

kecil. Pelaku usaha baru ini masih memerlukan pendampingan dan

monitoring atas apa yang dilakukan dalam usahanya dan

membutuhkan pelatihan dan investor luar. Investor luar yaitu

pemerintah dan pihak swasta yang memberikan informasi tentang

peraturan kemudahan investasi, informasi prospek bisnis, kapasitas

berusaha dan hukum, keamanan, pusat pelayanan investasi.

Peningkatan SDM dalam hal pembinaan dan pelatihan yang

dilakukan pemerintah satu tahun sekali dan bantuan dari pihak

swasta yang memberikan penyuluhan berupa pembinaan dan


80

pelatihan yang dilakukan satu bulan dua kali, sesuai dengan

indikator keberhasilan penembangan ekonomi lokal yaitu

keberdayaan kelembagaan jaringan kerja kemitraan antara

pemerintah, swasta, dan masyarakat lokal.

Adanya permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah

terutama dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar

dalam penyampaian informasi, kurangnya Sumber Daya Manusia

atau pemateri dalam penyuluhan terhadap permintaan pembinaan

dan pelatihan dari masyarakat peternak di berbagai daerah di

Kabupaten Blitar. Kegiatan pembinaan dan pelatihan telah

memberikan informasi kepada masyarakat dan ada pihak swasta

yang ikut serta dalam penyuluhan, tetapi tetap saja masih kurang

dalam menangapi permintaan penyuluhan yang diajukan peternak

kepada Dinas selaku pelaksana program. Namun, adanya

pembinaan dan pelatihan dirasakan telah mendukung pelaksanaan

pengembangan sumberdaya ekonomi lokal di Desa Sawentar untuk

meningkatkan ekonomi masyarakatnya.

2. Kesehatan Hewan

Industri ayam ras telah berkembang dari skala kecil hingga

mencapai skala komersial dengan kemajuan yang pesat, sehingga


81

mampu untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. fakta

memperlihatkan bahwa usaha peternakan rakyat secara nyata

mendukung program pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan,

menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sebagian

masyarakat di pedesaan. Krisis ekonomi yang melanda Asia pada

periode 1997-1998 telah menyebabkan indutri ayam ras hampir

collapse. Ditambah lagi dengan terjadinya wabah penyakit flu

burung yang melanda Asiapada tahun 2004-2006, yang

mengakibatkan produksi ayam ras di Indonesia turun sampai 60%

(Ilham & Yusdja 2010).

Pembinaan yang dilakukan pemerintah berupa program

pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak di Kabupaten

Blitar ditujukan untuk menjaga dan mempertahankan kelestarian

serta meningkatkan populasi ternak yang mengarah pada stabilitas

Kabupaten Blitar sebagai sentra peternakan rakyat dan Jawa Timur

sebagai gudang ternak nasional. Hal ini dapat terwujudkan dengan

menekan dan mengurangi jumlah kematian ternak akibat penyakit.

Upaya yang dilakukan pemerintah terhadap penanggulangan

penyakit ternak dengan melaksanakan terobosam melalui

kebijakannya dengan mengadakan kegiatan pemeliharaan kesehatan

dan pencegahan penyakit menular ternak. Kegiatan tersebut berupa


82

pelayanan kesehatan hewan terpadu dengan pelayanan kesehatan

hewan secara gratis, pemberian obat cacing, vaksin gratis, serta

meberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya

menjaga kesehatan hewan dan manajemen pemeliharaan yang baik

sebagai faktor utama dalam pencegahan penularan penyakit hewan.

Pemerintah juga memberikan standart khusus dan memberikan

sosialisasi mengenai kesehatan hewan khususnya pada hewan

ternak ayam ras petelur terutama pada penggunaan biosecurity.

Usaha perunggasan rakyat sangaty rentan terhadap penularan

penyakit yang membahayakan bagi ternak dan kehidupan manusia,

karena kemampuan ekonomi dan pengetahuan melaksanakan

biosecurity sangat terbatas. sebagian besar peternak ayam ras skala

kecil yang bermitra denga perusahaan atau poultry shop tidak

mengaplikasikan biosecurity dengan benar faktor yang

menyebabkan rendahnys nilai biosecurity tersebut karena peternak

mengusahakan ayam ras dengan pola kemitraan non-risk sharing

antara peternak dan perusahaan atau poultry shop. Pada pola non-

risk sharing, peternak menerima penghasilan berdasarkam jumlah

ayam yang dipelihara dan tidak menanggung risiko kerugian. Pola

tersebut menyebabkan peternak kurang bertanggung jawab atas

pengendalian dan kontrol penyakit serta kurang menyadari


83

pentingnya untuk menerapkan biosecurity sesuai ketentuan yang

telah ditetapkan. Bagi peternak, menerapkan biosecurity berarti

menambah biaya produksi untuk mengadakan alat dan bahan,

sehingga hal itu kurang disukai.

