Anda di halaman 1dari 15

STUDIO PERANCANGAN PERMUKIMAN 2

TUGAS PERMUKIMAN, PERKOTAAN, DAN PEDESAAN

Nama : Leo Pala’biran


Stb : F221 15 126

PROGRAM STUDI S1 ARSITEKTUR


JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, nikmat serta karunia-
Nya yang tak ternilai dan tak dapat dihitung sehingga kami bisa menyusun dan menyelesaikan
makalah ini. Makalah yang berjudul “Pengertian Permukiman Kota dan Desa” ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Studio Perancangan Permukiman 2
Makalah ini berisikan tentang Defenisi Permukiman menurut para ahli dan Perbedaan
Pemukiman Kota dan Desa.
Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Kamu
pun berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan sarannya kepada kami agar di
kemudian hari kami bisa membuat makalah yang lebih sempurna lagi.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada segala pihak yang tidak bisa disebutkan satu-
persatu atas bantuannya dalam penyusunan makalah ini.

Palu, 09 Juli 2019

Leo Pala’biran
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………….............................. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………............................……. ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………......................................... 1
 A. Latar Belakang …………………………………...............................…..…….. 2

 B. Rumusan Masalah …………………………………..................................…… 2

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………. 4


 A. Pengertian Permukiman menurut para ahli …………………………………... 4

 B. Faktor yang mempengaruhi perkembangan permukiman.................………..... 5

 C. Pengertian Permukiman Kota................ …………..………………………...... 8

 D. Pengertian Permukiman Kota..........................………………………..…..…. 10

 E. Perbedaan Permukiman Kota dengan Desa ............…………………………. 11

BAB III PENUTUP ………………………………………………


 A. Simpulan ………………………………………………….........................… 12

 B. Saran ………………………………………………….......................……… 12

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….......................…..... 13


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permukiman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia (kebutuhan primer) yang
harus terpenuhi agar manusia dapat sejahtera dan hidup layak sesuai dengan derajat
kemanusiaannya. Permukiman sebenarnya merupakan kebutuhan perorangan (individu)
namun dapat berkembang menjadi kebutuhan bersama jika manusia berkeluarga dan
bermasyarakat. Selain sebagai makhluk individu manusia juga sebagai makhluk sosial maka
manusia tidak hidup sendirisendiri akan tetapi hidup bersama dan membentuk kelompok-
kelompok, demikian pula halnya dengan rumah tempat tinggalnya akan dibangun secara
bersama-sama sehingga berkelompok atau tersebar dalam suatu wilayah, dilengkapi dengan
prasarana dan sarana yang diperlukan penghuninya, selanjutnya disebut dengan permukiman
(settlement). Dalam dimensi permukiman, secara harfiah pola permukiman dapat diartikan
sebagai susunan (model) tempat tinggal suatu daerah. Model dari pengertian- pengertian
permukiman mencakup didalamnya susunan dari pada persebaran permukiman. Pengertian
pola permukiman dan persebaran permukiman memiliki hubungan yang sangat erat.
Persebaran permukiman menekankan pada hal yang terdapat permukiman, dan atau dimana
tidak terdapat permukiman dalam suatu wilayah (Sumaatmadja, 1981 dalam Banowati 2006).

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Permukiman Penduduk


2. Faktor yang mempengaruhi perkembangan permukiman
3. Pengertian Permukiman Kota
4. Pengertian permukiman Desa
5. Perbedaan Permukiman Kota dengan desa
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Permukiman menurut para Ahli :
1. Permukiman menurut Hadi Sabari Yunus :
Permukiman Menurut Hadi Sabari Yunus (1987) dalam Wesnawa (2015:2) dapat
diartikan sebagai bentukan baik buatan manusia ataupun alami dengan segala
kelengkapannya yang digunakan manusia sebagai individu maupun kelompok untuk
bertempat tinggal baik sementara maupun menetap dalam rangka menyelenggarakan
kehidupannya.

2. Permukiman menurut Sadana (2004)


Permukiman menurut Sadana (2004) adalah Pada kawasan permukiman, lingkungan
tersebut memiliki fungsi ganda yaitu sebagai tempat tinggal dan sekaligus tempat
mencari nafkah bagi sebagian penghuniannya.

