PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN
BAUBAU
2020
DAFTAR ISI
Halaman
ii
C. Kerangka Konsep ........................................................................... 32
C. Lokasi Penelitian............................................................................ 37
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
yang dinamakan Badan Usaha Milik Desa yang biasa di singkat dengan BUMDes.
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan lembaga usaha desa yang
perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. Cara
kerja Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah dengan jalan menampung
badan usaha yang dikelola secara profesional, namun tetap bersandar pada potensi
asli desa. Hal ini dapat menjadikan usaha masyarakat lebih produktif dan efektif.
masyarakat desa sebagai tempat kehidupan dan penghidupan. Bahkan lebih dari
itu, desa diharapkan akan menjadi fondasi penting bagi kemajuan bangsa dan
1
Membahas tentang definisi kelembagaan tergolong sangat membingungkan
Kedua kata ini sering sekali menimbulkan perdebatan diantara para ahli. Menurut
merupakan sesuatu yang stabil, mantab, dan berpola, berfungsi untuk tujuan-
tersusun dari pola-pola kelakuan, peran-peran dan relasi sebagai cara mengikat
seperangkat hubungan norma, keyakinan dan nilai yang nyata, yang terpusat pada
kebutuhan sosial dan serangkaian tindakan yang penting dan berulang (Wibowo:
yang ada dan mengikat guna untuk memperoleh serta memenuhi kebutuhan
mempuyai tiga pilar yaitu : pilar regulatif, pilar normatif, dan pilar kultural-
2
kognitif. Pilar regulatif dari kelembagaan membatasi dan mengatur perilaku, pilar
realitas sosial dan kerangka untuk memaknai realitas tersebut (Scott: 2001).
mengatur perilaku manusia maka kelembagaan sebagai media atau wadah dalam
membentuk pola-pola yang telah mempunyai kekuatan yang tetap dan aktivitas
Daerah, Undang – Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa dan juga Peraturan
Pemerintah (PP) nomor 11 tahun 2019 tentang perubahan atas PP nomor 43 tahun
Desa, telah jelas menyatakan bahwa bahwa desa adalah kesatuan masyarakat
setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
3
upayanya untuk meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, pada
ekonomi desa yang dinamakan Badan Usaha Milik Desa yang biasa di sebut
dengan BUMDes.
dengan judul “ 9 hal yang menghambat Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
menjadi raksasa”, dikatakan bahwa dalam setiap program Badan Usaha Milik
memahami wewenang yang dimiliki desa saat ini meski sudah lahir Undang –
komunikasikan;
kasus pimpinan di desa yang harus berhadapan dengan meja hijau karena
4
dugaan penyalahgunaan dana desa untuk kepentingan sendiri maupun
golongan tertentu;
seharusnya menjadi modal bagi usaha desa yang dijalankan Badan Usaha
8. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sendiri dikatakan tidak cukup menarik
(rupiah).
Kegiatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Kabupaten Buton Selatan telah
5
tertuang dalam Peraturan Bupati (Perbup) nomor 14 tahun 2017 tentang Pedoman
mencari pekerjaan di luar wilayah bahkan sampai menjadi tenaga kerja asing di
beberapa negara tetangga. Hal ini sangat kontradiktif dengan Sumber Daya Alam
Dengan luas perairan laut mencapai 2.478 Kilometer persegi, luas kawasan yang
belum di olah mencapai lebih dari 20.000 Ha yang bisa dimanfaatkan untuk lahan
pertanian dan juga peternakan (Dokumen RTRW Kabupaten Buton Selatan 2015),
juga memiliki pesona pariwisata alam dan religi yang cukup bisa di andalkan dan
ekonomi dan sosial yang ada. Kecamatan Batauga merupakan ibukota Kabupaten
Buton Selatan yang terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan dan 5 (Lima) desa. Kelima
desa tersebut sudah memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yaitu Desa
pengurus Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) terhadap program kerja dan
6
kegiatan yang dilakukan, inovasi serta kemampuan sumber daya manusia yang
hingga evaluasi terhadap kinerja Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sehingga
walaupun tidak dipungkiri pula ada beberapa Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
juga telah berhasil dan mampu membantu masyarakat dalam usaha ekonomi desa.
