daniel
KATA PENGANTAR
menjadi manusia yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya, karena “sebaik-baik manusia
adalah yang bermanfaat bagi orang lain”.
Gunarwanto
NIP 196608111996031001
Badiklat PKN ii
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... I
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ III
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 5
A. Tugas BPK................................................................................................. 24
B. Fungsi BPK................................................................................................ 25
C. Kewajiban BPK ........................................................................................ 26
D. Wewenang BPK ........................................................................................ 27
BAB V HUBUNGAN DAN KERJA SAMA BPK DENGAN PEMANGKU KEPENTINGAN .................. 30
A. Hubungan dan Kerja Sama BPK dengan Lembaga Instansi Pemerintah Lain
.................................................................................................................. 30
B. Hubungan dan Kerja Sama BPK dengan Lembaga Nonpemerintah dan Media
Massa ....................................................................................................... 34
BAB VI HUBUNGAN DAN KERJA SAMA BPK DENGAN LEMBAGA INTERNASIONAL .................37
BAB VII ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN ...............................53
Badiklat PKN iv
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
sebagai salah satu Lembaga Tinggi Negara
lahir dengan ditetapkannya Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (UUD 1945). Dalam Pasal 23 E
Ayat (5) UUD 1945 disebutkan bahwa
“untuk memeriksa tanggung jawab tentang
keuangan negara diadakan suatu Badan
Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang”. Sebagai
perwujudan atas ayat tersebut, berdirilah BPK pada tanggal 1 Januari 1947 berdasarkan
penetapan Pemerintah No. 11/OEM tanggal 28 Desember 1946. Sejak saat itu, tanggal 1
Januari diperingati sebagai hari jadi BPK.
Seiring dengan perjalanan sejarah, BPK juga mengalami liku-liku perubahan.
Tugas, kewajiban, susunan dan tata kerja BPK pertama kali tetapkan pada masa revolusi
fisik (1947-1950), kemudian berlanjut sampai masa reformasi (1998-sekarang). Undang-
Undang tentang BPK terakhir kali ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 15 tahun
2006. Saat ini, BPK sedang menyempurnakan tugas dan fungsi pelaksana BPK sebagai
tindak lanjut atas Undang-Undang dimaksud.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK, organisasi BPK
terdiri atas:
1. Badan Pemeriksa Keuangan, terdiri dari seorang Ketua merangkap Anggota, seorang
Wakil Ketua merangkap Anggota, dan 7 (tujuh) orang Anggota.
2. Pelaksana BPK, yang terdiri atas Sekretariat Jenderal, unit pelaksana tugas
pemeriksaan, unit pelaksana tugas penunjang, perwakilan, pemeriksa, dan pejabat
lain yang ditetapkan oleh BPK sesuai dengan kebutuhan.
Lebih lanjut, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 mengatur mengenai mandat
dan wewenang BPK. Dalam menjalankan mandat dan wewenangnya, BPK mempunyai
hubungan kerja diantaranya hubungan kerja antara Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota,
hubungan kerja antara BPK dan Pelaksana BPK, hubungan kerja antara BPK dan Majelis
Tuntutan Perbendaharaan, hubungan kerja antara BPK dan Majelis Kehormatan Kode
Etik, hubungan antara BPK dan Pemangku Kepentingan. Agar mandat dan wewenang BPK
dapat dilaksanakan dengan baik, perlu didukung oleh tata kerja dan struktur organisasi
yang efektif. Melalui modul ini disusunlah mata ajar Sejarah, kedudukan, Struktur
Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) BPK agar peserta diklat khususnya pegawai baru,
mengetahui sejarah latar belakang berdirinya BPK dan perubahannya serta tugas,
wewenang, kedudukan, struktur organisasi dan tata kerja.
Badiklat PKN 5
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
B. Tujuan
Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada peserta diklat mengenai
sejarah, kedudukan, SOTK BPK RI.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup modul ini adalah materi tentang sejarah, kedudukan, SOTK BPK RI
mulai dari sejarah/latar belakang, dasar hukum, kedudukan BPK dalam susunan
ketatanegaraan, tugas, fungsi, dan tanggung jawab BPK terkait dengan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara, serta hubungan dan kerja sama BPK dengan lembaga
lain baik di dalam maupun di luar negeri. Selain itu, membahas materi tentang pengertian
Badan, yang meliputi susunan, tugas, wewenang, dan bidang tugas serta tata kerja
organisasi dan tata pelaksana BPK, tata hubungan badan dan pelaksana BPK, hubungan
kerja antar satker serta pengenalan pejabat/pimpinan di BPK.
D. Pengguna
Pengguna modul ini adalah peserta diklat yang berasal dari CPNS BPK RI.
E. Konsep Dasar
1. Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau;
2. Kedudukan adalah tempat kediaman atau posisi;
3. Tugas adalah sesuatu yang wajib dikerjakan atau yang ditentukan untuk dilakukan;
4. Fungsi adalah pekerjaan yang dilakukan;
5. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan;
6. Wewenang adalah hak dan kekuasaan untuk bertindak;
7. Organisasi; Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, organisasi adalah kesatuan
(susunan dan sebagainya) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dan sebagainya)
dalam perkumpulan dan sebagainya untuk tujuan tertentu atau kelompok kerja sama
antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama;
8. Struktur Organisasi; adalah sistem formal tentang hubungan tugas dan wewenang
yang mengendalikan bagaimana tiap individu bekerja sama dan mengelola sumber
daya yang ada untuk mewujudkan tujuan organisasi;
9. Pelaksana BPK; Pelaksana BPK adalah unit organisasi di lingkungan BPK yang
membantu Badan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya yang terdiri atas
Sekretariat Jenderal, unit pelaksana tugas pemeriksaan, unit pelaksana tugas
penunjang, perwakilan, Pemeriksa, dan pejabat lain yang ditetapkan oleh BPK sesuai
dengan kebutuhan;
Badiklat PKN 6
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
F. Sistematika Penyusunan
Modul ini disajikan dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup,
pengguna, konsep dasar, dan sistematika penyusunan modul.
Badiklat PKN 7
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Masa
Orde Baru
1966 -
Masa 1998
Demokrasi
Liberal
1950 - 1959
Masa Era Reformasi
Demokrasi 1998 -
Terpimpin sekarang
Pembentukan 1959 - 1966
Awal Masa Revolusi
1945 - 1947 Fisik
1947 -1950
Badiklat PKN 8
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Di waktu yang sama dengan penetapan berdirinya BPK, diterbitkan pula Surat
Keputusan Pengangkatan R. Soerasno sebagai Ketua BPK, bersama Aboetari sebagai
Anggota dan Djunaedi sebagai Sekretaris BPK. Sebulan setelah pengangkatan sebagai
Ketua, R. Soerasno mengangkat enam orang sehingga di awal berdirinya, BPK hanya
mempunyai sembilan orang pegawai.
Untuk memulai tugasnya, BPK dengan suratnya tanggal 12 April 1947 Nomor
94-1 telah mengumumkan kepada semua instansi di Wilayah Republik Indonesia
mengenai tugas dan kewajibannya dalam memeriksa tanggung jawab tentang
Keuangan negara, untuk sementara masih menggunakan peraturan perundang-
undangan yang dulu berlaku bagi pelaksanaan tugas Algemene Rekenkamer (Badan
Pemeriksa Keuangan Hindia Belanda), yaitu ICW (Indische Comptabiliteits Wet) dan IAR
(Instructie en verdere bepalingen voor de Algemene Rekenkamer).
Tanggal 6 November 1947, diterbitkan Surat Penetapan Pemerintah Nomor
6/48 yang antara lain menetapkan bahwa BPK berkedudukan di Yogyakarta. Dengan
terbitnya surat ini, kantor BPK berpindah dari Magelang ke Yogyakarta.
2. Masa Revolusi Fisik (1947-1950)
Pada masa revolusi fisik, pelaksanaan tugas, kewajiban, susunan dan tata kerja
BPK RI masih didasarkan pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku bagi
algemene rekenkamer (BPK Hindia Belanda) yaitu indische comptabiliteitswet (ICW) dan
indische bedrijvenwet (IBW). Penerapan peraturan perundangan-undangan tersebut
berdasarkan Aturan Peralihan Pasal II UUD 1945. Kondisi masa revolusi fisik pada awal-
awal masa kemerdekaan, memaksa kedudukan kantor BPK berpindah-pindah dan
terakhir bertempat di Jalan Tugu Nomor 2 Yogyakarta. Pada waktu terbentuk negara
Republik Indonesia Serikat (RIS), BPK berubah menjadi Dewan Pengawas Keuangan.
3. Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)
Pada masa demokrasi liberal, peraturan perundangan-undangan yang
mengatur tentang BPK RI adalah Pasal 115 Konstitusi RIS. Konstitusi ini
mengamanatkan pembentukan Dewan Pengawas Keuangan (DPK). DPK
berkedudukan di bogor, yang keanggotaannya terdiri atas unsur-unsur BPK RI di
Yogyakarta dan algemene rekenkamer di Bogor. Pada tanggal 15 Agustus 1950,
Badiklat PKN 9
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Konstitusi RIS diganti dengan UUDS 1950. Berdasarkan hasil perundingan antara DPK
di Bogor dan BPK RI di Yogyakarta disepakati bahwa kedua institusi tersebut digabung
dengan nama DPK RI yang berkedudukan di Bogor, dan BPK RI di Yogyakarta menjadi
perwakilan DPK RI.
4. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966)
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 menyatakan bahwa UUD 1945 berlaku kembali.
Dengan demikian, BPK RI yang dibentuk berdasarkan UUDS 1950 dikembalikan menjadi
BPK RI. Pada masa ini pengaturan tugas, kewajiban, wewenang, susunan dan tata kerja
BPK RI ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
Nomor 7 Tahun 1963. Pada tanggal 2 Mei 1964 dikeluarkan Perpu Nomor 6 Tahun 1964,
kemudian tanggal 23 Agustus 1965 ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 17
tahun 1965. Berdasarkan Undang-Undang tersebut sebutan BPK RI menjadi BPK RI
Gaya Baru.
5. Masa Orde Baru (1966-1998)
Dengan ditetapkannya TAP MPRS Nomor X/MPRS/1966 tentang kedudukan
semua Lembaga Negara Tingkat Pusat dan Daerah pada posisi dan fungsi yang diatur
dalam UUD 1945 dan TAP MPRS Nomor XIX/MPRS/1996 tentang peninjauan kembali
produk negara di luar produk MPRS yang tidak sesuai lagi dengan UUD 1945, maka UUD
Nomor 17 Tahun 1965 tentang BPK Gaya Baru ditinjau kembali.
a. Berdasarkan TAP MPR Nomor VI/MPR/1973 tentang kedudukan dan hubungan
tata kerja Lembaga Tinggi Negara dengan atau antar Lembaga-Lembaga Tinggi
Negara, maka ditetapkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1973 tentang BPK RI
yang meliputi:
1) Pasal 1:
Badan Pemeriksa Keuangan adalah Lembaga Tinggi Negara yang dalam
pelaksanaan tugasnya terlepas dari pengaruh dan kekuasaan Pemerintah, akan
tetapi tidak berdiri di atas Pemerintah.
2) Pasal 2:
a) Badan Pemeriksa Keuangan bertugas untuk memeriksa tanggung jawab
Pemerintah tentang keuangan negara.
b) Badan Pemeriksa Keuangan bertugas untuk memeriksa semua
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
c) pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2)
pasal ini dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-Undang.
d) hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan diberitahukan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.
Badiklat PKN 10
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 11
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 12
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 13
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 14
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 15
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
B. Lambang BPK RI
Badiklat PKN 16
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 17
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
3) Tujuh lembar kelopak bunga teratai juga melambangkan bahwa BPK dalam
melakukan tugasnya senantiasa berlandaskan pada kode etik, Sapta Prasetya
Jati, dan ikrar pemeriksa yang masing-masing berjumlah tujuh lembar.
3. Warna lambang
Garuda Pancasila dan cakra berwarna kuning emas, mempunyai makna
keluhuran dan keagungan BPK sebagai Lembaga Tinggi Negara, sedangkan warna
putih pada kelompok bunga teratai mempunyai makna kesucian, kebersihan, dan
kejujuran.
D. Kepemimpinan BPK RI
Sejak BPK RI berdiri pada tanggal 1 Januari 1947 sampai sekarang ini telah terjadi
beberapa kali pergantian Pimpinan BPK RI. Sekilas mengenai Pimpinan BPK RI dari masa
ke masa adalah sebagai berikut.
1. R. Soerasno (Periode 1947 – 1957);
2. Oey Tien Tion (Periode 1957 – 1957);
3. A. Karim Pringgodigdo (Periode 1957 – 1961);
4. I Gusti Ketut Pudja (Periode 1961 – 1964);
5. Sri Sultan Hamengkubuwono IX (Periode 1964 – 1966);
6. Mayjen TNI Dadang Suprayogi (Periode 1966 – 1973);
7. Umar Wirahadikusumah (Periode 1973 – 1983);
8. M. Yusuf (Periode 1983 – 1993);
9. J.B. Sumarlin (Periode 1993-1998);
10. Satrio Boedihardjo Joedono (Periode 1998 – 2004);
11. Prof. Dr. Anwar Nasution (Periode 2004 – 2009);
12. Drs. Hadi Purnomo, Ak. (Periode 2009 – 2014);
13. Prof. Dr. H. Rizal Djalil, M.M. (2014 – Pergantian Sementara);
14. Prof. Harry Azhar Azis, M.A., Ph.D., CSFA., CFrA. (Periode 2014 –2017);
15. Dr. Moermahadi Soerja Djanegara, S.E, Ak., M.M., C.P.A., CA (Periode 2017 – 2019).
16. Dr. Agung Firman Sampurna, CSFA., CFrA., CGCAE., QGIA. (24 Oktober 2019 –
sekarang)
Dalam Pasal Pasal 15 (1) UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan disebutkan bahwa Pimpinan BPK terdiri atas seorang Ketua dan seorang Wakil
Ketua, (2) Ketua dan Wakil Ketua BPK dipilih dari dan oleh Anggota BPK dalam sidang
Anggota BPK dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal
diresmikannya keanggotaan BPK oleh Presiden, diatur mengenai Pemilihan Pimpinan.
Badiklat PKN 18
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku
Peserta
1. Agung Firman Sampurna memulai karir di BPK sebagai Anggota III pada tahun
2012 - 2013. Pada tahun 2013 – 2014 beliau menjabat sebagai Anggota V BPK RI,
kemudian menjabat sebagai Anggota I BPK RI pada tahun 2014 – 2019. Saat ini
beliau menjabat sebagai Ketua BPK RI.
2. Agus Joko Pramono bergabung sebagai Anggota BPK pada 2013 sebagai
Anggota III. Selanjutnya, pada tahun 2014 – 2019, beliau menjabat sebagai
Anggota II. Saat ini beliau menjabat sebagai Wakil Ketua BPK RI.
3. Hendra Susanto berasal dari pejabat karier di BPK sebagai auditor BPK RI.
Terakhir beliau menjabat sebagai Kepala Auditorat IB. Sejak 2019 menjabat
sebagai Anggota I BPK RI.
4. Pius Lustrilanang memulai karir di BPK pada tahun 2019 sebagai Anggota II BPK
RI.
5. Achsanul Qosasi memulai karier sebagai Anggota VII BPK RI pada tahun 2014 -
2017. Saat ini beliau menjabat sebagai Anggota III BPK RI.
6. Isma Yatun memulai karier di BPK pada tahun 2017 - 2019 sebagai Anggota V BPK
RI. Saat ini beliau menjabat sebagai Anggota IV BPK RI.
7. Harry Azhar Azis pernah menjabat sebagai Ketua BPK pada periode 2014 – 2017,
kemudian beliau menjabat sebagai Anggota VI BPK RI pada 2017 – November
2021, dan sebagai Anggota V pada November 2021 – Desember 2021. Beliau wafat
pada 18 Desember 2021. Saat ini, pelaksana tugas Anggota V BPK RI dirangkap
oleh Anggota VI BPK RI, sampai dengan adanya pengangkatan Anggota BPK
yang baru.
Badiklat PKN 19
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku
Peserta
8. Nyoman Adhi Suryadnyana memulai karir di BPK pada tahun 2021 sebagai
Anggota VI BPK RI. Saat ini beliau juga menjabat Plt. Anggota V BPK RI.
9. Daniel Lumban Tobing memulai karier di BPK pada tahun 2019 sebagai Anggota
VII BPK RI.
Keterangan:
Riwayat hidup Ketua BPK RI, Wakil Ketua BPK RI, dan Anggota BPK RI secara lebih rinci
dapat dilihat pada Lampiran 1 (sumber dari Biro Sekretariat Pimpinan).
