Anda di halaman 1dari 49

JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

BAB I
DASAR TEORI PEMROSESAN DATA

I.1. Transfer Data


Proses transfer data dilakukan langsung dari alat ukur (total station) ke komputer menggunakan kabel data alat
tersebut. Supaya dapat deteksi oleh komputer maka ada program khusus (driver alat) yang harus diinstall ke
komputer. Pada alat ukur Nikon DTM seri 352 menggunakan perangkat lunak TransIT. Data yang dihasilkan
dalam dua format yaitu raw data berupa jarak, sudut horisontal, sudut vertikal, tinggi alat, tinggi target dan
deskripsi titik sedangkan format yang kedua adalah data koordinat XYZ. Data yang kedua (XYZ) digunakan
untuk monitoring kemajuan pekerjaan dan pengecekan awal jika ada data yang tidak tepat. Penyimpanan data
dalam format file *.csv.

I.2. Edit dan Perhitungan Data


Langkah ini diperlukan agar data mentah (raw data) hasil pengukuran bisa diwujudkan dalam sebuah gambar
peta topografi atau peta situasi dengan baik dan benar. Sedangkan data koordinat biasanya hanya diedit dan
nantinya akan diplot dan digunakan sebagai peta sementara (draft) lapangan. Hal-hal yang dilaksanakan adalah
sebagai berikut :
A. Edit data
Proses ini bertujuan untuk menyiapkan data ke dalam format penghitungan yang telah ditentukan. Secara
teknis digunakan software MS. Excel dan data mentah tersebut akan dipisah-pisahkan dalam kolom dan
baris tertentu disesuaikan dengan jenis datanya (kolom) dan langkah pengamatan (baris).
Setelah data terpisah menjadi baris dan kolom selanjutnya dilakukan penyusunan data untuk hitungan, ada
beberapa data yang dihilangkan seperti waktu pengukuran dan info temperatur. Contoh akhir proses edit
data adalah tampak pada gambar berikut.

B. Perhitungan Data
Proses ini bertujuan untuk mendapatkan hasil akhir penghitungan berupa koordinat XYZ yang nantinya akan
diproses (diplot) untuk menjadi gambar atau peta yang baik dan benar. Langkah-langkah proses ini adalah
sebagai berikut :
1. Penghitungan poligon
Langkah perhitungan poligon menggunakan metode Bouwditch yaitu :
 Menyusun data sudut dan jarak ke dalam format hitungan.
 Menghitung sudut jurusan/azimut awal dan akhir.
 Menghitung sudut terkoreksi.
a. Menghitung salah penutup sudut (Fb)
Fb = Jumlah sudut – ((akhir - awal)+nx180)
(contoh untuk poligon terikat sempurna)
b. Menghitung koreksi sudut.
kor = - Fb/n
c.Menghitung sudut terkoreksi.
kor =  + kor
 Menghitung sudut jurusan/azimut.
 = awal + kor - 180
 Menghitung jumlah total jarak.
 Menghitung absis (D Sin ) dan ordinat (D Cos ).
dx = D x Sin  dan dy = D x Cos 
 Menghitung salah penutup absis (fx) dan ordinat (fy).
fx = Jumlah dx – (X akhir – X awal).
fy = Jumlah dy – (Y akhir – Y awal).
 Menghitung koreksi absis (Kdx) dan koreksi ordinat (Kdy)
kor.dx = - (di/ D) x fx
kor.dy = - (di/  D) x fy
 Menghitung koordinat X dan Y
Xi+1 = Xi + dxi + kdx
Yi+1 = Yi + dyi + kdy
 Periksa koordinat akhir hasil hitungan harus sama dengan koordinat akhir yang diketahui

1
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

Berikut ini contoh format hitungan poligon metode bouwditch

Keterangan tabel:
n : Jumlah berdiri alat
fb : Salah penutup sudut
kor : Koreksi sudut pada tiap titik
fx : Kesalahan penutup absis
fy : Kesalahan penutup ordinat
fh : Kesalahan penutup tinggi

2. Penghitungan detil

Rumus yang digunakan perhitungan detil ini sama dengan perhitungan poligon, perbedaannya pada detil
hanya diamat satu kali.

I.3. Ketelitian dan Kesalahan Pengukuran


A. Akurasi dan Presisi
Akurasi menyatakan seberapa dekat nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya (true value) atau nilai
yang dianggap benar (accepted value). Jika tidak ada data bila sebenarnya atau nilai yang dianggap benar
tersebut maka tidak mungkin untuk menentukan berapa akurasi pengukuran tersebut.
Presisi menyatakan seberapa dekat nilai hasil dua kali atau lebih pengulangan pengukuran. Semakin dekat
nilai-nilai hasil pengulangan pengukuran maka semakin presisi pengukuran tersebut.

2
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

Gambar di samping menunjukkan beberapa kali pengamatan dan


masing-masing gambar menunjukkan:
a. Presisi dan akurasi tinggi.
b. Presisi rendah, akurasi tinggi
c. Presisi tinggi, akurasi rendah
d. Presisi dan akurasi rendah