Program kegiatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang ada di desa se-
berkembang seperti usaha penyewaan tenda sarnafil atau pemberian kredit usaha
yang masih menyisakan persoalan seperti kredit macet dan lain sebagainya.
pertama oleh Yuliana Windi Sari (2017) dengan judul Praktik Sosial
Kelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Artha Guna di Desa Kedensari
sosial kelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Artha Guna merupakan
baik dari aspek pengurus Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Artha Guna,
anggota Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Artha Guna, legalitas sturktur
Guna, pengaturan posisi aktor dan agen dalam praktek sosial kelembagaan.
7
Penguatan Kebijakan Kelembagaan Badan Usaha Milik Desa di Desa Suka
optimal, perlu adanya kebijakan pendidikan terhadap menejer Badan Usaha Milik
Usaha Milik Desa (BUMDes), perlu adanya partisipasi masyarakat didalam tahap
yang dibentuk belum efektif dan sesuai dengan tujuan serta esensi dari Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) itu sendiri, masyarakat harus dijadikan aktor dalam
menciptakan iklim perekonomian desa yang aktif di bawahi oleh Badan Usaha
terkait kelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang ideal serta mampu
Milik Desa (BUMDes) penting untuk dilakukan karena terdapat beberapa masalah
berdasarkan data awal yang dimiliki peneliti. Oleh karena itu peneliti ingin
8
B. Fokus Penelitian
bagi masyarakat ?
3. Kendala dan hambatan apa yang dihadapi oleh pengurus Badan Usaha Milik
Selatan ?
Selatan ?
Buton Selatan ?
9
C. Tujuan Penelitian
bagi masyarakat.
Buton Selatan.
Buton Selatan.
10
3. Mendeskripsikan proses penerapan pilar kognitif-kultural pada kelembagaan
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan akan bermanfaat baik bagi pemerintah, para
2. Bagi akademisi dan peneliti, dapat dijadikan sumber atau referensi dan
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dibawah ini, yakni oleh penelitian pertama yang dilakukan oleh Yuliana Windi
Sari (2017) dengan judul Praktik Sosial Kelembagaan Badan Usaha Milik Desa
Sidoarjo. Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah stuktur dan
mengakomodasi potensi lokal masyarakat dan hanya mampu berperan pada unit
simpan pinjam yang bersumber dari dana pinjaman program pemerintah yang
seharusnya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) tersebut menjadi suatu wadah
penelitian ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana penerapan pola praktik sosial
kelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Artha Guna dengan metode
lembaga yang kokoh dan mampu membangun kehidupan masyarakat desa dari
berbagai dimensi). Teori yang digunakan adalah teori Strukturisasi Lembaga oleh
Anthony Giddens yaitu 3 gugus struktur yang dominan dalam kehidupan sosial
12
yaitu Domonasi, Signifikasi, Legitimasi. Metode yang digunakan dalam penelitian
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Artha Guna merupakan serangkaian proses
yang berlangsung dengan kompleks pada sturktur kelembagaan baik dari aspek
pengurus Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Artah Guna, anggota Badan Usaha
administrasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Artha Guna serta pengaturan
Desa Suka Gerundi Kecamatan Perindu Kabupaten Sanggau. Adapun tujuan dari
1. Modal Manusia, yang meliputi jumlah penduduk, skala rumah tangga, kondisi
2. Modal Alam, meliputi sumber daya tanah, air, hutan, tambang, sumber hayati
13
3. Modal Finansial, meliputi sumber-sumber keuangan yang ada seperti
sosial dan tradisi yang mendukung, serta akses terhadap kelembagaan sosial
optimal, perlu adanya kebijakan pendidikan terhadap menejer Badan Usaha Milik
Usaha Milik Desa (BUMDes), perlu adanya partisipasi masyarakat didalam tahap
yang dibentuk belum efektif dan sesuai dengan tujuan serta esensi dari Badan
Usaha Milik DEsa (BUMDes) itu sendiri, masyarakat harus dijadikan aktor dalam
menciptakan iklim perekonomian desa yang aktif di bawahi oleh Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) Artha Guna dan stuktur interaksi (modalitas) Badan Usaha
Milik DEsa (BUMDes) Artha Guna yang terdiri dari Dominasi, Signifikasi dan
14
Legitimasi yang merupakan rangkaian dari struktur kelembagaan Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) Artha Guna. Fokus penelitian kedua adalah tentang
Suka Gerundi Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau menuju desa yang mandiri
belum berjalan secara efektif serta partisipasi masyarakat yang belum secara
Usaha Milik Desa (BUMDes) yang belum berjalan sesuai dengan yang
kegiatan dirasakan masih kurang, inovasi serta kemampuan sumber daya yang
oleh Anthony Giddens yaitu 3 gugus struktur yang dominan dalam kehidupan
penelitian kedua adalah teori kelembagaan lokal oleh Caventa dan Valderama
dan secara kategoris terdiri dari : (1) Modal manusia, (2) Modal Alam, (3) Modal
Finansial, (4) Modal Fisik, (5) Modal Sosial. Teori yang digunakan oleh peneliti
kelembagaan yaitu pilar regulatif (aturan), pilar normatif (norma), pilar kultural-
15
kognitif (perilaku terhadap lingkungan). Hasil kedua penelitian terdahulu tersebut
berperan membawa perubahan di bidang sosial dan ekomoni dan juga diperlukan
1. Pengertian Kelembagaan
peraturan terkait serta norma-norma, dan proses organisasi, perilaku, hasil, dan
biasanya mengacu pada sebuah organisasi publik yang dapat memanggil otoritas
dan berulang.
