BAB I
DASAR TEORI PEMROSESAN DATA
B. Perhitungan Data
Proses ini bertujuan untuk mendapatkan hasil akhir penghitungan berupa koordinat XYZ yang nantinya akan
diproses (diplot) untuk menjadi gambar atau peta yang baik dan benar. Langkah-langkah proses ini adalah
sebagai berikut :
1. Penghitungan poligon
Langkah perhitungan poligon menggunakan metode Bouwditch yaitu :
Menyusun data sudut dan jarak ke dalam format hitungan.
Menghitung sudut jurusan/azimut awal dan akhir.
Menghitung sudut terkoreksi.
a. Menghitung salah penutup sudut (Fb)
Fb = Jumlah sudut – ((akhir - awal)+nx180)
(contoh untuk poligon terikat sempurna)
b. Menghitung koreksi sudut.
kor = - Fb/n
c.Menghitung sudut terkoreksi.
kor = + kor
Menghitung sudut jurusan/azimut.
= awal + kor - 180
Menghitung jumlah total jarak.
Menghitung absis (D Sin ) dan ordinat (D Cos ).
dx = D x Sin dan dy = D x Cos
Menghitung salah penutup absis (fx) dan ordinat (fy).
fx = Jumlah dx – (X akhir – X awal).
fy = Jumlah dy – (Y akhir – Y awal).
Menghitung koreksi absis (Kdx) dan koreksi ordinat (Kdy)
kor.dx = - (di/ D) x fx
kor.dy = - (di/ D) x fy
Menghitung koordinat X dan Y
Xi+1 = Xi + dxi + kdx
Yi+1 = Yi + dyi + kdy
Periksa koordinat akhir hasil hitungan harus sama dengan koordinat akhir yang diketahui
1
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
Keterangan tabel:
n : Jumlah berdiri alat
fb : Salah penutup sudut
kor : Koreksi sudut pada tiap titik
fx : Kesalahan penutup absis
fy : Kesalahan penutup ordinat
fh : Kesalahan penutup tinggi
2. Penghitungan detil
Rumus yang digunakan perhitungan detil ini sama dengan perhitungan poligon, perbedaannya pada detil
hanya diamat satu kali.
2
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
B. Kesalahan Pengukuran
1. Kesalahan Sistematis (Instrument Error)
Kesalahan sistematis adalah kesalahan pengamatan yang disebabkan karena oleh faktor instrumen
pengukuran. Kesalahan sistematik akan berdampak pada akurasi pengukuran. Jika kesalahan sistematik
terjadi maka akurasi pengukuran tidak dapat ditingkatkan dengan melakukan pengulangan pengukuran.
Sumber kesalahan sistematik terjadi karena instrumen pengukuran tidak terkalibrasi terlebih dahulu atau
kesalahan pembacaan seperti EDM Error. Kesalahan alat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Kesalahan pada alat ukur sudut terdiri dari :
Kesalahan alat ukur sudut sendiri
1) Kesalahan sudut kolimasi atau kesalahan bacaan sudut horisontal. Kesalahan ini bisa dihilangkan
dengan cara mengukur sudut dengan posisi teropong biasa dan luar biasa dan hasil ukurannya dirata-
rata.
2) Kesalahan sumbu horisontal disebabkan sumbu horisontal tidak tegak lurus sumbu vertikal. Kesalahan
ini bisa dihilangkan dengan cara mengukur sudut dengan posisi teropong biasa dan luar biasa dan
hasil ukurannya dirata-rata.
3) Kesalahan sumbu vertikal disebabkan sumbu vertikal tidak berimpit dengan arah garis vertikal.
Kesalahan ini deliminirnya dengan cara berhati-hati terutama pada pembacaan sudut vertikal yang
sudut elevasinya besar.
4) Kesalahan eksentris disebabkan sumbu vertikal tidak berimpit dengan pusat graduasi horisontal.
Kesalahan ini bisa dihilangkan dengan cara mengukur sudut dengan posisi teropong biasa dan luar
biasa dan hasil ukurannya dirata-rata.
5) Kesalahan graduasi, kesalahannya bisa dihilangkan dengan cara merubah lingkaran graduasi pada
awal pembacaan misalnya 00, 900.
Kesalahan surveyor
1) Penyetelan instrumen
Levelling pengaturan nivo kotak atau nivo tabung kurang teliti.
Centering kurang teliti.
Paralak optis.
2) Kurang memahami karakteristik alat, perbedaan centring dengan alat penegak unting-unting, optis,
dan sinar laser.
b. Kesalahan alat penyipat datar.
Kesalahan alat penyipat datar sendiri, arah garis visir tidak sejajar sumbu nivo.
Kesalahan oleh surveyor
1) Leveling tidak benar.
2) Jarak ke muka ≠ jarak ke belakang.
3) Salah pembacaan.
4) Salah catat.
Kesalahan akibat rambu
1) Rambu tidak tegak.
2) Rambu tidak stabil (karena tempat dudukannya lunak).
3) Harga nol rambu sudah tidak tepat, harus dikalibrasi.
4) Sambungan rambu tidak tepat, harus dikalibrasi.
5) Graduasi rambu yang tidak teliti, harus dikalibrasi.
c. Alat pengukur jarak
Pengukuran jarak bisa dilaksanakan secara langsung dan tidak langsung.