Badiklat PKN 20
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
UUD 1945
MPR
Badiklat PKN 21
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
UUD
1945
Badiklat PKN 22
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan Undang-
Undang.
Sebagai amanat UUD 1945 pasca amandemen maka disusunlah peraturan
perundang-undangan mengenai Keuangan Negara yang terdiri dari tiga buah peraturan,
yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Ketiga peraturan di atas disebut juga sebagai paket Undang-Undang Bidang
Keuangan Negara dan menjadi pegangan atau dasar hukum bagi BPK dalam melakukan
pemeriksaan. Seiring dengan amandemen terhadap UUD 1945, dan terbitnya paket
Undang-Undang bidang Keuangan Negara, maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1973
tentang BPK juga mengalami penyempurnaan. Pada tahun 2006 telah disahkan Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK, yang semakin mempertegas eksistensi BPK
sebagai satu Lembaga Negara yang bebas dan mandiri.
Badiklat PKN 23
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
A. Tugas BPK
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK menjelaskan tugas BPK dalam
Pasal :
Pasal 6 Ayat (1):
BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara yang
dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga negara lainnya, Bank
Indonesia, badan usaha milik negara, badan layanan umum, badan usaha milik daerah, dan
lembaga atau badan lain yang mengelola Keuangan Negara.
Pasal 7 Ayat (1):
BPK menyerahkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan
Negara kepada DPR, DPD, Dan DPRD sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 8 Ayat (1):
Untuk keperluan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
Ayat (1), BPK menyerahkan pula hasil pemeriksaan secara tertulis kepada Presiden,
Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 8 Ayat (3):
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK melaporkan hal tersebut
kepada instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan paling lama 1 (satu) bulan sejak diketahui adanya unsur pidana tersebut.
Pasal 8 Ayat (5):
BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pejabat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan hasilnya diberitahukan secara tertulis kepada
DPR, DPD, Dan DPRD, serta Pemerintah.
Terdapat tiga jenis pemeriksaan yang dilaksanakan oleh BPK, yaitu:
1. Pemeriksaan Keuangan. Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan
keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemeriksaan keuangan ini
dilakukan oleh BPK dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang tingkat
kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah;
Badiklat PKN 24
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
B. Fungsi BPK
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, BPK melakukan empat fungsi utama:
1. Fungsi operasi, BPK melakukan pemeriksaan untuk menilai berbagai aspek dari
pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara. Aspek utama yang dinilai adalah
kewajaran laporan keuangan entitas yang diperiksa (auditee). BPK juga harus menilai
kinerja entitas atau program/kegiatan yang diperiksa. Keandalan sistem pengendalian
intern serta ketertiban administrasi dan ketaatan entitas pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku juga mesti dinilai BPK. BPK juga harus menilai apakah
penggunaan uang negara dilakukan dengan cara-cara yang dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
2. Fungsi rekomendasi dilaksanakan BPK dengan memberikan masukan dan saran kepada
Pemerintah mengenai hal-hal yang bersifat penyempurnaan mendasar, strategis dan
berskala nasional di bidang kinerja dan tanggung jawab Keuangan Negara, termasuk di
dalamnya perbaikan sistem pengelolaan Keuangan Negara dan sistem pengendalian
internal (SPI).
Salah satu contoh fungsi rekomendasi ditunjukkan dengan direkomendasikannya
kenaikan harga tabung gas LPG nonsubsidi pada Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
Tahun 2013. BPK mengungkapkan bahwa Pertamina menanggung kerugian atas bisnis
LPG nonsubsidi ukuran 12 dan 50 kg selama tahun 2011 sampai dengan 2012 sebesar
Rp7,73 Triliun. Pertamina menindaklanjuti dengan menaikkan harga tabung gas LPG
nonsubsidi dengan menyesuaikan dengan daya beli masyarakat.
3. Fungsi quasi yudisial, sesuai dengan kewenangannya BPK melaksanakan proses
Tuntutan Perbendaharaan (TP) terhadap Bendahara yang merugikan negara karena
lalai atau alpa atau bersalah dalam melaksanakan tugasnya, dan memberikan
pertimbangan kepada Pemerintah atas proses Tuntutan Ganti Rugi (TGR) terhadap
Pegawai Negeri bukan Bendahara yang merugikan negara. Selain itu, BPK dapat
memberikan putusan ganti rugi atas kasus kekurangan/kerugian Keuangan Negara
terhadap pegawai negeri yang berkedudukan sebagai Bendahara.
4. Fungsi legislasi di mana BPK dapat menetapkan peraturan pelaksanaan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara yang berkekuatan hukum
mengikat. Contoh salah satu peraturan BPK yang berlaku untuk eksternal adalah
Badiklat PKN 25
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Peraturan BPK RI Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Penyelesaian Ganti Kerugian
Negara Terhadap Bendahara.
C. Kewajiban BPK
Untuk melaksanakan tugas pokoknya, BPK wajib menyerahkan hasil pemeriksaan
Keuangan Negara kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan kewenangannya. Selain itu, BPK juga
menyampaikan hasil pemeriksaan, baik hasil pemeriksaan atas laporan keuangan, hasil
pemeriksaan atas kinerja, maupun hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu kepada
Pemerintah, d.h.i. Presiden/Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, maka BPK wajib segera melaporkan
hal tersebut kepada instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan Rencana Strategis BPK RI Tahun 2020 s.d. 2024 yang ditetapkan
dalam Peraturan BPK Noor 3 Tahun 2020 ditetapkan Visi dan Misi BPK RI, yaitu:
Visi
Menjadi Lembaga Pemeriksa Tepercaya yang Berperan Aktif dalam
Mewujudkan Tata Kelola Keuangan Negara yang Berkualitas dan Bermanfaat
untuk mencapai Tujuan Negara.
Misi
1. Memeriksa tata kelola dan tanggung jawab keuangan negara untuk
memberikan rekomendasi, pendapat, dan pertimbangan;
2. Mendorong pencegahan korupsi dan percepatan penyelesaian ganti
kerugian negara; dan
3. Melaksanakan tata kelola organisasi yang transparan dan
berkesinambungan agar menjadi teladan bagi institusi lainnya.
Penyusunan Visi dan Misi pada Renstra BPK 2020–2024 tetap berpijak pada nilai-nilai dasar
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab BPK. Semua pegawai BPK akan selalu
memegang nilai-nilai dasar yang terdiri dari:
1. Independensi
Nilai independensi selalu dijunjung tinggi dalam pelaksanaan setiap tugas dan tanggung
jawab, baik secara kelembagaan, organisasi, maupun individu. Dalam melaksanakan
setiap penugasan pemeriksaan bebas dalam sikap mental dan penampilan dari
gangguan pribadi, ekstern, dan/atau organisasi yang dapat mempengaruhi
independensi.
2. Integritas
Nilai integritas dibangun dengan mengedepankan sikap yang jujur, objektif, dan tegas
dalam menerapkan prinsip, nilai, dan keputusan.
Badiklat PKN 26
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
3. Profesionalisme
Nilai profesionalisme dikembangkan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian,
ketelitian, dan kecermatan, serta berpedoman kepada standar yang berlaku.
D. Wewenang BPK
Dalam melaksanakan tugasnya, BPK memiliki kewenangan sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK, yaitu:
4. Berdasarkan Pasal 9 Ayat (1), dalam melaksanakan tugasnya, BPK berwenang:
a. Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan,
menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan laporan
pemeriksaan;
b. Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit
organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga negara lainnya, Bank
Indonesia, badan usaha milik negara, badan layanan umum, badan usaha milik daerah,
dan lembaga atau badan lain yang mengelola Keuangan Negara;
c. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di
tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha Keuangan Negara, serta
pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening
koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan
Keuangan Negara;
d. Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan
tanggung jawab Keuangan Negara yang wajib disampaikan kepada BPK;
e. Menetapkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara setelah konsultasi dengan
pemerintah pusat/pemerintah daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara. BPK menetapkan Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara yang ditetapkan dengan Peraturan BPK Nomor 1 Tahun
2017.
f. Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan
Negara. Untuk menegakkan kode etik, BPK membentuk Majelis Kehormatan Kode Etik
(MKKE). Ketentuan lebih lanjut Kode Etik diatur dalam Peraturan BPK Nomor 4 tahun
2018 dan MKKE diatur dengan Peraturan BPK Nomor 5 Tahun 2018;
g. Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja untuk
dan atas nama BPK;
h. Membina Jabatan Fungsional Pemeriksa;
i. Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP); dan
Badiklat PKN 27
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 28
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 29
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
BPK menjalin hubungan dengan lembaga atau badan lain di dalam negeri sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam rangka pelaksanaan tugas
dan wewenang BPK dengan memperhatikan integritas, independensi, dan profesionalisme
BPK. BPK dapat melakukan kerja sama yang dituangkan dalam bentuk kesepakatan bersama
atau perjanjian kerja sama yang ditandatangani oleh Ketua, Wakil Ketua, Anggota, atau
Pelaksana BPK yang ditunjuk setelah mendapat persetujuan Sidang BPK.
A. Hubungan dan Kerja Sama BPK dengan Lembaga Instansi Pemerintah Lain
1. Hubungan antara BPK dengan DPR, DPD, dan DPRD
Badiklat PKN 30
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 31
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Penyampaian IHPS dan LHP kepada DPD diatur dalam Kesepakatan Bersama antara
DPD dengan BPK tentang Tata Cara Penyerahan Hasil Pemeriksaan BPK kepada DPD.
DPD selanjutnya menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK dengan melakukan
pembahasan, mengadakan rapat konsultasi dengan BPK, dan/atau meminta BPK
melakukan pemeriksaan lanjutan yang berkaitan dengan pemeriksaan kinerja dan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Mekanisme rapat konsultasi diatur pula dalam
Kesepakatan Bersama antara DPD dengan BPK tentang Tata Cara Penyerahan Hasil
Pemeriksaan BPK kepada DPD. Selain itu, dalam rangka mengefektifkan pelaksanaan
tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan BPK dalam rangka mewujudkan tata
Kelola pemerintahan yang baik dan bersih oleh pemerintah daerah, DPD dan BPK juga
telah membentuk nota kesepahaman DPD dan BPK tentang Sinergi Pelaksanaan
Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK.
c. Hubungan BPK dengan DPRD
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK memiliki kewajiban untuk
menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah, Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja, Laporan Hasil Pemeriksaan dengan
Tujuan Tertentu, dan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester kepada DPRD, yaitu:
1. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
disampaikan oleh BPK kepada DPRD selambat-lambatnya dua bulan setelah
menerima laporan keuangan dari pemerintah daerah.
2. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I disampaikan oleh BPK kepada DPRD
selambat-lambatnya tiga bulan sesudah berakhirnya Semester I.
3. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II disampaikan oleh BPK kepada DPRD
selambat-lambatnya tiga bulan sesudah berakhirnya Semester II.
Badiklat PKN 32
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
4. Laporan Kinerja dan Laporan Dengan Tujuan Tertentu disampaikan kepada DPRD
setelah Laporan Hasil Pemeriskaan Kinerja dan Laporan Hasil Pemeriksaan
Dengan Tujuan Tertentu selesai disusun dan/atau bersamaan dengan IHPS.
DPRD menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK dengan melakukan
pembahasan, mengadakan rapat konsultasi dengan BPK, menjadikannya sebagai
bahan pertimbangan dalam menilai pertanggungjawaban anggaran pendapatan
dan belanja daerah oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membuat
rumusan usulan tertentu kepada Pemerintah Daerah berkaitan dengan tindak lanjut
hasil pemeriksaan. Mekanisme koordinasi dan konsultasi dengan BPK diatur dengan
kesepakatan bersama antara BPK dan DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota tentang Tata
Cara Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK kepada DPRD
Provinsi/Kabupaten/Kota.
Dalam rangka transparansi dan peningkatan partisipasi publik, laporan hasil
pemeriksaan yang sudah disampaikan kepada Lembaga Perwakilan dinyatakan
terbuka untuk umum. Dengan demikian, masyarakat dapat memperoleh
kesempatan untuk mengetahui hasil pemeriksaan, antara lain melalui publikasi dan
situs Web BPK.
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam hal ini adalah Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal di lingkungan
Instansi Pemerintah Tingkat Pusat, serta Inspektorat di Tingkat Daerah, baik di tingkat
Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Selain itu terdapat pula Satuan Pengawas Intern
Badiklat PKN 33
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
(SPI) pada BUMN dan BUMD yang juga melaksanakan tugas dan fungsi mengawasi
tanggung jawab Keuangan Negara di bidang atau wilayah tugasnya masing-masing.
Dalam melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
Keuangan Negara, BPK dapat memanfaatkan hasil pengawasan Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah. Untuk keperluan tersebut, maka laporan hasil pemeriksaan APIP
wajib disampaikan kepada BPK.
Hubungan antara BPK dengan instansi yang berwenang dilakukan dalam hal
hasil pemeriksaan BPK mengungkapkan hal-hal yang menimbulkan dugaan tindak
pidana. Berdasarkan Pasal 14 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, hasil pemeriksaan
tersebut diberitahukan kepada instansi yang berwenang. Pada awalnya instansi yang
berwenang hanyalah Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kejaksaan Agung,
namun saat ini dapat ditambahkan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
sebagai lembaga baru pemberantasan tindak pidana korupsi.
Sampai saat ini BPK telah memiliki kesepakatan bersama yang memuat
mengenai koordinasi antar Lembaga, tata cara penyampaian laporan hasil
pemeriksaan, dan kerja sama lain yang berkaitan dengan tugas dan kewenangan
masing-masing Lembaga. Kesepakatan bersama yang telah dilakukan BPK antara lain
dengan pihak Kejaksaan Agung pada tahun 2000, KPK dan PPATK pada tahun 2006.
Selain itu, BPK sering pula diminta oleh instansi berwenang untuk melakukan
penghitungan kerugian negara sesuai dengan kewenangannya dan untuk
memberikan keterangan sebagai ahli dalam proses peradilan.
B. Hubungan dan Kerja Sama BPK dengan Lembaga Nonpemerintah dan Media Massa
Dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenang BPK dapat menjalin hubungan
dengan organisasi non pemerintah dan organisasi profesi dengan memperhatikan
integritas, independensi dan profesionalisme BPK. Kerja sama dapat dituangkan dalam
bentuk kesepakatan bersama atau perjanjian kerja sama. Kesepakatan bersama atau
perjanjian kerja sama ditandatangani oleh Ketua, Wakil Ketua, Anggota, atau Pelaksana
BPK yang ditunjuk setelah mendapat persetujuan Sidang BPK. Adapun Lembaga Non
pemerintah yang dimaksud antara lain:
1. Non Government Organization (NGO)
BPK berpeluang untuk menjalin hubungan dan kerjasama dengan Lembaga Swadaya
Masyarakat, LSM, Ormas dan Lembaga Non Pemerintah lainnya dalam rangka
mengelola hubungan baik antara BPK dengan pemangku kepentingan dan
meningkatkan pemahaman pemangku kepentingan atas tugas dan wewenang BPK
Badiklat PKN 34
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
guna meminimalisir intensitas unjuk rasa ke BPK dan Pengaduan masyarakat kepada
BPK.
2. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Profesi/Asosiasi Profesi
Hubungan kerjasama antara BPK dengan lembaga pendidikan dan lembaga
profesi/asosiasi profesi dilakukan karena BPK memiliki nilai dasar Profesionalisme
yang terkait dengan pemutakhiran kompetensi melalui pembelajaran
berkesinambungan, dimana suatu profesi memiliki standar dan kode etik yang
dikelola dan selalu dikembangkan oleh Lembaga Profesi.
Salah satu mitra BPK dalam pembinaan Pemeriksa adalah organisasi profesi
Pemeriksa. Pendirian organisasi profesi Pemeriksa difasilitasi oleh BPK sebagai
instansi pembina Jabatan Fungsional Pemeriksa. Hubungan kerja antara organisasi
profesi Pemeriksa dengan BPK dilaksanakan dalam bentuk antara lain pemberian
masukan atas pengembangan Kode Etik Pemeriksa, pemberian masukan dalam
penyusunan perangkat lunak pemeriksaan, pemberian masukan dalam
pengembangan kompetensi Pemeriksa, serta pemberian advokasi kepada
Pemeriksa. BPK melaksanakan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan tugas dan
fungsi organisasi profesi Pemeriksa.
3. Media Massa
BPK melaksanakan kegiatan hubungan dan kerjasama dengan media massa untuk
mendukung pelaksana tugas dari BPK dalam rangka memberikan informasi publik
dan pemahaman tentang pelaksanaan tugas dan wewenang BPK. Yang dapat
memberikan informasi dan/atau penjelasan kepada media adalah Ketua, Wakil Ketua,
Anggota dan/atau Pelaksana BPK yang ditunjuk. Pemberian informasi/penjelasan
terkait hasil pemeriksaan dapat dilakukan setelah hasil pemeriksaan diserahkan
kepada lembaga perwakilan. Hubungan BPK dengan media massa difasilitasi oleh
Sekretariat Jenderal.
