Anda di halaman 1dari 36

BAB V

PENGUKURA POSISI HORISONTAL

Capaian Pembelajaran:
Setelah membaca dan mempelajari bab ini, mahasiswa maupun pembaca
akan dapat menjelaskan pengertian posisi horisontal suatu titik atau obyek di
permukaan bumi, menyebutkan metoda penentuan posisi horisontal, mengetahui
rumus dan prosedur perhitungannya, mengetahui teknik pengukuran dan mampu
melaksanakan praktik pengukuran di lapangan dan pengolahan data. Selain itu,
mahasiswa dapat mengaplikasikan metoda poligon sebagai kerangka dasar
pemetaan dan menggambarkan posisi horisontal titik dalam sistem koordinat
kartesian pada suatu bidang datar (bidang proyeksi) dengan skala tertentu dan
dengan ketentuan/aturan yang berlaku.

5.1 ARTI POSISI HORISONTAL TITIK


Dalam Ilmu Ukur Tanah (Plane Surveying), posisi titik atau suatu obyek di
permukaan bumi dapat dinyatakan dalam 3 (tiga) dimensi, yang terdiri atas 2
(dua) dimensi arah mendatar dan 1 (satu) dimensi arah vertikal.
Yang dimaksud dengan posisi horisontal disini adalah kedudukan geometris suatu
titik atau obyek di permukaan bumi dalam arah mendatar yang dinyatakan dalam
suatu sistem koordinat tertentu. Seperti halnya ulasan pada bab II, ada dua sistem
koordinat yang dapat digunakan menyatakan posisi horisontal suatu titik, yaitu:
1. Sistem Koordinat Kartesian.
2. Sistem Koordinat Geografi.
Sistem Koordinat Kartesian yaitu suatu sistem koordinat yang menyatakan
posisi suatu titik atau obyek dengan besaran Absis (X) dan Ordinat (Y) dalam
acuan/ referensi tertentu.
Sistem Koordinat Geografi yaitu suatu sistem koordinat yang menyatakan
posisi suatu titik atau obyek dengan besaran Lintang (  ) dan Bujur (  ) dalam
suatu acuan/referensi tertentu.
Dalam pembahasan Ilmu Ukur Tanah, posisi horisontal suatu titik atau
obyek dinyatakan dalam Sistem Koordinat Kartesian, dimana sumbu Y positif

62
ditetapkan sebagai pedoman arah atau orientasi dan disejajarkan dengan arah
Utara peta. Dengan demikian, arah sumbu X positif sejajar dengan arah timur,
sumbu Y negatif sejajar arah selatan dan sumbu X negatif sejajar arah barat.
Pada sistem koordinat kartesian yang digunakan untuk menyatakan posisi
horisontal suatu titik dalam kaitannya dengan Ukur Tanah (Surveying) ditetapkan
pembagian kuadran dengan batasan sebagai berikut:
 Kuadran I : dibatasi oleh sumbu Y positif dan sumbu X positif.
 Kuadran II : dibatasi oleh sumbu X positif dan sumbu Y negatif.
 Kuadran III : dibatasi oleh sumbu Y negatif dan sumbu X negatif.
 Kuadran IV : dibatasi oleh sumbu X negatif dan sumbu Y positif.

Pendefinisian kuadran dalam Ilmu Ukur Tanah tersebut berbeda dengan ketentuan
kuadran yang berlaku dalam Matematika, khususnya dalam hal urutan penomoran
kuadran dan orientasi sisitem koordinatnya.
Sistem koordinat dan kuadran dalam Ilmu Ukur Tanah dapat digambarkan sebagai
berikut:
Sumbu Y

Kuadran IV Kuadran I

Titik Pusat O Sumbu X

Kuadran III Kuadran II

Gambar 5.1: Sistem Kuadran Ukur Tanah

Untuk keperluan pemetaan, titik-titik di permukaan bumi diproyeksikan


secara orthogonal ke bidang datar, dimana bidang tersebut merupakan sebagian
kecil permukaan Ellipsoid Referensi yang ditetapkan sebagai model matematis
permukaan bumi.

63
Posisi titik di permukaan bumi dan proyeksi orthogonal titik tersebut pada bidang
datar dengan sistem koordinat kartesian dapat digambarkan sebagai berikut:

A
O

YA A

X
O XA

Gambar 5.2: Posisi Horisontal Titik Di Permukaan Bumi

5.2 TUJUAN PENENTUAN POSISI HORISONTAL


Tujuan penentuan posisi horisontal yaitu untuk mengetahui posisi
planimetris suatu titik atau obyek di permukaan bumi yang dinyatakan dalam
sistem tertentu.
Untuk mengetahui posisi horisontal suatu titik, dapat diperoleh dengan melakukan
pengukuran di lapangan, baik secara langsung maupun tidak langsung
berdasarkan titik yang telah ada (diketahui koordinatnya).
Apabila dikehendaki posisi horisontal sejumlah titik atau obyek di
lapangan, baik untuk keperluan teknis maupun penelitian maka diperlukan acuan
atau referensi agar diperoleh keseragaman sistem. Dengan keseragaman sistem
tersebut, akan lebih mudah untuk dilakukan proses identifikasi obyek di lapangan
dan penggambaran pada suatu bidang datar atau peta.
Tititk-titik dasar yang digunakan sebagai acuan tersebut merupakan titik-
titik kerangka dasar horisontal atau kerangka kontrol horisontal yang telah
diketahui koordinatnya dalam suatu sistem tertentu dan digunakan sebagai dasar
untuk menentukan koordinat titik-titik lain atau titik-titik baru yang belum
diketahui koordinatnya.

64
5.3 METODE PENENTUAN POSISI HORISONTAL
Dalam rangka menentukan posisi horisontal titik-titik atau obyek di
permukaan bumi ada beberapa metoda yang dapat digunakan, antara lain:
1. Metoda Polar atau Rectangular.
2. Metoda Intersection (Perpotongan Ke Muka atau Pengikatan Ke Muka)
3. Metoda Resection (Perpotongan Ke Belakang atau Pengikatan Ke Belakang).
4. Metoda Poligon.
5. Metoda Triangulasi.
6. Metoda Trilaterasi.
7. Metoda Triangulasi Udara (Fotogrammetri).
8. Metoda Astronomi Geodesi.
9. Metoda Global Positioning System atau GPS (Survey Satellite).
Khususnya untuk keperluan Ukur Tanah, dalam buku ini dibahas beberapa metoda
yang penting dan sering digunakan, yaitu Metoda Polar, Perpotongan Ke Muka
dan Poligon.

5.3.1 Metoda Polar


Metoda Polar merupakan salah satu metoda penentuan posisi horisontal
suatu titik di permukaan bumi, khususnya titik tunggal atau satu titik dengan
menggunakan argumen jarak mendatar dan azimuth atau sudut jurusan. Metoda
ini juga sebagai dasar hitungan koordiat dalam Ukur Tanah.
Dengan menggunakan metoda Polar akan ditentukan posisi horisontal titik P dari
titik A yang telah tertentu koordinatnya, maka:
 harus ada data (telah diukur) jarak mendatar antara titik A dan titik P.
 harus ada data (telah diukur) azimuth dari A ke P.