Gambar Akurasi dan Presisi

B. Kesalahan Pengukuran
1. Kesalahan Sistematis (Instrument Error)
Kesalahan sistematis adalah kesalahan pengamatan yang disebabkan karena oleh faktor instrumen
pengukuran. Kesalahan sistematik akan berdampak pada akurasi pengukuran. Jika kesalahan sistematik
terjadi maka akurasi pengukuran tidak dapat ditingkatkan dengan melakukan pengulangan pengukuran.
Sumber kesalahan sistematik terjadi karena instrumen pengukuran tidak terkalibrasi terlebih dahulu atau
kesalahan pembacaan seperti EDM Error. Kesalahan alat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Kesalahan pada alat ukur sudut terdiri dari :
 Kesalahan alat ukur sudut sendiri
1) Kesalahan sudut kolimasi atau kesalahan bacaan sudut horisontal. Kesalahan ini bisa dihilangkan
dengan cara mengukur sudut dengan posisi teropong biasa dan luar biasa dan hasil ukurannya dirata-
rata.
2) Kesalahan sumbu horisontal disebabkan sumbu horisontal tidak tegak lurus sumbu vertikal. Kesalahan
ini bisa dihilangkan dengan cara mengukur sudut dengan posisi teropong biasa dan luar biasa dan
hasil ukurannya dirata-rata.
3) Kesalahan sumbu vertikal disebabkan sumbu vertikal tidak berimpit dengan arah garis vertikal.
Kesalahan ini deliminirnya dengan cara berhati-hati terutama pada pembacaan sudut vertikal yang
sudut elevasinya besar.
4) Kesalahan eksentris disebabkan sumbu vertikal tidak berimpit dengan pusat graduasi horisontal.
Kesalahan ini bisa dihilangkan dengan cara mengukur sudut dengan posisi teropong biasa dan luar
biasa dan hasil ukurannya dirata-rata.
5) Kesalahan graduasi, kesalahannya bisa dihilangkan dengan cara merubah lingkaran graduasi pada
awal pembacaan misalnya 00, 900.
 Kesalahan surveyor
1) Penyetelan instrumen
 Levelling pengaturan nivo kotak atau nivo tabung kurang teliti.
 Centering kurang teliti.
 Paralak optis.
2) Kurang memahami karakteristik alat, perbedaan centring dengan alat penegak unting-unting, optis,
dan sinar laser.
b. Kesalahan alat penyipat datar.
 Kesalahan alat penyipat datar sendiri, arah garis visir tidak sejajar sumbu nivo.
 Kesalahan oleh surveyor
1) Leveling tidak benar.
2) Jarak ke muka ≠ jarak ke belakang.
3) Salah pembacaan.
4) Salah catat.
 Kesalahan akibat rambu
1) Rambu tidak tegak.
2) Rambu tidak stabil (karena tempat dudukannya lunak).
3) Harga nol rambu sudah tidak tepat, harus dikalibrasi.
4) Sambungan rambu tidak tepat, harus dikalibrasi.
5) Graduasi rambu yang tidak teliti, harus dikalibrasi.
c. Alat pengukur jarak
Pengukuran jarak bisa dilaksanakan secara langsung dan tidak langsung.
2. Kesalahan Manusia (Human Error)
Human error adalah kesalahan pada saat pengamatan yang disebabkan oleh pengamat atau surveyor,
kesalahan ini diakibatkan karena kurang hari-hati, kelalaian, ketidakmengertian terhadap instrumen atau
surveyor tidak melaksanakan prosedur operasional standar dengan benar yang telah diberikan. Beberapa
kesalahan yang disebabkan personil:
 Surveyor
1) Kurang memahami karakteristik dan penggunaan alat ukur.
2) Kurang mahir dalam pelaksanaan penggunaan alat ukur.

3
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

3) Prosedur pelaksanaan pengukuran kurang dipahami.


4) Sikap tidak hati-hati, dan tidak teliti
5) Kelelahan fisik, tergesa-gesa.
 Pembantu lokal
1) Kurang memahami dalam pelaksanaan penggunaan alat ukur, contoh :
- Memegang rambu ukur tidak memperhatikan nivo rambu ukur.
- Memasang patok tidak tegak
- Penempatan rambu ukur pada tempat yang lunak.
2) Sikap tidak hati-hati, dan teliti (asal-asalan)
3) Fisik Kelelahan
3. Kesalahan Acak (Random Error)
Kesalahan acak akan berdampak pada presisi pengukuran. Jika kesalahan ini muncul maka akan
memberikan hasil pengukuran yang fluktuatif, di atas dan di bawah nilai sebenarnya atau nilai yang
dianggap benar. Presisi pengukuran akibat kesalahan acak ini dapat diperbaiki dengan melakukan
pengukuran secara repetisi yaitu pengulangan pengukuran pada satu titik, dalam penggunaan alat ukur
dilakukan pengukuran seri rangkap yaitu B-LB-LB-B. Contoh kesalahan acak adalah:
Kesalahan yang dipengaruhi kondisi alam
 Pengaruh sinar matahari langsung
1) Selama pengukuran alat ukur harus dilindungi.
2) Koreksi perubahan rambu harus diperhitungkan.
 Perubahan posisi alat dan rambu
Pengukuran di tanah yang lembek, gambut. Harus dibuat patok pembantu penyangga alat
 Pengaruh refraksi cahaya
1) Jarak titik ukur jangan terlalu jauh
2) Pengukuran dilakukan pada pagi dan sore
 Pengaruh lengkung bumi
Pengaruh lengkung bumi baru diperhitungkan untuk jarak 300 m sebesar 0,01 m harga ini dihitung dengan
persamaan:

dD = {(1 – K) s2} / 2R

Keterangan:
dD = Koreksi jarak
K = Koefisien refraksi (0,13)
R = Jari-jari kelengkungan bumi
S = Jarak horisontal
C. Kerangka Kontrol Pemetaan
Jaring kontrol horisontal geodesi sangat diperlukan, terutama untuk mendukung pekerjaan-pekerjaan
penentuan posisi serta survei dan pemetaan untuk beragam aplikasi. Realisasi jaring kontrol horisontal
mempunyai cakupan yang cukup luas, baik ditinjau dari pendefinisian sistem referensinya, metode dan
strategi pengamatannya, sistem peralatan yang digunakan, metode pengolahan datanya, maupun tingkat
ketelitian titik-titiknya. Oleh sebab itu agar maksimal penggunaannya, jaring kontrol horisontal serta
pengadaannya harus terstandarisasi, terklasifikasi, dan terspesifikasi dengan benar, sistematis dan jelas
dalam suatu Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu Jaring Kerangka Horisontal Nasional (JKHN). Dalam SNI
ini klasifikasi JKHN didasarkan pada tingkat presisi dan tingkat akurasi dari jaring yang bersangkutan,
dimana tingkat presisi diklasifikasikan berdasarkan kelas dan tingkat akurasi diklasifikasikan berdasarkan
orde.

I.4. Sistem Referensi Koordinat


Koordinat titik-titik kontrol dari semua orde jaringan harus dinyatakan dalam sistem referensi koordinat
nasional, yang pada saat ini dinamakan dalam Datum Geodesi Nasional (DGN).
A. Poligon
Metode poligon adalah menentukan banyak titik koordinat yang diikatkan pada satu atau beberapa titik
yang sudah diketahui koordinatnya atau bisa juga disebut metode polar pada banyak titik. Terdapat 2
macam poligon, yaitu :
1. Poligon terbuka.