BPK mengelola informasi dari masyarakat dalam rangka pelaksanaan tugas dan
wewenang BPK. Sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Negara yang menyatakan
bahwa dalam merencanakan tugas pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1), BPK dapat mempertimbangkan informasi dari pemerintah, bank sentral, dan
masyarakat. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik. Setiap Badan Publik mempunyai kewajiban untuk
membuka akses atas informasi publik yang berkaitan dengan Badan Publik tersebut untuk
masyarakat luas, dengan membuka akses publik terhadap informasi diharapkan Badan
Publik termotivasi untuk bertanggung jawab dan berorientasi pada pelayanan rakyat yang
sebaik-baiknya. Dengan demikian, hal itu dapat mempercepat perwujudan pemerintahan
yang terbuka yang merupakan upaya strategis mencegah praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN), dan terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance).
Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik, BPK sebagai Badan Publik wajib menyediakan,
memberikan, dan/atau menerbitkan informasi publik yang berada di bawah
Badiklat PKN 35
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 36
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
BPK tidak hanya bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Dalam hal kelembagaan dan sumber
daya, BPK berupaya meningkatkan kapasitas organisasi dan profesionalisme para
pemeriksanya untuk meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan. Tuntutan pemeriksaan yang
semakin meningkat dan kompleks, BPK harus dapat mengembangkan konsep dan praktik
pemeriksaannya sesuai dengan praktik-praktik pemeriksaan yang baik (best practice) di
komunitas internasional. Hal ini telah ditempuh BPK dengan cara menjalin hubungan dan
kerja sama dengan organisasi Lembaga Pemeriksa Internasional maupun dengan Lembaga
Internasional lainnya dan dengan menjalin kerjasama bilateral.
Hubungan dan kerjasama BPK tersebut berupa:
a. Hubungan dan kerjasama dengan organisasi lembaga pemeriksa internasional;
b. Hubungan dan kerjasama dengan lembaga pemeriksa negara lain;
c. Hubungan dan kerjasama dengan lembaga internasional;
d. Hubungan dan kerjasama internasional lainnya antara lain dengan menjadi external
auditor pada lembaga-lembaga PBB.
Hubungan dan kerjasama internasional dilakukan berdasarkan manfaat yang
diperoleh BPK dan dilaporkan secara tertulis kepada Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota. Dalam
melakukan hubungan dan kerjasama internasional, BPK dapat melakukan kerja sama yang
dituangkan dalam bentuk kesepakatan bersama atau perjanjian kerja sama yang
ditandatangani oleh Ketua dan Wakil Ketua setelah mendapat persetujuan Sidang BPK. BPK
dan/atau Pelaksana BPK dapat mengikuti kegiatan internasional lainnya berdasarkan manfaat
yang diperoleh BPK dengan mempertimbangkan ketersediaan anggaran dan dilaporkan
secara tertulis kepada Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota.
Di tingkat internasional, BPK telah meningkatkan peran dan kontribusinya dengan
terpilihnya salah satu pemeriksa BPK, Sdr. Amri Lewa, untuk menjadi anggota independent
external auditor untuk International Anti Coruption Academy (IACA) pada 2 April 2015 untuk
Tahun Buku 2015 – 2016 bersama dengan pemeriksa dari SAI Austria dan Rusia. Pada tahun
2017, telah dilakukan pemeriksaan atas laporan keuangan IACA tahun buku 2016. Pada
periode berikutnya, BPK Kembali dipercaya IACA dengan ditunjuknya Sdr. Thomas Gatot
Hendarto sebagai anggota independent external auditor IACA sebagai dengan pemeriksa dari
SAI Rusia dan Thailand untuk melakukan pemeriksaan Laporan Keuangan IACA tahun 2018 –
Badiklat PKN 37
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
2020.
Berkenaan dengan kiprah BPK dalam pemeriksaan internasional, BPK juga menjadi
anggota panel external auditor PBB yang bertugas sebagai lembaga pemeriksa untuk badan-
badan dalam komunitas PBB. Pada 61st Session of the UN Panel of External Auditors yang
diselenggarakan di New York, Amerika Serikat, 7 Desember 2021, BPK mendapat kepercayaan
untuk menjadi Vice-Chair periode tahun 2022, Bersama SAI Chile sebagai the Chair of the Panel
of the External Auditor. BPK juga berperan sebagai external auditor bagi Badan Atom Dunia
atau International Atomic Energy Agency (IAEA) untuk periode 2017 – 2019. Hal ini merupakan
bentuk kepercayaan dunia internasional kepada BPK. (Warta Pemeriksa, 2018). Sebelumnya,
pada sidang umum ke-59 IAEA di Wina, Austria tanggal 17 September 2015, BPK-RI terpilih
sebagai external auditor IAEA untuk tahun buku 2016 dan 2017. Selama tahun 2017, BPK-RI
telah melakukan pemeriksaan laporan keuangan dan kinerja IAEA untuk tahun buku 2016.
Selanjutnya, pada 29 November 2019 dalam Sidang Majelis International Maritime
Organization (IMO) ke-31, BPK terpilih sebagai external auditor IMO periode 2020 – 2023.
Melalui perannya ini, BPK bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan IMO. Berikut akan dipaparkan kiprah BPK dalam organisasi-organisasi (lembaga)
pemeriksa internasional dan regional.
Badiklat PKN 38
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
(INCOSAI) di Beijing, RRC, BPK RI diresmikan sebagai Ketua Kelompok Kerja Audit
Lingkungan Sedunia (Working Group on Environmental Auditing/WGEA). Alih kepemimpinan
WGEA dari Estonia ke Indonesia ditandai dengan penandatanganan berita acara oleh Ketua
SAI Estonia Alar Karis dan Ketua BPK RI Hadi Poernomo di China National Convention Center.
Indonesia merupakan negara Asia pertama yang memimpin organisasi WGEA. Sebelumnya,
WGEA dipimpin oleh Belanda, Kanada, dan Estonia.
Selanjutnya, BPK kembali terpilih untuk memimpin Kelompok Kerja tersebut untuk
periode 2017-2019. Selain itu, BPK juga terlibat pada hampir seluruh Working Group INTOSAI
lainnya, yaitu Working Group on Fight Against Corruption and Money Laundering (WGFACML),
Working Group on Sustainable Development Goals and Key Sustainable Indicators (WGSDG
KSDI), Working Group on Public Debt (WGPD), Working Group on Information Technology Audit
(WGITA), Working Group on Audit of Extractive Industries (WGAEI), Working Group on Financial
Modernization and Regulatory Reform (WGFMRR), Working Group on Value and Benefits of SAIs
(WGVBS), Working Group on Impacts of Science and Technology on Auditing (WGISTA), dan
termasuk saat ini BPK juga bergabung dengan Working Group on Big Data (WGBD) yang
sejalan dengan arah BPK menjadi IT-driven organization.
Kinerja BPK sebagai Ketua INTOSAI WGEA diantaranya dibuktikan dengan
keberhasilan Tim Pokja WGEA menyelesaikan pembuatan Modul Forestry Audit yang dapat
digunakan sebagai panduan oleh negara lain dalam melakukan audit hutan di negaranya. BPK
RI telah sukses menyelenggarakan International Training On Forestry Audit di Pusdiklat
Kalibata sebanyak enam kali penyelenggaraan, yaitu pada tahun 2014, 2015, 2016, 2017, 2018
dan 2019, yang diikuti oleh berbagai negara. Selain itu, BPK juga aktif dalam forum-forum
dunia terkait Sustainable Development Goals (SDGs) dan pemeriksaannya, dimana BPK terlibat
dalam pengembangan pedoman pemeriksaan SDGs di lingkungan INTOSAI, yaitu INTOSAI
KSC – IDI Audit Guidance on SDGs Preparedness (Warta Pemeriksa, 2018). BPK juga terpilih
menjadi Wakil Ketua Working Group on Accountability for and Audit of Disaster-related Aid
(WGAADA) dan menyusun ISSAI 5520 – audit on disaster related aid yang dijadikan pedoman
bagi SAI anggota INTOSAI dalam mengaudit dana bantuan bencana. Selain itu, BPK juga
berkesempatan menjadi anggota Forum for INTOSAI Professional Pronouncements pada 2015-
2018, yang bertugas menyelaraskan panduan audit internasional dan pengadopsiannya di
badan pemeriksa negara terkait.
Peran BPK lainnya adalah menjadi project leader penyusunan Data Analytics Guideline
di bawah kerangka INTOSAI Working Group on IT Audit (WGITA) pada tahun 2017 – 2019 dan
project leader penyusunan research project on innovative auditing technology di bawah
kerangka INTOSAI Working Group on Big Data (WGBD). Di INTOSAI Development Initiative
(IDI), Wakil Ketua BPK, Dr. Agus Joko Pramono terpilih menjadi anggota IDI Board untuk
periode tahun 2020 sd 2023. Sebagai anggota IDI Board, Dr. Agus Pramono berperan untuk
memberikan strategic direction atas kegiatan yang akan dilakukan oleh IDI. Selain itu, BPK
juga pernah mengirimkan secondee ke IDI selama tiga tahun sebagai Manager kegiatan SDGs
yang bertanggungjawab untuk mengelola kegiatan dan inisiatif IDI terkait SDGs.
Badiklat PKN 39
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
BPK juga telah memiliki tujuh ISSAI certified facilitator dalam bidang audit kinerja,
keuangan, dan compliance dan telah mengirimkan trainer ke berbagai seminar dan workshop
internasional terkait tema pemeriksaan kinerja, audit bencana, IT audit, dan sebagainya.
Badiklat PKN 40
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
dan mendukung tiga tujuan utama politik dan perlindungan ASEAN, yaitu demokrasi, hak
asasi manusia dan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).
ASEANSAI diharapkan dapat berperan pada tata kelola pemerintahan yang baik dan
merealisasikan tujuan peningkatan kapasitas dan kontribusi positif pada komunitas ASEAN.
Karena kebutuhan ini, tiga inisiator ASEANSAI, yaitu:
1. BPK RI (Bapak Hadi Poernomo),
2. Jabatan Audit Negara Malaysia (Bapak Tan Sri Dato’ Setia Haji Ambrin Bin Buang), dan
3. Jabatan Audit Brunei Darussalam (Bapak Dato Paduka Awang Haji Mahadi Bin Haji
Ibrahim)
beserta tujuh SAI negara-negara ASEAN lainnya sepakat untuk mendirikan sebuah organisasi
bernama ASEAN Supreme Audit Institutions (ASEANSAI) pada tanggal 16 November 2011 di
Bali, Indonesia. ASEANSAI merupakan organisasi profesi yang otonom, mandiri dan non-
politik yang terdiri atas negara-negara ASEAN berikut:
Badiklat PKN 41
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Pangiran Haji Abdul Rahman Bin Pangiran Haji Mat Salleh untuk periode 2013--2015.
Selanjutnya pada tahun 2015 Jabatan Ketua ASEANSAI diteruskan oleh Auditor General Of
Cambodia, Mrs. Som Kim Suor untuk periode 2015-2017. Saat ini BPK dipercaya sebagai
Long Term Secretariat ASEANSAI untuk periode 2018-2023, dan pada tahun 2020 BPK
diangkat menjadi Ketua Task Force on ASEANSAI Legal Capacity (TFALC).
Badiklat PKN 42
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
System and Practice. Adapun bentuk kegiatan kerja sama meliputi high level
visit/senior management dialogue (SMD), training, workshop, secondment, short term
attachment, deployment: performance and financial audit, knowledge sharing session,
mentoring, dan sebagainya.
2. Kerja sama dengan Jabatan Audit Negara (JAN) Malaysia
MoU kerja sama bilateral BPK RI dan Jabatan Audit Negara (JAN) Malaysia
ditandatangani pada 4 November 2007 dan diperbarui pada 12 Februari 2017. Saat ini
BPK dan JAN Malaysia sedang memproses penandatanganan MoU terbaru. Kerja
sama bilateral kedua institusi bertujuan untuk menguatkan, meningkatkan dan
mengembangkan kerangka kerja sama dan efisiensi hubungan kerja sama timbal balik
antara kedua SAI di bidang audit sektor publik. Lingkup area kerja sama antara lain
metodologi pemeriksaan, peningkatan kapasitas pegawai, teknologi informasi,
manajemen SDM, manajemen diklat, pemeriksaan lingkungan, pemeriksaan SDGs,
pemeriksaan infrastruktur dan area-area lain yang disepakati bersama. Kegiatan-
kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain pertemuan teknis, secondment pegawai
BPK ke JAN Malaysia, training, workshop, parallel audit dan social interaction program.
3. Kerja sama dengan National Audit Office Of The People’s Republic of China (CNAO)
Memorandum of Understanding (MoU) kerja sama bilateral BPK RI dan CNAO
ditandatangani pada 25 Mei 2009 di Beijing, China. Tujuan kerja sama ini adalah untuk
menguatkan, meningkatkan dan mengembangkan kerangka kerja sama dan efisiensi
hubungan timbal balik kedua institusi di bidang pemeriksaan sektor publik. Area kerja
sama meliputi IT Audit, IT to Support Audit, pemeriksaan organisasi internasional,
quality assurance, pemeriksaan kinerja, pemeriksaan investigatif, monitoring tindak
lanjut, dan pemeriksaan lingkungan hidup serta area-area lain yang disepakati
bersama. Kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain joint workshop, seminar
bilateral, study visit, dan kunjungan tingkat tinggi.
4. Kerja sama dengan Supreme Audit Court of the Islamic Republic of Iran (SAC Iran)
MoU kerja sama bilateral BPK RI dan SAC Iran ditandatangani pada 16 Juni 2008. Saat
ini kedua institusi sedang dalam proses memperbarui MoU tersebut. Kerja sama
bilateral BPK dan SAC Iran dilatarbelakangi kesamaan sebagai negara penghasil
minyak bumi, homogenitas penduduk yang mayoritas Muslim, dan adanya kesamaan
tugas dan tanggung jawab sebagai SAI. Awalnya kerja sama bilateral ini meliputi kerja
sama dalam audit perminyakan, dan berkembang ke topik audit lingkungan hidup,
electronic audit, training management, perpajakan, audit quality assurance, dan
pemeriksaan perguruan tinggi, serta serta area-area lain yang disepakati bersama.
Bentuk kegiatan yang telah dilaksanakan hingga saat ini yaitu joint seminar, workshop,
training, serta kunjungan tingkat tinggi.
5. Kerja sama dengan The Accounts Chamber of the Russian Federation (ACH Russia)
MoU kerja sama bilateral antara BPK RI dan ACH Russia diltandatangani pada 6
September 2007 di Jakarta dan diperbarui pada tanggal 16 Januari 2019 di Moscow.
Tujuan kerja sama ini adalah untuk menyediakan kerangka kerjasama dan
peningkatan efisiensi hubungan timbal balik antara BPK dan ACH Russia. Kerja sama
ini meliputi pertukaran informasi dan pengalaman dalam pengembangan metode
Badiklat PKN 43
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 44
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 45
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 46
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Selain melaksanakan kerja sama bilateral dengan SAI Counterpart berdasarkan MoU
atau kesepakatan sebelumnya, BPK juga berhubungan secara bilateral dengan SAI-SAI lain
yang pada umumnya ditujukan untuk pengembangan kapasitas BPK secara organisasi,
diantaranya dengan ARK Belanda, OAG Canada, Riksrevisjonen Norwegia, OAG Myanmar,
TCA Turki, Bundesrechnungshof Jerman, Cour des Comptes Perancis, SAI Italia, US GAO, dan
European Court of Auditor.
Badiklat PKN 47
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 48
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 49
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
pada 8 Maret 2011. Akademi ini didedikasikan untuk peningkatan pengetahuan dan
kemampuan praktek di bidang anti korupsi dan pemberdayaan para profesional untuk
menghadapi tantangan di masa depan. Akademi ini menawarkan pelatihan yang
terstandardisasi, program gelar akademik, dan kegiatan benchmarking untuk berbagi
pengetahuan dan pengalaman di bidang anti-korupsi.
Pemeriksa BPK, Bapak Amri Lewa, terpilih menjadi tim joint external auditor untuk
laporan keuangan IACA tahun buku 2015-2016. Selanjutnya, Bapak Thomas Gatot
Hendarto, terpilih sebagai bagian dari tim Independent External Auditor IACA bersama
dengan pemeriksa dari SAI Rusia dan SAI Thailand untuk melaksanakan pemeriksaan
laporan keuangan IACA tahun buku 2018-2021. Di dalam tim independent external
auditor tersebut, Sdr. Thomas Gatot Hendarto dipercaya sebagai spokesperson tim.
