2.1 Umum
Di dalam proyek ini metode pendekatan yang dipakai disesuaikan dengan kondisi
lapangan. Akan tetapi metodologi umum akan tetap mengacu pada sistem yang lazim
dipakai, misalnya sistim administrasi proyek, metode pelaksanaan, dan analisis geodesi.
Metode pelaksanaan pekerjaan dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
Untuk efisiensi dan efektifitas pekerjaan, pemasangan patok harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga patok-patok yang dipasang memenuhi syarat dan sekaligus fungsi-fungsi
tersebut.
Bentuk dan ukuran bench mark disesuaikan dengan gambar bench mark yang telah
ditetapkan dalam Term of Reference. Untuk setiap BM dibuat deskripsinya dengan jelas
sehingga memudahkan bagi penggunaan selanjutnya.
Xj, Yj
α ij
dij
Xi, Yi
- Kesalahan penutup sudut adalah 10’ (N), dimana N adalah jumlah titik poligon.
- Kesalahan linier adalah < 1 : 1000
Σb – Σm = Σt
Dimana ;
b = Pembacaan rambu belakang
m = Pembacaan rambu muka
H = Tinggi titik
Prosedur pelaksanaan pengukuran kerangka dasar vertikal secara garis besar adalah
sebagai berikut :
1. Dirikan salah satu rambu/bak ukur dititik belakang (BM) dan satu rambu berikutnya
dititik muka /rencana jalur pengukuran.
2. Lakukan prosedur sentring untuk alat waterpass
3. Arahkan teropong ke rambu belakang kemudian baca skala bacaan benang tengah,
benang bawah kemudian benang atas semua data tersebut dicatat di formulir
pengukuran.
4. Alat masih pada posisi 1 diatas lalu putar teropong dan arahkan ke rambu muka
kemudian baca skala bacaan sepertipada prosedur 3.
5. Pindahkan alat keposisi berikutnya sesuai rencana jalur pengukuran.
6. Rambu depan pada pengukuran sebelumnya akan menjadi rambu belakang dan rambu
belakang yang sebelumnya sebagai rambu belakang menjadi rambu muka. Dan alat
berdiri kurang lebih ditengah – tengah antara kedua rambu tersebut.
7. Lakukan prosedur pengukuran seperti langkah 1 sampai langkah 4 diatas.
8. Pengukuran ini dilakukan sebanyak dua stand atau dua kali berdiri alat untuk posisi
rambu yang sama.
9. Toleransi waterpass yang diperbolehkan <13 mm (D) dimana D adalah jarak dalam
kilometer.
Alternatif lain penggunaan alat ukur selain dengan alat ukur konvensional (Theodolit dan
Waterpass) adalah dengan menggunakan alat ukur Global Positioning System (GPS). GPS
dengan tipe handheld/navigasi dapat juga digunakan. GPS tipe navigasi dapat digunakan
sebagai sarana untuk melakukan pengecekan pada hasil ukuran dengan menggunakan
alat ukur konvensional, ataupun dapat digunakan dalam survei pendahuluan.
Kendatipun pada suatu daerah yang akan dipetakan sudah disediakan titik-titik kerangka
dasar (polygon utama), tetapi titik-titik ini kerapatannya masih belum memungkinkan
pengukuran seluruh titik detail, oleh karenannya perlu dilakkan pengukuran polygon
cabang untuk mengatasinya dengan menggunakan alat TO.
2.3 Perhitungan
Perhitungan data ukuran polygon dilakukan memakai metode prinsip hitungan koreksi dan
ordinat :
Dengan :
Dengan :
Sebelum dilakukan hitungan peralatan data ukuran beda tinggi, terlebih dahulu
kesalahan-kesalahan sistematik yang ada dalam data ukuran harus dihilangkan.
Setelah hasil ukuran tidak didapat kesalahan besar (blunder), maka selanjutnya dilakukan
hitungan perataan beda tinggi.
Syarat geometris yang harus dipenuhi pada hasil ukuran beda tinggi jika pada titik awal
Ho dan akhir Ht mempunyai harga ketinggian yang dianggap fix.
Rumusnya :
(Ht-Ho) = H
Adapun metode peralatan yang digunakan adalah metode pendekatan, yaitu jarak salah
sibagi jumlah jarak total kali salah penutup beda tinggi.
Dengan
Hj = Hi + dhij
Dengan :
Hj = tinggi titik j
Hi = tinggi titik i
T = + Krl)
T = angka toleransi
D = jarak antara dua titik kerangka dasar vertikal yang diukur pergi-pulang
B
0o B’ 0 I
O I’ A’
A
C D
SUDUT ZENITH
Gambar 2.1. Tinggi titik detail metode tachymetri terhadap sudut zenith
b’/b’ = sin
b’ = b . sin
a’/a’ = sin
= 100 x (a + b) sin
H = H
B
B’ I
I’ 0
A’
A
C D
HORIZONTAL
b’/b’ = cos
b’ = b . cos
a’/a’ = cos
a’ = a . cos
Jarak optis = 100 x (a’ + b’)
Jarak optis = 100 x (a . cos + b . cos)
= 100 x (a + b) cos
Jarak miring = jarak optis . cos
Jarak datar = D/jarak miring = cos
D = jarak miring . cos
= jarak optis . cos.cos
D = jarak optis . cos2
H = H
= H/jarak miring = sin
H = sin.jarak optis . cos
= jarak optis . sin. cos
= jarak optis . ½ . sin2
H = jarak optis . ½ . sin2
Daftar koordinat planimetris & tinggi (Deskripsi BM) harus disertakan foto BM dan
keterangan tempat BM tersebut berada secara singkat dan jelas.
2.5 Penggambaran
Laporan Topografi 2 - 10
d. Penggambaran titik-titik polygon akan selalu didasarkan kepada hasil perhitungan
koordinat.
e. Gambar ukur yang berupa gambar situasi akan digambar pada kertas milimeter
dengan skala 1 : 1000 dan interval kontur 1 m. Tiap kontur 5 meteran akan
ditebalkan.
f. Penggambaran selain didasarkan pada STA, akan dicantumkan pula lokasi
kilometer awal dan akhirnya.
g. Gambar hasil akhir akan berupa gambar situasi, potongan memanjang dan
potongan melintang yang dibuat diatas kertas kalkir standar.
h. Ketinggian titik detail akan tercantum dalam gambar ukur beserta semua
keterangan-keterangan yang penting.
Laporan Topografi 2 - 11