3. Permukiman menurut Vernor C. Vinch dan Glenn T. Trewartha dalam R. Bintarto


(1997), menyatakan permukiman tempat kediaman penduduk adalah suatu tempat atau
daerah dimana penduduk berkumpul dan hidup bersama, dimana mereka membangun
rumah-rumah, jalan dan sebagainya guna kepentingan mereka.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Permukiman
Keberadaan suatu permukiman dapat mempengaruhi berkembangnya suatu wilayah,
dan sebaliknya kegiatan pembangunan dalam suatu wilayah dapat mempengaruhi
berkembangnya permukiman. Permukiman berkaitan secara langsung dengan kehidupan dan
harkat hidup manusia, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan permukiman cukup
banyak, antara lain faktor geografis, faktor kependudukan, faktor kelembagaan, faktor swadaya
dan peran serta masyarakat, faktor keterjangkauan daya beli, faktor pertanahan, faktor
ekonomi dan moneter. Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pembangunan perumahan
adalah disebabkan oleh perubahan nilai-nilai budaya masyarakat.
(Sumber: “Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota, Nomor 12.April 1994)
Sedangkan menurut Siswono, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
permukiman yang dapat dilihat dari 9 aspek, antara lain: letak geografis, kependudukan, sarana
dan prasarana, ekonomi dan keterjangkauan daya beli, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi, kelembagaan, dan peran serta masyarakat
(Sumber : Siswono, dkk)
1. Faktor geografi
Letak geografis suatu permukiman sangat menentukan keberhasilan pembangunan
suatu kawasan. Permukiman yang letaknya terpencil dan sulit dijangkau akan sangat lambat
untuk berkembang. Topografi suatu kawasan juga berpengaruh, jika topografi kawasan
tersebut tidak datar maka akan sulit bagi daerah tersebut untuk berkembang. Lingkungan alam
dapat mempengaruhi kondisi permukiman, sehingga menambah kenyamanan penghuni
permukiman.
2. Faktor Kependudukan
Perkembangan penduduk yang tinggi, merupakan permasalahan yang memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap pembangunan permukiman. Jumlah penduduk yang besar
merupakan sumber daya dan potensi bagi pembangunan, apabila dapat diarahkan menjadi
manusia pembangunan yang efektif dan efisien. Tetapi sebaliknya, jumlah penduduk yang
besar itu akan merupakan beban dan dapat menimbulkan permasalahan bila tidak diarahkan
dengan baik. Disamping itu, penyebaran penduduk secara demografis yang tidak merata,
merupakan permasalahan lain berpengaruh terhadap pembangunan perumahan.
3. Faktor Kelembagaan
Faktor lain yang berpengaruh terhadap pembangunan perumahan adalah perangkat
kelembagaan yang berfungsi sebagai pemegang kebijaksanaan, pembinaan, dan pelaksanaan
baik sektor pemerintah maupun sektor swasta, baik di pusat maupun di daerah. Secara
keseluruhan perangkat kelembagaan tersebut belum merupakan suatu sistem terpadu. Menurut
UU No. 5 Tahun 1979, Pemda memegang peranan dan mempunyai posisi strategis dalam
pelaksanaan pembangunan perumahan. Namun unsur-unsur perumahan di Tingkat Daerah
yang melaksanakan program khusus untuk koordinasi, baik dalam koordinasi vertikal maupun
horisontal dalam pembangunan perumahan, masih perlu dimantapkan dalam mempersiapkan
aparaturnya.
Termasuk didalamnya adalah kebijaksanaan yang mengatur kawasan permukiman, keberadaan
lembaga-lembaga desa, misalnya LKMD, Karang Taruna, Kelompok wanita dan sebagainya.
4. Faktor Swadaya dan Peran Serta Masyarakat
Dalam rangka membantu golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah,
menengah, tidak tetap, perlu dikembangkan pembangunan perumahan secara swadaya
masyarakat yang dilakukan oleh berbagai organisasi non-pemerintah. Dalam hal ini dapat
dinyatakan bahwa masyarakat yang berpenghasilan tidak tetap serta amat rendah dan tidak
berkemampuan tersebut mampu membangun rumahnya sendiri dengan proses bertahap, yakni
mula-mula dengan bahan bangunan bekas atau sederhana, kemudian lambat laun diperbaiki
dengan bangunan permanen bahkan ada pula beberapa rumah yang sudah bertingkat. Faktor
swadaya dan peran serta masyarakat atau aspek sosial tersebut juga meliputi kehidupan sosial
masyarakat, kehidupan bertetangga, gotong royong dan pekerjaan bersama lainnya.
5. Sosial dan Budaya
Faktor sosial budaya merupakan faktor internal yang mempengaruhi perkembangan
permukiman. Sikap dan pandangan seseorang terhadap rumahnya, adat istiadat suatu daerah,
kehidupan bertetangga, dan proses modernisasi merupakan faktor-faktor sosial budaya. Rumah
tidak hanya sebagai tempat berteduh dan berlindung terhadap bahaya dari luar, tetapi
berkembang menjadi sarana yang dapat menunjukkan citra dan jati diri penghuninya.
6. Ekonomi dan Keterjangkauan Daya Beli
Aspek ekonomi meliputi yang berkaitan dengan mata pencaharian. Tingkat
perekonomian suatu daerah yang tinggi dapat meningkatkan perkembangan permukiman.
Tingkat perekonomian suatu daerah akan mempengaruhi tingkat pendapatan seseorang. Makin
tinggi pendapatan sesorang, maka makin tinggi pula kemampuan orang tersebut dalam
memiliki rumah. Hal ini akan meningkatkan perkembangan permukiman di suatu daerah.
Keterjangkauan daya beli masyarakat terhadap suatu rumah akan mempengaruhi
perkembangan permukiman. Semakin murah harga suatu rumah di daerah tertentu, semakin
banyak pula orang yang membeli rumah, maka semakin berkembanglah permukiman yang ada.
7. Sarana dan Prasarana
Kelengkapan sarana dan prasarana dari suatu perumahan dan permukiman dapat
mempengaruhi perkembangan permukiman di suatu wilayah. Dengan adanya sarana dan
prasarana yang memadai dapat memudahkan penduduknya untuk beraktivitas sehari-hari.
Semakin lengkap sarana dan prasarana yang tersedia maka semakin banyak pula orang yang
berkeinginan bertempat tinggal di daerah tersebut.
8. Pertanahan
Kenaikan harga lahan sebagai akibat penyediaan kelangkaan lahan untuk permukiman,
menyebabkan timbulnya slum dan squatter.
9. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat meningkatkan perkembangan
perumahan dan permukiman. Dengan diciptakannya teknologi-teknologi baru dalam bidang
jasa konstruksi dan bahan bangunan maka membuat pembangunan suatu rumah akan semakin
cepat dan dapat menghemat waktu. Sehingga semakin banyak pula orang-orang yang ingin
membangun rumahnya. Hal ini akan meningkatkan perkembangan permukiman.