3. Pemasaran

Pemasaran lebih dari fungsi bisnis lainnya, yang berhubungan

dengan pelanggan. Pemasaran menurut Philip Kotler dan Gary

Armstrong (2006:6) adalah proses mengelola hubungan pelanggan

yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah menarik

pelanggan baru dengan menjanjikan keunggulan nilai serta menjaga

dan menumbuhkan pelanggan yang ada dengan memberikan

kepuasan. Pemasaran sebagai proses dimana perusahaan

menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang

kuat dengan pelanggan dengan tujuan menagkap nilai dari pelangan

sebagai imbalannya. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten

Blitar melakukan pemasaran dalam hal memberikan fasilitas

pameran atau pasar murah yang dilakukan saat menjelang Idul Fitri

dan setiap akhir tahum dan hanya menjembatani antara peternak

dan peternak, peternak dan masyarakat. Dinas tidak mengambil

bagian dalam sistem penjualan pada saatpameran atau pasar murah

berlangsung. Keberhasilan pengembangan ekonomi lokal dalam


84

bidang pemasaran bisa dilihat dari indikatornya yaitu keberdayaan

lembaga usaha mikro dalam proses produksi dan pemasaran.

Gambar 9. Kegiatan pasar murah menjelang Idul fitri 2017 di


Kecamatan Kanigoro

Berdasarkan langkah dan tahapan revitalisasi pengembangan

ekonomi lokal, dengan mengacu pada aspek heksagonal

pengembangan ekonomi lokal, actor yang terlibat dalam proses ini

adalah tata kepemerintahan atau pemerintah daerah (Said, 2016).

Dalam konsep LED, pemerintah daerah merupakan aktor utama dan

yang paling penting yang bertugas membangun daerah agar lebih

baik dari sebelumnya. Selain itu, pemerintah juga berkewajibam

bertugas dalam penyediaan pembangunan fisik, pembangunan

sumber daya manusia yang ada di daerah dengan memberikan

pelatihan, dan menentukan kebijakan yang tepat sebagai dasar

hukum. Tata kepemerintahan ini mengacu pada kemitraan

pemerintah dan dunia usaha dimana pemerintah denganbekerjasama


85

antar peternak, masyarakat, dan pihak swasta. Kemitraan yang

dimaksudkan adalah dalam bidang infrastruktur, melaksanakan

promosi, perdagagan, dan pembiayaan. Promosi, perdagangan, dan

pembiayaan dilakukan pemerintah dengan memberikan fasilitas

pameran untuk para peternak.

4. Teknologi

Produksi telur pada kandang yang pemberian pakannya dengan

menggunakan mesin pakan otomatis (hopper), berpengaruh

terhadap produktivitas telur di peternakan ayam petelur. Hasil ratio

laba/rugi antara kandang yang manual dengan yang otomatis adalah

kandang dengan mesin pakan otomatis memberikan keuntungan

yang lebih daripada kandang yang manual.

Namun, permasalahan dalam pengembangan peternakan ayam

ras petelur terutama adalah penggunaan teknologi budidaya yang

selama ini menghasilkan produktivitas rendah dan tidak diikuti

dengan upaya perbaikan. Beberapa cara untuk mengatasi

permasalahan tersebut melalui peningkatan pembinaan teknis

dengan adanya penyuluhan, perbaikan teknologi dengan

memperhatikan tiga faktor seperti breeding, feeding dan tatalaksana

yang disesuaikan dengan kondisi lingkungandan identifikasi dan


86

optimalisasi bahan pakan lokal. Perbaikan pakan diarahkan dengan

memperhatikan kandungan protein ransum dan efisiensi biaya

pakan.

