2.1 PERSIAPAN
Pekerjaan persiapan meliputi : persiapan umum, pengumpulan data sekunder, personil yang
dilibatkan, alat yang akan digunakan dan mobilisasi ke lapangan, adapun uraiannya
diuraikan adalah sebagai berikut :
B. SURVEY LAPANGAN
1 Total Stasion Unit 1
2 Theodolit T0 Unit 1
3 Waterpass Unit 1
4 GPS Unit 1
5 Roll Meter Unit 1
6 Lap Top Unit 1
7 Kalkulator Unit 1
No Nama Posisi/Jabatan
1 …………………. Ahli Geodesi
2 Kuswana Chief Surveyor
3 Kurniawan Surveyor
4 Bily Surveyor
5 Agi Kusuma Drapman
2.2.4
Mobilisasi dan Persiapan Base Camp
Mobilisasi team pengukuran dan pemetaan terdiri dari 2 (dua) tahap. Pertama yang
diberangkatkan adalah Ahli Geodesi, Chief Surveyor dan Team persiapan yang bertugas
II-2
menyiapkan Kantor lapangan, base camp dan melaksanakan pembuatan BM dan CP.
Personil pemberangkatan tahap kedua dilakukan setelah selesainya kegiatan persiapan
lapangan.
Gambar 2.2 C
II-3
2.4.3 Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal
Pengukuran kerangka dasar horisontal selain untuk mengetahui posisi setiap BM
yang terpasang, juga untuk memperoleh data kerangka horisontal sepanjang jalur
yang dilalui.
- Metoda pengukuran adalah polygon terikat/tertutup.
- Alat ukur sudut adalah theodolite yang mempunyai ketelitian 1”.
- Jalur pengukuran polygon mengikuti jalur kerangka pengukuran (Kring atau
loop)
- Sudut horizontal diukur satu seri lengkap (B,LB
- Perbedaan sudut horizontal hasil bacaan biasa dan luar biasa 5”.
- Jarak antara patok diukur dua kali pergi-pulang.
- Panjang seksi pengukuran polygon terikat ujungnya ditandai dengan BM
- Semua BM dan CP, baik yang lama maupun yang baru harus diukur.
Sudut jurusan sisi-sisi poligon adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal alat ukur
sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan dihitung
berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik poligon.
Penjelasan pengukuran sudut jurusan sebagai berikut lihat Gambar 2.3
= Sudut mendatar
AB = Bacaan skala horisontal ke target patok B
AC = Bacaan skala horisontal ke target patok C
Pembacaan sudut jurusan poligon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B) dan luar
biasa (LB).
Spesifikasi teknis dari poligon utama adalah sebagai berikut :
Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2,
Pengukuran kerangka poligon utama, dilakukan secara kring (loop),
Pengukuran sudut poligon dilakukan dengan dua (2) seri (empat bacaan sudut)
dengan ketelitian bacaan sudut 5” (lima detik),
Kesalahan penutup sudut maksimum 10” ( N, dalam hal ini N banyaknya titik
poligon,
Semua BM maupun CP yang dipasang dilewati jalur pengukuran poligon,
Alat ukur sudut yang harus digunakan Teodolit T2 Wild atau yang sejenis (dan
pengukuran sudut dilakukan dengan titik nol yang berbeda 0, 90 (dan seterusnya),
II-4
Pengukuran jarak dilakukan dengan TS, dilakukan pulang pergi masing-masing 2
kali bacaan untuk muka dan belakang,
Sudut vertikal dibaca dalam satu seri (dua kali bacaan),
AB
B
AC
A
C
e) Ketelitian Pengukuran
Pengukuran polygon :
(i) Salah penutup sudut 10 “ N, N = jumlah sudut;
(ii) Salah linier polygon 1 : 10.000.
= Yp - Ya
2. Data ukur polygon adalah sebagai berikut :
1, 2, 3 adalah titik-titik polygon yang akan ditentukan nilai koordinatnya :
Titik 1 : X1, Y1
Titik 2 : X2, Y2
Titik 3 : X3, Y3
Data sudut ukur yaitu :
S0 : sudut ukur di titik A
S1 : sudut ukur di titik 1
S2 : sudut ukur di titik 2
II-5
S3 : sudut ukur di titik 3
S4 : sudut ukur di titik P
Data jarak polygon :
d1 : jarak ukur dari titik A ke titik 1
d2 : jarak ukur dari titik 1 ke titik 2
d3 : jarak ukur dari titik 2 ke titik 3
d4 : jarak ukur dari titik 3 ke titik P
Dari data definitif dan data ukur tersebut di atas kemudian dihitung koordinat titik 1, 2, 3.