Amos Rapoport (1983) juga menyatakan bahwa permukiman dapat dilihat sebagai suatu
bentang lahan budaya (cultural landscape feature) terutama permukiman tradisional yang
wujud fisiknya sangat besar kaitannya dengan budaya, dimana ciri-cirinya adalah:
1. Di dalamnya terdapat hubungan/kaitan antara berbagai elemen dan juga sifat dan elemen-
elemen tersebut, termasuk antara lingkungan binaan dengan lingkungan alami.
2. Mempunyai ciri dan karakteristik yang khas, umumnya mengandung budaya yang spesifik.
3.Tidak dirancang oleh seorang perancang. Perancangan merupakan suatu konsep yang lebih
luas yang merupakan perwujudan dan keputusan-keputusan dan pilihan-pilihan manusia, sebuh
pilihan diantara berbagai alternatif yang memungkinkan.
4.Terdapat sifat-sifat spesifik dan pilihan-pilihan tersebut yaitu didasarkan atas hukum yang
berlaku, merefleksikan budaya pada kelompoknya.
5. Merupakan sistem pilihan dan gaya hidup, meliputi pilihan-pilihan bagaimana menentukan
material, waktu dan sumber-sumber simbolik.
6. Bentang budaya misalnya permukiman adalah merupakan sebuah produk dan sistem pilihan
tersebut.
7. Konservasi-preservasi dan bentang budaya yang merupakan suatu tingkatan dan kualitas
lingkungan. Konservasi dan prisip-prinsip dalam bentang budaya tradisional dapat diterapkan
dalam rancangan yang baru.
8. Kualitas lingkungan, yang menyangkut persepsi (terkait dengan psikologikal, sosio kultur)
dan standar (terkait dengan studi fisik dan lingkungan).
C. Defenisi Permukiman Perkotaan
Pengertian Permukiman Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan
oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai
fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri.
1. Pengertian Kota menurut para ahli:
a. (Bintarto)
Kota sebagai kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan
penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen serta
coraknya materialistis. Masyarakat kota terdiri atas penduduk asli daerah tersebut dan
pendatang. Masyarakat kota merupakan suatu masyarakat yang heterogen, baik dalam hal
mata pencaharian, agama, adat, dan kebudayaan.
b. (Max Weber)
Kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar
kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri kota adalah adanya pasar sebagai benteng serta
mempunyai sistem hukum tersendiri dan bersifat kosmopolitan.
c. (Louis Wirth)
Kota adalah permukiman yang relatif besar, padat, dan permanen, dihuni oleh orang-
orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
d. (Arnold Toynbee)
Kota selain merupakan permukiman juga merupakan suatu kekompleksan yang
khusus dan tiap kota menunjukkan pribadinya masing-masing.
e. (Grunfeld)
Kota adalah suatu permukiman dengan kepadatan penduduk yang lebih tinggi
daripada kepadatan penduduk nasional, struktur mata pencaharian nonagraris, dan sistem
penggunaan tanah yang beraneka ragam, serta ditutupi oleh gedung-gedung tinggi yang
lokasinya berdekatan.
f. (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987, pasal 1)
Disebutkan kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai
batasan administrasi yang diatur dalam perundang-undangan, serta permukiman yang telah
memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan.