Penunjukan kembali BPK ini makin meningkatkan peran dan keberlangsungan
keterwakilan Indonesia di organisasi-organisasi internasional. Diharapkan BPK dapat
mendorong makin terwujudnya transparansi dan akuntabilitas di berbagai organisasi
internasional di masa yang akan datang.
2. International Atomic Energy Agency (IAEA)
Sebagai upaya mengembangkan kapasitas BPK secara institusional dan meningkatkan
kiprahnya di dunia internasional, berawal dari informasi yang diperoleh dari Kedutaan
Besar Republik Indonesia di Wina Austria, pada tahun 2015 BPK mengikuti bidding dan
terpilih menjadi External Auditor (EA) International Atomic Energy Agency (IAEA).
IAEA atau Badan Energi Atom Internasional adalah sebuah organisasi independen
yang didirikan pada tanggal 29 Juli 1957 dengan tujuan mendorong penggunaan energi
nuklir secara damai serta menangkal penggunaannya untuk keperluan militer.
Berkantor pusat di Wina, Austria dan beranggotakan 137 negara, organisasi IAEA
berfungsi sebagai forum antar-pemerintah untuk kerja sama secara ilmiah dan teknis
dalam penggunaan teknologi nuklir dan tenaga nuklir secara damai di seluruh dunia.
Program IAEA adalah mendorong pengembangan aplikasi teknologi nuklir,
memberikan perlindungan internasional terhadap penyalahgunaan teknologi nuklir
dan bahan nuklir, dan mempromosikan keselamatan nuklir (termasuk proteksi radiasi)
dan standar keamanan nuklir dan pelaksanaannya.
BPK sudah melaksanakan pemeriksaan IAEA periode kedua, untuk tahun 2018 dan
2019. BPK juga telah terpilih kembali untuk pemeriksaan atas Laporan Keuangan dan
Kinerja Tahun 2020 dan 2021.
3. International Maritime Organization (IMO)
Saat ini pula BPK telah terpilih menjadi external auditor pada IMO periode 2020 – 2023,
dengan audit fee yang ditawarkan per tahun GBP 92.800 yang mulai dibayarkan pada
tahun 2021. BPK telah melakukan pemeriksaan interim pada September/Oktober 2020.
IMO didirikan pada tahun 1948 melalui PBB untuk mengkoordinasikan keselamatan
maritim internasional dan pelaksanaannya. Walaupun telah didirikan sepuluh tahun
Badiklat PKN 50
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
sebelumnya, IMO baru bisa berfungsi secara penuh pada tahun 1958.
Dengan berpusat di London, Inggris, IMO memiliki tugas dalam pemutakhiran legislasi
yang ada atau untuk mengembangkan dan mengadopsi peraturan baru, melalui
pertemuan yang dihadiri oleh ahli maritim dari negara anggota, serta organisasi antar-
pemerintah dan non-pemerintah.
IMO dijalankan oleh sebuah majelis dan didukung oleh sebuah kantor sekretariat yang
para pegawainya adalah wakil-wakil dari para anggota IMO sendiri. Sekretariat terdiri
atas seorang Sekretaris Jendral yang secara berkala dipilih oleh Majelis, dan berbagai
divisi termasuk Inter-Alia, Keselamatan Laut (Marine Safety), Perlindungan Lingkungan
dan sebuah seksi Konferensi.
Terkait dengan struktur organisasi, IMO membawahi dua anak organisasi yaitu: The
World Maritime University (WMU) di Malmö, Swedia dan the International Maritime
Law Institute (IMLI) di Malta. WMU didirikan pada 1981 oleh IMO. Misi WMU adalah
menjadi pusat pembelajaran tingkat pasca-sarjana di bidang kelautan dan
kemaritiman. Sedangkan IMLI didirikan pada 1988. Misi IMLI adalah untuk memajukan
pengembangan kapasitas untuk secara penuh berkontribusi pada tujuan-tujuan IMO
dengan menyelenggarakan pendidikan terkait hukum maritim internasional.
4. Independent Audit Advisory Committee (IAAC)
Wakil Ketua BPK terpilih sebagai Anggota IAAC periode 2020 – 2022, berdasarkan
Sidang Majelis Umum PBB pada 13 April 2022. Selanjutnya Wakil Ketua dipercaya
sebagai Wakil Ketua IAAC Tahun 2020 sampai dengan saat ini. Berdasarkan Resolusi
60/248 Sidang Majelis Umum (SMU) PBB, IAAC merupakan subsidiary body SMU PBB
yang bertugas berdasar kapasitas penasihat ahli (expert advisory capacity) untuk
memberikan nasihat/saran kepada SMU.
5. Vice-Chair of the UN Panel of External Auditors tahun 2022
Dalam rangkaian pertemuan the 61st Regular Session of the Panel of External Auditors
of the United Nations pada 7 Desember 2021 yang diselenggarakan di UN Headquarters
New York, Amerika Serikat, BPK terpilih sebagai Wakil Ketua UN Panel of External
Auditors untuk tahun 2022.
Panel of the External Auditor of the UN, the Specialized Agencies and the International
Atomic Energy Agency (IAEA) dibentuk berdasarkan Resolusi General Assembly PBB 1438
(XIV) tanggal 5 Desember 1959. Keanggotaan Panel terdiri dari United Nations Board of
Auditor, Pemeriksa Eksternal Specialized Agencies dan IAEA. Tujuan dari Panel ini
sebagai forum koordinasi dan berbagi informasi atas metodologi pemeriksaan dan
temuan-temuan pemeriksaan dari pemeriksa eksternal. Keanggotaan Panel ini terdiri
dari Supreme Audit Institution (SAI) Inggris, Kanada, Switzerland, Chile, China, Perancis,
Jerman, India, Italy, Rusia, Filipina, Indonesia, dan Tanzania.
Melalui proses pemilihan yang berlangsung tertutup, wakil dari 12 Badan Pemeriksa
secara konsensus menyetujui Comptroller General of the Republic of Chile sebagai Ketua
Panel dan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan RI sebagai Wakil Ketua Panel. Dengan
Badiklat PKN 51
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
terpilihnya BPK sebagai Wakil Ketua Panel PBB semakin mempertegas peran aktif dan
kontribusi Indonesia pada Dunia Internasional, khususnya di Organisasi Internasional.
Badiklat PKN 52
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Proses bisnis BPK Level 0 menggambarkan input, proses, dan output yang terjadi
di BPK pada perspektif BPK wide. Input yang telah dipetakan berasal dari lembaga
perwakilan, pemerintah, masyarakat, Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan
KAP/lembaga profesional lain. Proses yang ada di BPK terdiri atas 3 proses yaitu proses
utama, proses penunjang, dan proses manajemen. Output dikelompokkan sesuai dengan
penerima output, yaitu lembaga perwakilan, pemerintah, instansi penegak hukum, entitas
yang diperiksa, serta lembaga negara dan lembaga lainnya. Berikut penjelasan mengenai
input, proses, dan output peta proses level 0:
1. Input
Input dalam peta proses level 0 terdiri atas:
a. Permintaan, pendapat, dan saran dari lembaga perwakilan baik DPR, DPRD,
maupun DPD sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004
Badiklat PKN 53
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 54
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
c. Proses Manajemen
Proses manajemen merupakan proses manajemen baik strategis (yang
merumuskan strategi serta kebijakan jangka panjang BPK untuk mencapai
tujuannya) maupun operasional yang output-nya mendukung proses/unit kerja
untuk keseluruhan organisasi. Berdasarkan karakteristik diatas, maka proses
manajemen pada BPK terdiri dari 14 proses level 1, yaitu: proses manajemen
strategis (Dit. PSMK); proses manajemen dokumen (Biro Umum); proses layanan
kerumahtanggaan (Biro Umum); proses manajemen aset (Biro Umum); proses
manajemen SDM (Biro Sumber Daya Manusia/Biro SDM); proses manajemen
teknologi informasi (Biro TI); proses manajemen keuangan (Biro Keuangan);
proses pengawasan internal (Inspektorat Utama/Itama); proses pengembangan
produk dan layanan hukum (Direktorat Legislasi, Pengembangan, dan Bantuan
Hukum/Dit. LPBH); proses pengembangan kelembagaan (Litbang Kelembagaan);
proses manajemen komunikasi (Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama
Internasional/Biro Humas dan KSI); proses manajemen pendidikan dan pelatihan
(Badiklat PKN); proses pemerolehan keyakinan mutu (Inspektorat Utama);
proses layanan pimpinan (Biro Sekretariat Pimpinan dan Sub Bagian Sekretariat
Eselon I Pada Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum/Ditama
Binbangkum, Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, dan
Pengembangan/Ditama Revbang, dan Sekretariat Jenderal).
3. Output
Output yang harus dihasilkan oleh BPK berdasarkan peraturan perundangan beserta
penerimanya, yaitu:
a. Laporan hasil pemeriksaan disampaikan kepada auditee dan lembaga perwakilan
sesuai Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Pasal 7 ayat 4.
b. Hasil Pemeriksaan indikasi Tindak Pidana Korupsi (TPK) disampaikan kepada
instansi penegak hukum sesuai Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Pasal 8 ayat 3.
c. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) disampaikan kepada lembaga
perwakilan dan Presiden sesuai Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Pasal 18.
d. Pendapat BPK disampaikan kepada DPR, DPD, DPRD, Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah, lembaga negara lain, Bank Indonesia, badan usaha
milik negara, badan layanan umum, badan usaha milik daerah, yayasan, dan
lembaga atau badan lain sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2006 tentang BPK Pasal 11 huruf a.
e. Pertimbangan SAP berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang
BPK Pasal 9 ayat (1) huruf i.
Badiklat PKN 55
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
B. Susunan BPK
1. Susunan BPK
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 dan Peraturan BPK Nomor 2 Tahun 2016
sebagaimana diubah dengan Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2018 tentang Tata Kerja
BPK mengatur BPK mempunyai sembilan orang Anggota. Susunan BPK terdiri atas
seorang Ketua merangkap anggota, seorang Wakil Ketua merangkap anggota, dan
tujuh orang anggota yaitu Anggota I, Anggota II, Anggota III, Anggota IV, Anggota V,
Anggota VI, dan Anggota VII.
Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah dan diresmikan dalam suatu Keputusan Presiden. Anggota BPK
memegang jabatan selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali untuk satu
kali masa jabatan. BPK memberitahukan kepada DPR dengan tembusan kepada
Presiden tentang akan berakhirnya masa jabatan anggota BPK paling lambat enam
bulan sebelum berakhirnya masa jabatan anggota tersebut.
2. Tugas dan wewenang Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota
Pembagian Tugas dan Wewenang Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota BPK
ditetapkan dalam Sidang BPK dan ketentuan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Badan
Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2015 yang telah diubah dengan Peraturan BPK
Nomor 3 Tahun 2017 tentang Pembagian Tugas dan Wewenang Ketua, Wakil Ketua,
dan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan sebagai berikut:
a. Ketua merangkap Anggota, bertugas melaksanakan pemeriksaan pengelolaan
Badiklat PKN 56
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
dan tanggung jawab keuangan negara secara umum bersama dengan Wakil
Ketua, melaksanakan tugas dan wewenang yang berkaitan dengan kelembagaan
BPK, melaksanakan hubungan kelembagaan dalam negeri dan luar negeri,
memberikan pengarahan pemeriksaan investigatif, dan melaksanakan pembinaan
tugas Setjen, Ditama Revbang, Ditama Binbangkum, Itama, dan Badiklat PKN
bersama dengan Wakil Ketua;
b. Wakil Ketua merangkap Anggota, bertugas melaksanakan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara secara umum bersama
dengan Ketua, melaksanakan proses Majelis Tuntutan Perbendaharaan,
memberikan pengarahan pemeriksaan investigatif, melaksanakan pembinaan
tugas Setjen, Ditama Revbang, Ditama Binbangkum, Itama, dan Badiklat PKN
bersama dengan Ketua;
c. Anggota I, bertugas :
1) melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara pada : Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan,
Kementerian Luar Negeri, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,
Kementerian Pertahanan, Kementerian Perhubungan, Kejaksaan Republik
Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Badan Intelijen Negara,
Badan Narkotika Nasional, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika,
Lembaga Ketahanan Nasional, Dewan Ketahanan Nasional, Badan Siber dan
Sandi Negara, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Komisi Pemberantasan
Korupsi, Komisi Pemilihan Umum (termasuk Komisi Pemilihan Umum Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota), Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan, Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme, Badan Pengawas Pemilihan Umum, dan
Badan Keamanan Laut, serta lembaga yang dibentuk dan terkait di lingkungan
entitas tersebut di atas; dan
2) memberikan pengarahan pemeriksaan investigatif.
d. Anggota II, bertugas:
1) Melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara pada: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian
Keuangan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian,
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS, Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Badan Koordinasi Penanaman Modal,
Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, PT Perusahaan Pengelola Aset
(termasuk pengelolaan aset-aset eks BPPN oleh Kementerian Keuangan),
Lembaga Penjamin Simpanan, Badan Standardisasi Nasional, Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha, serta lembaga yang dibentuk dan terkait di lingkungan
entitas tersebut di atas;
Badiklat PKN 57
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 58
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 59
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
dan Otorita Pengembangan Proyek Asahan, serta lembaga yang dibentuk dan
terkait di lingkungan entitas tersebut di atas; dan
2) memberikan pengarahan pemeriksaan investigatif.
Dalam pelaksanaan pemeriksaan investigatif, ditetapkan salah satu Anggota
BPK sebagai Koordinator Pemeriksaan Investigatif berdasarkan Hasil Sidang BPK,
Koordinator Pemeriksaan Investigatif ditetapkan dengan Keputusan BPK.
Penempatan Anggota untuk mengisi Jabatan Anggota I, Anggota II, Anggota
III, Anggota IV, Anggota V, Anggota VI, dan Anggota VII ditetapkan berdasarkan hasil
Sidang BPK dan ditetapkan dengan Keputusan BPK.
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, BPK dibantu oleh Pelaksana BPK
sebagaimana akan dijelaskan pada BAB VIII.
Badiklat PKN 60
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
tentang Tata Cara Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua BPK. Setiap Anggota berhak
untuk memilih dan dipilih menjadi Ketua atau Wakil Ketua.
Tata cara pemilihan Ketua dan Wakil Ketua BPK diatur sebagai berikut :
a. Ketua dan Wakil Ketua BPK dipilih dari dan oleh Anggota BPK dalam Sidang
Badan, dalam jangka waktu paling lama satu bulan terhitung sejak tanggal
diresmikannya keanggotaan BPK oleh Presiden.
b. Sidang BPK dipimpin oleh Anggota BPK tertua.
c. Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua selanjutnya dilakukan secara musyawarah untuk
mencapai mufakat, dan apabila mufakat tidak dicapai, pemilihan dilakukan dengan
cara pemungutan suara.
Sidang BPK menetapkan Ketua dan Wakil Ketua terpilih. Hasil pemilihan Ketua dan
Wakil Ketua dicatat dalam Berita Acara Sidang BPK yang ditandatangani oleh seluruh
Anggota yang hadir dan dituangkan dalam Keputusan BPK.
Badiklat PKN 61
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 62
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 63
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 64
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
E. Akuntabilitas
1. Keuangan
BPK menyusun laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan BPK diperiksa oleh
akuntan publik yang ditunjuk oleh DPR atas usul BPK dan Menteri Keuangan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. BPK menindaklanjuti hasil
pemeriksaan laporan keuangan. Pelaksanaan tindak lanjut dilakukan oleh Pelaksana
BPK.
2. Kinerja
BPK menyusun dan menetapkan laporan kinerja semesteran dan tahunan yang
memuat informasi tentang rencana dan realisasi kegiatan yang dilaksanakan BPK.
Laporan kinerja disusun berdasarkan laporan yang disampaikan dari unit kerja di
lingkungan Pelaksana BPK secara berjenjang. Laporan kinerja menjadi bahan evaluasi
kinerja BPK dalam menyusun rencana kegiatan selanjutnya.