Untuk memudahkan hitungan dibuat daftar hitungan koordinat seperti terlihat dalam contoh
hitungan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Bab. 3, Proses Pengolahan Data, sub bab 3.2
mengenai Perhitungan Kerangka Dasar Horizontal.
3. Persyaratan yang harus dipenuhi sebagai berikut :
S ukur = AZ akhir – AZ awal + n.180
S0 + S1 + S2 + S3 + S4 = AZ pq – AZ ba + 5.180
d sin AZ1-1 = X ap
= d1 sin . AZa-1 + d2 sin . AZ1-2 + d3 sin . AZ2-3 + d4 sin . AZ3-P
d cos AZ1-1 = Y ap
= d1 cos . AZa-1 + d2 cos . AZ1-2 + d3 cos . AZ2-3 + d4 cos . AZ3-
P
4. Koreksi hasil ukuran polygon :
Koreksi sudut (Ks) = - kesalahan sudut ukur (ksu)
Ks = - ksu
Ks ini dibagikan kepada seluruh sudut ukur secara merata, kalau tidak habis dibagi,
diberikan kepada sudut yang mempunyai sisi polygon yang pendek.
Contoh :
ksu
Koreksi setiap sudut adalah : Ks 1 s/d 5 =
5
dimana : 5 = jumlah sudut ukur
Koreksi arah sumbu X (Kx) = - kesalahan ukur arah sumbu X
Kx = - kxu
Kx ini dibagikan kepada hasil ukuran arah sumbu x sebanding dengan panjang sisi-
sisi polygon.
Distribusi koreksi arah sumbu x adalah sebagai berikut :
kxu
Kx1 = .d1
d1~ 4
kxu
Kx2 = .d 2
d1~ 4
kxu
Kx3 = .d3
d1~ 4
kxu
Kx4 = .d 4
d1~ 4
Dimana : d1~4 = jumlah jarak
II-6
Ky = - kyu
Ky ini dibagikan kepada hasil ukuran arah sumbu y sebanding dengan panjang sisi-sisi
polygon.
Distribusi koreksi arah sumbu y adalah sebagai berikut :
kyu
Ky1 = .d1
d1~ 4
kyu
Ky2 = .d 2
d1~ 4
kyu
Ky3 = .d3
d1~ 4
kyu
Ky4 = .d 4
d1~ 4
Dimana : d1~4 = jumlah jarak
6. Hitungan Koordinat :
X1 = Xa + dap1 x sin AZap1 + Kx1 ………………… (pers.1)
Y1 = Ya + dap1 x cos AZap1 + Ky1 ………………... (pers.2)
II-7
Pengukuran kerangka dasar vertikal dilakukan dengan metode waterpass
memanjang dengan jalur pengukuran mengikuti jalur pengukuran polygon utama.
Pelaksanaannya sesuai dengan spesifikasi teknis, dengan alat ukur waterpass
otomatis.
Pelaksanaan pengukuran waterpass/levelling dibagi dalam 2 (dua) loopi yang semua
bentuknya adalah tertutup.
Pengukuran kerangka dasar vertikal bertujuan untuk mendapatkan :
- Ketinggian/elevasi Bench Mark (BM) dan Control Point (CP),
- Ketinggian/elevasi titik-titik polygon yang akan digunakan sebagai titik ikat
pada pengukuran detail situasi trase, profil melintang, situasi khusus dan lain-
lainnya.
Spesifikasi teknis pengukuran waterpass adalah sebagai berikut :
- Metoda pengukuran adalah waterpass terikat/tertutup.
- Alat yang digunakan : waterpass otomastis orde 2 dan rambu ukur yang
dilengkapi dengan nivo.
- Ketinggian/elevasi setiap titik-titik polygon/patok, BM dan CP baik yang lama
maupun yang baru harus diukur.
- Sebelum pengukuran setiap hari harus dilakukan checking garis bidik.
- Ketiga benang (ba, bt dan bb) harus dibaca lengkap.
- Pada jalur yang terikat/tertutup, pengukuran dilakukan dengan cara pergi
pulang, sedang pada jalur yang terbuka diukur dengan cara pergi pulang dan
stand ganda (double stand).
- Batas toleransi untuk kesalahan penutup maksimum 10 mm √ D , dalam hal
ini D = jumlah jarak dalam km.