Dalam dunia peternakan dikenal segitiga produksi antara lain

bibit, pakan dan tata laksana pemeliharaan (manajemen). Ketiga

unsur tersebut memegang peran penting dalam menentukan

keuntungan atau kerugian dari suatu kegiatan peternakan. Biaya

produksi paling tinggi adalah biaya pakan, dimana rata-rata

mencapai 80 persen dari total biaya produksi yang diserap untuk

memenuhi kebutuhan pakan. Jenis pakan jadi yang digunakan para

peternak adalah pakan ayam petelur yang bermerek Cargill dan

diberikan untuk ayam berumur lebih dari tiga bulan. Sementara,

anak ayam (DOC) hingga umur satu bulan diberikan pakan dedak

padi. Pemberian pakan danair minum dilakukan dua kali dalam satu

hari, yaitu pagi hari antara pukul 07.00 – 08.00 dan sore hari antara

pukul 15.00 – 16.00 WIB dengan jumlah rata-rata 80-100 gram per

ekor per hari. Kebutuhan air minum yang diberikan yaitu pada pagi

dan sore hari dengan jumlah 3⁄4 dari volume tempat minum ayam.

Adanya teknologi memberikam peningkatan produktivitas,

sejalan dengan teknologi yang diterapkan, tidaklah mudah untuk

diterapkan pada masyarakat. Pembinaan yang dilakukan oleh Dinas


87

Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar diharapkan menjadikan

masyarakat peternak mendapat mendapat keterampilan yang cukup

untuk menguasai teknologi baru. Pembinaan dan pelatihan yang

dilakukan oleh dinas, selain untuk memecahkan permasalahan yang

dihadapi oleh peternak juga berisi tentang inovasi dan teknologi

baru untuk mempermudah pengelolaan peternakan yang diharapkan

nantinya menghasilkan produk ternak yang lebih baik. Terknologi

sangat membantu dalam meningkatkan hasil ternak, tetapi akan

lebih besar juga pengorbanan dalam permodalan dan

pengaplikasian. Peternak yang memiliki keterampilan tetapi tidak

memiliki modal dalam pengaplikasian teknologi baru tersebut maka

tidak akan berjalan lancar. Tantangan bagi pemerintah yaitu

masyarakat yang sulit menerima perubahan karena sudah nyaman

dengan keadaan. Beberapa peternak sudah menggunakan teknologi

baru sehingga hasil produktivitasnya efektif dan efisien.

Berhasilnya pengembangan ekonomi lokal di bidang teknologi ini

sudah berhasil karena dengan adanya inovasi teknologi baru

membuat perluasan bagi masyarakat untuk meningkatkan

pendapatan mereka.

Pembinaan dan pelatihan yangdilakukan oleh Dinas Peternakan

dan Perikanan Kabupaten Blitar selain untuk memecahkan


88

permasalahan yang dihadapi peternak juga berisi tentang berbagai

inovasi dan teknologi baru untuk mempermudah pengelolaan

peternakan yang diharapkan nantinya menghasilkan produksi ternak

lebih baik. Akan tetapi, respon masyarakat terutama peternak kecil

terutama sulit untuk menerima inovasi baru tersebut dengan alasan

karena mereka sudah nyaman dengan yang tradisional dan gunakan

sudah efektif serta jika menggunaka, inovasi baru menambah biaya.

Peningkatkan hasil ternak di Desa Sawentar, Dinas Peternakan

dan Perikanan Kabupaten Blitar mempunyai program yang tertuang

dalam Rencana Strategis tahun 2016-2021. Program tersebut adalah

program pembinaan usaha peternakan melalui sumberdaya

manusia, penanggulanagan penyakit hewan ternak atau kesehatan

hewan ternak, peningkatan pemasaran hasil usaha ternak, dan

peningkatan penerapan teknologi petrnakan tepat guna. Respon

yang diberikan masyarakat setelah adanya pembinaan dan

sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah khususnya oleh

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar adalah bagi

masyarakat yang sudah memiliki niat untuk usaha di bidang

peternakan ayam ras petelur langsung mempraktekkam dan

bertindak dengan mengikuti alur dan pembinaan yang dilaksanakan


89

oleh Dinas, sehingga pembinaan dan sosialisasi terlaksana dengan

efektif.

Hasil dari pembinaan dan pelatihan yang dilakukan oleh

pemerintah dengan bantuan pelaku usaha atau swasta terhadap

masyarakat peternak dapat meningkatkan ekonomi masyarakat

Desa Sawentar. Informasi yang diberikan oleh pemerintah sudah

sangat terbuka dan memberikan kejelasan mengenai peternakan

ayam ras petelur. Namun peran pemerintah tidak terlalu dominan

karena masyarakat khususnya masyarakat menengah keatas bisa

mendapat informasi melalui internet atau melalui civitas akademik.