4
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

Pada gambar di atas, koordinat titik A dan B diketahui, dengan demikian kita dapat menghitung sudut
jurusan AB. Untuk menentukan koordinat titik 1 diperlukan koordinat titik A, sudut jurusan A – 1 dan jarak A
– 1, begitu pula titik 2 diperlukan koord titik 1, sudut jurusan 1 – 2 dan jarak 1 – 2 dan seterusnya. Dari
gambar di atas, dapat dilihat bahwa:

Xb - Xa
 ab = arc Tg
Yb - Ya
a1 = ab + Sa
12 = a1 + S1- 180  (n, n+1) =  (n-1, n) + Sn - 180
23 = ab + S2 – 180

2. Poligon Tertutup
 Tertutup Terikat Sempurna

Poligon Terikat Sempurna adalah poligon yang terikat pada ujung-ujungnya baik koordinat maupun sudut
jurusannya. Apabila Titik A, B, C dan D diketahui, maka sudut jurusan awal ab dan cd
Syarat geometris dari poligon di atas adalah :
a. ab - cd = Si – n x 180 atau ab - cd – (Si – n x 180) = 0
b. XC – XA =  d x Sin 
c. YC – YA =  d. Cos 
 Poligon kring

Poligon kring adalah poligon yang mempunyai titik awal dan akhir yang sama pada suatu titik. Poligon
kring mempunyai syarat geometris yaitu :
a.  Si = (n - 2) 180o sudut dalam
b.  Si = (n + 2) 180o sudut luar
c.  d. Sin  = 0
d.  d. Cos  = 0

B. Posisi Vertikal
Penentuan posisi vertikal pada pemetaan terestris dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya
yaitu:
 Metode sipat datar differensial
 Metode sipat datar menyeberang sungai
 Metode sipat datar trigonometri
Pada buku ini diuraikan penentuan posisi vertikal menggunakan metode sipat datar trigonometri. Metode ini
sama dengan penentuan secara horisontal yaitu menggunakan ukuran jarak dan sudut, perbedaannya sudut
disini adalah sudut vertikal ditambah dengan faktor tinggi alat dan tinggi target. Gambar dibawah ini
menjelaskan tentang penentuan posisi vertikal dengan cara tachymetri:

 r
y
 ta
x=d
d = Jarak Datar
ti

B
A 5
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

Keterangan Gambar:
A : titik berdiri alat B : titik diukur
Ti : tinggi alat ta : tinggi target
D : jarak datar r : jarak miring
 : helling (sudut vertikal)  : bacaan sudut vertikal

Langkah-langkah perhitungan :
1. Diketahui hasil ukuran nilai tinggi A, , r, ti dan ta.
2. Menghitung jarak datar (x)
cos  = d / r
d = cos  x r
= cos (90 - ) x r ; cos (90 –  ) = sin 
= sin  x r

Jadi Jarak datar (d) = sin  x r

3. Menghitung nilai y
tan  = y / d
Y = tan  x d
= tan (90 - ) x d ; tan (90 - ) = 1 / tan 
= 1 / tan  x d

4. Menghitung tinggi B

HB = HA + Y + ti - ta

I.5. Penggambaran
Penggambaran dilakukan menggunakan program AutoCAD karena program ini jika dibandingkan dengan
program-program yang lain yang bisa untuk penggambaran lebih sederhana dan fleksibel terhadap program
lainnya. Tool AutoCAD lebih mudah dipahami, fleksibel sebab data hasil pengolahan di AutoCAD bisa dibaca
pada program-program seperti Surpac, Minecom, Global Mapper, ErMapper, Arcview, ArcInfo, Mapinfo,
Microstation dan lain sebagainya. Namun AutoCAD yang digunakan disini harus dilengkapi dengan program
tambahan apabila digunakan untuk pekerjaan pengukuran dan pemetaan. Pada AutoCAD Release 14 program
tambahannya adalah Softdesk Civil Survey sedangkan untuk AutoCAD Release 2000 ke atas pada versi tertentu
sudah dilengkapi dengan program pengukuran dan pemetaan seperti Land Development 2000, Land Dekstop
2004 dan Land Dekstop 2009.

Langkah- langkah plotting/penggambaran ke AutoCAD adalah sebagai berikut:


1. Transfer point
Transfer data titik ke AutoCAD dapat dilakukan dengan tiga metode penggambaran yaitu:
 Metode Kartesius (x, y, z)
 Metode Relatif (@delta x, delta y, delta z)
 Metode Polar atau Jarak dan Sudut (@panjang < sudut)
Metode yang sering digunakan dalam penggambaran adalah metode Kartesius (x,y,z), apalagi jika untuk
kemajuan pekerjaan yang dituntut cepat maka download langsung dari total station (format x,y,z) akan
lebih efektif. Disamping itu pada juga pada olah data atau penghitungan menggunakan program Microsoft
Excel hasil akhir yang didapat berupa koordinat Kartesius (x,y,z).
2. Data Spasial
Sebelum menggambar obyek spasial dibedakan menjadi tiga kategori:
 Detil Titik
 Detil Garis
 Detil Luasan
Dalam penggambaran pemakaian simbol juga menyesuaikan detil yang digambar, untuk obyek berupa titik
menggunakan simbol titik, untuk obyek panjangan seperti jalan, sungai digunakan garis (line/polyline) dan
untuk obyek luasan seperti danau, rawa atau sawah digunakan simbol luasan (boundary) dan bisa diberikan
arsiran yang berbeda.
Detil di lapangan dikategorikan menjadi 2 bagian yaitu:
a. Unsur-unsur Buatan Manusia (Man Made Features)
Unsur-unsur buatan manusia yang umumnya disajikan dalam peta topografi dapat dibagi dalam
beberapa kelompok :
 Unsur-unsur perhubungan : jalan, jalan kereta api, pengangkutan udara, unsur-unsur hidrografi yang
digunakan sebagai transport/komunikasi, jembatan, terowongan, penyeberangan dan lain-lain.
 Bangunan/gedung
 Konstruksi-konstruksi lain : bendungan, jalur pipa, jaringan listrik, dll.
 Unsur-unsur luas/daerah yang khusus :
1) Daerah yang ditanami dengan tumbuh-tumbuhan.