Sebagai gambaran, misalkan:


Diketahui : koordinat titik A (XA , YA)
Diukur : jarak mendatar AP = dAP dan azimuth AP = AP
Dihitung : koordinat titik P dari titik A
Penyelesaian :

65
Untuk menghitung koordinat titik P dari titik A digunakan rumus dasar sebagai
berikut:

XP = XA + dAP sin AP

YP = YA + dAP cos AP

Contoh Soal:
1. Diketahui : koordinat titik A, XA = + 100, 25 meter ; YA = – 8,15 meter
Diukur : jarak AP = dAP = 158,22 meter ; azimuth AP = AP = 110o 45’ 30”
Dihitung : koordinat titik P dari titik A
Penyelesaian :
XP = XA + (dAP sin AP)
= 100,25 + (158,22 sin 110o 45’ 30”)
= 100,25 + 147.949 = 248,199 meter ~ 248,20 meter

YP = YA + (dAP cos AP)


= – 8,15 + (158,22 cos 110o 45’ 30”)
= – 8,15 + (- 56,077) = – 64,227 meter ~ – 64,23 meter

2. Diketahui : koordinat titik R, XR = – 456,789 meter ; YR = + 123,456 meter


Diukur : jarak SR = dSR = 250,025 meter ; azimuth SR = SR = 222o 22’ 2”
Dihitung : koordinat titik S dari titik R
Penyelesaian :
XS = XR + (dRS sin RS)
RS = SR + 180o = 222o 22’ 2” + 180o = 402o 22’ 2” ~ 42o 22’ 2”
XS = – 456,789 + 250,025 sin 42o 22’ 2”
= – 456,789 + 168,4868 = – 288,3022 meter ~ – 288,302 meter

YS = YR + dRS cos RS


= 123,456 + 250,025 cos 42o 22’ 2”
= 123,456 + 184,7387 = 308,1847 meter ~ 308,185 meter

66
3. Diketahui : koordinat titik A, XA = + 411,092 meter ; YA = + 174,766 meter
Diukur : jarak AB = dAB = 159,630 meter ; jarak BC = dBC = 500,250 meter
bacaan arah /jurusan: JAU = 100o 0’ 0” ( U = utara ); JAB = 325o 15’ 30”
JBA = 150o 10’ 20” ; JBC = 14o 24’ 45”
Hitunglah nilai koordinat titik B dan C
Penyelesaian :
Menghitung koordinat B: XB = XA + dAB sin AB ; YB = YA + dAB cos AB
AB = JAB – JAU = 325o 15’ 30” – 100o 0’ 0” = 225o 15’ 30”
Sket: A

C
B

XB = 411,092 + 159,630 sin 225o 15’ 30”


= 411,092 + (– 113,383 ) = 297,709 meter

YB = 174,766 + 159,630 cos 225o 15’ 30”


= 174,766 + (– 112,365 ) = 62,401 meter

Menghitung koordinat titik C:


 ABC= B = JBC – JBA= 14o 24’ 45” - 150o 10’ 20” = – 135o 45’ 35” (+ 360o)
= 224o 14’ 25”
Azimuth BC = BC = AB +  – 180o = 269o 29’ 55” (lihat sket)

XC = XB + dBC sin BC


XC = 297,709 + 500,250 sin 269o 29’ 55”
= 297,709 + (– 500,231 ) = 202,522 meter

YC = YB + dBC cos BC


YC = 62,401 + 500,250 cos 269o 29’ 55”
= 62,401 + (– 4,378 ) = 58,023 meter

67
5.3.2 Metoda Intersection
Seperti halnya metoda Polar, metoda Intersection atau Perpotongan ke
Muka juga merupakan salah satu metoda penentuan posisi horisontal suatu titik
atau obyek di permukaan bumi, khususnya penentuan satu atau titik tunggal.
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam kaitannya dengan penyelesaian hitungan
koordinat menggunakan metoda ini, yaitu:
1. Paling sedikit harus ada 2 (dua) titik tetap yang telah diketahui koordinatnya.
2. Pada kedua titik tetap tersebut harus dapat dilakukan pengukuran sudut
mendatar dari titik tetap ke titik yang akan ditentukan koordinatnya maupun
ke titik tetap yang lain, atau pengukuran jarak mendatar dari kedua titik tetap
ke titik yang akan ditentukan koorninatnya.
Jika dengan memanfaatkan data sudut mendatar ukuran akan ditentukan
posisi horisontal titik P dari titik A maupun titik B yang keduanya telah diketahui
koordinatnya, maka:
 harus ada data sudut mendatar di titik A atau telah diukur arah/jurusan dari
titik A ke titik B (JAB) dan dari titik A ke titik P (JAP).
 harus ada data sudut mendatar di titik B atau telah diukur arah/jurusan dari
titik B ke titik A (JBA) dan dari titik B ke titik P (JBP).

Misalkan:
Diketahui : koordinat titik A (XA , YA) dan B (XB , YB)
Diukur : sudut mendatar di titik A = < PAB = 1 dan di titik B = < ABP = 2
Akan ditentukan/dihitung nilai koordinat titik P dari titik A dan B
Penyelesaian: Skets posisi titik A, B, P :
P

1
A
2

Gambar 5.3: Geometri Metode Intersection

68
Sistematika Penyelesaian:
1. Proses awal penentuan sudut di titik yang diketahui koordinatnya.
2. Menghitung sudut mendatar di titik P (yang akan ditentukan koordinatnya).
3. Menghitung jarak mendatar dua titik yang telah diketahui koordinatnya (dAB).
4. Menghitung jarak mendatar sisi yang diperlukan (dAP dan/atau dBP).
5. Menghitung azimuth dari kedua titik yang telah diketahui koordinatnya (AB).
6. Menghitung azimuth sisi yang diperlukan ( AP dan/atau BP ).
7. Menghitung koordinat titik P.

Rumus-rumus yang digunakan sesuai sistematika tersebut adalah sebagai berikut:


1. 3 = 180o – 1 – 2

2. dAB =  (XB – XA)2 + (YB – YA)2


3. dAP = dAB  sin 2  sin 3  atau dBP = dAB  sin 1  sin 3 
4. AB = arc tan  (XB – XA)  (YB – YA) 
5. Lihat sket : AP = AB – 1 atau BP = BA + 2 = (AB + 180o) + 2
6. Dari titik A: XP = XA + dAP sin AP atau dari titik B: XP = XB + dBP sin BP
YP = YA + dAP cos AP YP = YB + dBP cos BP

Contoh soal:
Diketahui: koordinat titik A : XA = +1246,78 meter ; YA = + 963,84 meter
koordinat titik B : XB = –1091,36 meter ; YB = – 1144,23 meter
Diukur : sudut mendatar di titik A ( PAB ) = 1 = 56o 15’ 15”
sudut mendatar di titik B ( ABP ) = 2 = 62o 38’ 45”
Sket posisi titik A, B, P:
P

A
1

2

69
Akan dihitung koordinat titik P dari titik A dan B
Penyelesaian hitungan:
1. Menghitung sudut mendatar di titik P (titik yang akan dihitung koordinatnya).
3 = 180o – 1 – 2
= 180o – 56o 15’ 15” – 62o 38’ 45” = 61o 6’ 0”
2. Menghitung jarak mendatar kedua titik yang telah diketahui koordinatnya.
dAB =  (XB – XA)2 + (YB – YA)2

=  (–1091,36 –1246,78)2 + (- 1144,23 – 963,84)2


= 3148,151
3. Menghitung jarak mendatar sisi yang diperlukan (dAP dan/atau dBP).
dAP = dAB  sin 2  sin 3 
= 3148,151 ( sin 62o 38’ 45” / sin 61o 6’ 0” )
= 3193,888
dBP = dAB  sin 1  sin 3 
= 3148,151 ( sin 56o 15’ 15” / sin 61o 6’ 0” )
= 2990,092
4. Menghitung azimuth dari kedua titik yang telah diketahui koordinatnya (AB).
AB = arc tan  (XB – XA)  (YB – YA) }
= arc tan (–1091,36 – 1246,78 ) (– 1144,23 – 963,84 )}
= 47o 57’ 44” + 180o
= 227o 57’ 44” (kuadran III)
5. Menghitung azimuth yang diperlukan ( AP dan/atau BP ), lihat sket:
AP = AB + 1
= 227o 57’ 44” + 56o 15’ 15” = 284o 12’ 59”
BP = BA + (360o - 2) = ( AB - 180o ) + (360o - 2)
= (227o 57’ 44” - 180o) + (360o - 62o 38’ 45”) = 345o 18’ 59”
6. Menghitung koordinat titik P.
Dari titik A:
XP = XA + (dAP sin AP)
= 1246,78 + (3193,888 sin 284o 12’ 59”)
= – 1849,29 meter

70
YP = YA + (dAP cos AP)
= + 963,84 + (3193,888 cos 284o 12’ 59”)
= + 1748,21 meter

Dari titik B:
XP = XB + (dBP sin BP)
= -1091,36 + (2990,092 sin 345o 18’ 59”) = – 1849,29 meter
YP = YB + (dBP cos BP)
= - 1144,23 + (2990,092 cos 345o 18’ 59”) = + 1748,21 meter

