Anda di halaman 1dari 24

PENENTUAN KOORDINAT HORIZONTAL

2.1 Sistem Koordinat Horizontal


Sistem koordinat horizontal digunakan untuk menentukan posisi suatu titik
dalam bidang datar. Dikenal dua sistem koordinat yaitu: sistem koordinat
kartesian dan sistem koordinat kutub (polar). Sebagaimana dijelaskan,
bahwa pembagian kuadran dalam Ilmu Ukur Tanah berbeda dengan
pembagian kuadran pada Matematika.

2.1.1 Sistem Koordinat Kartesian


Penentuan koordinat dalam sistem ini menggunakan (x, y) yang terbagi
menjadi absis (x) dan ordinat (y). Sumbu absis terletak mendatar dan
sumbu ordinat terletak vertikal. Perpotongan kedua sumbu ini disebut
pusat koordinat dengan nilai (0, 0). Nilai absis di sebelah kanan pusat
koordinat bernilai positip dan di sebelah kiri bernilai negatip. Demikian pula
nilai ordinat di sebelah atas pusat koordinat bernilai positip dan di sebelah
bawah bernilai negatip. Penggambaran peta menggunakan sistem ini.

Gambar ………… Sistem Koordinat Kartesian

Xp dan Xq = absis titik P dan Q


Yp dan Yq = ordinat titik P dan Q
(Xp, Yp) = koordinat titik P
(Xq, Yq) = koordinat titik Q

1
Xq = Xp + ∆xpq
Yq = Yp + ∆ypq

Contoh:

Diketahui koordinat P (624,372; 311,481). Beda absis ∆xpq = 27,115 m


dan beda ordinat ∆ypq = 39,017 m. Tentukan koordinat Q.

Jawab:

Xq = Xp + ∆xpq

= 624,372 m + 27,115 m

= 651,487 m

Yq = Yp + ∆ypq

= 311,481 m + 39,017 m

= 350,508 m.

Jadi koordinat Q (651,487; 350,508).

2.1.2 Sistem Koordinat Kutub


Penentuan koordinat dalam sistem ini menggunakan (d,α) yang terbagi
menjadi jarak (d) dan azimut (α). Data pengukuran lapangan
menggunakan sistem ini.

2
Gambar ………….. Sistem Koordinat Kutub

2.1.3 Transformasi Koordinat Kutub ke Kartesian


Karena data pengukuran lapangan memakai sistem koordinat kutub
sedangkan penggambaran peta memakai sistem koordinat kartesian, perlu
dilakukan transformasi dari sistem koordinat kutub ke sistem koordinat
kartesian agar data lapangan dapat digunakan untuk menggambar peta.

Gambar …………… Korelasi Koordinat Kutub dan Kartesian

Dari gambar di atas:

3
Contoh:
Dari hasil pengukuran titik A dan B diperoleh data:
jarak AB = 125,057 m dan azimut AB = 214o17’08”
Koordinat titik A = (4.278,123;4.891,567).
Tentukan koordinat titik B.

Jawab:
∆xab = Dab sin αab
= 125,057 m sin 214o17’08”
= – 70,447 m.

∆yab = Dab cos αab


= 125,057 m cos 214o17’08”
= – 103,327 m

Xb = Xa + ∆xab
= 4.278,123 m + (– 70,447 m)
= 4.207,676 m

Yb = Ya + ∆yab
= 4.891,567 m + (– 103,327 m)
= 4.788,240 m.

Jadi koordinat B (4.207,676;4.788,240).


4
2.1.4 Transformasi Koordinat Kartesian ke Kutub
Terkadang hasil perancangan proyek yang digambar di peta harus
dipancangkan kembali ke lokasi sebenarnya di lapangan. Karena itu data
koordinat di peta yang menggunakan sistem koordinat kartesian harus
ditransformasikan ke sistem koordinat kutub.