3. Sistem Pengendalian
Untuk menjamin mutu pelaksanaan tugas dan wewenangnya, BPK
menyelenggarakan sistem pengendalian mutu. Sistem pengendalian mutu ditelaah
oleh badan pemeriksa negara lain yang menjadi anggota organisasi pemeriksa
keuangan sedunia yang ditunjuk oleh BPK setelah mendapat pertimbangan DPR. BPK
menindaklanjuti hasil telaahan badan pemeriksa negara lain. Pelaksanaan tindak
Badiklat PKN 65
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 66
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
A. Pelaksana BPK
Pasal 34 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK mengatur bahwa
BPK dalam menjalankan tugas dan wewenangnya dibantu oleh Pelaksana BPK, yang
terdiri atas:
1. Sekretariat Jenderal;
2. Unit pelaksana tugas pemeriksaan;
3. Unit pelaksana tugas penunjang;
4. BPK Perwakilan;
5. Pemeriksa; dan
6. Pejabat lain yang ditetapkan oleh BPK sesuai dengan kebutuhan.
Menindaklanjuti ketentuan dalam Undang-Undang, Organisasi dan Tata Kerja
Pelaksana BPK ditetapkan dalam Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2019 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Pelaksana BPK sebagaimana diubah dengan Peraturan BPK Nomor 2
Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2019 , Pelaksana BPK
terdiri atas:
1. Sekretariat Jenderal 9. Auditorat Utama Keuangan Negara
IV
2. Badan Pendidikan dan Pelatihan 10. Auditorat Utama Keuangan Negara
Pemeriksaan Keuangan Negara V
3. Inspektorat Utama 11. Auditorat Utama Keuangan Negara
VI
4. Direktorat Utama Perencanaan, 12. Auditorat Utama Keuangan Negara
Evaluasi, dan Pengembangan VII
Pemeriksaan Keuangan Negara
5. Direktorat Utama Pembinaan dan 13. Auditorat Utama Investigasi
Pengembangan Hukum
Pemeriksaan Keuangan Negara
6. Auditorat Utama Keuangan 14. BPK Perwakilan
Negara I
7. Auditorat Utama Keuangan 15. Staf Ahli
Negara II
8. Auditorat Utama Keuangan 16. Kelompok Jabatan Fungsional
Negara III
Badiklat PKN 67
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 68
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Due Process Penyempurnaan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana BPK
Badiklat PKN 69
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Setiap unit pelaksana Eselon I dan satuan kerja Eselon II, memiliki fungsi yang bersifat
generik dan spesifik. Fungsi Generik untuk Eselon I dan Eselon II sebagai berikut:
1. Sekretariat Jenderal (Setjen)
Tugas:
Menyelenggarakan dan mengoordinasikan dukungan administrasi serta sumber daya
untuk kelancaran tugas dan fungsi BPK serta Pelaksana BPK.
Fungsi:
a. Perumusan dan pengevaluasian rencana aksi Setjen dengan mengidentifikasi
Indikator Kinerja Utama (IKU) berdasarkan Rencana Implementasi Renstra (RIR)
BPK;
b. Perumusan rencana kegiatan Setjen berdasarkan rencana aksi serta tugas dan
fungsi Setjen;
c. Perumusan kebijakan di bidang kesekretariatan dan keprotokolan, hubungan
masyarakat dan kerja sama internasional, sumber daya manusia, keuangan,
teknologi informasi, sarana dan prasarana, serta administrasi umum;
d. Pembinaan di bidang kesekretariatan dan keprotokolan, hubungan masyarakat
dan kerja sama internasional, sumber daya manusia, keuangan, teknologi
informasi, sarana dan prasarana, serta administrasi umum;
e. Pelaksanaan pengelolaan risiko pada lingkup tugas Setjen;
f. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Setjen;
g. Pelaporan hasil kegiatan secara berkala kepada BPK.
Struktur organisasi Setjen yang dipimpin Sekretaris Jenderal (Sekjen) sebagai
berikut:
Badiklat PKN 70
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 71
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
TUGAS DAN FUNGSI BIRO SETPIM DAN BIRO HUMAS DAN KSI
Fungsi yang bersifat generik (dilakukan oleh semua satker) pada Setjen:
a. Perumusan dan pengevaluasian rencana aksi dengan mengidentifikasi IKU
berdasarkan RIR BPK;
b. Perumusan rencana kegiatan berdasarkan rencana aksi, serta tugas dan fungsi;
c. Pelaksanaan pengelolaan risiko pada lingkup tugas;
d. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja;
e. Pelaporan hasil kegiatan secara berkala kepada Sekretaris Jenderal.
Badiklat PKN 72
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 73
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Fungsi yang bersifat generik (dilakukan oleh semua satker) pada Setjen:
f.
BIRO SDM
BIRO KEUANGAN
Tugas:
Melaksanakan manajemen sumber daya Tugas:
manusia di lingkungan pelaksana BPK. Melakukan pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara
Fungsi Spesifik pada Biro SDM:
di lingkungan BPK berdasarkan peraturan
a. Penyiapan perumusan kebijakan
perundang-undangan.
perencanaan, pengelolaan, dan
pengembangan SDM termasuk
Fungsi Spesifik pada Biro Keuangan:
pembinaan Jabatan Fungsional
a. Perumusan kebijakan di bidang
Pemeriksa;
penganggaran berdasarkan Rencana
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang
Kegiatan Pelaksana BPK;
perencanaan dan mutasi,
b. Perumusan kebijakan di bidang
pengembangan kompetensi dan
perbendaharaan, penatausahaan, dan
penilaian kinerja, pengembangan
pertanggungjawaban keuangan;
jabatan fungsional serta kesejahteraan
c. Perumusan bahan pertimbangan
SDM.
pengangkatan dan pemberhentian
Pejabat Pengelola Keuangan dan
Bendahara;
d. Pelaksanaan kebijakan di bidang
penganggaran;
e. Pelaksanaan kebijakan anggaran,
perbendaharaan, penatausahaan, dan
pertanggungjawaban keuangan;
f. Penyusunan laporan keuangan BPK.
Badiklat PKN 74
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 75
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Fungsi yang bersifat generik (dilakukan oleh semua satker) pada Setjen:
f.
Badiklat PKN 76
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Tugas:
Merumuskan kebijakan, merencanakan, menyelenggarakan, mengevaluasi, dan
mengembangkan kegiatan pendidikan, pelatihan, dan pembimbingan bagi Pelaksana
BPK dan pendidikan dan pelatihan bagi pihak di luar BPK, menyelenggarakan
sertifikasi pemeriksa keuangan negara bagi Pelaksana BPK dan pihak di luar BPK,
serta akreditasi unit penyelenggara pendidikan dan pelatihan di bidang pemeriksaan
keuangan negara.
Fungsi:
a. perumusan dan pengevaluasian rencana aksi Badiklat PKN dengan
mengidentifikasi IKU berdasarkan RIR BPK;
b. perumusan rencana kegiatan Badiklat PKN berdasarkan rencana aksi serta tugas
dan fungsi Badiklat PKN;
c. perumusan kebijakan teknis, perencanaan, penyelenggaraan, pengevaluasian,
dan pengembangan pendidikan, pelatihan serta pembimbingan di bidang
pemeriksaan keuangan negara;
d. pelaksanaan kegiatan pendidikan, pelatihan, dan pembimbingan;
e. pelaksanaan sertifikasi pemeriksa keuangan negara bagi Pelaksana BPK dan
pihak di luar BPK;
f. pelaksanaan akreditasi unit penyelenggara pendidikan dan pelatihan di bidang
pemeriksaan keuangan negara;
g. pelaksanaan kerja sama pendidikan dan pelatihan yang terkait dengan tugas dan
fungsi BPK;
h. pengelolaan data, informasi, dan pengetahuan dalam pelaksanaan pendidikan,
pelatihan dan pembimbingan;
i. pengelolaan teknologi pembelajaran;
j. pelaksanaan pengelolaan risiko pada lingkup tugas Badiklat PKN;
k. penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Badiklat PKN; dan
l. pelaporan hasil kegiatan Badiklat PKN kepada BPK.
Badiklat PKN terdiri dari:
a. Pusat Akademik dan Teknologi Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan
Pemeriksaan Keuangan Negara;
b. Pusat Perencanaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Pemeriksaan
Keuangan Negara;
c. Pusat Sertifikasi dan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Pemeriksaan
Keuangan Negara;
Badiklat PKN 77
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Struktur Organisasi di Badiklat yang dipimpin seorang Kepala Badan adalah sebagai berikut:
Badiklat PKN 78
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 79
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 80
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Tugas: Tugas:
Merancang dan mengelola kurikulum, melaksanakan analisis kebutuhan
pendidikan, pelatihan, dan
silabus, dan bahan ajar kegiatan pembimbingan, menyusun rencana dan
pendidikan, pelatihan, dan program pendidikan, pelatihan, dan
pembimbingan berdasarkan kebijakan pembimbingan, menyelenggarakan
pengembangan sumber daya manusia pendidikan, pelatihan, dan
pembimbingan, mengelola dan
dan kelembagaan BPK, mengelola
menyiapkan fasilitas pembelajaran,
data, informasi, dan pengetahuan, widyaiswara/fasilitator, dan sumber daya
serta teknologi pembelajaran dalam pembelajaran lainnya, serta
kegiatan pendidikan, pelatihan, dan merencanakan dan melaksanakan kerja
pembimbingan. sama pendidikan dan pelatihan yang
terkait dengan tugas dan fungsi BPK.
Fungsi Spesifik:
Fungsi Spesifik:
a. pengelolaan kurikulum, silabus, a. pelaksanaan analisis kebutuhan
dan bahan ajar kegiatan pendidikan, pelatihan, dan
pendidikan, pelatihan, dan pembimbingan;
pembimbingan; b. penyusunan rencana dan program
b. pengelolaan pedoman pelaksanaan pendidikan, pelatihan, dan
pendidikan dan pelatihan; pembimbingan;
c. pengelolaan data, informasi, dan c. perencanaan dan pelaksanaan kerja
pengetahuan dalam kegiatan sama pendidikan dan pelatihan yang
pendidikan, pelatihan, dan terkait dengan tugas dan fungsi BPK;
pembimbingan; d. penyelenggaraan kegiatan
d. pengelolaan teknologi pendidikan, pelatihan, dan
pembelajaran. pembimbingan;
e. pengelolaan dan penyiapan fasilitas
pembelajaran, widyaiswara/
fasilitator, dan sumber daya
pembelajaran lainnya.
Badiklat PKN 81
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku
Peserta
Badiklat PKN 82
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku
Peserta
Badiklat PKN 83
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku
Peserta
Tugas:
Melakukan Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi seluruh unsur
Pelaksana BPK.
Fungsi:
a. Perumusan dan pengevaluasian rencana aksi Itama dengan
mengidentifikasi IKU berdasarkan RIR BPK;
b. Perumusan rencana kegiatan Itama berdasarkan rencana aksi, serta tugas
dan fungsi Itama;
c. Perumusan kebijakan reviu atas sistem pengendalian mutu pemeriksaan
dan kelembagaan;
d. Perumusan kebijakan reviu atas konsep Laporan Keuangan BPK dan
Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) BPK;
e. Perumusan kebijakan penegakan integritas dan nilai etika di lingkungan
BPK termasuk terkait tugas Majelis Kehormatan Kode Etik BPK;
f. Penyusunan Laporan Tahunan Reviu Sistem Pengendalian Mutu (SPM)
BPK;
g. Pelaksanaan pengelolaan risiko pada lingkup tugas Itama;
h. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Itama; dan
i. Pelaporan hasil kegiatan secara berkala kepada BPK.
Itama dipimpin oleh seorang Inspektur Utama yang membawahi tiga Inspektur
terdiri atas dan dengan struktur organisasi sebagai berikut:
a. Inspektorat Pemerolehan Keyakinan Mutu Pemeriksaan (Inspektorat
PKMP);
b. Inspektorat Pemeriksaan Internal dan Mutu Kelembagaan (Inspektorat
PIMK);
c. Inspektorat Penegakan Integritas (Inspektorat PI).
Fungsi yang bersifat generik (dilakukan oleh PKMP dan PIMK) pada Itama:
a. Perumusan dan pengevaluasian rencana aksi dan rencana kerja sesuai dengan
Renstra dan IKU Itama terkait unsur kegiatan pemeriksaan;
b. Pelaksanaan pengelolaan risiko pada lingkup tugas;
c. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja; dan
d. Pelaporan hasil kegiatan secara berkala kepada Inspektur Utama.
Badiklat PKN 84
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku
Peserta
Badiklat PKN 85
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku
Peserta
Badiklat PKN 86
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku
Peserta
Badiklat PKN 87
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku
Peserta
Badiklat PKN 88
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku
Peserta
Badiklat PKN 89
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Fungsi yang bersifat generik (dilakukan oleh Eselon II) pada Ditama Revbang:
a. Perumusan dan pengevaluasian rencana aksi dengan mengidentifikasi IKU berdasarkan
RIR BPK;
b. Perumusan rencana kegiatan berdasarkan rencana aksi serta tugas dan fungsi;
c. Pelaksanaan pengelolaan risiko pada lingkup tugas;
d. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja; dan
e. Pelaporan hasil kegiatan secara berkala kepada Kepala Ditama Revbang.
f.
Badiklat PKN 90
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 91
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 92
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 93
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku
Peserta
Tugas:
Memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, dan pelayanan informasi
hukum kepada Anggota BPK dan/atau Pelaksana BPK, legislasi, penelitian dan
pengembangan hukum serta tugas kepaniteraan dalam penyelesaian kerugian
negara/daerah.
Fungsi:
a. Perumusan dan pengevaluasian rencana aksi Ditama Binbangkum dengan
mengidentifikasi IKU berdasarkan RIR BPK;
b. Perumusan rencana kegiatan Ditama Binbangkum berdasarkan rencana
aksi, serta tugas dan fungsi Ditama Binbangkum;
c. Perumusan kebijakan di bidang konsultasi hukum, bantuan hukum,
telaahan hukum, pelayanan informasi hukum, legislasi, penelitian dan
pengembangan hukum, dan kepaniteraan kerugian negara/daerah;
d. Perumusan konsep pertimbangan BPK atas penyelesaian kerugian
negara/daerah;
e. Perumusan konsep pertimbangan BPK atas penghapusan piutang
negara/daerah;
f. Pembinaan dan pengembangan di bidang konsultasi hukum, bantuan
hukum, telaahan hukum, pelayanan informasi hukum, legislasi, penelitian
dan pengembangan hukum serta kepaniteraan dalam penyelesaian
kerugian negara/daerah;
g. Pelaksanaan pengelolaan risiko pada lingkup tugas Ditama Binbangkum;
h. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditama Binbangkum; dan
i. Pelaporan hasil kegiatan secara berkala kepada BPK.
Ditama Binbangkum terdiri dari:
a. Direktorat Konsultasi Hukum dan Kepaniteraan Kerugian Negara/Daerah
(Direktorat KHK).
b. Direktorat Legislasi, Pengembangan dan Bantuan Hukum (Direktorat
LPBH).
Dipimpin oleh seorang Kepala Ditama (Kaditama) yang membawahi dua Kepala
Direktorat (Kadit).
Badiklat PKN 94
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku
Peserta
f.
Badiklat PKN 95
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku
Peserta
Badiklat PKN 96
Sejarah, Kedudukan dan SOTK BPK RI Buku
Peserta
Badiklat PKN 97
Sejarah, Kedudukan, SOTK BPK RI Buku Peserta
Merupakan unit organisasi setingkat Eselon I yang memiliki tugas dan fungsi
pokok untuk melaksanakan pemeriksaan. AKN terdiri dari 8 unit organisasi
yaitu AKN I, AKN II, AKN III, AKN IV, AKN V, AKN VI, AKN VII dan Auditorat
Utama Investigasi (AUI). Pada dasarnya AKN I sampai dengan AKN VII memiliki
tugas dan fungsi pokok yang sama, yang membedakan hanyalah portofolio
entitas yang menjadi obyek pemeriksaan. Sedangkan AUI mempunyai tugas
yang spesifik yaitu melakukan pemeriksaan investigasi serta tugas terkait
lainnya.
a. Obyek Pemeriksaan Auditorat Utama Keuangan Negara
Badiklat PKN 98
Sejarah, Kedudukan, SOTK BPK RI Buku Peserta
Badiklat PKN 99
Sejarah, Kedudukan, SOTK BPK RI Buku Peserta
b. Tugas AKN
AKN Tugas
AKN I Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara pada
bidang politik, hukum, pertahanan, dan keamanan.
AKN II Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara pada
bidang perekonomian dan perencanaan pembangunan nasional.
AKN III Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara pada
bidang lembaga negara, pembangunan manusia dan kebudayaan,
kesekretariatan negara, aparatur negara, riset, teknologi dan
pendidikan tinggi.
AKN IV Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara pada
bidang lingkungan hidup, pengelolaan sumber daya alam, dan
infrastruktur.