Dalam pelaksanaan di lapangan, sudut mendatar diperoleh dengan cara


melakukan pengukuran arah atau jurusan dari titik yang diketahui koordinatnya ke
arah titik yang akan dihitung koordinatnya maupun kearah titik lain yang telah
diketahui koordinatnya.
Misalkan akan ditentukan posisi horisontal titik R dari titik P dan titik Q
yang keduanya telah tertentu koordinatnya, dengan metoda perpotongan ke muka.
Tahapan pelaksanaannya, dilakukan pengukuran arah/jurusan sebagai berikut:
 Alat Theodolite ditempatkan di titik P (yang diketahui koordinatnya).
 Theodolite tersebut diarahkan ke target titik R, diperoleh bacaan arah JPR.
 Selanjutnya juga diarahkan ke target titik Q, diperoleh bacaan arah JPQ.
 Alat Theodolite ditempatkan di titik Q (yang diketahui koordinatnya).
 Alat ukur tersebut diarahkan ke target titik P, diperoleh bacaan arah JQP.
 Selanjutnya juga diarahkan ke target titik R, diperoleh bacaan arah JQR.
Skets Rekonstruksi Pengukuran:
R

1
P
2

Gambar 5.4: Skets Metode Intersection dengan data sudut

71
Sudur mendatar di titik P (1) diperoleh dari hitungan selisih dua bacaan
arah/jurusan hasil pengukuran, yaitu: 1 = JPQ - JPR
Sudur mendatar di titik Q (2) diperoleh dari hitungan selisih dua bacaan
arah/jurusan hasil pengukuran, yaitu: 2 = JQR - JQP
Dengan ketentuan, apabila selisih kedua arah/jurusan tersebut hasilnya negatif
(lebih kecil dari nol), maka hasil tersebut harus ditambah 360o atau 400 grade.

Jika memanfaatkan data jarak mendatar hasil ukuran untuk menentukan


posisi horisontal titik P dari titik A maupun titik B yang keduanya telah diketahui
koordinatnya, maka harus dilakukan pengukuran jarak mendatar dari titik A ke
titik P (dAP) dan juga dari titik B ke titik P (dBP).
Misalkan:
Diketahui : koordinat titik A (XA , YA) dan B (XB , YB)
Diukur : jarak mendatar AP = dAP dan BP = dBP
Akan ditentukan/dihitung nilai koordinat titik P dari titik A dan B
Penyelesaian :
P
Sket posisi titik A, B, P:

dAP
dBP

B
Gambar 5.5: Skets Metode Intersection dengan data jarak

Sistematika Penyelesaian:
1. Membuat gambar sket posisi titik yang diketahui dan yang akan ditentukan.
2. Menghitung jarak mendatar dua titik yang telah diketahui koordinatnya (dAB).
3. Menghitung sudut mendatar di titik A dan B (dengan rumus cosinus).
4. Menghitung azimuth dari kedua titik yang telah diketahui koordinatnya (AB).
5. Menghitung azimuth sisi yang diperlukan ( AP dan/atau BP ).
6. Menghitung koordinat titik P.

72
Rumus-rumus yang digunakan sesuai sistematika tersebut adalah sebagai berikut:
1. dAB =  {(XB - XA)2 + (YB – YA)2}
2. BP2 = AP2 + AB2 – 2 AP . AB cos 1 (sudut di A), 1 => dapat dihitung
AP2 = BP2 + BA2 – 2 BP . BA cos 2 (sudut di B), 2 => dapat dihitung
3. AB = arc tan (XB – XA)(YB – YA)
4. Lihat sket : AP = AB – 1 atau BP = BA + 2 = (AB + 180o) + 2
5. Dari titik A: XP = XA + dAP sin AP atau dari titik B: XP = XB + dBP sin BP
YP = YA + dAP cos AP YP = YB + dBP cos BP

Contoh soal:
Diketahui : Koordinat titik P : XP = 10,250 m ; YP = 15,500 m
Koordinat titik Q : XQ = 60,750 m ; YQ = –10,950 m
Diukur : Jarak mendatar PR (dPR) = 100,250 m dan QR (dQR) = 75,750 m
Akan dihitung koordinat titik R dari titik P dan dari titik Q
Sket posisi titik P, Q, dan R
R
1. Menghitung jarak mendatar dari titik P
dan Q (yang diketahui koordinatnya).
dPQ =  (XQ – XP)2 + (YQ – YP)2

= (60,75–10,25)2 +(–10,95–15,50)2
P
= {(2550,250) + (699,603)}
Q
= 57,007 m
2. Menghitung sudut mendatar di titik P dan Q.
QR2 = PR2 + PQ2 – 2 PR . PQ cos 1
75,7502 = 100,2502 + 57,0072 – 2 x 100,250 x 57,007 x cos 1
cos 1 = {(10050,062 + 3249,790 – 5738,062)/11429,903}
1 = arc.cos {0,661579} = 48o 34’ 46” (sudut di titik P)
PR2 = QR2 + PQ2 – 2 QR . PQ cos 2
100,2502 = 75,7502 + 57,0072 – 2 x 75,750 x 57,007 x cos 2
cos 2 = {(5738,0625 + 3249,790 – 10050,062)/8638,5605}
2 = arc.cos {– 0,122961} = 97o 3’ 47” (sudut di titik Q)

73
3. Menghitung azimuth dari kedua titik yang telah diketahui koordinatnya (PQ).
PQ = arc tan (XQ – XP)(YQ – YP)
= arc tan {(60,75–10,25)/(–10,95–15,50)}
= – 62o 21’ 22” + 180o = 117o 38’ 38”

4. Menghitung azimuth sisi yang diperlukan (AP dan/atau BP).


PR = PQ – 1
PR = 117o 38’ 38” – 48o 34’ 46”
PR = 69o 3’ 52”
QR = QP + 2 = (PQ +180o) + 2
QR = 117o 38’ 38” + 180o + 97o 3’ 47”
QR = 394o 42’ 25” atau dapat ditulis,
QR = 394o 42’ 25” – 360o =34o 42’ 25”

5. Menghitung koordinat titik R.


Dari titik P:
XR = XP + (dPR sin PR)
= 10,250 + (100,250 sin 69o 3’52”)
= 103,882 meter
YR = YP + (dPR cos PR)
= 15,500 + (100,250 cos 69o 3’ 52”)
= 51,321 meter

Dari titik Q:
XR = XQ + (dQR sin QR)
= 60,750 + (75,750 sin 34o 42’ 25”)
= 103,881 meter
YR = YQ + (dQR cos QR)
= – 10,950 + (75,750 cos 34o 42’ 25”)
= 31,322 meter

74
5.3.3 Metoda Poligon
Metoda Poligon merupakan salah satu metoda penentuan posisi horisontal
beberapa titik di lapangan dengan cara hitungan berantai, dimana titik satu dengan
titik lainnya dihubungkan secara berurutan dengan melakukan pengukuran sudut
mendatar dan jarak mendatar sehingga membentuk suatu rangkaian titik-titik.
Pengukuran poligon dilakukan untuk mendapatkan koordinat titik-titik di
lapangan, dengan tujuan agar dapat digunakan sebagai kerangka dasar pemetaan
maupun untuk keperluan teknis.
Untuk mendapatkan koordinat titik-titik pada suatu poligon, dalam proses
hitungannya menggunakan argumen sudut mendatar di setiap titik poligon dan
jarak mendatar setiap sisi poligon. Selain itu diperlukan pula syarat agar dapat
dilakukan hitungan koordinat, yaitu:
 Paling sedikit harus ada satu titik yang telah diketahui koordinatnya pada
rangkaian poligon tersebut.
 Paling sedikit harus ada satu azimuth atau sudut jurusan sisi poligon yang
telah diketahui.
Ditinjau dari model rangkainnya, konfigurasi titik-titik yang membentuk
suatu poligon dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Poligon terbuka.
2. Poligon tertutup.
3. Poligon bercabang.
4. Poligon kombinasi (gabungan dari poligon terbuka, tertutup dan bercabang).