Dari gambar 2.3 di atas dapat ditentukan persamaan sebagai berikut:

Tugas kecil:
Diketahui koordinat A (3.755,303;2.311,536) dan koordinat B
(3.467,901;2.416,843).

Hitung dan gambarkan jarak dan azimut AB.

5
2.2 Metode Penentuan Koordinat
Ada berbagai metode penentuan koordinat horizontal:
(a) Pemotongan Kemuka;
(b) Pemotongan Kebelakang;
(c) Poligon;
(d) Trianggulasi;
(e) Trilaterasi; dan
(f) GPS (Global Positioning System).

Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dalam


pengukuran teristris (pengukuran langsung di permukaan bumi), metode
yang paling sering digunakan adalah pemotongan kemuka, poligon, dan
GPS. Berikut dibahas metode pemotongan kemuka dan poligon secara
terperinci, sedangkan GPS hanya disinggung secara singkat, karena
penentuan koordinat menggunakan GPS merupakan satu mata kuliah
sendiri.

2.2.1 Pemotongan Kemuka


Pada metode ini, penentuan koordinat suatu titik didasarkan pada dua titik
lain yang telah diketahui koordinatnya. Metode ini umumnya digunakan
untuk menentukan posisi titik yang sulit diukur jaraknya secara langsung
karena terhalang sesuatu. Misalnya penentuan posisi tiang pancang
dermaga di pantai, menentukan jarak antara dua titik yang dipisahkan oleh
sungai yang lebar, dan lain-lain.

Misal akan ditentukan koordinat titik P yang terletak di bagian laut.


Letaknya cukup jauh dari pantai, sulit mengukur jaraknya. Untuk itu
dilakukan metode pemotongan kemuka. Data yang diukur adalah sudut
α dan β dari dua titik A dan B yang terletak di pantai yang masing-masing
sudah diketahui koordinatnya.

6
Gambar …….Pemotongan Kemuka

Metode perhitungannya:
Diketahui:
Koordinat A = (xa, ya) dan B = (xb, yb).
Diukur : Sudut α dan β.

Hitung : Koordinat P (xp, yp).

Jawab:

Posisi titik P ditentukan menggunakan rumus:


xp = xa + dap sin αap
yp = ya + dap cos αap

Namun,
jarak AP = dap,
dan azimut AP = αaq

7
belum diketahui.

Dilakukan perhitungan berdasarkan segitiga ABP sebagai berikut:

Contoh:
Diketahui A= (33.338,879;24.108,332) dan B=(33.570,208;23.992,026).
Diukur: Sudut α = 36o23’09” dan β = 44o58’14”.

Hitung: Koordinat P (xp, yp).

Jawab:
a. Hitung ∆xab
∆xab = xb – xa
= 239,329 m.

∆yab = yb – ya
= – 116,306 m.

8
2.2.2 Poligon
Poligon adalah salah satu teknik penentuan koordinat suatu rangkaian titik
di lapangan berdasarkan data pengamatan azimut, sudut, dan jarak.

Rangkaian poligon titik tersebut akan digunakan sebagai acuan pemetaan


yang disebut dengan istilah kerangka peta. Poligon dibedakan atas: Poligon
Terbuka dan Poligon Tertutup.

A. Poligon Terbuka
Poligon terbuka adalah poligon memanjang yang tidak kembali ke titik
awal. Jadi titik akhir poligon tidak berimpit dengan titik awal poligon.
Poligon terbuka digunakan untuk pengukuran kerangka horizontal daerah
proyek yang bersifat memanjang Contoh : pemetaan untuk proyek jalan,
rel kereta api, irigasi, sungai, jalur tilpon, jalur listrik, pipa PAM, saluran
drainasi.