AKN V Memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara pada
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Agama, Badan
Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura, Badan Nasional Pengelola
Perbatasan, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan dan
Pelabuhan Bebas Batam, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan
dan Pelabuhan Bebas Sabang, serta keuangan daerah dan kekayaan
daerah yang dipisahkan pada pemerintah daerah di wilayah Sumatera
dan Jawa.
c. Fungsi AKN I, AKN II, AKN III, AKN IV, AKN V, AKN VI dan AKN VII
No Fungsi
1 Perumusan dan pengevaluasian rencana aksi dengan mengidentifikasi IKU
berdasarkan RIR BPK.
2 Perumusan rencana kegiatan berdasarkan rencana aksi serta tugas dan fungsi.
3 Penyusunan program, pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara pada lingkup tugas baik
yang pemeriksaannya dilaksanakan oleh AKN maupun ditugaskan kepada BPK
Perwakilan, yang meliputi pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu kecuali pemeriksaan investigatif.
d. Fungsi AUI
1) Perumusan dan pengevaluasian rencana aksi Auditorat Utama
Investigasi dengan mengidentifikasi IKU berdasarkan RIR BPK.
2) Perumusan rencana kegiatan Auditorat Utama Investigasi
berdasarkan rencana aksi serta tugas dan fungsi Auditorat Utama
Investigasi.
3) Penyusunan program, pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan
pemeriksaan investigatif, penghitungan kerugian negara/daerah,
dan pemberian keterangan ahli pada lingkup tugas Auditorat Utama
Investigasi, baik yang pemeriksaannya dilakukan oleh Auditorat
Utama Investigasi maupun yang ditugaskan kepada BPK Perwakilan.
4) Penetapan pemeriksa/tim pemeriksa untuk melaksanakan kegiatan
penelaahan profil jenis penyimpangan yang berindikasi tindak pidana
dan/atau kerugian negara/daerah, penilaian risiko kecurangan/fraud,
praperencanaan pemeriksaan investigatif, serta pemberian
keterangan ahli terkait kerugian negara.
5) Pengusulan tim pemeriksa untuk melaksanakan kegiatan
pemeriksaan investigatif dan penghitungan kerugian negara/daerah.
6) Penetapan profil jenis penyimpangan yang berindikasi tindak pidana
dan/atau kerugian negara/daerah.
7) Penetapan hasil penilaian risiko kecurangan/fraud atas pengelolaan
keuangan negara/daerah.
8) Pengelolaan permintaan pemeriksaan investigatif, permintaan
penghitungan kerugian negara/daerah, dan permintaan pemberian
keterangan ahli dari instansi penegak hukum dan instansi lainnya.
e. Struktur Organisasi
7. BPK Perwakilan
Tugas:
Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah pada
Pemerintah Provinsi, Kota/Kabupaten, BUMD dan lembaga terkait di
lingkungan entitas termasuk melaksanakan pemeriksaan yang ditugaskan oleh
AKN dan Auditorat Utama Investigasi.
Fungsi:
a. Perumusan dan pengevaluasian rencana aksi BPK Perwakilan dengan
mengidentifikasi IKU berdasarkan RIR BPK.
b. Perumusan rencana kegiatan BPK Perwakilan berdasarkan rencana aksi,
serta tugas dan fungsi BPK Perwakilan.
c. Perumusan kebijakan pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan daerah yang menjadi tugas BPK Perwakilan.
d. Penyusunan program, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah yang
dilaksanakan oleh BPK Perwakilan, yang meliputi pemeriksaan keuangan,
pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu kecuali
pemeriksaan investigatif.
1 Provinsi Aceh Pemerintah Provinsi Aceh, Kota Banda Aceh, Kota Sabang,
Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie
Jaya, Kota Lhokseumawe, Kabupaten Bireuen, Kabupaten
Aceh Barat, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Simeulue,
Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Barat Daya,
Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Singkil, Kota
Subulussalam, Kabupaten Aceh Utara, Kota Langsa,
Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten
Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Gayo Lues,
Kabupaten Aceh Tenggara, serta BUMD dan lembaga terkait
di lingkungan entitas.
8. Staf Ahli
Staf Ahli adalah salah satu unsur pelaksana BPK yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada BPK melalui Sekretaris Jenderal. Staf Ahli
mempunyai tugas memberikan kajian kepada BPK mengenai masalah tertentu
sesuai bidang keahliannya, kecuali bidang tugas Sekretariat Jenderal,
Inspektorat Utama, Direktorat Utama, Auditorat Utama Keuangan Negara, dan
Auditorat Utama Investigasi. Staf Ahli dalam melaksanakan tugasnya, secara
administratif dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal.
Staf Ahli terdiri dari:
a. Staf Ahli Bidang Keuangan Pemerintah Pusat
Mempunyai tugas memberikan kajian mengenai kebijakan pengelolaan
dan pertanggungjawaban keuangan pemerintah pusat serta memberikan
masukan kepada BPK mengenai kebijakan dan strategi pemeriksaannya.
b. Staf Ahli Bidang Keuangan Pemerintah Daerah
Mempunyai tugas memberikan kajian mengenai kebijakan pengelolaan
dan pertanggungjawaban keuangan pemerintah daerah serta memberikan
masukan kepada BPK mengenai kebijakan dan strategi pemeriksaannya
c. Staf Ahli Bidang BUMN, BUMD, dan Kekayaan Negara/Daerah yang
Dipisahkan Lainnya
Mempunyai tugas memberikan kajian mengenai kebijakan pengelolaan
dan pertanggungjawaban keuangan Badan Usaha Milik Negara, Badan
Usaha Milik Daerah, dan Kekayaan Negara/Daerah yang Dipisahkan
Lainnya.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
I. KETERANGAN PRIBADI
Status : Menikah
Agama : Islam
III. PENGHARGAAN
1. Penghargaan Bintang Bhayangkara Utama tahun 2020
2. Bintang Kartika Eka Paksi Pratama yang diberikan oleh Presiden RI Ir. Joko
Widodo pada tahun 2019.
3. Brevet Kehormatan Hiu Kencana yang diberikan oleh Kasal Laksamana TNI
Siwi Sukma A., S.E., M.M. pada tahun 2018.
4. Bintang Mahaputra Nararya yang diberikan oleh Presiden RI Dr. Susilo
Bambang Yudhoyono pada tahun 2014.
V. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Ketua Umum PP PBSI Periode 2020–2024.
2. Ketua Dewan Pembina IPKN Periode 2020–2023.
3. Ketua Ikatan Keluarga Alumni Unsri Periode 2017–2022.
4. Anggota Dewan Pengarah Forum Kajian Ekonomi FE-Unsri (1994-1996).
5. Wakil Ketua BPM (Senat) FE-Unsri (1995-1996).
6. Wakil Bendahara Umum HMI Cabang Palembang (1995-1996).
7. Ketua HMI Komisariat FE-Unsri (1994-1995).
8. Ketua III Senat (BEM) Mahasiswa FE-Unsri (1993-1994).
9. Wakil Pemimpin Umum Majalah Kinerja (1992-1994).
10. Biro Organisasi HMJ Ekonomi dan Studi Pembangunan FE –Unsri (1991-1992).
11. Ketua OSIS SMA Negeri 1 Palembang (1988 -1989).
Utang Luar Negeri Indonesia Indonesia : Argumen, Relevansi dan Implikasinya bagi
Pembangunan, Penerbit Djambatan, 1999.
I. IDENTITAS PRIBADI
Pendidikan Formal:
1. Doktoral Ilmu Pemerintahan - Universitas Padjajaran, Tahun 2015.
2. Magister Akuntansi Universitas Gadjah Mada, Tahun 2009.
3. Akuntan dari Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tahun 2004.
Internasional:
1. Pembicara dalam UNODC Webinar “The Role of Supreme Audit Institutions in
Preventing and Countering Corruption: The Way Forward” (Desember, 2021).
2. Pembicara dalam IDI webinar to launch of the Global SAI Stocktaking Report
2020 – Gender Annex (Desember, 2021).
3. Menghadiri 6th UN System Oversight Committees Meeting (Desember, 2021).
4. Menghadiri 56th United Nations Independent Audit Advisory Committee (IAAC)
Meeting (Desember, 2021).
5. Menghadiri 61st Regular Session of the Panel of External Auditors of the United
Nations (Desember, 2021).
6. Panelist dalam 5th South-East Asia Multi-Stakeholder Forum on Implementation
of The SDGs” UNESCAP (November, 2021).
7. Delegasi 56th Governing Board Meeting of ASOSAI (September 2021).
8. Delegasi 15th Assembly of ASOSAI (September 2021).
9. Pembicara pada High Level Political Forum Economic Social Council (HLPF
ECOSOC) on Sustainable Development 2021 di New York, Amerika Serikat (Juli
2021).
10. Pemateri pada 25th UN/INTOSAI Symposium “Collaborative Audit to Enhance
Quality and Coverage of Audit on COVID-19 Response and National Economic
Recovery” (Juni 2021).
11. Remark Speaker dalam Online Professional Talk with The State Audit Office of
Vietnam (Juni 2021).
12. Pembicara pada Webinar Internasional “How can external audits promote
budget credibility? Leveraging the role of Supreme Audit Institutions” oleh
UNDESA DPIDG – IBP (Maret 2021).
13. Remarks Speaker pada Bilateral Seminar “The National Audit Office of the
People’s Republic of China (CNAO) and The Audit Board of The Republic of
Indonesia (BPK) (November 2020).
14. Pembicara pada Online International Seminar on Integrated Audits & the Role
of Big Data in Performance Audits conducted by RMIT University, Australia
(September 2020).
15. Distinguished Acheivement Award – Association of Certified Fraud Examiners
(ACFE) (Juni 2020).
16. Ketua Delegasi General Assembly ke-31 International Maritime Organization
(Desember 2019).
17. Pembicara pada The 3rd South East Asia Forum on Implementation of The
Sustainable Development Goals, Bangkok, Thailand (Oktober 2019).
18. Pembicara pada UNDESA IDI Joint Meeting on SAI Contributions to the 2030
Agenda and the Sustainable Development Goals di New York, Amerika Serikat.
(Juli 2019).
19. Pembicara pada United Nations High Level Political Forum (UNHLPF) di New
York, Amerika Serikat (Juli 2019).
20. 17th IADI-APRC Annual Meeting, Technical Assistance Workshop, and
International Conference di St. Petersburg, Rusia. (Juni 2019).
21. Sixth Asia-Pacific Forum on Sustainable Development di Bangkok, Thailand
(Maret 2019).
22. Pembicara pada The 7th INTOSAI Governing Board Meeting di Moscow, Russia
(November 2018).
23. Ketua Delegasi BPK RI dalam menghadiri The Executive Development Course:
Digital Government for Transformation Towards Sustainable and Resilience
Socities – The Singapore Experience di Singapura (April 2018).
24. Pembicara dalam Symposiumon Building Effective, Inclusive, and Accountable
Institution and Public Administration for Advancing The 2030 Agenda for
Sustainable Development di Incheon, Korea Selatan (Desember 2017).
Nasional:
1. Pembicara pada Forum Sekretariat Lembaga Negara dengan tema “Sinergi
Lembaga Negara dalam Membangun Kembali Indonesia Pasca Pandemi”
(November, 2021)
2. Pembicara pada Webinar Internal Audit Bank Mandiri dengan tema
“Pemanfaatan Bukti Digital dalam Pelaksanaan Investigasi Fraud Perbankan
untuk Proses Litigasi” (Oktober, 2021).
3. Narasumber pada APAFest 2021 dan Ekspo Profesi Keuangan, dengan tema
“Bangga Menjadi Akuntan” (Oktober, 2021).
4. Narasumber pada Seminar Nasional Akuntansi 2021 FEB Universitas Udayana
dengan Tema “Accountant’s Preparation Towards Super Smart Society 5.0”
(Oktober 2021).
5. Narasumber pada Workshop Anti Korupsi dengan tema “Deteksi dan
Pencegahan Korupsi” (September 2021).
6. Remarks Speaker pada Webinar Seri III “Kebijakan Pemerintah Daerah,
Peluang, Tantangan, dan Kepemimpinan di Masa dan Pasca Pandemi COVID-
19” (Juni 2021).
7. Pemateri Kuliah Umum “Metodologi Pemeriksaan Investigatif” Program
Magister Akuntansi, FEB UGM dengan BPK RI (Juni 2021).
8. Narasumber pada Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2021 (Mei
2021).
I. IDENTITAS PRIBADI
Status : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan Kedinasan
1. Diklat Ke-BPK-an, BPK RI, Tahun 1999.
2. Diklat Prajabatan Golongan III Angkatan V, LAN Jakarta, Tahun 1999.
3. Diklat Pelaksanaan APBD, BPK RI Palembang, Tahun 2002.
4. Diklat Audit Pendapatan Daerah, BPK RI Palembang. Tahun 2002.
5. Diklat Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP), Pusdiklat BPK RI, Tahun 2002.
6. Diklat Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD), BPK RI Palembang.
7. Diklat Audit BUMN, BPK RI Palembang, Tahun 2002.
8. Diklat Audit Ke-PU-an, BPK RI Palembang, Tahun 2003.
9. Diklat Perhitungan APBD dengan memberikan Opini, BPK RI Palembang, Tahun
2003.
10. Diklat Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah, BPK RI Palembang, IAI dan KAP,
Tahun 2003.
11. Pelatihan Audit Investigatif, BPK RI dan PWC, Tahun 2003.
12. Diklat Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) dan Audit Command Language
(ACL), BPK RI Palembang, Tahun 2004.
13. Diklat Penyusunan Contract, BPK RI Palembang, Tahun 2005.
14. Diklat Teknik Pengungkapan dan Pengumpulan Bukti Suatu Tindak Pidana
Korupsi, BPK RI Palembang, Tahun 2005.
15. Diklat Ketua Tim Yunior, BPK RI, Tahun 2005.
16. Diklat Aspek Penanganan Hukum atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi, IAI,
Tahun 2005.
17. Diklat Peningkatan Ketrampilan Bidang Hukum Kontrak dan Perbuatan
Melawan Hukum, BPK Perwakilan Palembang, Tahun 2005.
18. Sertifikasi Peran Ketua Tim Senior, BPK RI, Tahun 2006.
19. Workshop Pemeriksaan atas Barang dan Jasa Milik Negara, BPK RI, Tahun
2006.
20. Auditing of Publics Works, UNESCO-IHE, Delft The Netherlands, Tahun 2006.
21. Diklat Audit Laporan Keuangan Daerah, BPK RI Palembang, Tahun 2007.
22. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan III, BPK RI, Tahun 2008.
23. Diklat Teknis Ke-PU-an, Puslitbang Permukiman Departemen PU, Tahun 2009.
24. Diklat Teknis Pemeriksaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemilihan Umum, BPK
RI, Tahun 2009.
25. Sertifikasi Peran Ketua Tim Senior, BPK RI, Tahun 2011.
26. Diklat Ketua Tim Senior, BPK RI, Tahun 2012.
27. Diklat Penyusunan dan Analisis Kontrak, BPK RI, Tahun 2013.
28. Diklat Peran Pengendali Teknis, BPK RI, Tahun 2014.
29. EnCase Computer Forensic, Guidance Software, Tahun 2014.
30. Digital Forensic, ACFE, Tahun 2014.
31. Subject Matter Expert on Performance Audit Workshop, National Audit
Auhtority of Cambodia, Tahun 2014.
32. Workshop Fraud Case and Investigation Management, ACFE, Tahun 2014.
33. Sertifikasi Kompetensi Audit Forensic, LSPAF, Tahun 2015.
34. Sertifikasi Peran Pengendali Teknis, BPK RI, Tahun 2015.
35. Certified Forensic Auditor (CFrA), BPK RI, Tahun 2015.
36. Anti Corruption Workshop, International Anti-Corruption Academy, 2015.
37. Manajemen Perkantoran, BPK RI, 2018.
38. Fujitsu Forum, Cyber Security and National Defense, Fujitsu Munich, 2018.
Tahun 2009
1. Pemeriksaan Laporan Keuangan Provinsi Jambi dan Kabupaten Bungo.
2. Pemeriksaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemilihan Umum (PEMILU).
3. Pemeriksaan Belanja Modal Provinsi Jambi.
4. Pemeriksaan Belanja Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Tahun 2008
1. Pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah Kabupaten Bungo.
2. Pemeriksaan Investigatif atas Belanja Bantuan Sosial dan Makan Minum
Kabupaten Merangin.
3. Pemeriksaan Kinerja atas Pelayanan Kesehatan RSUD Hanafi Kabupaten Bungo.
Tahun 2007
1. Pemeriksaan Operasional PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci.
2. Pemeriksaan Belanja Daerah Provinsi Jambi.
Tahun 2006
1. Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabumaten Belitung
dan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun Anggaran 2005.
Tahun 2004
1. Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Pemilihan Umum di
Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten Banyuasin,
Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Kabupaten Ogan Komering Ilir.
2. Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Bangka Belitung dan
Kota Bandar Lampung Tahun Anggaran 2004.