16
Hendropuspito.O.C (1989) menurutnya institusi/lembaga merupakan suatu
bentuk organisasi yang secara tetap tersusun dari pola-pola kelakuan, peranan-
peranan dan relasi sebagai cara yang mengikat guna tercapainya kebutuhan-
kebutuhan sosial dasar. Unsur penting yang melandasi sebuah institusi menurut
1. Kebutuhan sosial dasar (basic needs), kebutuhan sosial dasar terdiri atas
kebutuhan yang hendak dilayani bersifat tetap. Memang harus diakui bahwa
apa yang dibuat oleh manusia tunduk pada hukum perubahan, tetapi
jabatan ditempatkan pada jenjang yang telah ditentukan dalam struktur yang
terpadu.
17
berkepentingan sebagai suatu bentuk cara hidup dan bertindak yang
atau lembaga merupakan serangkaian norma dan perilaku yang sudah bertahan
Dari berbagai definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa lembaga atau
berdasarkan pada aturan atau norma yang ada dan bersifat mengikat untuk
2. Unsur-Unsur Kelembagaan
(Nabli dan Nugent, 1989), (North, 1990), (Williamson, 1985), berbagai unsur
18
1. Institusi merupakan landasan untuk membangun tingkah laku sosial
masyarakat;
2. Norma tingkah laku yang mengakar dalam masyarakat dan diterima secara
luas untuk melayani tujuan bersama yang mengandung nilai tertentu dan
5. Kode etik;
6. Kontrak;
7. Pasar;
9. Organisasi;
dan kebijakan yang berkaitan dengan usaha-usaha masyarakat tidak terlepas dari
19
3. Kinerja Kelembagaan
menghasilkan output yang sesuai dengan tujuannya dan relevan dengan kebutuhan
pengguna (Peterson, 2003). Ada dua hal untuk menilai kinerja kelembagaan yaitu
produknya sendiri berupa jasa atau material, dan faktor manajemen yang membuat
produk tersebut bisa dihasilkan. Satu cara yang lebih sederhana telah
20
Implikasi kebijakan yang disusun dapat dialamatkan kepada lingkungan
sebagai suatu unit kajian yang memiliki jiwanya sendiri. Terdapat empat
pola penghargaan yang dianut (incentive schemes). Suatu fakta sosial adalah
21
Terkesan di sini bahwa kalkulasi secara ekonomi merupakan prinsip yang
pembangunan dimana semua orang (pihak) memiliki hak yang sama terhadap
22
masyarakat oleh masyarakat adalah suatu konsep yang sejalan. Karena itu
menjadi sangat penting, dalam hal ini kerjasama pemerintah, swasta dan Non
itu sendiri.
tetapi teori Scott (2001) relevan karena administrasi publik menekankan salah satu
fitur penting dari pilar kelembagaan yang diajukan Scott (2001) yakni pilar
regulatif. Pilar ini menunjukkan pada basis konstitusional dan legal dari otoritas
dan kekuasaan. Seluruh aspek regulatif Scott (2001) pada dasarnya sama dengan
23
yang digunakan dalam teori organisasi modern, dan bahwa aplikasi dari teori
kelembagaan walau kadang-kadang ada yang dominan, tapi mereka bekerja dalam
kombinasi. Ketiganya datang dari perbedaan cara pandang terhadap sifat realitas
sosial dan keteraturan sosial dalam tradisi sosiologi sebelumnya. Ketiga elemen
tersebut seperti telah disebutkan diatas adalah aspek regulatif, aspek normatif, dan
aspek kultural-kognitif.