6
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

2) Lapangan olah raga, taman-taman


3) Makam
 Batas-batas : batas administrasi yang ditetapkan oleh pemerintah.

b. Unsur-unsur Alam (Natural Features) :


Disamping bentuk penyajian dari relief, umumnya keadaan alam yang disajikan pada peta adalah :
 Unsur-unsur hidrografi, termasuk sungai, danau dan bentuk garis pantai.
 Tanaman, yang umumnya dikelompokkan menurut jenis atau faktor-faktor lain seperti kegunaan
tanaman tersebut, bahan ekspor yang penting dan sebagainya.
 Unsur-unsur lain yang terdapat pada permukaan : seperti permukaan es, salju, pasir dan sebagainya.
3. Pembentukan garis Kontur
Garis kontur adalah suatu garis yang menghubungkan titik-titik di lapangan yang mempunyai ketinggian sama.
Standarisasi interval garis kontur dalam pemetaan adalah seperduaribu kali skala peta satuan dalam meter.
Sedangkan untuk kontur indeks yang lazim digunakan adalah 5 x (lima kali) interval kontur. Misalnya peta skala
1 : 10.000 maka interval kontur adalah:
Interval = 1/2.000 x skala peta
= 1/2.000 x 10.000
=5
Jadi untuk peta skala 1 : 10.000 interval kontur adalah 5 meter dan kontur indeks tiap 25 meter.

I.6. Analisa Gambar


Analisa gambar merupakan proses terakhir sebelum gambar final yang akan diserahkan ke pemberi pekerjaan.
Analisa gambar meliputi tahap cek sebaran detil dan bentukan garis kontur. Pada tahap ini dilakukan juga
generalisasi data (penambahan atau pengurangan data agar bisa mendekati kondisi sebenarnya), namun syarat
yang dianjurkan dalam generalisasi tidak boleh lebih dari 5 % dari data hasil ukuran misalnya data dari
lapangan sebanyak 1.000 titik maka penambahan atau pengurangan tidak boleh lebih dari 50 titik. Pada
penambahan titik dilakukan pada tikungan sungai dan alur jika dalam bentukan tersebut belum memenuhi
kondisi lapangan sebenarnya dan penambahan tersebut tidak sembarangan tetapi memakai kaidah yang benar
yaitu menggunakan daya dukung data hasil ukuran untuk interpolasi titik tersebut.

7
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

BAB II
PEMAKAIAN ALAT SURVEY TOTAL STATION

Salah satu pengenalan alat pada buku ini akan dibahas yaitu cara mengoperasikan alat total station seri Nikon
DTM 302 Series (DTM 352, 332, 362)

II.1. Pengenalan Fungsi Tombol

 POWER
Tombol ini berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan alat.
 MSR1/MSR2
Tombol ini digunakan untuk melakukan pengukuran/measurement, dimana masing-masing tombol dapat
kita setting mode pengukurannya seperti :
- Target dengan prisma atau tanpa prisma (untuk tipe NPL - laser)
- Konstanta prisma
- Mode pengukuran
- Pengulangan pengukuran
- Mode perekaman
 DSP (Display/Tampilan)
Tombol ini berfungsi untuk merubah tampilan di layar Alat. Tampilan layar memiliki 5 tampilan, dimana
masing-masing tampilan berbeda-beda meliputi :
- Tampilan 1 : HA, VA, SD
- Tampilan 2 : HA, VD, HD
- Tampilan 3 : HL, V%, HD
- Tampilan 4 : Nilai koordinat X,Y,Z
- Tampilan 5 : HD, VD, SD

 ANG/ANGLE
Tombol ini berfungsi untuk membuat sudut dengan ukuran tertentu, membuat bacaan sudut menjadi nol,
perulangan pengukuran sudut dan bacaan sudut biasa/luar biasa.

 MODE
Tombol MODE ini mempunyai 2 fungsi yaitu :
1. Tombol ini dapat digunakan untuk merubah tombol numerik menjadi alphanumeric.
Contoh :
MODE
KEY

2. Tombol ini dapat digunakan untuk melakukan pengukuran secara Quick Code, dimana masing-masing
kode tersebut sudah kita rekam ke alat.
Contoh :

MODE
KEY

8
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

 MENU
Tombol ini digunakan untuk melihat menu-menu yang ada di alat

 ILLUMINATION KEY
Tombol ini digunakan untuk menyalakan/mematikan lampu pada layar alat.
Apabila ditekan dan tahan selama lebih kurang satu detik maka akan muncul menu untuk pengaturan
lampu dan suara.

 HOT KEY
Tombol ini daigunakan untuk mengatur tinggi target, suhu dan tekanan, konstanta target prisma, catatan
(Note), default point.

II.2. Perekaman Data Pengukuran


Alat survey NIKON DTM 302 series didesain memiliki kemampuan waterproof dan mempunyai kapasitas
perekaman data hingga 10.000 data yang terdiri dari 32 job. Alat ini memiliki ketelitian jarak  (3 +2 ppm x
jarak) mm. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan perekaman data pengukuran.
Catatan :
Sebelum melakukan pengukuran, pastikan diketahui minimal 2 titik yang diketahui
koordinatnya di lapangan, atau diketahui 1 titik koordinat dan 1 sudut azimuth (Lihat langkah
untuk mencari sudut azimuth pendekatan dengan kompas)

A. Membuat Job
Untuk membuat Job pengukuran yaitu dengan cara menekan tombol MENU  pilih Job atau tekan tombol
angka 1  Enter sehingga akan muncul seperti berikut :

Pilih Create (tekan tombol MSR1)  Masukkan nama Job


Untuk menghapus job pilih DEL atau tekan tombol MSR2

B. Memulai Pengukuran
 Memasukkan Koordinat Tempat Berdiri Alat
Untuk memulai pengukuran, masukkan tinggi alat dan koordinat tempat berdiri alat. Untuk memasukkan
koordinat tempat berdiri alat yaitu dengan cara :
Tekan tombol STN (tombol nomor 7), sehingga akan muncul seperti berikut :

9
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

i. Known
Known point merupakan titik koordinat tempat berdiri alat, dimana titik koordinat tersebut sudah diketahui.
ii. Resection
Resection point merupakan titik koordinat tempat berdiri alat, dimana titik koordinat tersebut diukur
terlebih dahulu melalui minimal 2 titik koordinat yang sudah diketahui koordinatnya.
iii. Quick
Quick point merupakan titik koordinat tempat berdiri alat, dimana diketahui azimuth dari alat ke titik
Backsight.
iv. Remote BM
Remote BM point merupakan langkah untuk mengupdate data tinggi alat dan tinggi target terhadap titik BM
tempat berdiri alat.
v. BS Check
BS Check merupakan langkah untuk mengetahui besarnya sudut dan azimuth dari koordinat berdiri alat
menuju backsight.
vi. Base XYZ
Base XYZ merupakan koordinat tempat berdiri alat, dimana koordinatnya harus diinputkan ke alat dan
masukkan sudut horisontal dari alat ke titik Backsight.