3. Pemeriksaan Investigatif atas Pelaksanaan dan Penggunaan Dana Pinjaman
Tahun Anggaran 2003 dan 2004 oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.
4. Pemeriksaan atas Belanja Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran
2004 dan 2005 di Sekayu.
Tahun 2003
1. Pemeriksaan atas Proyek-proyek Infrastruktur Pekan Olahraga Nasional (PON)
ke XVI di Sumatera Selatan.
2. Pemeriksaan Investigatif atas Belanja Daerah Provinsi Bangka Belitung Tahun
2003 di Provinsi Bangka Belitung.
Tahun 2002
1. Pemeriksaan atas Pelaksanaan Proyek Hibah Pemerintah Belanda SIGP (School
Improvement Grant Program) di Provinsi Sumatera Selatan.
2. Pemeriksaan atas Perusahaan Daerah Air Minum Lubuk Linggau, di Kabupaten
Musi Rawas di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Anggaran 2002.
3. Pemeriksaan atas Belanja Daerah Kabupaten Lampung Utara di Provinsi
Lampung Tahun Anggaran 2001 dan 2002.
Tahun 2001
32. Narasumber pada Rapat Koordinasi Kementerian Luar Negeri: Good Governance
Perwakilan RI di Luar Negeri dalam Mendukung Diplomasi Indonesia pada Kemlu,
2020.
33. Peningkatan Kompetensi Profesional Pemeriksa BPK dalam Melakukan
Pemeriksaan Infrastruktur (Orasi Ilmiah CSFA) pada Badiklat PKN BPK, 2019.
34. Workshop Pemeriksaan Kinerja Atas Penyelenggaraan Pemilu Serentak pada
Badiklat BPK, 2019.
35. Rapat Koordinasi Teknis Pembinaan pada Kejagung, 2018.
36. Pembekalan Calon Atase Imigrasi pada Ditjen Imigrasi, 2018.
37. Focus Group Discussion Uji Data Persepsi pada Polri, 2018.
38. Diklat Fraud in Construction Bussines pada LPFA dan Itjen PU, 2015.
39. Diklat Pemeriksaan Proyek Konstruksi pada Itjen Kemenhub, 2015.
40. Diklat Pemeriksaan Konstruksi Gedung pada Balai Diklat Jogja, 2015.
41. Diklat Investigasi Advance pada BPJS, 2015.
42. Diklat Performance Audit on Infrastructure Project pada National Audit of
Cambodia, 2014.
43. Diklat Pengadaan Infrastruktur pada BUMN pada Angkasa Pura II, 2014.
44. Diklat Pemeriksaan Infrastruktur pada Balai Diklat Makassar, 2014.
45. Diklat Pemeriksaan Konstruksi Jalan, Jembatan, Gedung, dan Bendungan pada
BPK Perwakilan Kalimantan Barat, 2012.
46. Diklat Pemeriksaan Konstruksi Jalan dan Gedung pada BPK Perwakilan Jogja,
2011.
47. Diklat Audit Belanja Keuangan Daerah pada BPK Perwakilan Jambi, 2010.
48. Diklat Penatausahaan dan Pengelolaan Keuangan Daerah pada Pemkab Bungo
Jambi, 2008.
49. Diklat Pengadaan Barang dan Jasa pada Pemkab Sarolangun Jambi, 2008.
50. Diklat Audit Belanja Keuangan Daerah pada BPK Perwakilan Jambi, 2007.
51. Diklat Audit Proyek Infrastruktur pada BPK Perwakilan Palembang, 2006.
52. Diklat Audit Proyek-Proyek Infrastruktur Milik Pemerintah pada BPK Perwakilan
Palembang, 2005.
53. Diklat Pemeriksaan Belanja Modal Pemerintah Daerah pada BPK Perwakilan
Palembang, 2005.
54. Diklat Audit Pelaksanaan Anggaran dan Belanja Pemerintah Daerah pada
Pemkab Musi Rawas, 2005.
55. Diklat Pengadaan Barang/Jasa pada Pemkab Belitung Timur, 2005.
56. Diklat Belanja Rutin & Belanja Pembangunan Daerah pada BPK Perwakilan
Palembang, 2002.
2. Perkara tindak pidana korupsi dalam pembangunan Balai Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Pelayaran Sorong, Departemen Perhubungan di Pengadilan Tipikor
Jakarta Pusat, 2015.
3. Dugaan tindak pidana korupsi pembangunan Dermaga Sabang Aceh di
Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat, 2014.
4. Dugaan terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan pekerjaan Jalan
Manunggal II Kabupaten Tanjung Jabung Barat TA 2009, 2012.
5. Penyimpangan kegiatan pengembangan kawasan sentra produksi ternak sapi
pada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jambi TA 2009, 2010.
6. Dugaan Tindak Pidana Korupsi KPU Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera
Selatan, 2009.
7. Dugaan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Ogan
Komering Ilir Sumatera Selatan, 2009.
I. KETERANGAN PRIBADI
Tempat/Tanggal
: Palembang/ 10 Oktober 1968
Lahir
Status : Menikah
Agama : Katholik
I. KETERANGAN PRIBADI
Pendidikan Kedinasan
1. Sertifikasi Profesi Pemeriksa Keuangan Negara, CSFA Recognition Program 2019.
2. Micro Credit Course (CII): Grameen Bank Approach, Philippines-Bangladesh.
3. Anggota Tim Panitia Teknis Konsensus Nasional Standarisasi Mutu Nasional Buah
(SNI Buah) 2008.
4. Anggota Badan Standarisasi Nasional, Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian, Departemen Pertanian 2007.
5. Pengasuh dan Pengelola Rubrik Usaha Kecil Mikro, Koran Harian IndoPos,
Jakarta dan Metro Jawa Timur, 2006-2007.
6. Pelatihan Entrepreneur, MEI Kadin 2005-2006.
7. Pembicara (Pemateri) dalam Seminar Nasional, Mekanisasi Pertanian,
Universitas Brawijaya, Malang, 2006.
8. Pembicara dalam Seminar Koperasi & sistem pembiayaan kepada Pengusaha
Kecil Mikro, Provensi DKI, 2005.
9. Program Pembiayaan Koperasi Syariah dan Konvensional, 2004.
10. Financial Assistant Program, FIFA Vietnam, December 2003.
11. Koperasi Syariah dan Perbankan Sayariah, Bank Indonesia 2003.
12. Kendala Usaha Kecil dan Solusinya, Jakarta 2002.
V. PIAGAM/PENGHARGAAN
1. 2019,The Inspiring Financial Governance Auditor 2019 Majalah Property and Bank.
2. 2019, Tanda Kehormatan “BINTANG JASA UTAMA” (Presiden Joko Widodo).
3. 2009, Wakil Rakyat Madura di DPR-RI (Fraksi Partai Demokrat).
4. 2008, “The Best Moslem Entrepreneur” (Departemen Agama dan Departemen
Perindustrian).
5. 2007, “Entrepreneur Of The Year 2007” (Departemen Perindustrian RI ).
6. 2006, The Most Creative People Award (Departemen Tenaga Kerja RI).
7. 2005, FAP (Financial Assistant Program) – FIFA (Kuala Lumpur - Malaysia).
8. 2004, FAP (Financial Assistant Program) – FIFA (Hanoi - Vietnam).
9. 2001, Program sejuta rumah untuk Rakyat (Presiden Megawati Soekarnoputeri).
10. 1998, Micro Credit Summit India (Credit Union of India).
11. 1996, Cabang Terbaik Seluruh Indonesia (Bank Putera Sukapura).
12. 1995, Youngest Branch Manager of Banks (Dari Bank Indonesia).
I. KETERANGAN PRIBADI
III. PENGHARGAAN
Bintang Jasa Utama dari Presiden RI, 13 Agustus 2019.
V. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Ketua Komite Tetap Pendidikan Tinggi, Kamar Dagang dan Industri (KADIN).
2. Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan perempuan DPD PDI Perjuangan Provinsi
Lampung.
3. Wakil Ketua Bidang Energi, Pertambangan dan Lingkungan Hidup DPD PDI
Perjuangan Provinsi Lampung.
4. Wakil Sekretaris Bidang Internal Fraksi PDI Perjuangan DPR RI.
5. Bendahara Umum Baitul Muslimin Indonesia.
6. Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Kesra DPD PDI Perjuangan
Provinsi Lampung.
7. Wakil Ketua Banteng Muda Indonesia.
8. Wakil Bendahara Fraksi PDI Perjuangan DPR RI.
I. KETERANGAN PRIBADI
IV. PENGHARGAAN
1. Gelar “Adi Pramana Patra”, sebagai bagian kekerabatan dari Pasemetonan
Agung Pratisentara Sri Nararya Kenceng, 2021.
2. Gelar “Ngofa Ngongano Malaha” atau “Putra Terbaik Tumpuan Harapan” dari
Kesultanan Tidore, 2019.
3. Penghargaan Bintang Mahaputera Utama dari Presiden Republik Indonesia,
2019.
4. Gelar “Tumenggung Wira Noto Negoro” dari Sultan Kutai Kerta Negara Ing
Martadipura, 2015.
5. Lencana Alumni Kehormatan Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan oleh IPDN
Tahun 2015.
6. Scholarship Award for ASEAN Youth, kerjasama Pemerintah Jepang dan Kantor
Menteri Pemuda dan Olahraga RI, 1987 dan 1993.
7. Program Award for Young Leaders, USIA, Jakarta-Washington DC, 1986.
8. Mahasiswa Teladan APP Departemen Perindustrian RI, 1976.
V. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Presidium Majelis Nasional KAHMI periode 2017-2022.
2. Wakil Sekjen Partai Golkar 2009-2014.
3. Ketua Bidang Ekonomi PPK KOSGORO 2008-2013.
4. Wakil Ketua Sub bidang Ekonomi, BAPPILU Pusat Partai Golkar, 2008-2009.
5. Departemen EKKU dan UKM DPP Partai Golkar 2004-2009.
6. Wakil Ketua Dewan Penasehat PP AMPG, 2003-2005.
7. Dewan Penasehat DPP AMPI, 2003-2008.
8. Wakil Ketua EKUIN BALITBANG DPP Partai Golkar, 2003-2005.
9. Anggota Bidang Kampanye BAPPILU DPP Partai Golkar, 2004.
10. Senior Adviser PERMIAS, Stillwater, Oklahoma, Amerika Serikat, 1996-2000.
11. Sekum Bamus PTS Se-Indonesia (sekarang APTISI), Jakarta, 1991-1995.
12. Anggota Golkar tahun 1986-2014.
13. Dewan Pertimbangan Pemuda DPP KNPI, 1984-1987.
14. Majelis Pertimbangan Pemuda DPP KNPI, 1987-1990.
15. Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, 1983-1986.
16. Sekretaris Jenderal PB HMI, 1981-1983.
17. Dewan Penasehat Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Manajemen Industri
(STMI) Depertemen Perindustrian RI, Jakarta, 1982-1983.
18. Presidium Dewan Mahasiswa Akademi Pimpinan Perusahaan (APP)
Depertemen Perindustrian RI, Jakarta, 1977.
19. Pemimpin Redaksi Majalah Kampus APP Departemen Perindustrian RI, Jakarta,
1976-1978.
I. KETERANGAN PRIBADI
IV. PENGHARGAAN
1. Satya Lencana Karya Satya 10 Tahun - Presiden RI (2006).
2. Satya Lencana Karya Satya 20 Tahun - Presiden RI (2016).
V. PENGALAMAN ORGANISASI
Ketua Senat Keuangan Spesialisasi BC Angkatan 1997-2003.
I. KETERANGAN PRIBADI
LAMPIRAN 2
KERJA SAMA BPK DENGAN SAI NEGARA LAIN
No Negara / Organisasi Dasar Hukum Judul Perjanjian Status Bentuk Kerja Sama
1 2 4 5 6 7
1 Australian National Audit Office Auditor General Act Berdasar Subsidiary Aktif 1. Pendampingan teknis
(ANAO) 1901, Auditor General Arrangement (SA) G 2. Workshops/training
1997 to G antara 3. Secondment program
Pemerintah Indonesia 4. High level visit/Senior
dan Australia Management Dialogue
5. Deployment
2 The Audit Office of the New South n.a (include dalam Aktif 1. Secondment
Wales (AO NSW) kerja sama ANAO) 2. Knowledge sharing
-perluasan kerja sama dengan ANAO, 3. Workshop
bukan kerja sama yang berdiri sendiri
3 The National Audit Authority of the Law on the Cambodian The Cooperation on Aktif 1. Workshop pemeriksan kinerja
Kingdom of Cambodia (NAA) Audit Institute on Auditing in Public 2. Training
March 30, 2000 (Royal Sector 3. Penyusunan Manual Audit
Kram No.
CS/RKM/0300/10 )
No Negara / Organisasi Dasar Hukum Judul Perjanjian Status Bentuk Kerja Sama
4 National Audit Office of The People's Constitution of people's Co-operation on Aktif Joint Workshop dan Seminar
Republic of China (CNAO) Republic of China, Auditing in Public Bilateral yang dilaksanakan secara
article 91 Sector resiprokal setiap tahun.
5 The Supreme Audit Office of the Czech Constitution of the Co-operation on Aktif Seminar bilateral yang dilaksanakan
Republic (NKU) Czech Republic Act No. Auditing in Public secara resiprokal setiap tahun.