24
konteks aturan (rule setting), monitoring, dan sanksi. Hal ini berkaitan
dan formal (polisi dan pengadilan). Meskipun ia bekerja melalui represi dan
instituion).
sosial. Sistem normatif ini mencakup nilai-nilai dan norma. Nilai menunjuk
pada konsepsi mengenai apa yang paling disukai atau diinginkan. Norma
kehidupan sosial. Dalam pilar ini dicakup nilai (value) dan norma. Norma
berguna untuk memberi pedoman pada aktor apa tujuannya (goal dan
objectives), serta bagaimana cara mencapainya. Karena itu, bagian ini sering
25
pula disebut dengan kelembagaan normatif (normatif institution) dan
tertentu (Scott, 2001). Dimensi ini penting, karena apa yang dilakukan oleh
Dalam memahami dan menjelaskan suatu tindakan dari aktor, kita harus
dan kristalisasi makna dalam bentuk objektif. Aktor (individu dan organisasi)
kolektif. Dalam konteks ini, diyakini aktor memiliki makna yang sangat
variatif, sehingga kreativitas aktor dihargai. Bagian ini sering disebut dengan
desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial (social institution) dan komersial
26
penyediaan pelayanan sosial. Sedangkan sebagai lembaga komersial bertujuan
pasar. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang
ekonomi pada umumnya. Ini dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja Badan
1. Badan usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama;
2. Modal usaha dapat pula bersumber dari desa dan dari masyarakat melalui
4. Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada potensi dan hasil informasi
pasar;
27
5. Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
policy);
Pemerintah desa;
BPD, anggota).
Menurut Pasal 213 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
modal usahanya dibangun atas inisiatif masyarakat dan menganut asas mandiri.
Ini berarti pemenuhan modal usaha Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) harus
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dapat mengajukan pinjaman modal kepada
pihak luar, seperti dari Pemerintah Desa atau pihak lain, bahkan melalui pihak
ketiga.
2010 Tentang Badan Usaha Milik Desa Pasal 1 ayat (6) yang menyatakan bahwa
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah usaha desa yang dibentuk/didirikan
oleh pemerintah desa yang kepemilikan modal dan pengelolaannya dilakukan oleh
28
Gambar 2.1 Bentuk kelembagaan BUMDes
Musyawarah Desa
Kepala Desa
Direksi :
Badan pengawas - Direktur
- Sekertaris
- Bendahara
Selain itu Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) selanjutnya dijelaskan dalam
pemerintah desa mendirikan Badan Usaha Milik Desa (ayat 1). Pembentukan
badan usaha milik desa ditetapkan dalam peraturan desa dengan berpedoman pada
peraturan perundang-undangan (ayat 2), bentuk badan usaha milik desa harus
(BUMDes) dapat didirikan sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Maksud
pasar, tersedia sumberdaya manusia yang mampu mengelola badan usaha sebagai
29
aset penggerak perekonomian masyarakat, adanya unit-unit usaha yang
merupakan kegiatan ekonomi warga masyarakat yang dikelola secara parsial dan
kurang terakomodasi. Berikut adalah proses pendirian Badan Usaha Milik Desa
1. Sosialisasi terkait apa itu Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ke masyarakat.
Langkah ini penting dalam upaya melibatkan masyarakat sejak awal dan
menepis anggapan bahwa Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) milik orang
yang terdiri dari beberapa unsur dalam masyarakat seperti perangkat desa,
30
Badan Pemberdayaan Desa (BPD), PKK, Karang Taruna maupun tokoh-
tokoh masyarakat dan diusahakan dalam tim tersebut minimal memiliki latar
Keputusan (SK) oleh kepala desa. Tugas tim in adalah menginvetarisasi dan
Desa (BUMDes).
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), tujuan, ruang lingkup, pembagian hasil
usaha. Inti dari Anggaran Dasar dan Anggrana Rumah Tangga (AD/ART)
peraturan desa (raperdes) dan Anggaran Dasar dan Anggrana Rumah Tangga
dan Anggrana Rumah Tangga (AD/ART) dan juga rancangan peraturan desa
tersebut.
31
C. Kerangka Konsep
Otonomi daerah adalah hak dan kewenangan daerah otonom untuk mengatur
Nomor 32 tahun 2004 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 tahun
2019 tentang pemerintah daerah disebutkan bahwa desa atau yang disebut dengan
nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
berfokus pada konteks kelembagaan, peran aktor sosial dan hasil kebijakan.