Fakta membuktikan dari tahun ke tahun kebutuhan masyarakat

terhadap telur ayam terus meningkat. Seiring dengan meningkatnya

minat masyarakat untuk mengkonsumsi telur ayam, terjadi juga

peningkatan terhadap usaha peternakan ayam ras petelur. Melalui

penyuluhan, peternak ayam petelur di Desa Sawentar dapat

melakukan pemeliharaan yang benar sehingga produksi ayam

petelur mereka pun meningkat. Hal ini tentunya membuat

pendapatan mereka semakin meningkat hingga berkali lipat

dibandingkan sebelum mereka mendapatkan penyuluhan hasil

panen mereka masih minim. Meningkatnya pengembangan sumber

daya local Desa Sawentar berupa peternakan ayam ras petelur


90

maka, pendapatan para peternak di desa tersebut meningkat dan

kesejahteraan para peternak pun dapat dicapai melalui pemeliharaan

ayam ras petelur tersebut. Selain itu keterbukaan pemerintah dalam

pembinaan dan pelatihan tidak menutup kemungkinan untuk

masyarakatnya membuat peternakan kecil di rumahnya untuk

menambah pendapatan mereka dan terhadap masyarakat sebagai

peternak besar di Desa Sawentar menyediakan lapangan pekerjaan

bagi masyarakat desa yang lain sehingga dapat meningkatkan

perekonomian dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi Desa

Sawentar.

Keberhasilan dalam peningkatan ekonomi masyarakat akan

mempengaruhi kegiatan usaha yang dikembangkan dari

sumberdaya local serta kondisi pasar yang mendukungnya. Hal

tersebut penting untuk diperhatikan dan dikembangkan dalam

rangka pengembangan ekonomi manajemen usaha, kemitraan dan

kelembagaan yang dikelolanya. Mengembangkan kualitas sumber

daya manusia dan pengembangan ekonomi, peran pemerintah masih

sangat dibutuhkan terutama dalam penyediaan sarana dan

prasarana. Pengembangan ekonomi lokal di desa sawentar berupa

peternakan ayam ras petelur dengan pendekatan local economic

resources development memiliki manfaat berupa meningkatkan


91

kesejahteraan dan adanya kesempatan kerja masyarakat,

meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, meningkatnya inovasi

dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi

dalam pemberdayaan masyarakat.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pemahasan pada bab sebelumnya, dapat

ditarik kesimpulan bahwa pengembangan ekonomi lokal dengan pendekatan

LERD dalam rangka meningkatkan ekonomi masyarakat udah baik namun

belum maksimal. Adapun upaya pemerintah dalam pengembangan ekonomi

lokal dengan pendekatan LERD meliputi:

1. Sumber daya manusia

Pelatihan sudah menjadi tanggung jawab Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Blitar selaku pembina bagi para peternak dengan

harapan untuk meningkatkan produksi peternakan ayam ras petelur

sebagai potensi unggulan dan sebagai pencapaian pembangunan untuk

meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Sawentar. Penyuluhan dan

pelatihan merupakan cara yang dilakukan Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Blitar untuk memberikan informasi terkait kesehatan hewan

ternak, budidaya peternakan, manajemen kandang serta inovasi teknologi.

Namun, penyuluhan dan pelatihan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Blitar dilakukan tidak maksimal dan tidak merata keseluruh

peternak yang ada di Kabupaten Blitar karena banyaknya jumlah peternak

92
93

dan kurangnya sumber daya manusia pada pemateri dalam penyuluhan

terhadap permintaan penyuluhan dari peternak di berbagai daerah di

Kabupaten Blitar.

2. Kesehatan Hewan

Pelaksanaan Kegiatan penyuluhan dan pembinaan oleh dinas berupa

pelayanan kesehatan hewan terpadu dengan pelayanan kesehatan hewan

secara gratis, pemberian obat cacing, vaksin gratis, serta meberikan

sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan

hewan dan manajemen pemeliharaan yang baik sebagai factor utama

dalam pencegahan penularan penyakit hewan.

Kegiatan monitoring dan pembinaan tentang kesehatan hewan oleh

pemerintah yang perlu dioptimalkan agar kebutuhan peternakan di Desa

Sawentar dapat terpenuhi sesuai dengan standar kesehatan hewan yang

telah ditetapkan.