Poligon Terbuka dibedakan atas:


a. Poligon Terbuka Terikat Sempurna: yaitu poligon yang diikat oleh
(a) dua titik berkoordinat pada awal dan dua titik berkoordinat pada akhir
rangkaian poligon

9
(b) satu titik berkoordinat dan satu azimut pada awal poligon dan satu
titik berkoordinat dan satu azimut pada akhir poligon. Untuk
pekerjaan pemetaan teliti, jenis poligon ini yang harus digunakan.

b. Poligon Terbuka Terikat Sebagian: poligon ini hanya diikat titik kontrol
berkoodinat pada salah satu ujungnya saja. Jenis poligon ini terpaksa
digunakan bila di lokasi proyek tidak terdapat banyak titik kontrol.
Untuk menghindari kesalahan pengukuran, pada poligon ini harus
dilakukan pengukuran berulang dengan sangat teliti.

c. Poligon Terbuka Lepas: poligon ini sama sekali tidak memiliki titik kontrol
berkoordinat. Untuk pekerjaan pemetaan teliti, jenis poligon ini harus
dihindari karena tidak bisa dilakukan kontrol koordinat. Jika terpaksa
dilakukan, ukurlah sudut, azimut, dan jarak dengan sangat teliti dan
beberapa kali untuk mengurangi kemungkinan salah pengukuran

Bentuk Poligon Terbuka Terikat Sempurna

Gambar ……………. Poligon Terbuka Terikat Sempurna

Pada poligon terbuka terikat sempurna ini, data yang diukur adalah: Sudut
A, B, C, D dan E. Jarak PA, AB, BC, CD, DE, dan EQ. Azimut αpa dan azimut
αeq.

Data yang diketahui adalah Koordinat titik P dan titik Q. Yang akan
ditentukan: Koordinat titik A, B, C, D, dan E.

10
Syarat Absis dan Ordinat Poligon Terbuka

Gambar 2.7 Syarat Absis Poligon

Dari gambar di atas terlihat bahwa:


xq = xp + ∆xpa + ∆xab + ∆xbc + ∆xcd + ∆xde + ∆xeq
xq – xp = ∆xpa + ∆xab + ∆xbc + ∆xcd + ∆xde + ∆xeq
xq – xp = dpa sin αpa + dab sin αab + ……..... + deq sin αeq

xakhir – xawal = ∑ dsinα syarat absis poligon terbuka


yakhir – yawal = ∑ dcosα syarat ordinat poligon terbuka (analogis)

11
Contoh Perhitungan Poligon Terbuka Terikat Sempurna

Diketahui:
Koordinat: P (5.543,223; 2.406,192), R(5.688,364; 2.725,944),
Q(5.671,526; 2.387,443); S(5.661,984; 2.873,606).
Sudut: Q = 102o28’11” , A = 205o42’58” , B = 118o26’39” ,
C = 121o09’43” , R = 243o45’40” .
Jarak: QA = 134,230 m, BC = 99,992 m, AB = 128,119 m,
CR = 101,782 m.

Ditanya: Koordinat A, B, dan C.

a. Langkah perhitungan azimuth:

5. Syarat sudut sudah terpenuhi karena kesalahan sudut = – 15” di bawah


batas toleransi sehingga tidak perlu diadakan pengukuran sudut ulang.
6. Berikan koreksi tiap sudut sebesar : 15”/5 titik = 3” per titik. 28606’32”

12
b. Langkah perhitungan absis

13
14
Poligon Tertutup

15
16
Catatan: Xa hasil hitungan ini harus sama dengan Xa yang diketahui.

PENENTUAN KETINGGIAN

17
Altimeter Manual

18
Metode Trigonometri

19
Pembacaan Rambu

Tinggi alat

20
Alat Waterpass

Pengukuran Waterpasing

21
22
Waterpas di Tengah

Waterpas didirikandi atas titik.


Pada cara ini, waterpas didirikan di atas salah satu titik sedangkan rambu ukur didirikan di titik lain.
Tinggi alat atau tinggi garis bidik (tgb) harus diukur. Teropong diarahkan ke rambu, dilakukan
pembacaan ba, bt, dan bb.

Waterpas di Atas Titik

23
Waterpas di Luar Titik

Waterpas Resiprok

24

Anda mungkin juga menyukai