vii. Known Line


Known line digunakan untuk memasukkan koordinat tempat berdiri alat, dimana koordinat tempat berdiri
alat tersebut dihitung berdasarkan dua titik yang sudah diketahui koordinatnya atau diketahui besarnya
sudut azimuth dari dua titik tersebut.
Pilih Known point atau tekan tombol nomor 1 untuk memasukkan koordinat tempat berdiri alat.
Masukkan :
ST : Nomor titik tempat berdiri alat
X,Y,Z : Masukkan koordinat tempat berdiri alat
HI : Masukkan tinggi alat
CD : Masukkan kode titik tempat berdiri alat

 Memasukkan Backsight (BS)


Setelah koordinat tempat berdiri alat dimasukkan, maka secara otomatis dari alat akan meminta untuk
memasukkan informasi backsight (BS) dan tinggi prisma.
Informasi ini dapat berupa :
- Informasi koordinat backsight
- Informasi azimuth dari titik koordinat berdiri alat ke titik backsight.
Azimuth ini bisa diperoleh dengan cara :
 Dengan bantuan kompas, arahkan teropong ke utara
 Buat sudut horisontal (HA) menjadi 0 dengan cara tekan tombol ANG kemudian pilih 0 set.
 Putar teropong dan bidik ke arah titik backsight (BS) kemudian catat bacaan HA nya.
 Maka bacaan sudut HA tersebut adalah sudut azimuthnya
 Misal diketahui azimuth 13525’05” maka penulisan di alat 135.2505
Kemudian masukkan :
BS : Nomor titik tempat berdiri prisma
HT : Masukkan Tinggi Target Prisma
AZ : Masukkan Azimuth Backsight

 Melakukan Pengukuran Detail


Setelah memasukkan koordinat tempat berdiri alat dan informasi backsight selesai dilakukan, maka selanjutnya
secara otomatis dapat dilakukan pengukuran titik detail yang diinginkan, dengan cara bidik target detail yang
diinginkan lalu tekan tombol MSR1/MSR 2 kemudian tekan tombol Enter untuk merekam data, maka akan
muncul :
- PT  masukkan nomor titik pengukuran
- HT  masukkan tinggi target
- CD  masukkan kodenya (jika diperlukan)
Untuk melihat data yang sudah terekam di alat yaitu dengan cara menekan tombol DAT atau menekan tombol
No. 6.

10
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

II.3. Pengukuran Stake Out


Untuk melakukan pengukuran Staking Out data di lapangan dengan cara menekan tombol S – O atau menekan
tombol nomor 8, sehingga akan tampil seperti berikut :

A. Stake Out HA – HD
Stake out berdasarkan sudut dan jarak tertentu.

Langkahnya :
 Tekan tombol S – O (tombol No. 8)
 Pilih HA – HD kemudian tekan Enter
 Masukkan sudut dan jarak yang diinginkan

Keterangan :
HD = Jarak mendatar (harus diisi)
dVD = Selisih jarak vertikal (tidak harus diisi)
HA = Sudut horisontal (harus diisi)

Putar teropong sehingga diperoleh bacaan dHA


menjadi 0.000 Tanda panah merupakan arah
putar teropong ke kiri atau ke kanan.

 Arahkan target ke bidikan di teropong alat.

 Lakukan pengukuran jarak dengan cara


menekan tombol MSR, sehingga diperoleh
informasi jarak menjadi 0.000

Keterangan :
dHA = selisih sudut horisontal antara di
alat dan titik target.
R/L = kurang ke kanan / ke kiri
FILL/CUT = galian / timbunan

Untuk informasi hasil stake out selanjutnya dapat


dilihat dengan cara menekan tombol DSP

B. Stake Out XYZ


Stake out XYZ yaitu stake out berdasarkan nilai koordinat tertentu. Stake out ini dapat dilakukan berdasar input
koordinat secara langsung di lapangan atau berdasar koordinat yang sudah terekam di alat. Apabila koordinat
sudah ada atau terekam di alat maka kita dapat melakukan stake out secara langsung, tetapi apabila koordinat
belum terekam di alat maka secara otomatis kita diminta menginputkan nilai koordinat di alat.

Langkahnya :
 Tekan tombol S – O (tombol No. 8)
 Pilih XYZ kemudian tekan Enter
 Masukkan koordinat yang diinginkan
Pemasukan koordinat yang diinginkan ini dapat
berdasarkan :
PT = Nomor point
RAD = Radius titik yang dimaksud
CD = Kode titik
 Masukkan koordinat yang akan di Stake Out
(apabila nilai koordinat belum terekam di alat)
 Putar teropong sehingga diperoleh bacaan dHA
menjadi 0.000. Tanda panah merupakan arah
putar teropong ke kiri atau ke kanan.
 Arahkan target ke bidikan di teropong alat dan
jarak titik yang dimaksud akan tampil di layar.

11
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

 Lakukan pengukuran jarak dengan cara menekan


tombol MSR, sehingga diperoleh informasi jarak
menjadi 0.000
Keterangan :
dHA = Selisih sudut horisontal antara di alat
dan titik target.
R/L = Kurang ke kanan/ke kiri
FILL/CUT = Galian/timbunan
Untuk informasi hasil stake out selanjutnya dapat
C. Stake Out DivLinedilihat
S – Odengan
(Div =cara menekan tombol DSP.
Divide)
Yang dimaksud dengan Stake Out DivLine S – O ini adalah apabila kita menginginkan dalam satu line/garis
dengan acuan titik tertentu dibuat menjadi beberapa titik bagian yang sama panjang.

P2 P1
20 m 10 m
Langkahnya :
 Tekan tombol S – O (tombol No. 8)
 Pilih Divline S – O kemudian tekan Enter
 Bidik titik yang akan dijadikan referensi garis misal P2
kemudian tekan tombol MSR1/MSR2
 Masukkan nilai Span total sesuai dengan panjang garis
yang diinginkan, kemudian tekan enter.
 Arahkan target ke bidikan di teropong alat dan jarak
titik yang dimaksud akan tampil di layar.
 Lakukan pengukuran jarak dengan cara menekan
tombol MSR.
Gunakan tombol panah ke atas atau panah ke bawah
untuk menampilkan titik selanjutnya.

D. Stake Out RefLine S – O (Ref = Reference)


Stake Out RefLine S-O yaitu melakukan stake out titik offset berdasar dua titik dalam satu line / garis tertentu.