Poligon terbuka merupakan rangkaian titik-titik dalam arah memanjang


yang mempunyai satu titik awal dan satu titik akhir yang terpisah.
Poligon tertutup merupakan rangkaian titik-titik yang mempunyai titik
awal dan titik akhir dengan posisi yang sama atau berimpit.
Poligon bercabang merupakan gabungan poligon terbuka dengan ditandai
adanya titik simpul/persimpangan dan rangkaian titiknya mempunyai beberapa
titik ujung yang terpisah.
Poligon kombinasi itu merupakan gabungan dari poligon terbuka dan
poligon tertutup, dalam suatu konfigurasinya.

75
Masing-masing jenis poligon tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Poligon Terbuka
U
αA1 β2 β4

β3 d4.5
A β1 2 4
d2.3 d3.4
dA1 d1.2 5
3
1

Poligon Tertutup
1 2
U
αA1

A 3

5 4
Poligon Bercabang 6
U
5 C
αA1 2 Titik Simpul
P
A 3 4
1
B

Poligon Kombinasi B

U
αA
C
1
A

Gambar 5.6: Skets Metode Poligon dalam beberapa model

5.3.3.1 Poligon Terbuka


Pada konvigurasi poligon terbuka, proses hitungan koordinat titik-titiknya
dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
A. Poligon terbuka tidak terikat.
B. Poligon terbuka terikat sempurna.
C. Poligon terbuka terikat sepihak atau sebagian.

76
Secara umum, untuk menghitung koordinat titik-titik yang tergabung dalam suatu
rangkaian poligon digunakan rumus dasar hitungan koordinat titik dan dilakukan
secara berantai.
A. Poligon terbuka tidak terikat
Poligon terbuka tidak terikat artinya jenis poligon terbuka ini tidak ada
syarat geometris atau keterikatan geometris yang harus dipenuhi. Dalam hal ini,
argumen sudut mendatar maupun jarak mendatar hasil ukuran dianggap benar,
sehingga tidak perlu memberikan koreksi geometris terhadap data tersebut.
Poligon ini ditandai dengan hanya diketahui 1 (satu) koordinat titik dan 1 (satu)
azimuth/ sudut jurusan pada sisi poligon.
Misalkan suatu rangkaian poligon terbuka A-B-C-D-E
Diketahui: koordinat titik A ( XA, YA ) dan azimuth (sudut jurusan) AB = AB
Diukur : jarak mendatar AB = dAB ; BC = dBC ; CD = dCD ; DE = dDE
sudut mendatar di titik B = 1 ; di titik C = 2 ; di titik D = 3
Akan dihitung koordinat titik B, C, D dan E
Skets Poligon: E
A 2 3
1 C D
B
Gambar 5.7: Skets Poligon terbuka tidak terikat

Sistematika Penyelesaian:
1. Perhatikan skets gambar poligon (sesuai data pengukuran lapangan).
2. Menghitung azimuth/sudut jurusan setiap sisi poligon secara berurutan:
BC = AB + 1 - 180o
CD = BC + 2 - 180o = AB + 1 + 2 - (2 x 180o)
DE = CD + 3 - 180o = AB + 1 + 2 + 3 - (3 x 180o)
3. Menghitung koordinat titik B, C, D dan E
XB = XA + dAB sin AB YB = YA + dAB cos AB
XC = XB + dBC sin BC YC = YB + dBC cos BC
XD = XC + dCD sin CD YD = YC + dCD cos CD
XE = XD + dDE sin DE YE = YD + dDE cos DE

77
Contoh Soal:
Diketahui : Poligon terbuka A-B-C-D-E
Koordinat titik A : X = + 10,025 meter ; Y = - 20,000 meter
Azimuth (sudut jurusan) AB = AB = 71o 50’ 30”
Diukur : jarak mendatar AB = dAB = 100,000 m;
BC = dBC = 60,500 m;
CD = dCD = 75,025 m;
DE = dDE = 150,000 m
sudut mendatar di titik B = 1 = 125o 30’ 0” ;
di titik C = 2 = 160o 10’ 0”
di titik D = 3 = 330o 45’ 0”

Akan dihitung koordinat titik B, C, D dan E


Skets poligon:

3 D

UTARA 2 C

E
1
αAB
B

A
Penyelesaian:
1. Perhatikan skets poligon yang sesuai dengan data pengukuran lapangan.
2. Menghitung azimuth/sudut jurusan setiap sisi poligon secara berurutan:
AB = 71o 50’ 30” (diketahui)
BC = AB + 1 – 180o
= 71o 50’ 30” + 125o 30’ 0” – 180o
= 17o 20’ 30”

78
CD = BC + 2 – 180o
= 17o 20’ 30” + 160o 10’ 0” – 180o
= 357o 30’ 30”
DE = CD + 3 – 180o
= 357o 30’ 30” + 330o 45’ 0” – 180o
= 148o 15’ 30”

3. Menghitung koordinat titik B, C, D dan E

XB = XA + dAB sin AB YB = YA + dAB cos AB


= 10,025 + 100,000 sin 71o 50’ 30” = - 20,000 + 100,000 cos 71o50’ 30”
= 10,025 + 95,020 = - 20,000 + 31,164
= 105,045 meter = 11,164 meter

XC = XB + dBC sin BC YC = YB + dBC cos BC


= 105,045 + 60,500 sin 17o 20’ 30” = 11,164 + 60,500 cos 17o 20’ 30”
= 105,045 + 18,033 = 11,164 + 57,750
= 123,078 meter = 68,914 meter

XD = XC + dCD sin CD YD = YC + dCD cos CD


= 123,078 + 75,025 sin 357o 30’ 30” = 68,914 + 75,025 cos 357o 30’ 30”
= 123,078 + ( - 3,262 ) = 68,914 + 74,954
= 119,816 meter = 143,868 meter

XE = XD + dDE sin DE YE = YD + dDE cos DE


= 119,816 + 150,000 sin 148o 15’ 30” = 143,868 + 150,000 cos 148o15’30”
= 119,816 + 78,914 = 143,868 + (-127,564)
= 198,730 meter = 16,304 meter

B. Poligon terbuka terikat sempurna


Poligon terbuka terikat sempurna artinya jenis poligon terbuka ini dalam
proses hitungannya ada syarat geometris yang harus dipenuhi atau ada keterikatan
geometris (baik sudut ukuran maupun jarak ukuran).
Dalam hal ini, baik sudut mendatar maupun jarak mendatar hasil ukuran poligon
ada keterikatan geometris. Oleh karena itu, poligon ini ditandai dengan adanya 2

79
(dua) koordinat titik dan 2 (dua) azimuth (sudut jurusan) di kedua titik ujung
poligon yang telah diketahui nilainya atau didefinisikan benar.
Syarat geometris poligon terikat sempurna :

 Akhir -  Awal = (   ) - n . 180o

X akhir – X awal =  ( d . sin  )

Y akhir – Y awal =  ( d . cos  )


Dalam hal ini:
 = Azimuth (sudut jurusan) sisi poligon.
  = jumlah sudut-sudut ukuran poligon
n = bilangan bulat positif atau angka kelipatan yang sesuai
X,Y = koordinat titik ujung poligon yang diketahui nilainya.
 (d . sin  ) = jumlah dari perkalian antara jarak dan sin  setiap sisi poligon
 (d . cos  ) = jumlah dari perkalian antara jarak dan cos  setiap sisi poligon
Misalkan suatu rangkaian poligon terbuka A-B-C-D-E
Diketahui : koordinat titik A ( XA, YA ) dan titik E ( XE, YE )
azimuth AB = AB dan azimuth ED = ED
Diukur : jarak mendatar AB = dAB ; BC = dBC ; CD = dCD ; DE = dDE
sudut mendatar di titik B = 1 ; di titik C = 2 ; di titik D = 3
Akan dihitung koordinat titik B, C, dan D
Skets Poligon:
3 E
2
A
1 C D

B
Gambar 5.8: Skets Poligon terbuka terikat sempurna

Sistematika Penyelesaian:
1. Perhatikan skets gambar poligon (sesuai data pengukuran lapangan).
2. Menghitung kesalahan total sudut ukuran atau clossing error polygon (f).
f = {(   ) – n . 180o} – ( Akhir –  Awal )
3. Menghitung nilai koreksi sudut dan nilai sudut terkoreksi.
Nilai koreksi total = – f