3. Pemasaran

Pemasaran yang dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Blitar hanya terlibat dalam promosi dengan memberi fasilitas

pameran atau bazar produk pasca panen yang dilakukan setahun dua kali.

Beberapa kelompok peternak diberi tempat untuk memamerkan produk

pasca panen mereka dan setiap periode dengan kelompok yang berbeda-

beda agar dapat merasakan fasilitas dari dinas atau pemerintah daerah.
94

4. Teknologi

Pemerintah daerah memberikan informasi dan sosialisasi tentang

adanya inovasi baru yang dinilai akan memudahkan peternak dalam

meningkatkan hasil produksi ataupun memperbaiki kualitas hasil produk

dengan efektif dan efisien. Sebagai upaya yang paling mudah dan tepat

untuk merealisasikan hal itu adalah dengan menggunakan teknologi tepat

guna agar sesuai dengan potensi bidang usaha yang dituju. Inovasi baru

yang hadir menimbulkan pro dan kontra dengan alasan besarnya biaya,

penggunaan yang susah, dan informasi inovasi baru tentang teknologi

tidak sampai pada masyarakat peternak.

Adanya peternakan di Desa sawentar membuat perluasan kesempatan

bagi masyarakat kecil dalam kesempatan kerja dan usaha dan perluasan

bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan bahwa adanya

peternakan, membawa dampak yang baik bagi masyarakatnya. Peternakan

level perusahaan membawa dampaknya adalah terciptanya lapangan

pekerjaan bagi masyarakat yang pengangguran dan membawa pada

peningkatan ekonomi bagi masyarakat yang bekerja di peternakan besar.

Sedangkan peternakan kecil membuat meningkatnya perekonomian

masyarakat namun dengan usaha sendiri. Perekonomian masyarakat yang


95

meningkat ditandai dengan masyarakat yang bisa memenuhi kebeutuhan

keluarga.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran dalam

pengembangan ekonomi lokal dengan pendekatan LERD dalam rangka

meningkatkan ekonomi masyarakat, berikut beberapa saran untuk pemerintah

daerah:

1. Penambahan SDM pemateri untuk program penyuluhan agar dalam

pelaksanaannya, seluruh daerah dan kelompok ternak mendapatkan materi

dari pemerintah.

2. Pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, serta monitoring kesehatan pada

ternak ayam petelur masih sangat perlu untuk mendapatkan perhatian

secara berkesinambungan untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai

dengan standart kesehatan hewan ternak yang telah di tetapkan.

3. Pelaksanaan pemasaran, pemerintah sebaiknya melakukan program

kegiatannya pada tingkat antar kota tidak hanya pada lingkup kabupaten

saja agar produk dari peternak Kabupaten Blitar semakin dikenal.

4. Bagi masyarakat yang masih belum bisa menerima inovasi baru,

pemerintah memberikan sosialisasi inovasi teknologi dengan cara

tradisional.

5. Harapan Provinsi Jawa Timur ke Kabupaten Blitar, untuk peningkatan

potensi peternakan telur dapat ditingkatkan dan diperluas tidak hanya di


96

Kecamatan Kanigoro saja, namun harus dikembangkan ke kecamatan

lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Blakely, E. (2003). Planning Local Economic Development, Theory and Practice .

New Delhi: Vistaar Publicantion.

Didin, S. (2010). Ekonomi Politik dan Pembangunan: Teori, Kritik, dan Solusi bagi

Indonesia dan Negara sedang Berkembang. Bogor: PT. Penerbit IPB Press.

Effendi, B. (2002). Pembangunan Otonomi Daerah Berkeadilan. Yogyakarta:

Uhaindodan Offset.

Florensi, H. (n.d.). Pelaksanaan Kebijakan Aloksi Dana Desa (ADD) dalam

Memberdayakan Masyarakat Desa di Desa Cerme, Kecamatan Grogol,

Kabupaten Kediri.

Gunawan, S. (1998). Membangun Perekonomian Rakyat. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Kabupaten Blitar Dalam Anga 2017

Kecamatan Kanigoro Dalam Angka

Kotler, Phillip. 2009. Managemen Pemasaran. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama

Mubyarto. (1997) Ekonomi Rakyat, Program IDT dan Demokrasi Ekonomi

Indonesia, Yogyakarta: Aditya Media.