Langkahnya :
 Tekan tombol S – O (tombol No. 8)
 Pilih Refline S – O kemudian tekan Enter
 Masukkan koordinat line point pertama (P1)
 Masukkan koordinat line point kedua (P2) P’

Keterangan : P2 P1

Apabila titik koordinat belum terekam di alat, kita


dapat langsung mengukurnya dengan cara menekan
tombol MSR
 Masukkan parameter offset yang diinginkan (lihat
PO
gambar) :
Sta : jarak dari P1 menuju batas titik yang dimaksud
P’ sepanjang garis P1 & P2
O/S : jarak dari P’ ke PO (nilai positif (+) apabila
disebelah kanan garis dan nilai negatif (-) apabila di
sebelah kiri garis).
dZ : beda tinggi antara titik di P’ dengan PO
 Putar teropong alat sehingga sudut dHA menjadi
0.000.
 Arahkan target, kemudian lakukan pengukuran
dengan cara menekan tombol MSR1/MSR2
 Tekan Enter untuk merekam data.
Gunakan tombol panah ke atas atau panah ke bawah

12
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

E. COGO
Untuk masuk ke menu Cogo, tekan tombol nomor 2. Menu Cogo yang ada di dalam alat survey Nikon antara
lain :
1. Inverse
Digunakan untuk menghitung sudut azimut dan jarak berdasar dari dua titik yang diketahui koordinatnya.
2. Input
Digunakan untuk menginputkan data koordinat ke alat survey secara langsung.
3. Area & Perim
Digunakan untuk menghitung luas dan keliling suatu daerah hasil pengukuran koordinat alat secara
langsung .
4. Line & O/S
Digunakan untuk mengkalkulasi koordinat dari suatu garis dan offset.
5. Intersection
Digunakan untuk menentukan titik koordinat yang dihitung dari perpotongan dua buah garis.
Cogo intersection ini terdiri dari :
 Brng – Brng (Bearing – Bearing)  Intersection sudut azimut dari dua titik
 Brng – Dist (Bearing – Distance/Radius)  intersection dari azimut dan radius lingkaran.
 Dist – Dist  intersection dari dua radius lingkaran tertentu
 Point – Line  intersection dari titik dan garis

13
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

BAB III
TRANSFER DATA

Data hasil pengukuran terdiri dari dua format yaitu raw data berupa jarak, sudut horisontal, sudut vertikal,
tinggi alat, tinggi target dan deskripsi titik sedangkan format yang kedua adalah data koordinat XYZ. Kedua
format data ini semuanya akan ditransfer/didownload yang selanjutnya akan diproses dalam edit data.
Detil langkah-langkah download data adalah sebagai berikut :

1. Sambungkan kabel data lalu buka program TransIt dengan cara double klik ikonnya lalu akan muncul
tampilan

2. Untuk download pilih Data Record To PC

3. Maka akan muncul tampilan

Keterangan:
Data recorder diisi DTM-350
Data format di isi Nikon
Directories tempat menyimpan data
Drive lokasi menyimpan data
4. Tekan OK, muncul

14
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

Tekan OK

Komputer siap menerima data transfer

5. Siapkan alat TS, hidupkan lalu tekan tombol Menu pilih Job, lalu buka (Open) job yang akan di download.
6. Tekan tombol menu pilih Comm (No. 5), Download (No. 1)

7. Maka akan muncul

Job disesuaikan dengan job yang akan di download, format Nikon data kita sesuaikan dengan data yang
akan di download (Raw/Coord) cara memilih dengan menggunakan panel kanan dan kiri. Tekan Enter

8. Tekan F4

Selanjutnya akan berlangsung proses transfer data.

15
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

BAB IV
EDIT DATA

Tujuan akhir dari proses ini adalah mengubah data mentah (raw data) hasil transfer diatas menjadi data yang
tersusun dalam format yang telah ditentukan sesuai dengan format penghitungan data dengan menggunakan
software MS. Excel. Tahapan ini sekaligus merupakan filter pertama dari kesalahan-kesalahan data yang ada.
Format raw data sebelum diedit adalah sebagai berikut :

Dan hasil akhirnya tampak dalam format sebagai berikut:

Perubahan tersebut dilakukan dalam langkah-langkah sebagai berikut :


1. Buka program MS Excel
2. Open data hasil pengukuran
- Pilih menu Open
- Pilih direktori penyimpanan data
- Pilih file type nya All files
- Pilih filenya kemudian tekan Enter.

16
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

3. Dalam program MS. Excel akan muncul data raw.

4. Buat sheet baru beri nama susun.


5. Copykan data asli tadi ke sheet susun. Jika sudah baru melakukan editing data.
6. Blok kolom A, Pilih menu Data kemudian pilih Text to Columns, pilih Delimited

7. Pilih Next, pilih Space dan Comma

8. Kemudian klik Next terus Finish. Maka data sudah terpecah dengan sendirinya.

Kolom A adalah kode recording di alat


Kolom B adalah no. point recording data
Kolom C adalah tinggi target
Kolom D adalah jarak miring
Kolom E adalah sudut horisontal dalam bentuk desimal
Kolom F adalah sudut vertikal
Kolom G adalah waktu recording data
Kolom H adalah kode dari titik bidikan

17
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

9. Hapus baris ke satu sampai baris diatas kode ST yang pertama

10. Hapus kolom G (kolom waktu recoding data)

11. Hapus Kolom yang ada code CO-nya

18
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

12. Kasih jeda satu baris di atas ST dengan perintah Insert Row

13. Hapus Kolom B (kolom no. point recording data)

14. Pindah kolom F (kolom kode titik) ke kolom B


Klik kanan dikolom F pilih Cut

19
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

Pilih kolom B pilih Insert Cut Cell

Jika sudah blok kolom B klik kanan terus pilih Insert sehingga menjadi seperti berikut.

15. Kemudian blok di kolom D sama E langkah sama seperti pada kolom B
16. Kemudian blok pada baris yang bersimbol ST

20
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

Klik kanan Pilih menu Cut, Kemudian kita pindah diantara patok backsight dan patok foresight

17. Kemudian kasih jeda antara patok foresight dengan titik detil, dengan cara diinsert

18. Pindah tinggi alat ke kolom E. Tinggi alat terletak di baris yang berkode ST berada di kolom G

21
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

Kemudian hapus data di baris ST selain tinggi alat. Kemudian isikan kode berdiri alat di kolom B.