80
Besarnya koreksi setiap sudut ukuran ( ) = – f / N
Dalam hal ini, notasi N = banyaknya sudut poligon yang diukur
Nilai sudut terkoreksi :  = u + 
4. Menghitung azimuth/sudut jurusan setiap sisi poligon secara berurutan:
BC = AB + 1 - 180o
CD = BC + 2 - 180o = AB + 1 + 2 - (2 x 180o)
DE = CD + 3 - 180o = AB + 1 + 2 + 3 - (3 x 180o)
5. Menghitung kesalahan total jarak ukuran arah Absis (fx) dan Ordinat (fy)
fx = { (d . sin  )} – ( X akhir – X awal )
fy = { (d . cos  )} – ( Y akhir – Y awal )
6. Menghitung nilai koreksi jarak
Nilai koreksi jarak total arah X (absis) = – fx
Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah X: x = (d / d ).(–fx)
Nilai koreksi jarak total arah Y (ordinat) = – fy
Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah Y: y = (d / d ).(–fy)
7. Menghitung koordinat titik B, C, D dan E
XB = XA + dAB sin AB + x1 YB = YA + dAB cos AB + y1
XC = XB + dBC sin BC + x2 YC = YB + dBC cos BC + y2
XD = XC + dCD sin CD + x3 YD = YC + dCD cos CD + y3
XE = XD + dDE sin DE + x4 YE = YD + dDE cos DE + y4
(Catatan : Koordinat titik E ini perlu dihitung sebagai kontrol hitungan)

Contoh Soal:
Diketahui : Poligon terbuka A-B-C-D-E
Koordinat titik A : X = + 10,025 meter ; Y = - 20,000 meter
Koordinat titik E : X = + 198,700 meter ; Y = + 16,250 meter
Azimuth AB = AB = 71o 50’ 30” ; Azimuth ED = ED = 328o 15’ 0”
Diukur : jarak mendatar AB = dAB = 100,000 m; BC = dBC = 60,500 m;
CD = dCD = 75,025 m; DE = dDE = 150,000 m
sudut mendatar di titik B = 1 = 125o 30’ 0” (maksudnya u1)
di titik C = 2 = 160o 10’ 0”
di titik D = 3 = 330o 45’ 0”

81
Akan dihitung koordinat titik B, C, dan D
Skets Poligon:

3
D
UTARA

UTARA 2 C

E
1
αED
αAB
B

Penyelesaian:
1. Perhatikan skets poligon yang sesuai dengan data pengukuran lapangan.
2. Menghitung kesalahan total sudut ukuran atau clossing error polygon (f).
f = {( u ) - n . 180o} – ( Akhir -  Awal )
= {( 616o 25’ 0”) - 2 . 180o} – ( 71o 50’ 30” - 328o 15’ 0” )
= ( 256o 25’ 0” ) – ( 256o 24’ 30” )
= 0o 0’ 30”
3. Menghitung nilai koreksi sudut dan nilai sudut terkoreksi.
Nilai koreksi total = - f = - 0o 0’ 30”
Besarnya koreksi setiap sudut ukuran () = – f / N
= – 0o 0’ 30”/3
= – 10”
Nilai sudut terkoreksi () :
 = u + , (u = nilai sudut ukuran poligon)
1 = 1u +  = 125o 30’ 0” + ( - 10” ) = 125o 29’ 50”
2 = 2u +  = 160o 10’ 0” + ( - 10” ) = 160o 9’ 50”
3 = 3u +  = 330o 45’ 0” + ( - 10” ) = 330o 44’ 50”

82
4. Menghitung azimuth/sudut jurusan setiap sisi poligon secara berurutan:
AB = 71o 50’ 30” (diketahui)
BC = AB + 1 – 180o
= 71o 50’ 30” + 125o 29’ 50” – 180o = 17o 20’ 20”
CD = BC + 2 – 180o
= 17o 20’ 20” + 160o 9’ 50” – 180o = 357o 30’ 10”
DE = CD + 3 – 180o
= 357o 30’ 10” + 330o 44’ 50” – 180o = 148o 15’ 0”

5. Menghitung kesalahan jarak ukuran arah Absis (fx) dan arah Ordinat (fy)
Kesalahan total, dalam arah absis:
fx = { (d . sin  )} – ( X akhir – X awal )
= { dAB sin AB + dBC sin BC + dCD sin CD + dDE sin DE } – (XE – XA)
= { 95,020 + 18,030 + (-3,269) + 78,932 } – ( 198,700 - 10,025 )
= ( 188,713 ) – ( 188,675 )
= 0,038
Kesalahan total, dalam arah ordinat:
fy = { (d . cos  )} – ( Y akhir – Y awal )
= { dAB cos AB + dBC cos BC + dCD cos CD + dDE cos DE } – (YE – YA)
= { 31,164 + 57,751 + 74,954 + (- 127,553 ) } – {16,250 – (- 20,000) }
= ( 36,316 ) – ( 36,250 )
= 0,066

6. Menghitung nilai koreksi jarak


Nilai koreksi jarak total arah X (absis) = – fx = – 0,038 m
Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah X : x = (d / d ) . (–fx)
Jumlah jarak poligon: d = dAB + dBC + dCD + dDE
d = 100,000 + 60,500 + 75,025 + 150,000 = 385,525 m
x1 = (dAB / d ) . (-fx)
= (100,000/385,525 ). (- 0,038 ) = – 0,010
x2 = (dBC / d ) . (-fx)
= (60,500/385,525 ). (- 0,038 ) = – 0,006

83
x3 = (dCD / d ) . (-fx)
= (75,025/385,525 ). (- 0,038 ) = – 0,007
x4 = (dDE / d ) . (-fx)
= (150,000/385,525 ). (- 0,038) = – 0,015

Nilai koreksi jarak total arah Y (ordinat) = – fy = – 0,066 m


Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah Y: y = (d / d ) . (–fy)
y1 = (dAB / d ) . (-fy)
= {(100,000/385,525 ). (– 0,066 ) = – 0,017
y2 = (dBC / d ) . (-fy)
= (60,500/385,525 ). (– 0,066 ) = – 0,010
y3 = (dCD / d ) . (-fy)
= (75,025/385,525 ). (– 0,066 ) = – 0,013
y4 = (dDE / d ) . (-fy)
= (150,000 / 385,525 ). (– 0,066 ) = – 0,026

7. Menghitung koordinat titik B, C, D dan E


XB = XA + dAB sin AB + x1 YB = YA + dAB cos AB + y1
= 10,025 + 95,020 + ( – 0,010 ) = – 20,000 + 31,164 + (– 0,017)
= 105,035 meter = 11,147 meter

XC = XB + dBC sin BC + x2 YC = YB + dBC cos BC + y2


= 105,035 + 18,030 + (– 0,006 ) = 11,147 + 57,751 + (– 0,010)
= 123,059 meter = 68,888 meter
XD = XC + dCD sin CD + x3 YD = YC + dCD cos CD + y3
= 123,059 +(– 3,269 )+(– 0,007 ) = 68,888 + 74,954 + (–0,013 )
= 119,783 meter = 143,829 meter

XE = XD + dDE sin DE + x4 YE = YD + dDE cos DE + y4


= 119,783+78,932 + (–0,015 ) =143,829+(–127,553)+(– 0,026)
= 198,700 meter = 16,250 meter
(Catatan: Koordinat titik E ini perlu dihitung sebagai kontrol hitungan).