Slag 2
Slag 1 b2 m21
b1 m1
Bidang Referensi
D
D
a. Toleransi beda tinggi antara stand I dan stand II adalah 2 (dua) mm, atau (hI - hII)
2 (dua) mm,
II-8
b. Data hasil pengukuran waterpass dicatat dengan tinta hitam pada formulir pengukuran
yang sudah disetujui pihak direksi pekerjaan,
c. Sebelum memulai pengukuran terlebih dulu dilakukan pengecekan alat untuk
menentukan kemiringan garis bidik dengan cara sebagai berikut :
(BTb2 BTm2) (BTb1 BTm1)
Tanα
(Db2 Dm2) (Db1 Dm1)
Δh2 Δh1
d2 d1
dimana :
BTb = Bacaan benang tengah belakang
BTm = Bacaan benang tengah muka
Db = Jarak antara alat dengan rambu belakang
Dm = Jarak antara alat dengan rambu muka
= Kemiringan garis bidik
Koreksi garis bidik
c = - tan
Dengan adanya kesalahan garis bidik maka dapat dilakukan 2 (dua) hal :
Alat dikalibrasi/dibetulkan posisi garis bidiknya sampai sekecil mungkin sehingga
tidak perlu dikoreksikan lagi (mendekati 0),
Hasil ukuran dikoreksi apabila selisih dari jumlah jarak belakang dan jumlah jarak
muka cukup besar,
Koreksi h (beda tinggi) akibat kemiringan garis bidik adalah sebagai berikut :
II-9
h = (BTb – BTm) + c (Db – Dm) atau
h = h’ + c (Db - Dm)
Untuk menghilangkan pengaruh kemiringan garis bidik ini adalah diusahakan jarak
muka dan belakang sama diwaktu pengukuran waterpass dilakukan.
Pengukuran detail situasi dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan pada Kerangka
Acuan Kerja (KAK). Pengukuran ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran topografi
sekitar daerah irigasi dengan sasaran tinggi dan posisi detail lapangan.
Pelaksanaan pengukuran akan dilakukan oleh beberapa team pengukuran yang akan
bekerja secara simultan sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan yang tersedia,
Titik detail ditentukan dengan pengukuran ray dan rincikan, dalam hal ini ujung-ujung
ray diikatkan pada kerangka dasar (BM),
Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara Tachymetri.
II-10
Alat yang digunakan adalah theodolite dengan ketelitian ≤ 1’ .
Posisi titik ditentukan oleh arah dan jarak atau sudut dan jarak.
Batas-batas sawah dan kampung harus diukur.
Semua kenampakan yang ada baik alami maupun buatan manusia harus diukur
(jaringan saluran irigasi, pembuang, jalan kampung, sawah, tegalan, dll).
Pengukuran harus diikatkan pada titik polygon . Ketelitian poligon raai untuk sudut
20’ N, dimana N = banyaknya titik sudut, ketelitian jarak poligon raai 1 : 2.500
Berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya melalui proses hitungan, diperoleh Jarak
datar dan beda tinggi antara dua titik yang telah diketahui koordinatnya (X,Y,Z).
Untuk menentukan tinggi titik B dari titik A yang telah diketahui koordinat (X,Y,Z),
digunakan rumus sebagai berikut :
TB TA ΔH
Untuk menghitung jarak datar (D0)
1
ΔH 100Ba Bb Sin 2 m TA Bt
2
2
Do = DO Cos m
Dd = 100(Ba-Bb)Cos2m
dimana :
TA = Titik tinggi A yang telah diketahui.
TB = Titik tinggi B yang akan ditentukan.
H = Beda tinggi antara titik A dan B.
Ba = Bacaan benang diafragma atas.
Bb = Bacaan benang diafragma bawah.
Bt = Bacaan benang diafragma tengah.
TA = Tinggi alat.
Do = Jarak optis 100Ba-Bb.
m = Sudut miring.
Hasil perhitungan koordinat titik dalam tiap berdiri alat harus diikatkan pada masing-
masing patoknya sehingga didapatkan posisinya terhadap bidang referensi.
II-11
Gambar 2.13. Pelaksanaan Pengukuran Situasi
II-12
2.4.9 Titik Referensi
Titik referensi yang digunakan sebagai acuan koordinat dan elevasi adalah :
No. BM X Y Z
(m) (m) (m)
BM.3 310547.256 9573910.553 + 163.451
II-13