2. Ciri fisik kota meliputi hal sebagai berikut:


 Tersedianya tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan

 Tersedianya tempat-tempat untuk parkir

 Terdapatnya sarana rekreasi dan sarana olahraga


Ciri kehidupan kota adalah sebagai berikut:
 Adanya pelapisan sosial ekonomi misalnya perbedaan tingkat penghasilan, tingkat
pendidikan dan jenis pekerjaan.

 Adanya jarak sosial dan kurangnya toleransi social diantara warganya.

 Adanya penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu masalahdengan pertimbangan


perbedaan kepentingan, situasi dan kondisi kehidupan.

 Warga kota umumnya sangat menghargai waktu.

 Cara berpikir dan bertindak warga kota tampak lebih rasional dan berprinsip ekonomi.

 Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan social


disebabkan adanya keterbukaan terhadap pengaruh luar.

 Pada umumnya masyarakat kota lebih bersifat individu sedangkan sifat solidaritas dan
gotong royong sudah mulai tidak terasa lagi.

D. Pemukiman Pedesaan
a. Pengertian Desa :
1. Menurut Wikipedia Indonesia

Pedesaan (rural) adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman
pedesaan, pelayanan jasa, pemerintahan, pelayanan social, dan kegiatan ekonomi.
2. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005)

Pedesaan adalah daerah pemukiman penduduk yang sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah,
iklim, dan air sebagai syarat penting bagi terwujudnya pola kehidupan agraris penduduk
ditempat itu.
Ciri-ciri kehidupan pedesaan adalah sebagai berikut
1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
2. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan.
3. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam,
seperti : iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah
bersifat sambilan.
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga
desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang amat kuat yang hakikatnya, bahwa
seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat di mana is
hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi
masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama¬sama sebagai
anggota masyarakat yang saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggung
jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagian bersama di dalam masyarakat.