84
C. Poligon terbuka terikat sepihak
Poligon terbuka terikat sepihak artinya jenis poligon terbuka ini ada
syarat geometris yang harus dipenuhi atau ada keterikatan geometris sebagian.
Dalam hal ini, salah satu argumen yaitu sudut mendatar atau jarak mendatar hasil
ukuran poligon ada keterikatan geometris. Oleh karena itu jenis poligon ini dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) tipe, yaitu:
1. Poligon terbuka terikat sudut.
2. Poligon terbuka terikat jarak.
Poligon terbuka terikat sudut merupakan poligon yang secara geometris
mempunyai keterikatan sudut dengan azimuth pada kedua titik ujung sebagai
pengontrolnya, dan dalam proses hitungannya, sudut-sudut hasil ukuran harus
memenuhi syarat geometris, sedangkan jarak ukuran dianggap benar.
Poligon ini ditandai dengan adanya nilai 1 (satu) koordinat titik dan 2 (dua)
azimuth di kedua titik ujung poligon yang telah diketahui/didefinisikan nilainya.
Syarat geometris:
 Akhir –  Awal = (   ) – n . 180o
Kesalahan total sudut ukuran (f) dihitung dengan rumus :
f = {(   ) – n . 180o} – ( Akhir –  Awal )
Besarnya koreksi setiap sudut ukuran () = – f / N
Nilai sudut terkoreksi () :
 = u + , (u = nilai sudut ukuran poligon)

Nilai fx dan fy maupun x dan y tidak perlu dihitung.


Dalam hal ini:
 = Azimuth (sudut jurusan)
  = jumlah sudut-sudut ukuran poligon
n = bilangan bulat positif (angka kelipatan) yang sesuai, N = jumlah titik sudut.

Koordinat titik titik poligon, dihitung dengan rumus dasar sebagai berikut,
(contoh titik B dihitung dari titik A):
XB = XA + dAB sin AB
YB = YA + dAB cos AB

85
Poligon terbuka terikat jarak merupakan poligon yang secara geometris
mempunyai keterikatan jarak ukuran terhadap nilai koordinat titik ujung poligon
sebagai pengontrolnya, dan dalam proses hitungannya, jarak-jarak hasil ukuran
harus memenuhi syarat geometris, sedangkan sudut ukuran dianggap benar.
Poligon ini ditandai dengan adanya nilai 2 (dua) koordinat titik di kedua ujung
poligon yang telah diketahui (terdefinisi) dan 1 (satu) azimuth (sudut jurusan)
yang telah diketahui/didefinisikan benar nilainya.

Syarat geometris:
X akhir – X awal =  ( d . sin  )
Y akhir – Y awal =  ( d . cos  )
Kesalahan jarak ukuran pada arah Absis (fx) dan arah Ordinat (fy)
dihitung dengan rumus:
fx = { (d . cos  )} – ( X akhir – X awal )
fy = { (d . cos  )} – ( Y akhir – Y awal )
Nilai f dan  tidak perlu dihitung.
Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah X : x = (d / d ) . (–fx)
Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah Y : x = (d / d ) . (–fy)
Dalam hal ini:
X ,Y = koordinat titik poligon yang diketahui di kedua ujungnya
d = jarak ukuran sisi poligon.
 (d.sin ) = jumlah dari perkalian antara jarak dan sinus  setiap sisi poligon
 (d.cos ) = jumlah dari perkalian antara jarak dan cossinus  setiap sisi poligon

Koordinat titik titik poligon, dihitung dengan rumus dasar sebagai berikut,
(contoh titik B dihitung dari titik A):
XB = XA + dAB sin AB + x1
YB = YA + dAB cos AB + y1

86
5.3.3.2 Poligon Tertutup
Seperti yang telah dituliskan sebelumnya, bahwa suatu jaringan poligon
dikatakan sebagai poligon tertutup apabila posisi horisontal titik awal dan titik
akhir poligon tersebut sama atau berimpit. Dengan pernyataan tersebut, maka
secara matematis konfigurasi poligon tertutup dapat ditandai sebagai berikut:
1. Koordinat Awal = Koordinat Akhir
2. Azimuth Awal = Azimuth Akhir
Secara umum, ditinjau dari cara pengukuran sudutnya, poligon tertutup dibedakan
menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Poligon tertutup dengan data ukuran sudut dalam.
2. Poligon tertutup dengan data ukuran sudut luar.
Skets Poligon Tertutup:

B β2
B
β3
β2 β1

A C
C
β1
A β3

β5 β4 β5 E
D
D
E β4

Poligon tertutup, diukur sudut dalam Poligon tertutup, diukur sudut luar

Poligon tertutup merupakan poligon terikat sempurna, artinya baik sudut maupun
jarak ukuran ada keterikatan geometris, sehingga dalam proses hitungannya data
ukuran tersebut harus memenuhi syarat geometris.
Syarat geometris poligon tertutup:
(   ) – n . 180o = 0
 ( d . sin  ) = 0
 ( d . cos  ) = 0

87
Dalam hal ini:
(   ) = jumlah sudut ukuran pada poligon tertutup
n = bilangan bulat positif atau angka kelipatan yang sesuai.
 ( d . sin  ) = jumlah dari perkalian antara jarak ukuran dan sin .
 ( d . cos  ) = jumlah dari perkalian antara jarak ukuran dan cos  .
Perlu diketahui, dalam proses hitungan poligon tertutup bahwa:
a. Untuk poligon tertutup dengan data ukuran sudut dalam, maka nilai n = N - 2
b. Untuk poligon tertutup dengan data ukuran sudut luar, maka nilai n = N + 2
Misalkan suatu rangkaian poligon tertutup A-B-C-D-E-A
Diketahui : koordinat titik A ( XA, YA )
azimuth AB = AB
Diukur : jarak mendatar AB= dAB ; BC= dBC ; CD= dCD ; DE= dDE ; EA= dEA
sudut dalam titik titik A = 1; B = 2; C = 3; D = 4; E = 5
Akan dihitung koordinat titik B, C, D dan E
Skets Poligon Tertutup:
E
U
αAB
β5

A
β1 β4 D

β2 β3
C
B

Sistematika Penyelesaian:
1. Perhatikan skets gambar poligon (sesuai data pengukuran lapangan).
2. Menghitung kesalahan total sudut ukuran atau clossing error polygon (f):
f = {(   ) – n . 180o}
Menghitung nilai koreksi sudut dan nilai sudut terkoreksi.
Nilai koreksi total = – f
Besarnya koreksi setiap sudut ukuran () = – f / N
Dalam hal ini, notasi N = banyaknya sudut poligon yang diukur
Nilai sudut terkoreksi :  = u + 

88
3. Menghitung azimuth/sudut jurusan setiap sisi poligon secara berurutan:
BC = AB + 2 – 180o
CD = BC + 3 – 180o = AB + 2 + 3 – (2 x 180o)
DE = CD + 4 – 180o = AB + 2 + 3 + 4 – (3 x 180o)
EA = DE + 5 – 180o = AB + 2 + 3 + 4 + 5 – (4 x 180o)

4. Menghitung kesalahan jarak ukuran dalam arah Absis (fx) dan Ordinat (fy)
fx = { (d . sin  )}
fy = { (d . cos  )}

5. Menghitung nilai koreksi jarak


Nilai koreksi jarak total arah X (absis) = – fx
Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah X: x = (d / d ) . (–fx)
Nilai koreksi jarak total arah Y (ordinat) = – fy
Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah Y: y = (d / d ) . (–fy)

6. Menghitung koordinat titik B, C, D dan E


XB = XA + dAB sin AB + x1 YB = YA + dAB cos AB + y1
XC = XB + dBC sin BC + x2 YC = YB + dBC cos BC + y2
XD = XC + dCD sin CD + x3 YD = YC + dCD cos CD + y3
XE = XD + dDE sin DE + x4 YE = YD + dDE cos DE + y4
XA = XE + dEA sin EA + x5 YA = YE + dEA cos EA + y5
(Catatan: Koordinat titik A ini perlu dihitung sebagai kontrol hitungan!)

Contoh Soal :
Misalkan suatu rangkaian poligon tertutup P-Q-R-S-P
Diketahui : koordinat titik P : XP = + 100,000 meter , YP = + 50,000 meter
azimuth PQ = PQ = 62o 02’ 30”
Diukur :
Jarak: dPQ = 172,200 m; dQR = 87,520 m; dRS = 93,810 m; dSP = 141,080 m
Sudut dalam : titik P = 1 = 54o 04’ 35” ; titik Q = 2 = 90o 22’ 25” ;
titik R = 3 = 106o 16’ 30” ; titik S = 4 = 109o 16’ 50”.
Akan dihitung koordinat titik Q, R, dan S

89
Skets Poligon Tertutup: R

S β3
β4

β2
U Q

αPQ

β1
P

Penyelesaian:
1. Perhatikan skets gambar poligon (sesuai data pengukuran lapangan).
2. Menghitung kesalahan total sudut ukuran atau clossing error polygon (f).
f = {(   ) - n . 180o} = {(   ) - (N – 2) . 180o}
= {( 1 + 1 + 1 + 1) – (4 – 2) . 180o}
= 360o 0’ 20” – 360o
= 0o 0’ 20”

Menghitung nilai koreksi sudut dan nilai sudut terkoreksi.