166/1993 Coll., On the Sector
Supreme Audit Office
6 The Supreme Audit Court of the Iranian Constitution dan Co-operation on Aktif 1. Joint workshop/ training
Islamic Republic of Iran (SAC) Supplementary Acts Auditing in Public 2. Seminar Bilateral
1906 Sector 3. Parallel Audit
7 The Board of Audit and Inspection of Constitution of Republik Co-operation on Aktif 1. Training Program
the Republic of Korea (BAI) of Korea 1948 and BAI Auditing in Public 2. Workshop
Law of 1963 Sector 3. Seminar Bilateral
8 The State Audit Organization of Lao UU No. 44/NA tanggal Co-operation on Aktif 1. High Level Visit
People's Democratic Republic (SAO) 3 Juli 2007 Auditing in Public 2. Secondment
Sector 3. Knowledge Sharing
9 Auditor General Republic of Latvia Law SAO adopted in Co-operation on Aktif 1. High Level Visit
(LRVK) 2002 Auditing in Public 2. Knowledge Sharing
Sector
No Negara / Organisasi Dasar Hukum Judul Perjanjian Status Bentuk Kerja Sama
10 Jabatan Audit Negara Malaysia (JAN) Article 105 of the Co-operation on Public Aktif 1. Technical Meeting yang
Federal Constitution Sector Auditing dilaksanakan setiap tahun
and the Audit Act 1957 dengan output berupa technical
agreement
2. Parallel Audit
3. Social Interaction Program
11 Office of the Controller and Auditor- Public Audit Act 2001 n.a Aktif 1. Secondment
General of New Zealand (OAG NZ) and the Public Finance 2. Knowledge sharing
Act 1989 3. Workshop
12 The Supreme Chamber of Control of Constitution of Poland Co-operation on Aktif 1. High Level Visit
the Republic of Poland (NIK) Republic: 1997 & NIK Auditing in Public 2. Seminar Bilateral
Law; 1994 Sector 3. Peer review
13 The Commission on Audit of the 1987 Philippine Co-operation on Aktif Sharing of Knowledge
Republic of the Philippines (COA) Constitution Auditing in Public
Article Ix-D The Sector
Commission On Audit
14 The Auditor General of Pakistan (AGP) Article 168 of the Co-operation on Aktif 1. High Level Visit
Constitution of the Auditing in Public 2. Seminar Bilateral
country Sector
No Negara / Organisasi Dasar Hukum Judul Perjanjian Status Bentuk Kerja Sama
15 The Accounts Chamber of the Russian Article 101 of the Agreement on Aktif Seminar Bilateral
Federation (ACH) Constitution of the Cooperation
Russian Federation No
41-FZ
16 General Audit Bureau Saudi Arabia Council of Ministers Co-operation on Aktif High Level Visit
(GAB) Decree No.: 733 on June Auditing in Public
19, 1975 Sector
17 The State Audit Office of the Socialist State audit law 2006 Cooperation on Aktif 1. Training Program
Republic of Vietnam (SAV) amandemen State Law Auditing in Public 2. Secondment
Audit No. 81/2015/QH13 Sector 3. Workshop
2015 4. Pendampingan teknis
pemeriksaan
18 The Court of Account of Tunisia Article 12 of Law No. 8 Co-operation on Aktif Sharing knowledge
of 1968 Auditing in Public (mengusulkan
Sector renewal)
19 The Account Court of the Democratic Co-operation on Tidak Aktif Sharing knowledge
and Popular Republic of Algeria Auditing in Public
Sector
20 Jabatan Audit Brunei Darussalam Under Prime Minister's Co-operation on Tidak Aktif Sharing knowledge
Office Auditing in Public
Sector
No Negara / Organisasi Dasar Hukum Judul Perjanjian Status Bentuk Kerja Sama
21 The Court of Accounts of the Kingdom Constitution Kingdom Co-operation on Tidak Aktif Sharing knowledge
of Morocco Morocco of 1996 Auditing in Public
Sector
No Negara / Organisasi Bentuk Kerja Sama Topik Utama Kegiatan Kerja Sama
1 2 3 4
1 Australian National Audit Office (ANAO) 1. Pendampingan teknis 1. Pemeriksaan Keuangan
2. Workshops/training 2. Pemeriksaan Kinerja
3. Secondment program 3. Quality Assurance dan Quality Control
4. High level visit/Senior Management 4. Risk Management
Dialogue 5. Pengembangan Organisasi
5. Deployment 6. Pemeriksaan TI
2 The Audit Office of the New South Wales 1. Secondment Pemeriksaan Keuangan
(AO NSW) 2. Knowledge sharing
perluasan kerja sama dengan ANAO, bukan 3. Workshop
kerja sama yang berdiri sendiri
3 The National Audit Authority of the 1. Workshop pemeriksan kinerja 1. Pemeriksaan Keuangan
Kingdom of Cambodia (NAA) 2. Training 2. Pengembangan Training
3. Penyusunan Manual Audit 3. Pemeriksaan Lingkungan
4. Pemeriksaan Kinerja
5. Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil
Pemeriksaan
6. Implementasi SAI PMF
No Negara / Organisasi Bentuk Kerja Sama Topik Utama Kegiatan Kerja Sama
4 National Audit Office of The People's Joint workshop dan seminar bilateral yang 1. Pemeriksaan Keuangan
Republic of China (CNAO) dilaksanakan secara resiprokal setiap 2. Pemeriksaan Kinerja
tahun. 3. Pemeriksaan atas Pemerintah Daerah
4. Monitoring Tindak Lanjut Rekomendasi
Hasil Pemeriksaan
5. Pemeriksaan Investigasi
6. Pemeriksaan Lingkungan
7. TI-based audit
8. Pemeriksaan Bidang Kesehatan dan
Pendidikan
9. Pengembangan Training Institue
5 The Supreme Audit Office of the Czech Seminar Bilateral yang dilaksanakan secara 1. Pemeriksaan Keuangan
Republic (NKU) resiprokal setiap tahun. 2. Pemeriksaan Kinerja
3. Pemeriksaan atas Bidang Pertahanan
4. Pemeriksaan Privatisasi BUMN
5. Pemeriksaan Pengelolaan Barang Milik
Negara
6. Pemeriksaan Pengadaan Barang dan Jasa
7. Peran SAI dan Parlemen dalam
Pemberantasan Korupsi
No Negara / Organisasi Bentuk Kerja Sama Topik Utama Kegiatan Kerja Sama
6 The Supreme Audit Court of the Islamic 1. Joint workshop/ training 1. Pemeriksaan Minyak Bumi dan Gas dengan
Republic of Iran (SAC) 2. Seminar Bilateral perspektif lingkungan
3. Parallel Audit 2. Pemeriksaan Perbankan Syariah
3. Pemeriksaan Investigasi
4. Pemeriksaan Lingkungan
5. Pengelolaan Training
6. Audit Quality Assurance
7. Pemeriksaan berbasis teknologi informasi
8 The State Audit Organization of Lao 1. High Level Visit 1. Pemeriksaan Pengadaan Barang dan Jasa
People's Democratic Republic (SAO) 2. Secondment 2. Pemeriksaan Kinerja
3. Knowledge Sharing 3. Managemen Kerja Sama Internasional
4. E-Audit
5. Risk Based Approaches Audit
6. Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil
Pemeriksaan
No Negara / Organisasi Bentuk Kerja Sama Topik Utama Kegiatan Kerja Sama
9 Auditor General Republic of Latvia (LRVK) 1. High Level Visit 1. Pemeriksaan Kinerja
2. Knowledge Sharing 2. Pemeriksaan Investigasi
3. Manajemen Kinerja Pegawai
4. Sistem Monitoring Tindak Lanjut
Rekomendasi Hasil Pemeriksaan
10 Jabatan Audit Negara Malaysia (JAN) 1. Technical Meeting yang dilaksanakan 1. Paralel audit atas bidang management
setiap tahun dengan output berupa kehutanan
technical agreement 2. Pemeriksaan pajak
2. Parallel Audit 3. Pemeriksaan kinerja
3. Social Interaction Program 4. Pemeriksaan Investigasi
5. Pemeriksaan Lingkungan
6. IT Audit
7. Pemeriksaan Daerah Perbatasan
8. SGDs
No Negara / Organisasi Bentuk Kerja Sama Topik Utama Kegiatan Kerja Sama
14 The Auditor General of Pakistan (AGP) 1. High Level Visit 1. Peer Review
2. Seminar Bilateral 2. Penilaian PMG atas standar dan praktik audit
di tingkat strategis dan operasional
3. Pemeriksaan Manajemen Bencana
4. Pararel Audit Bidang Lingkungan
5. SDGs
No Negara / Organisasi Bentuk Kerja Sama Topik Utama Kegiatan Kerja Sama
15 The Accounts Chamber of the Russian Seminar Bilateral 1. Paralel audit atas pengadaan senjata
Federation (ACH) 2. Paralel audit atas pelaksanaan kewajiban
timbal balik atas kontrak dan kinerja
pengeluaran keuangan negara
3. Pemeriksaan keuangan
4. Pemeriksaan migas dan utang negara
16 General Audit Bureau Saudi Arabia (GAB) High Level Visit 1. Pemeriksaan atas Pelaksanaan Haji
2. Pemeriksaan Keuangan
3. Pemeriksaan Kinerja
17 The State Audit Office of the Socialist 1. Training Program 1. Pemeriksaan Keuangan
Republic of Vietnam (SAV) 2. Secondment 2. Pemeriksaan Kinerja
3. Workshop 3. Pemeriksaan Lingkungan
4. Pendampingan teknis pemeriksaan 4. Risk Based Audit Approach
5. Pengembangan Organisasi
6. Panduan Penyusunan Strategic Planning
LAMPIRAN 3
AKN II 1 1 3
1 Auditorat II.A 1 2
2 Auditorat II.B 1 2
3 Auditorat II.C 1 3
Jumlah 1 0 3 8 3
AKN III 1 1 3
1 Auditorat III.A 1 2
2 Auditorat III.B 1 2
3 Auditorat III.C 1 2
4 Auditorat III.D 1 2
Jumlah 1 0 4 9 3
AKN IV 1 1 3
1 Auditorat IV.A 1 2
2 Auditorat IV.B 1 2
3 Auditorat IV.C 1 2
Jumlah 1 0 3 7 3
AKN V 1 1 3
1 Auditorat V.A 1 2
2 Auditorat Pengelolaan Pemeriksaan 1 2
3 Aceh 1 4 5
4 Sumut 1 4 5
5 Sumbar 1 3 5
6 Riau 1 3 5
7 Kepulauan Riau 1 2 5
8 Sumsel 1 3 5
9 Jambi 1 3 5
10 Babel 1 2 5
11 Bengkulu 1 3 5
12 Lampung 1 3 5
13 DKI Jakarta 1 5 6
14 Bantan 1 2 5
15 Jabar 1 4 5
16 DI Yogyakarta 1 2 5
17 Jateng 1 5 6
18 Jatim 1 5 6
Jumlah 1 0 18 58 86
AKN VI 1 1 3
1 Auditorat VI.A 1 2
2 Auditorat Pengelolaan Pemeriksaan 1 2
3 Kalbar 1 3 5
4 Kalteng 1 3 5
5 Kalsel 1 3 5
6 Kaltara 1 2 5
7 Kaltim 1 3 5
8 Bali 1 3 5
9 NTB 1 3 5
10 NTT 1 4 5
11 Sulsel 1 4 5
12 Sulbar 1 2 5
13 Sulteng 1 3 5
14 Sultra 1 3 5
15 Sulut 1 3 5
16 Gorontalo 1 2 5
17 Maluku 1 3 5
18 Malut 1 3 5
19 Papua 1 4 5
20 Papua Barat 1 3 5
Jumlah 1 0 20 59 93
AKN VII 1 1 3
1 Auditorat VII.A 1 3
2 Auditorat VII.B 1 3
3 Auditorat VII.C 1 3
4 Auditorat VII.D 1 3
Jumlah 1 0 4 13 3
AUI 1 1 3
1 Auditorat Investigasi Keuangan Negara Pusat 1 2
2 Auditorat Investigasi Keuangan Negara Daerah 1 2
Auditorat Investigasi Kekayaan Negara yang
3 Dipisahkan 1 2
Jumlah 1 0 3 7 3
STAF AHLI 5
TOTAL PEJABAT STRUKTURAL 13 5 74 222 317
LAMPIRAN 4
PEJABAT STRUKTURAL
NO UNIT/SATUAN KERJA I I II III IV
A B A A A
SEKRETARIAT JENDERAL 1
1 Biro Setpim 1 2 10
2 Biro Humas & KSI 1 3 9
3 Biro SDM 1 4 11
4 Biro Keuangan 1 3 9
5 Biro TI 1 3 6
6 Biro Umum 1 4 16
Jumlah 1 0 6 19 61
BADAN DIKLAT PKN 1 1 3
1 Pusat Akademik dan Teknologi Pembelajaran 1 2
2 Pusat Perencanaan & Penyelenggaraan 1 6 8
3 Pusat Sertifikasi dan Pengembangan Diklat 1 2
Jumlah 1 0 3 11 11
INSPEKTORAT UTAMA 1
1 Inspektorat PKMP 1 3 7
2 Inspektorat PIMK 1 2 5
3 Inspektorat PI 1 2 5
Jumlah 1 0 3 7 17
DITAMA REVBANG 1
1 Direktorat PSMK 1 3 7
2 Direktorat EPP 1 3 7
3 Direktorat Litbang 1 4 9
Jumlah 1 0 3 10 23
DITAMA BINBANGKUM 1
1 Direktorat KHKN 1 3 6
2 Direktorat LPBH 1 3 6
Jumlah 1 0 2 6 12
AKN I 1 1 3
1 Auditorat I.A 1 4
2 Auditorat I.B 1 3
3 Auditorat I.C 1 3
4 Auditorat I.D 1 3
Jumlah 1 0 4 14 3
AKN II 1 1 3
1 Auditorat II.A 1 2
2 Auditorat II.B 1 2
3 Auditorat II.C 1 2
4 Auditorat II.D 1 2
Jumlah 1 0 4 9 3
AKN III 1 1 3
1 Auditorat III.A 1 2
2 Auditorat III.B 1 2
3 Auditorat III.C 1 2
4 Auditorat III.D 1 2
Jumlah 1 0 4 9 3
AKN IV 1 1 3
1 Auditorat IV.A 1 2
2 Auditorat IV.B 1 2
3 Auditorat IV.C 1 2
Jumlah 1 0 3 7 3
AKN V 1 1 3
1 Auditorat V.A 1 2
2 Auditorat Pengelolaan Pemeriksaan 1 2
3 Aceh 1 4 5
4 Sumut 1 4 5
5 Sumbar 1 3 5
6 Riau 1 3 5
7 Kepulauan Riau 1 2 5
8 Sumsel 1 3 5
9 Jambi 1 3 5
10 Babel 1 2 5
11 Bengkulu 1 3 5
12 Lampung 1 3 5
13 DKI Jakarta 1 5 6
14 Bantan 1 2 5
15 Jabar 1 4 5
16 DI Yogyakarta 1 2 5
17 Jateng 1 5 6
18 Jatim 1 5 6
Jumlah 1 0 18 58 86
AKN VI 1 1 3
1 Auditorat VI.A 1 2
2 Auditorat VI.B 1 2
3 Auditorat Pengelolaan Pemeriksaan 1 2
4 Kalbar 1 3 5
5 Kalteng 1 3 5
6 Kalsel 1 3 5
7 Kaltara 1 2 5
8 Kaltim 1 3 5
9 Bali 1 3 5
10 NTB 1 3 5
11 NTT 1 4 5
12 Sulsel 1 4 5
13 Sulbar 1 2 5
14 Sulteng 1 3 5
15 Sultra 1 3 5
16 Sulut 1 3 5
17 Gorontalo 1 2 5
18 Maluku 1 3 5
19 Malut 1 3 5
20 Papua 1 4 5
21 Papua Barat 1 3 5
Jumlah 1 0 21 61 93
AKN VII 1 1 3
1 Auditorat VII.A 1 3
2 Auditorat VII.B 1 3
3 Auditorat VII.C 1 3
4 Auditorat VII.D 1 3
Jumlah 1 0 4 13 3
AUI 1 1 3
1 Auditorat Investigasi Keuangan Negara Pusat 1 2
2 Auditorat Investigasi Keuangan Negara Daerah 1 2
Auditorat Investigasi Kekayaan Negara yang
3 Dipisahkan 1 2
Jumlah 1 0 3 7 3
STAF AHLI 5
TOTAL PEJABAT STRUKTURAL 13 5 78 231 321
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Jimly. 2005. Format Kelembagaan Negara Dan Pergeseran Kekuasaan Dalam
UUD 1945. Cetakan II. Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia
Press.
Badan Pemeriksa Keuangan RI. 1972. 25 tahun Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia. Jakarta: BPK RI.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 1996. BPK Selayang Pandang (The
Supreme Audit Board) At A Glance, Jakarta: BPK RI.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, 1997. Setengah Abad BPK Mengabdi
Bangsa.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Sekretariat Jenderal. 2000. Keuangan
Negara Dan Badan Pemeriksa Keuangan, Cetakan III, Jakarta: Setjen BPK.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, 2004. Naskah Memorandum BPK RI
Periode 1998 – 2004. Jakarta: BPK RI.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, 2006. Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia Menegakkan Tata Kelola Yang Baik Dengan Kemandirian,
Integritas Dan Profesionalisme Untuk Menyejahterakan Kehidupan Bangsa, Jakarta:
BPK RI.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, 2006. Buku BPK Dan INTOSAI, Jakarta:
BPK RI.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, 2007. Pidato Ketua BPK RI Pada Hari
Ulang Tahun BPK Ke 60, Jakarta: Setjen BPK RI.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 88/P Tahun 2013 Tanggal 27 Juli 2013
Tentang Peresmian Pengangkatan Antarwaktu Sdr. Agus Joko Pramono, S.ST., Ak.,
M.Acc. sebagai Anggota BPK.
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga, Jakarta: Pusat Bahasa.
Pemerintah Indonesia. 2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006
tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Lembaran Negara RI Tahun 2006, Nomor 85.
Sekretariat Negara. Jakarta.
Pemerintah Indonesia. 2016. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2016 tentang Tata Kerja Badan Pemeriksa Keuangan. Lembaran
Negara RI Tahun 2016, Nomor 112. Badan Pemeriksa Keuangan. Jakarta.
Pemerintah Indonesia. 2017. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2015
tentang Pembagian Tugas dan Wewenang Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Badan
Pemeriksa Keuangan sebagaimana diubah dengan Peraturan Badan Pemeriksa
Keuangan Nomor 3 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pemeriksa
Keuangan Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pembagian Tugas dan Wewenang Ketua,
Wakil Ketua, dan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan. Lembaran Negara RI Tahun
2015, Nomor 241. Badan Pemeriksa Keuangan. Jakarta.Pemerintah Indonesia. 2018.
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2018
tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 2 Tahun 2016
tentang Tata Kerja Badan Pemeriksa Keuangan. Lembaran Negara RI Tahun 2018,
Nomor 6. Badan Pemeriksa Keuangan. Jakarta.
Pemerintah Indonesia. 2019. Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2019 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa KeuanganBadan Pemeriksa Keuangan.
Lembaran Negara RI Tahun 2019, Nomor 6. Badan Pemeriksa Keuangan. Jakarta.
Pemerintah Indonesia. 2020. Peraturan BPK Nomor 2 Tahun 2020 tentang Perubahan
atas Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana
Badan Pemeriksa Keuangan. Lembaran Negara RI Tahun 2020, Nomor 197. Badan
Pemeriksa Keuangan. Jakarta.
Pemerintah Indonesia. 2020. Peraturan BPK Nomor 3 Tahun 2020 tentang masa refimasa
reformasiBPK Tahun 2020-2024. Lembaran Negara RI Tahun 2020, Nomor 246.
Badan Pemeriksa Keuangan. Jakarta.
Tutik, Titik Triwulan., 2006. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia. Cetakan I,
Jakarta: Pustaka Pertama.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Amandemennya.