Menurut teori ini, konteks kelembagaan berpengaruh besar pada proses dan
mengarah pada outcomes tertentu. Akan tetapi aktor juga mempengaruhi aspek
32
publik, dengan mengacu kepada standar prosedur operasional. Dalam pilar
kewajiban moral, seperti misi organisasi, standar kerja, dan kepentingan publik.
universal, sedangkan identitas menunjuk pada desain dan konsepsi yang bersifat
tersendiri.
dan sustainable, dengan mekanisme member base dan self help yang dijalankan
secara profesional, dan mandiri. Berkenaan dengan hal itu, untuk membangun
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) diperlukan informasi yang akurat dan tepat
sumber daya yang meliputi sumber daya alam, dana hibah dari Pemerintah
yang menjadi faktor penghambat yaitu kebijakan pemerintah desa yang kurang
33
tepat, peran pengurus Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang kurang optimal,
kondisi sosial politik serta peran masyarakat yang kurang diberdayakan dalam
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
desain kualitatif adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka,hal ini
disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif, selain itu semua yang
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
yang dilakukan oleh peneliti sebagai instrument kunci dengan melibatkan bebagai
menjelaskan dan menggambarkan data dan fakta mengenai objek penelitian serta
akan terlihat sejauh mana penerapan pilar- pilar kelembagaan secara regulatif,
35
Milik Desa (BUMDes) dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara sistematik, faktual dan akurat
suatu permasalahan, maka peneliti perlu berbicara dan mendengar langsung dari
narasumber yang terlibat dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Kecamatan Batauga.
penelitian kualitatif adalah sesuatu yang mutlak, karena peneliti bertindak sebagai
Peran peneliti dalam penelitian ini peneliti sebagai pengamat partisipan atau
pengamat penuh. Kehadiran peneliti juga diketahui oleh informan yang terdiri dari
unsur pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Kepala Desa, masyarakat
36
Kabupaten Buton Selatan yang merupakan lokasi penelitian . Informan
merupakan alat pengumpul data utama sehingga peneliti dituntut untuk peka,
C. Lokasi Penelitian
Desa Lawela Selatan, Desa Poogalampa, Desa Bola dan Desa Lampanairi
Kecamatan Batauga. Adapun alasan peneliti memilih lokasi ini adalah karena
kelima desa tersebut telah memiliki BUMDes dan berada di Kecamatan Batauga
yang merupakan Ibu Kota Kabupaten. Sebagai bagian dari penelitian tentang
penerapan teori kelembagaan Scott (2001) di kelima desa tersebut, dilihat dari
maupun peraturan bupati yang terkait dengan BUMDes. Dari segi normatif terkait
moral yang melekat didalamya. Dari segi kognitif-kultural terkait hubungan antara
secara umum.
37
D. Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder
adalah:
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari hasil dokumentasi yang
data yang dibutuhkan oleh peneliti dalam sebuah penelitian. Informan dipilih guna
berbicara, atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan oleh subyek lain.
secara sengaja dipilih oleh peneliti, karena sampel ini dianggap memiliki ciri-
38
ciri tertentu yang dapat memperkaya data peneliti. Sampel purposif memiliki
nama) terhadap suatu aktivitas ketika peneliti mengumpulkan data dari satu
mendalam dan berhenti ketika tidak ada informasi baru lagi, terjadi replikasi
saja dengan apa yang diberikan oleh informan berikutnya tersebut sama saja
dengan apa yang diberikan oleh informan sebelumnya. Cara ini banyak
observasi atau dokumen apa atau sebanyak apa dokumen yang perlu dikaji.
4. Sampling Waktu. Sampling waktu adalah waktu tertentu (Minggu, bulan atau
tujuan penelitian. Key Informan yang ditunjuk adalah orang yang terlibat langsung
39
Kecamatan Batauga Kabupaten Buton Selatan sehingga mampu memberikan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Menurut Yusuf
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab
mewawancarai, motivasi yang tinggi dan rasa aman artinya tidak ragu dan
yang sangat efektif untuk mengetahui apa yang dilakukan orang dalam
konteks tertentu, pola rutinitas, dan pola interaksi dari kehidupan sehari-hari.
seseorang tentang sesuatu yang sudah berlalu. Dokumen tentang orang atau
sekelompok orang, peristiwa atau kejadian dalam situasi sosial yang sesuai
40
dan terkait dengan fokus penelitian adalah sumber informasi yang berguna
muka dengan nara sumber dan menanyakan langsung tentang suatu obyek yang
diteliti dan telah dirancang sebelumnya. Peneliti juga akan melakukan observasi
dengan melihat, mendengar atau merasakan informasi yang ada secara langsung
sehigga peneliti dapat mengolah informasi yang ada. Selain itu peneliti
menggunakan studi dokumen untuk menggali berbagai informasi dan data faktual
Menurut Sugiyono dalam Anggito (2018) analisis data kualitatif yaitu proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain.