Nilai koreksi total = – f = – 0o 0’ 20”
Besarnya koreksi setiap sudut ukuran ()
() = - f / N
= – 0o 0’ 20”/ 4 = – 0o 0’ 05”

Nilai sudut terkoreksi :  = u + 


1 = 1u + 
= 54o 04’ 35” + (– 0o 0’ 05” ) = 54o 04’ 30”
2 = 2u + 
= 90o 22’ 25” + (– 0o 0’ 05” ) = 90o 22’ 20”
3 = 3u + 
= 106o 16’ 30” + (– 0o 0’ 05” ) = 106o 16’ 25”
4 = 4u + 
= 109o 16’ 50” + ( - 0o 0’ 05” ) = 109o 16’ 45”

90
3. Menghitung azimuth/sudut jurusan setiap sisi poligon secara berurutan:
Diketahui Azimuth PQ = PQ = 62o 02’ 30”
QR = PQ + 2 - 180o
= 62o 02’ 30” + 90o 22’ 20” – 180o
= – 27o 35’ 10” + 360o = 332o 24’ 50”
RS = QR + 3 - 180o
= 332o 24’ 50” + 106o 16’ 25” - 180o
= 258o 41’ 15”
SP = RS + 4 - 180o
= 258o 41’ 15”+ 109o 16’ 45” - 180o
= 187o 58’ 0”
PQ = SP + 1 - 180o
= 187o 58’ 0”+ 54o 4’ 30” - 180o
= 62o 02’ 30” (Azimuth PQ ini perlu dihitung sebagai kontrol hitungan!)

4. Menghitung kesalahan total jarak ukuran dalam arah X: (fx) dan arah Y: (fy)
Menghitung kesalahan total jarak ukuran arah Absis (fx):
fx = { (d . sin  )}
= { dPQ sin PQ + dQR sin QR + dRS sin RS + dSP sin SP }
= 152,102 + ( - 40,529 ) + ( - 91,987 ) + ( - 19,553 ) = 0,033 m.
Menghitung kesalahan total jarak ukuran arah Ordinat (fy):
fy = { (d . cos  )}
= { dPQ cos PQ + dQR cos QR + dRS cos RS + dSP cos SP }
= 80,732 + 77,570 + ( - 18,402 ) + ( - 139,718 ) = 0,182 m.

5. Menghitung nilai koreksi setiap jarak ukuran


Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah X: x = (d / d ) . (–fx)
d = dPQ + dQR + dRS + dSP
= 172,200 + 87,520 + 93,810 + 141,080 = 494,610 m.

x1 = (dPQ / d ) . (-fx)


= ( 172,200 / 494,610 ) . ( - 0,033 ) = - 0,011 m.

91
x2 = (dQR / d ) . (-fx)
= ( 87,520 / 494,610 ) . ( - 0,033 ) = - 0,006 m.
x3 = (dRS / d ) . (-fx)
= ( 93,810 / 494,610 ) . ( - 0,033 ) = - 0,006 m.
x4 = (dSP / d ) . (-fx)
= ( 141,080 / 494,610 ) . ( - 0,033 ) = - 0,010 m.

Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah Y: y = (d / d ) . (-fy)


y1 = (dPQ / d ) . (-fy)
= ( 172,200 / 494,610 ) . ( - 0,182 ) = - 0,063 m.
y2 = (dQR / d ) . (-fy)
= ( 87,520 / 494,610 ) . ( - 0,182 ) = - 0,032 m.
y3 = (dRS / d ) . (-fy)
= ( 93,810 / 494,610 ) . ( - 0,182 ) = - 0,035 m.
y4 = (dSP / d ) . (-fy)
= ( 141,080 / 494,610 ) . ( - 0,182 ) = - 0,052 m.

6. Menghitung koordinat titik Q, R, dan S


XQ = XP + dPQ sin PQ + x1 YQ = YP + dPQ cos PQ + y1
= 100,000 + 152,102 + (- 0,011) = 50,000 + 80,732 + (- 0,063)
= 252,091 m. = 130,669 m.
XR = XQ + dQR sin QR + x2 YR = YQ + dQR cos QR + y2
= 252,091 + (- 40,529) + (- 0,006) = 130,669 + 77,570 + (- 0,032)
= 211,556 m. = 208,207 m.
XS = XR+ dRS sin RS + x3 YS = YR + dRS cos RS + y3
= 211,556 + (- 91,987 ) + (- 0,006) = 208,207+(- 18,402 )+(- 0,035)
= 119,563 m. = 189,770 m.

Sebagai kontrol hitungan:


XP = XS + dSP sin SP + x4 YP = YS + dSP cos SP + y4
= 119,563 + (- 19,553 ) + (- 0,010) =189,770 + (-139,718 ) + (-0,052)
= 100,000 m. = 50,000 m.
Catatan: Koordinat titik P hitungan ini harus = data koordinat P

92
LATIHAN SOAL BAB V

1. Data hasil pengukuran jarak mendatar dan azimuth dari titik A sebagai berikut:
jarak AB= 126,24 meter; jarak AC= 216,35 meter; azimuth AB=137°17’ 30”
dan azimuth AC = 83° 38’ 45’’.
Jika diketahui koordinat titik A (-50,25 ; 75,85 ) meter, hitunglah koordinat
titik B dan C.

2. Tiga titik di lapangan maing-masing P, R dan S.


Koordinat titik P: XP = - 11,69 m , YP = - 36,77 m; titik R : XR = + 20,25 m ,
YR = + 10,25 m.
Diukur: jarak RS = 65,25 m ; sudut mendatar PRS = 237o 10’ 45” (searah
jarum jam). Hitunglah koordinat titik S, jarak PS dan azimuth PS.

3. Hasil pengukuran lapangan diperoleh data sebagai berikut:


Bacaan arah/jurusan dari titik A: JAU = 200o 0’0” ; JAB = 245o 40’05”; JAC =
320o 07’30” ; JAD = 125o 30’ 15” ; (U = arah utara geografi ).
Jarak datar dari A: dAB = 125,750 m ; dAC = 200,505 m ; dAD = 275,711 m.
a. Jika diketahui koordinat titik D (100,555 ; 222,111) meter, hitunglah
koordinat titik A, B dan C.
b. Gambarkan skets rekonstruksi pengukuran tersebut dengan skala tertentu.

4. Diketahui titik A dengan koordinat: XA = 11,20 meter ; YA = 15,10 meter


Hasil pengukuran lapangan diperoleh data sebagai berikut:
Dari titik A : jarak AB = 65,80 meter ; azimuth AB = AB = 50,84723 grade
Dari titik B: jarak BC = 100,00 meter ; jurusan BC = JBC = 4,60150 grade,
jurusan BA = JBA = 359,60150 grade ( bukan azimuth !!! ) .
a. Gambarkan skets rekonstruksi pengukuran tersebut.
b. Hitunglah koordinat titik C, jarak CA dan azimuth CA

5. Dikethui koordinat titik A dan B :


XA = + 56,699 m , YA = + 50,000 m ; XB = 100,000 m , YB = 75,000 m
Data hasil ukuran lapangan :
Jarak datar BC = 100,000 m ; BD = 125,500 m ; BE = 150,250 m
Jurusan: JBA =205o 45’ 0” ;JBC =330o 45’ 0” ; JBD =61o 15’ 0” ; JBE =145o 45’1”

93
a. Gambarkan skets rekonstruksi pengukuran tersebut.
b. Hitunglah koordinat titik C, D dan E.