19. Lakukan langkah di atas sampai semua data tersusun seperti ini.

20. Hapus baris yang berkode F1


21. Jika semua sudah tersusun hapus data dikolom A sehingga menjadi seperti berikut

22. Kemudian kita akan memisahkan data desimal ke dalam format derajat menit dan detik.
23. Dikolom J kita masukan rumus “ =FIXED((H2-INT(H2)),4) “

22
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

24. Kemudian dikolom K kita masukan rumus “ =FIXED((I2-INT(I2)),4) “

25. Kemudian dikolom L kita masukan rumus integer “ =INT (I2) “

26. Kemudian dikolom M kita masukan rumus “ =MID((K2),3,2)“

23
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

27. Kemudian dikolom N kita masukan rumus “ =MID((K2),5,2) “

28. Kemudian dikolom O kita masukan rumus “ =INT(H2) “

29. Kemudian dikolom P kita masukan rumus “ =MID((J2),3,2) “

24
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

30. Kemudian dikolom Q kita masukan rumus “ =MID((J2),5,2)“

31. Setelah data desimal sudah terpisah maka rumus kita copykan ke semua data dibawahnya. Caranya blok
semua kolom yang ada rumusnya tadi.

32. Kemudian paste di data bawahnya. Caranya di blok di kolom J yang ada datanya terus klik kanan pilih
menu Paste.

25
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

33. Jika semua sudah tercopy kemudian kita bikin sheet baru kita beri nama Detil. Kemudian copykan sheet
susun tadi ke sheet baru. Klik kanan Paste Special Value.

34. Jika sudah ter-copy maka kita hapus kolom H, I, J, K (kolom sudut desimal)

26
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

35. Sehingga data menjadi seperti berikut.

36. Kemudian pindah kolom G (kolom jarak miring) ke kolom N yaitu kolom terakhir

37. Jika sudah bikin sheet baru lagi kita beri nama Pol, kemudian data di sheet detil tadi kita copykan ke sheet
Pol (dengan Paste Special Value) terus kita hapus data detil di bawah poligon

27
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

38. Lakukan langkah tersebut sampai data detil terhapus semua sehingga hanya tinggal data poligon saja yang
tersisa.

Data sudah siap masuk ke formula hitungan.

28
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

BAB V
PEMROSESAN DATA

Pemrosesan data bertujuan untuk menghitung data hasil pengukuran sehingga mendapatkan data koordinat.
Dari proses ini dapat diketahui kualitas pengukuran sehingga diharapkan dalam proses penggambaran sudah
terbebas dari berbagai kesalahan. Penghitungan data terbagi menjadi 2 tahap, yaitu :

V.1. Olah Data Poligon


Langkah detil penghitungan data poligon adalah sebagai berikut :
1. Buka data format formula hitungan (master) yang sesuai dengan data yang ada.

2. Kemudian Kita buka worksheet baru di Excel kemudian kita Save As. Rename sheet 1 menjadi Poligon.
Kemudian kita copykan kop (kepala kolom) formula hitungan.

Kemudian dipastekan ke worksheet yang baru tadi.

29
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

3. Copykan data dan dipastekan di bawah kop formula hitungan tadi dan sesuaikan dengan susunan yang ada
di formula hitungan.

4. Kemudian copykan rumus hitungan poligon yang ada di format formula hitungan. Dari kolom Jarak Datar
sampai ke kolom No. Titik, seperti di bawah ini.

5. Kemudian pastekan ke data yang mau dihitung tadi.

30
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

6. Setelah dicopy data menjadi seperti ini

7. Kemudian masukan nilai koordinat referensi ke dalam kolom koordinat dan elevasi patok untuk stasiun
berdiri alat dan patok backsight.

8. Di kolom koreksi kita hapus dulu datanya (#DIV/0!) agar koordinat patok berikutnya muncul.

31
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

9. Kemudian kita copykan rumus di formula hitungan yang paling bawah yaitu nilai koreksi dari hitungan.

10. Pastekan di file data yang mau dihitung.

11. Sehingga data menjadi seperti ini

32
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

12. Kemudian copykan rumus dua data terakhir dari formula hitungan.

13. Kemudian pastekan di file hitungan data tadi.

14. Sehingga data menjadi seperti berikut.

33
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

15. Kemudian isikan nilai koordinat referensi hitungan (referensi tutupan poligon) pada kolom koordinat dan
elevasi patok.

16. Jika sudah kemudian copykan rumus hitungan per stasiun berdiri alat sampai ke stasiun terakhir yang ada
di file hitungan data.

17. Kemudian dipastekan ke bawah sampai ke data terakhir.

34
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

18. Jika sudah maka semua patok sudah muncul nilai koordinatnya, selanjutnya kita tinggal melakukan koreksi.

19. Kemudian kita edit rumus jumlah jarak (dari STA pertama sampai STA terakhir)

20. Copykan rumus penjumlahan tersebut ke kolom jumlah sudut, beda tinggi, absis dan kolom ordinat.
21. Kemudian kita edit rumus jumlah titik di samping kolom “sn“

35
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

22. Kemudian edit rumus kesalahan penutup sudut.

23. Edit rumus kesalahan absis (X Akhir – X Awal) – Jumlah ∆X

24. Edit rumus kesalahan ordinat (Y Akhir – Y Awal) – Jumlah ∆Y

36
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

25. Edit rumus kesalahan beda tinggi (Tinggi Akhir – Tinggi Awal) – Jumlah ∆AH

26. Kemudian betulkan rumus checking maksimal dan minimal datanya.

27. Copykan ke kolom di kanannya sampai selesai.


28. Masukan nilai koreksi sudutnya di kolom koreksi kesalahan sudut disamadengankan dengan nilai yang ada
di samping kolom koreksi sudut.

37
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

29. Kemudian masukan rumus koreksi beda tinggi (= ∆AH / Jumlah ∆AH * Kesalahan AH)

30. Kemudian masukan rumus koreksi absis (= Jarak / Jumlah Jarak * Kesalahan ∆X)

31. Kemudian masukan rumus koreksi ordinat (= Jarak / Jumlah Jarak * Kesalahan ∆Y)

Jika sudah maka copykan rumus koreksi tadi ke setiap patok. Jika semua sudah tercopy berarti olah data
poligon sudah selesai tinggal kita melakukan hitungan detil.