97
N., Ilham., & Y., Yusdja. (2010). Dampak Flu Burung terhadap Produksi Unggas

dan Kontribusi Usaha Unggas terhadap Pendapatan Peternak Skala Kecil di

Indonesia. Jakarta: J. Agro Ekonomi.

N., Ilham., Y., Yusdja., E., Basuno., E.,Martindah., & RAD, S. (2013). Penilaian

Ecohealth terhadap Kluster Produksi Unggas untuk Peningkatan

Kesejahteraan Peternak Unggas Skala Kecil.

Rencana Strategis Dinas Peternakan 2016-2021

Said, 2016. "Konsep Sumber-Sumber Ekonomi Lokal (LERD)" (dalam materi ppt).

Malang: Universitas Brawijaya.

Siagian, S. P. (2014). Administrasi Pembangunan (Konsep, Dimensi, dan

Strateginya). Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif . Bandung: CV Alfabeta.

Sukanto. (2013). Metode Penelitian. Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya.

Sulistiyani, A. T. (2004). Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta:

Gaya Media.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Penyuluhan

98
Lampiran 1

Surat Izin Penelitian

99
Lampiran 2

Pedoman Wawancara

Pertanyaan
No
Wawancara Responden Substansi
Apakah dinas
peternakan
memberikan
pelatihan kepada
Pengurus Dinas
peternak yang
Peternakan dan Menjawab fokus tentang
1 sudah jalan maupun
Perikanan Kabupaten SDM
yang akan memulai
Blitar
usaha dalam bentuk
seminar atau
penyuluhan atau
praktek langsung?
Apakah
memberikan
pelatihan hanya
pada desa yang
memiliki Pengurus Dinas
peternakan atau Peternakan dan Menjawab fokus tentang
yang tidak Perikanan Kabupaten SDM
memiliki Blitar
peternakan? Dalam
artian untuk seluruh
desa atau pada desa
2 tertentu?
Apakah dinas
terlibat dalam Pengurus Dinas
pemasaran atau Peternakan dan Menjawab fokus tentang
promosi hasil Perikanan Kabupaten pemasaran
produksi Blitar
3 peternakan?
Apakah dinas
memberikan Pengurus Dinas
informasi tentang Peternakan dan Menjawab fokus tentang
inovasi terbaru Perikanan Kabupaten teknologi
tentang teknologi Blitar
4 dalam

100
meningkatkan hasil
produksi?

Apakah dinas
melakukan Pengurus Dinas
monitoring pada Peternakan dan Menjawab fokus tentang
peternak terhadap Perikanan Kabupaten kesehatan hewan
kesehatan hewan Blitar
5 ternak?
Bagaimana cara Pengurus Dinas
pembinaan yang Peternakan dan Menjawab fokus tentang
dilakukan Dinas Perikanan Kabupaten SDM
6 mengenai SDM? Blitar
Bagaimana cara
pembinaan yang Pengurus Dinas
dilakukan Dinas Peternakan dan Menjawab fokus tentang
mengenai Perikanan Kabupaten kesehatan hewan
kesehatan hewan Blitar
7 ternak?
Bagaimana cara
pembinaan yang Pengurus Dinas
dilakukan Dinas Peternakan dan Menjawab fokus tentang
mengenai Perikanan Kabupaten pemasaran
pemasaran hasil Blitar
8 produksi?
Bagaimana cara
pembinaan yang Pengurus Dinas
dilakukan Dinas Peternakan dan Menjawab fokus tentang
mengenai teknologi Perikanan Kabupaten teknologi
baru dalam bidang Blitar
9 peternakan?
Apa respon
masyarakat yang
Pengurus Dinas
dibina? Apakah
Peternakan dan Menjawab fokus tentang
mereka melakukan
Perikanan Kabupaten SDM
hasil dari
Blitar
pembinaan atau
10 tidak?