6. Diketahui: koordinat titik P : XP = + 231,58 meter , YP = + 1422,92 meter


titik Q : XQ = + 1681,92 meter , YQ = + 831,87 meter
Diukur: arah/jurusan: JPQ = 222o 22’ 2” ; JPR = 283o 40’ 5” ; JQR = 325o 25’ 40”
JQP = 14o 06’ 08”
a. Gambarkan skets rekonstruksi pengukuran tersebut
b. Hitunglah koordinat titik R.

7. Diketahui: koordinat titik A : XA = - 34,36 meter , YA = + 8,15 meter


titik B : XB = - 31,13 meter , YB = - 31,70 meter
Bacaan arah: JAC = 234o 56’ 10” ; JAB = 294o 56’ 10” ; JAD = 45o 11’ 10”
JBD = 350o 25’ 30” ; JBA = 36o 10’ 30” ; JBC = 126o 10’ 30”
Pertanyaan : a. Gambarkan skets rekonstruksi pengukuran tersebut
b. Hitung koordinat titik C dan D, jarak CD serta azimuth CD

8. Dikethui koordinat titik A : XA = - 102,550 m , YA = + 26,710 m


Data hasil ukuran lapangan :
Jarak datar AB = 70,444 m ; AC = 92,265 m
Bacaan Arah : JAU = 300o 0’ 0” ; JAB = 45o 16’ 25” ; JAC = 79o 46’ 45”
JBD = 134o 15’ 30”; JBC = 200o 11’15”; JCB = 296o 30’ 45”;
JCD = 20o35’ 0” ; (U = menunjukkan arah utara )
a. Gambarkan skets rekonstruksi pengukuran tersebut.
b. Hitung koordinat titik B , C, dan D ; jarak DA serta azimuth DA

9. Perhatikan skets dan data jarak mendatar hasil ukuran sebagai berikut:
Koordinat P, XP = -125,750 meter ; YP = 15,650 meter
Jika Azimuth RP (αRP) = 272o 15’ 45”, hitunglah koordinat titik R, S dan T.

T
S
250,25 m
214,10 m
146,05 m
143,70 m

P 157,55 m R

94
10. Suatu rangkaian poligon terbuka A-B-1-2-3-4
Diketahui : koordinat titik A : XA = – 23,110 meter , YA = – 114,460 meter
koordinat titik B : XB = + 67,410 meter , YB = – 64,550 meter
Diukur jarak mendatar dan sudut mendatar:
dB.1 = 60,520 m ; d1.2 = 103,330 m ; d2.3 = 106,150 m; d3.4= 118,300 m
AB1= 220o 55’0”; B12= 144o 45’30”; 123= 225o 29’0”; 234=70o 6’0”
a. Gambarkan skets pengukuran poligon tersebut.
b. Hitung koordinat titik 1, 2, 3 dan 4.

11. Suatu rangkaian poligon terbuka A-B-C-D-E-F


Diketahui: koordinat titik A : XA = + 25,025 meter , YA = + 15,158 meter
azimuth FE = FE = 269o 50’ 10”
Diukur: jarak : dAB = 210,110 m ; dBC = 350,205 m ; dCD = 114,675 m;
dDE = 49,380 m ; dEF = 82,690 m
sudut (searah putaran jarum jam):
 FED = 85o31’ 20”;  EDC = 260o14’0” ;  DCB = 195o 31’ 20” ;
 CBA = 95o 30’ 40”.
a. Gambarkan skets pengukuran poligon tersebut.
b. Hitunglah koordinat titik B , C , D , E dan F

12. Suatu rangkaian poligon terbuka A-B-C-D-E diukur sudut dan jaraknya.
Jarak: dAB = 75,000 m ; dBC = 110,000 m ; dCD = 100,000 m; dDE = 65,000 m
Sudut :  ABC = 225o 32’5”;  BCD = 155o 28’ 55”;  CDE = 125o 55’ 0”
Diketahui : koordinat titik A : XA = + 46,261 meter , YA = - 94,449 meter
koordinat titik E : XE = + 356,961 meter , YE = - 55,099 meter
Azimuth AB =AB = 67o 7’ 35” ; Azimuth ED =ED = 214o 4’ 20”
a. Gambarkan skets poligon tersebut.
b. Hitunglah koordinat titik B, C dan D.

13. Suatu rangkaian poligon terbuka A-B-1-2-3-C


Diketahui : koordinat titik A : XA = – 43,110 meter , YA = – 134,460 meter
koordinat titik B : XB = + 47,410 meter , YB = – 84,550 meter
koordinat titik C : XC = + 304,098 meter , YC = + 22,265 meter

95
Diukur jarak mendatar dan sudut mendatar:
dB.1 = 60,520 m ; d1.2 = 103,330 m ; d2.3 = 106,150 m; d3.C= 118,300 m
AB1= 220o 55’0”;B12= 144o 45’30”; 123= 225o 29’0”; 23C=70o 6’0”
a. Gambarkan skets pengukuran poligon tersebut.
b. Hitung koordinat titik 1, 2 dan 3

14. Suatu rangkaian poligon tertutup A-B-C-D-E-F-A


Diketahui : koordinat titik A : XA = + 100,000 meter , YA = - 150,000 meter
azimuth AF = AF = 279o 39’ 30”
Diukur : jarak : dAB = 147,380 m ; dBC = 119,570 m ; dCD = 270,060 m;
dDE = 137,970 m ; dEF = 85,140 m ; dFA = 128,610 m
sudut luar :  A = 127o 48’ 15”;  B = 320o 59’ 15” ;  C = 227o 59’ 45”
 D = 329o 48’ 45”;  E = 114o 25’ 15”;  F = 318o 57’ 15”.
a. Gambarkan sket poligon tersebut,
b. Hitunglah koordinat titik B s/d. F.

15. Suatu rangkaian poligon tertutup P-Q-R-S-T-P


Diketahui : koordinat titik P : XP = - 53,110 meter , YP = - 234,460 meter
koordinat titik Q : XQ = + 37,410 meter , YQ = - 184,550 meter
Diukur :
jarak: dQR= 60,520 m ; dRS = 111,040 m; dST = 56,250 m; dTP = 139,310 m
sudut dalam :  P = 83o 22’ 30”;  Q = 139o 05’ 0” ;  R = 83o 13’ 20”
 S = 163o 05’ 15”;  T = 71o 17’ 05”.
a. Gambarkan sket poligon tersebut
b. Hitunglah koordinat titik R, S dan T.

16. Data hasil pengukuran poligon terbuka tertera pada tabel berikut ini:
TITIK TITIK BACAAN ARAH JARAK
ALAT TARGET HORISONTAL HORISONTAL (m)
U (Utara) 15o 7’ 20”
P
A 105o 57’ 70” 300,000
P 10o 20’ 30”
A
B 281o 51’ 15” 250,000
A 120o 15’ 25”
B
C 29o 30’ 50” 200,000
B 321o 10’ 35”
C
Q 50o 55’ 45” 100,000

96
a. Gambarlah (sket) Poligon PABCQ tersebut (Lihat data pada tabel soal).
b. Jika diketahui koordinat titik P (–10,000 m ; 125,000 m), hitung koordinat
titik A, B dan C secara sistematis.
c. Jika selain P, juga diketahui koordinat Q: XQ =77,500 m; YQ =– 223,500 m
dan Azimuth QC (αQC) = 1o 30’50”, hitunglah koordinat A, B, dan C.

17. Data hasil pengukuran poligon tertutup tertera pada tabel berikut ini:
PEMBACAAN ARAH
TITIK TITIK JARAK MENDATAR
HORISONTAL
ALAT TARGET (meter)
derajad menit detik
UTARA 0 0 0
A
B 179 53 0
E 50 30 45
A
B 179 53 0
42.550
A 216 15 0
B
C 306 17 40
37.020
B 287 56 30
C
D 18 28 20
56.450
C 56 39 20
D
E 148 22 15
19.700
D 321 58 45
E
A 100 20 30
23.110
A E
a. Gambarlah sket poligon tersebut sesuai data pengukuran.
b. Jika diketahui koordinat titik A: XA = – 75,000 meter + nomor absen (m)
YA = + 50,000 meter + nomor absen (m)
hitunglah koordinat titik B, C, D, E setelah data dikoreksi sesuai prosedur.

97

Anda mungkin juga menyukai