E. Pola pemukiman penduduk desa menurut BINTARO


a. Pola memanjang jalan merupakan pola permukiman yang biasa terjadi pada daerah
datar yang terdapat sarana transportasi jalan raya yang menghubungkan satu tempat ke tempat
lainnya. Masyarakat membandang pembangunan di pinggir jalan akan mempermudah
perjalanan bila hendak pergi ke tempat lain. Selain itu pergerakan pendistribusian barang dan
jasa juga relatif lebih mudah daripada di dalam perkampungan.
b. Pola memanjang sungai merupakan pola permukiman yang biasa terjadi pada daerah
pinggir sungai. Pada umumnya, permukiman ini terjadi karena peran sungai tersebut dipandang
penting bagi kehidupan penduduk, misalnya sebagai sarana transportasi, ekonomi atau
perternakan ikan.
c. Pola memanjang pantai merupakan pola permukiman yang dilakukan oleh para
nelayan di daerah pesisir pantai dimana penduduknya sangat bergantung dengan hasil dari
menangkap ikan di laut.
d. Pola memanjang pantai dan sejajar jalan kereta api merupakan pola permukiman
yang biasanya dilakukan oleh penduduk yang punya profesi ganda yakni sebagian ada yang
sebagai nelayan dan ada juga yang sebagai pedagang.
e. Pola radial merupakan pola permukiman yang terjadi di lereng gunung merapi.
Biasanya mereka tinggal di pinggir-pinggir sungai yang bermuara dari gunung berapi.
f. Pola tersebar merupakan pola permukiman yang terjadi di daerah yang tingkat
kesuburan tanahnya berbeda-beda.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar. Pola permukiman penduduk desa oleh Bintaro (Sumber: Sabtanti Rahayu, hal.50-52)
PERBEDAAN PERMUKIMAN DESA DAN KOTA
Ada beberapa ciri-ciri yang membedakan antara desa dan kota :
1. Jumlah dan kepadatan penduduk;
2. Lingkungan hidup;
3. Mata pencaharian;
4. Corak kehidupan sosial;
5. Statifikasi sosial;
6. Mobilitas sosial;
7. Pola interaksi sosial;
8. Solidaritas sosial; dan
9. Kedudukan dalam hirarki sistem administrasi nasional.
Dengan demikian ada juga perbedaan masyarakat kota dengan masyarakat desa, Pada mulanya
masyarakat kota sebelumnya adalah masyarakat pedesaan, dan pada akhirnya masyarakat
pedesaan tersebut terbawa sifat-sifat masyarakat perkotaan, dan melupakan kebiasaan sebagai
masyarakat pedesaannya
Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat kota adalah bagaimana cara mereka
mengambil sikap dan kebiasaan dalam memecahkan suata permasalahan, Berbeda dengan
karakteristik masyarakat perkotaan, masyarakat pedesaan lebih mengutamakan kenyamanan
bersama dibanding kenyamanan pribadi atau individu. Masyarakat perkotaan sering disebut
sebagai urban community
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baikyang
berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal/lingkungan hunian dan tempat kegiatan mendukung prikehidupan dan penghidupan.
Permukiman Menurut Hadi Sabari Yunus (1987) dalam Wesnawa (2015:2) dapat
diartikan sebagai bentukan baik buatan manusia ataupun alami dengan segala kelengkapannya
yang digunakan manusia sebagai individu maupun kelompok untuk bertempat tinggal baik
sementara maupun menetap dalam rangka menyelenggarakan kehidupannya.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Permukiman:
1. Faktor geografi
2. Faktor Kependudukan
3. Faktor Kelembagaan
4. Faktor Swadaya dan Peran Serta Masyarakat
5. Sosial dan Budaya
6. Ekonomi dan Keterjangkauan Daya Beli
7. Sarana dan Prasarana
8. Pertanahan
Pengertian Permukiman Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan
oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas
untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

Budi, Agung. 2009. Sinopsis Teori Central Place.((Online) http://klubbelajar.blogspot.com


Dhawie, Crist. 2010. Sejarah perkembangan Pemerintahan di Indonesia.
((Online).http://phiihostaa.blogspot.com
Marbun. 1994. Kota Indonesia Masa Depan, Masalah dan Prospek. Jakarta; Penerbit
Erlangga
Savitri. 2008. Desa : definisi, asal mula, bentuk, pola, ciri
& romantikanya. (Online)http://phiihostaa.blogspot.com
Septiawan, Indra. 2008. Sosiologi Perkotaan. (Online) http://fisip.uns.ac.id/blog.com
____2008. Contoh Kasus Teori Tempat Pusat. (Online)
http://phiihostaa.blogspot.com
Soetomo, S. (2002), Dari Urbanisasi ke Morfologi Kota, Mencari Konsep Pembangunan
Tata Ruang Kota yang Beragam, Cetakan I, Badan Penerbit Universitas Dipenogoro,
Semarang, 123p

Anda mungkin juga menyukai