101
Bagaimana standar Pengurus Dinas
kesehatan hewan Peternakan dan Menjawab fokus tentang
menurut dinas? Perikanan Kabupaten kesehatan hewan
11 Blitar
Apakah dari semua
pembinaan yang
dilakukan oleh
Pengurus Dinas
Dinas dapat
Peternakan dan Menjawab fokus tentang
membangun
Perikanan Kabupaten SDM
masyarakat untuk
Blitar
meningkatkan
perekonomian
12 masyarakat desa?
Bagaimana
kebijakan
pemerintah desa
untuk Perangkat Desa dan Menjawab fokus tentang
pengembangan masyarakat SDM
peternakan ayam
peterlur di desa
13 sawentar?
Apakah hanya
diperbolehkan
untuk masyarakat Perangkat Desa dan Menjawab fokus tentang
desa saja atau boleh masyarakat SDM
dari masyarakat
14 desa luar desa?
Apakah pemerintah
desa memberikan
Perangkat Desa dan Menjawab fokus tentang
pelatihan atau
masyarakat SDM
pembinaan kepada
15 masyarakat desa?
Sejak kapan desa
sawentar ini mulai
ada peternakan?
Apa saja profesi
Perangkat Desa dan Menjawab fokus tentang
yang dilakukan
masyarakat SDM
oleh masyarakat
desa selain sebagai
peternak?
16

102
Sejak tahun berapa
Pegawai dan Menjawab fokus tentang
kerja di kandang
masyarakat SDM
sebagai pekerja?
17
Sejak awal bekerja
di kandang, apakah
Menjawab fokus tentang
ada peningkatan di Pegawai dan
peningkatan ekonomi
bidang masyarakat
masyarakat
perekonomian ibu-
18 bapak-mbak?
Apakah dengan
adanya pembinaan
yang dilakukan Menjawab fokus tentang
Pegawai dan
membuat anda peningkatan ekonomi
masyarakat
ingin memiliki masyarakat
peternakan sendiri
19 di rumah?
Apakah pemerintah
desa memberikan
Pegawai dan Menjawab fokus tentang
pelatihan dan
masyarakat SDM
pembinaan terkait
20 peternakan?
Apakah dinas
memberikan
Pegawai dan Menjawab fokus tentang
pelatihan dan
masyarakat SDM
pembinaan terkait
21 peternakan?
Apakah pihak
swasta (pemilik
usaha peternakan
atau pemilik
Pegawai dan Menjawab fokus tentang
kandang)
masyarakat SDM
memberikan
pelatihan dan
pembinaan terkait
22 peternakan?
Dengan adanya
peternakan di desa Menjawab fokus tentang
Pegawai dan
ini berpengaruh peningkatan ekonomi
masyarakat
positif bagi masyarakat
23 lingkungan desa?

103
Apakah bapak
sebagai pihak
swasta atau pemilik
perusahaan Pemilik usaha dan Menjawab fokus tentang
memberikan masyarakat SDM
informasi tentang
peternakan
24 dibidang SDM?
Apakah bapak
sebagai pihak
swasta atau pemilik
perusahaan
Pemilik usaha dan Menjawab fokus tentang
memberikan
masyarakat kesehatan hewan
informasi tentang
peternakan
dibidang kesehatan
25 hewan?
Apakah bapak
sebagai pihak
swasta atau pemilik
perusahaan
Pemilik usaha dan Menjawab fokus tentang
memberikan
masyarakat pemasaran
informasi tentang
peternakan
dibidang
26 pemasaran?
Apakah bapak
sebagai pihak
swasta atau pemilik
perusahaan
memberikan Pemilik usaha dan Menjawab fokus tentang
informasi tentang masyarakat teknologi
peternakan
dibidang teknologi
di bidang
27 peternakan?
Apakah dengan
pembinaan yang
Menjawab fokus tentang
dilakukan dapat Pemilik usaha dan
peningkatan ekonomi
meningkatkan masyarakat
masyarakat
ekonomi
28 masyarakat desa?

104
Bagaimana
poultryshop
memberikan
pembinaan dan
pelatihan tentang
Pemilik usaha dan Menjawab fokus tentang
peternakan kepada
masyarakat SDM
masyarakat sebagai
dasar pengetahuan
dalam memulai
usaha peternakan
29 ayam petelur?

105
Lampiran 3
Dokumentasi Peneliti

Keterangan: Wawancara bersama bapak Yuda Satya selaku Kepala Bagian Kesehatan
Hewan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar

Keterangan: Wawancara bersama Ibu Somini dan Bapak Saad selaku pegawai
kandang dan masyarakat Desa Sawentar dan Ibu Meisah selaku masyarakat Desa
Sawentar

106
Lampiran 4
Sumber data

Keterangan: Laporan Kegiatan Pemeliharaan dan Pencegahan Penyakit Menular

Ternak Tahun 2017 oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar

107
Keterangan: Laporan Kegiatan Pelaksanaan dan Monitoring Penanganan Penyakit
Ternak Tahun 2017 oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar

108

Anda mungkin juga menyukai