38
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

V.2. Olah Data Detil Situasi

Penghitungan detil situasi dilakukan setelah penghitungan poligon selesai semuanya. Hal ini dikarenakan posisi
dan elevasi detil bereferensi pada poligon. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Buat sheet baru di samping sheet poligon tadi, beri nama sheet dengan nama Detil

2. Copykan kop (kepala kolom) hitungan detil (master) ke sheet Detil yang baru dibuat

3. Kemudian copykan data sesuai dengan kolom yang tersedia.

39
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

4. Kemudian copykan rumus dari formula hitungan (master)

5. Kemudian dipastekan di sheet detil tadi. Sehingga seperti berikut

6. Kemudian linkanAzimuth dan koordinat di sheet detil Azimuth dan dengan koordinat yang ada disheet
poligon.
Untuk Azimuth “ =VLOOKUP($Z7,Poligon!$B:$AH,20,FALSE) “
Untuk Koordinat X “ =VLOOKUP($Z7,Poligon!$B:$AH,30,FALSE) “
Untuk Koordinat Y “ =VLOOKUP($Z7,Poligon!$B:$AH,31,FALSE) “
Untuk Elevasi “ =VLOOKUP($Z7,Poligon!$B:$AH,32,FALSE) “

40
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

7. Kemudian copykan rumus detilnya dengan menyesuaikan jumlah titik detil yang ada. Rumus diambil dari
file formula hitungan (master).

8. Pastekan di sheet Detil yang tadi.

9. Sehingga semua detil sudah muncul nilai koordinatnya.

10. Jika di jarak datar hasilnya masih 0.000 maka dirumus kita edit. $M$ kita hapus. Maka jarak datar akan
muncul nilainya.
11. Lakukan langkah tersebut sehingga setiap masing-masing stasiun berdiri alatnya sudah terhitung detilnya.

41
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

12. Kemudian kita bikin sheet baru disamping sheet Detil dan kita beri nama CSV. Di sheet CSV kita ambil data
XYZD dari sheet detil caranya disamadengankan.

13. Kemudian dicopy ke bawah dengan cara diblok kemudian ditarik ke bawah sampai semua detil tercakup
semua.

14. Kemudian data yang nilai 0 kita hapus semua dengan Delete Raw.

15. Lakukan sampai tidak terdapat nilai 0. Jika sudah, kemudian copykan sheet CSV ke dalam file worksheet
baru. Paste data dengan Paste Special Value.

42
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

16. Jika data sudah tercopy kemudian di kolom paling depan kita beri nomor urut data sehingga susunan data
menjadi PENZD (Point, Easting, Northing, Elevation dan Description)

17. Kemudian data di Save As ke dalam format *.csv (Comma Delimeted).

Jika data sudah tersimpan di dalam format *.csv maka data sudah siap untuk di gambar.

43
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

BAB VI
PENGGAMBARAN

Penggunaan software AutoCAD Land Development atau Land Dekstop untuk penggambaran hasil pekerjaan
pengukuran dan pemetaan sangat direkomendasikan. Hal tersebut dikarenakan software tersebut menyediakan
fasilitas atau fitur yang banyak membantu dalam proses lanjutannya, seperti penghitungan volume cut and fill
dan long cross section. Langkah detil dalam proses penggambaran adalah sebagai berikut :

1. Aktifkan software AutoCAD Land Development atau Land Dekstop


2. Menyimpan file pekerjaan dalam format drawing (dwg).
Perintah [File > Save As]

3. Membuat project pekerjaan. Caranya pilih [Project > Reassociate Drawing > Create Project]. Urutan
dialog box akan muncul sebagai berikut :

44
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

4. Impor titik poligon maupun titik detil dengan seting layer berbeda. Tujuanya dibuat layer berbeda untuk
memudahkan dalam proses penggambaran.
Nama layer untuk poligon : poligon.
Nama layer detil : detil.

Dalam proses impor point ini akan muncul beberapa dialog box seperti di bawah ini:

Perintah [Point > Import/Export Point > Import Point]

Pada dialog box 2 pilih format sesuai dengan basis data yang dibentuk dari MS Excel (PENZD), kemudian
source file adalah letak basis data disimpan. Setelah menjalankan proses tersebut maka akan tergambar
posisi masing-masing titik hasil ukuran kedalam AutoCAD.

45
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

5. Identifikasi obyek sesuai dengan keadaan lapangan. Sebagai contoh sebuah rumah titik detil yang diambil
adalah pojok-pojoknya, maka titik pojok-pojok tersebut dihubungkan dengan garis akan tergambar sebuah
rumah. Begitu pula dengan obyek yang lainnya. Gambar di bawah ini adalah sebuah contoh peta situasi
yang telah dilakukan editing.

6. Penggambaran Garis Kontur


Digital terrain model (DTM) atau disebut surface merupakan permodelan dari suatu permukaan tertentu
ditampilkan dalam bentuk jaringan yang menghubungkan titik terdekat membentuk jarring-jaring segitiga.
Fungsi dari DTM sangat banyak sekali diantaranya adalah :
a. Membentuk garis kontur.
b. Menghitung volume galian dan timbunan.
c. Membuat section (profil), baik profil melintang ataupun memanjang.
d. Mengetahui kemiringan medan (slope), dll.
Dalam kesempatan ini akan dibahas kegunaan DTM untuk pembuatan garis kontur. Langkah-langkah
pembentukan DTM menggunakan AutoCAD Land Dekstop.
Perintah [Terrain > Terrain Model Explorer]

46
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

Klik kanan mouse, muncul dialog


kemudian klik pada tulisan tersebut.

Selanjutnya membangun surface menggunakan basis data yang sama yaitu basis data yang digunakan
untuk penggambaran detil situasi maupun poligon dengan format csv ataupun txt. Di bawah ini adalah
urutan membentuk surface.

Klik kanan pada points, kemudian


muncul dialog seperti diatas

47
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

Setelah pengambilan basis data selesai tahap terakhir pembentukan surface adalah Build Surface, seperti
gambar berikut.

Untuk mengetahui hasil bentukan maka perlu ditampilkan DTM tersebut sebagai sebuah gambar berupa
jaringan triangulasi (segitiga) yang menghubungkan titik terdekat dari sebuah basis data. Adapun perintah
yang digunakan :
[Terrain > Edit Surface > Import 3D Lines]

Pembuatan Garis Kontur


Perintah [Terrain > Create Contour]
Langkah-langkah pembentukan garis kontur.

48
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293

DTM

Kontur interval (kontur minor) dan kontur indeks (kontur mayor)

Contoh peta topografi dengan garis kontur:

49

Anda mungkin juga menyukai