41
Menurut Miles dan Hubermen dalam Agustinova (2015) analisis data
a. Tahap reduksi data. Reduksi data adalah proses penyempurnaan data, baik
terhadap data yang kurang perlu atau tidak relevan, maupun penambahan
kalimat yang singkat-padat dan mudah dipahami, serta dilakukan dengan cara
dari fenomena yang ada di lapangan. Dengan data yang diperoleh dari lapangan
42
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk
fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda.
1. Triangulasi metode adalah mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda, misalnya data diperleh dengan wawancara, lalu dicek
dengan cara menggunakan lebih dari satu orang peneliti dalam pengumpulan
peneliti tunggal.
cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Data berbagai
sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari sumber-sumber itu, tidak
43
kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan sumber-sumber data
tersebut. Dalam triangulasi sumber data perlu diperhatikan adanya tiga tipe
triangulasi yaitu triangulasi metode dan triangulasi sumber data. Alasan peneliti
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 (empat) bulan dengan rincian tahap dan
Bulan (2020)
No Kegiatan Ket
Juni Juli Agst Sep Okt
1 Tahap Persiapan
a. Penyusunan Proposal
b. Bimbingan Proposal
c. Seminar Proposal
d. Revisi Proposal
2 Tahap Pelaksanaan
a. Pengumpulan Data
b. Analisis Data
3 Tahap Penyusunan
Laporan
a. Pengumpulan Hasil
b. Penulisan Tesis
c. Bimbingan Tesis
d. Ujian Tesis
e. Revisi Tesis
44
DAFTAR PUSTAKA
Anggito, Albi dan Johan Setiawan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Suka
Bumi : CV. Jejak.
Lubis, S.B. Hari (dkk); Husein, Martani. 1987. Teori Organisasi (suatu
pebdekatan makro). Jakarta : Pusat Antar Universitas Ilmu-Ilmu Sosial
Universitas indonesia.
Sugiarto, Eko. 2015. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi dan Tesis.
Yogyakarta : Suaka Media.
Mindarti, Lely Indah. 2016. Aneka Pendekatan dan Teori Dasar Administrasi
Publik. Malang : UB Press.
Sugiarto, Eko. 2015. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi dan Tesis.
Yogyakarta : Suaka Media.
Fajri, Tasbih. 2015. Skripsi. Peranan Kepala Desa Dalam Pengelolaan Bandan
Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa Labbo Kecamatan Tompobulu
Kabupaten Bantaeng. Makassar. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin.
46
Windi Sari, Yuliana. 2017. Tesis. Praktik Sosial Kelembagaan Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) Artha Guna di Desa Kedensari Kecamatan
Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo. Surabaya. Magister Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga.
Rosa Ratna Sri Anggraeni, Maria. 2016. Skripsi. Peranan Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes) pada kesejahteraan masyarakat pedesaan (studi pada
BUMDes di Gunung Kidul, Yogyakarta). Yogyakarta. Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Amri, Kairul. 2015. Tesis. Evaluasi program Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes). Riau. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
47
Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 (berubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 tahun 2015) tentang petunjuk pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 tahun 2010 tentang Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 tahun 2010 tentang Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes)
Peraturan Menteri Desa Nomor 4 tahun 2015 tentang Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes)
A. SUMBER LAIN
http://bumdes.id/tahapan-pendirian-bumdes
http://bumdes.id/downloads/
www.bumdes.id
blog.bumdes.id/2017/05/tahapan-tata-cara-pembentukan-bumdes/
www.infodesa.com
risehtunong.blogspot.com/2017/08/pedoman-penyusunan-ad-art-bumdes.html
48
Murbani.L.Tacnica Aprilia dan Nugraha. Ditho. 2015. Kuliah publik.
Bolgspot.com/2015/04/teori-intitusional.html.
Dhedi-irawan.blogspot.com/2012/03/pendekatan-institusional-dalam.html
Ejournal.uin-suska.ac.id/indeks-php/elriyasah/article/view/656/610.
Repository.unair.ac.id/68328/3/is0%2003-17%20sar%20rp%20jurnal.pdf
49