2. Kesalahan Manusia (Human Error)
Human error adalah kesalahan pada saat pengamatan yang disebabkan oleh pengamat atau surveyor,
kesalahan ini diakibatkan karena kurang hari-hati, kelalaian, ketidakmengertian terhadap instrumen atau
surveyor tidak melaksanakan prosedur operasional standar dengan benar yang telah diberikan. Beberapa
kesalahan yang disebabkan personil:
Surveyor
1) Kurang memahami karakteristik dan penggunaan alat ukur.
2) Kurang mahir dalam pelaksanaan penggunaan alat ukur.
3
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
dD = {(1 – K) s2} / 2R
Keterangan:
dD = Koreksi jarak
K = Koefisien refraksi (0,13)
R = Jari-jari kelengkungan bumi
S = Jarak horisontal
C. Kerangka Kontrol Pemetaan
Jaring kontrol horisontal geodesi sangat diperlukan, terutama untuk mendukung pekerjaan-pekerjaan
penentuan posisi serta survei dan pemetaan untuk beragam aplikasi. Realisasi jaring kontrol horisontal
mempunyai cakupan yang cukup luas, baik ditinjau dari pendefinisian sistem referensinya, metode dan
strategi pengamatannya, sistem peralatan yang digunakan, metode pengolahan datanya, maupun tingkat
ketelitian titik-titiknya. Oleh sebab itu agar maksimal penggunaannya, jaring kontrol horisontal serta
pengadaannya harus terstandarisasi, terklasifikasi, dan terspesifikasi dengan benar, sistematis dan jelas
dalam suatu Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu Jaring Kerangka Horisontal Nasional (JKHN). Dalam SNI
ini klasifikasi JKHN didasarkan pada tingkat presisi dan tingkat akurasi dari jaring yang bersangkutan,
dimana tingkat presisi diklasifikasikan berdasarkan kelas dan tingkat akurasi diklasifikasikan berdasarkan
orde.
4
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
Pada gambar di atas, koordinat titik A dan B diketahui, dengan demikian kita dapat menghitung sudut
jurusan AB. Untuk menentukan koordinat titik 1 diperlukan koordinat titik A, sudut jurusan A – 1 dan jarak A
– 1, begitu pula titik 2 diperlukan koord titik 1, sudut jurusan 1 – 2 dan jarak 1 – 2 dan seterusnya. Dari
gambar di atas, dapat dilihat bahwa:
Xb - Xa
ab = arc Tg
Yb - Ya
a1 = ab + Sa
12 = a1 + S1- 180 (n, n+1) = (n-1, n) + Sn - 180
23 = ab + S2 – 180
2. Poligon Tertutup
Tertutup Terikat Sempurna
Poligon Terikat Sempurna adalah poligon yang terikat pada ujung-ujungnya baik koordinat maupun sudut
jurusannya. Apabila Titik A, B, C dan D diketahui, maka sudut jurusan awal ab dan cd
Syarat geometris dari poligon di atas adalah :
a. ab - cd = Si – n x 180 atau ab - cd – (Si – n x 180) = 0
b. XC – XA = d x Sin
c. YC – YA = d. Cos
Poligon kring
Poligon kring adalah poligon yang mempunyai titik awal dan akhir yang sama pada suatu titik. Poligon
kring mempunyai syarat geometris yaitu :
a. Si = (n - 2) 180o sudut dalam
b. Si = (n + 2) 180o sudut luar
c. d. Sin = 0
d. d. Cos = 0
B. Posisi Vertikal
Penentuan posisi vertikal pada pemetaan terestris dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya
yaitu:
Metode sipat datar differensial
Metode sipat datar menyeberang sungai
Metode sipat datar trigonometri
Pada buku ini diuraikan penentuan posisi vertikal menggunakan metode sipat datar trigonometri. Metode ini
sama dengan penentuan secara horisontal yaitu menggunakan ukuran jarak dan sudut, perbedaannya sudut
disini adalah sudut vertikal ditambah dengan faktor tinggi alat dan tinggi target. Gambar dibawah ini
menjelaskan tentang penentuan posisi vertikal dengan cara tachymetri:
r
y
ta
x=d
d = Jarak Datar
ti
B
A 5
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
Keterangan Gambar:
A : titik berdiri alat B : titik diukur
Ti : tinggi alat ta : tinggi target
D : jarak datar r : jarak miring
: helling (sudut vertikal) : bacaan sudut vertikal
Langkah-langkah perhitungan :
1. Diketahui hasil ukuran nilai tinggi A, , r, ti dan ta.
2. Menghitung jarak datar (x)
cos = d / r
d = cos x r
= cos (90 - ) x r ; cos (90 – ) = sin
= sin x r
3. Menghitung nilai y
tan = y / d
Y = tan x d
= tan (90 - ) x d ; tan (90 - ) = 1 / tan
= 1 / tan x d
4. Menghitung tinggi B
HB = HA + Y + ti - ta
I.5. Penggambaran
Penggambaran dilakukan menggunakan program AutoCAD karena program ini jika dibandingkan dengan
program-program yang lain yang bisa untuk penggambaran lebih sederhana dan fleksibel terhadap program
lainnya. Tool AutoCAD lebih mudah dipahami, fleksibel sebab data hasil pengolahan di AutoCAD bisa dibaca
pada program-program seperti Surpac, Minecom, Global Mapper, ErMapper, Arcview, ArcInfo, Mapinfo,
Microstation dan lain sebagainya. Namun AutoCAD yang digunakan disini harus dilengkapi dengan program
tambahan apabila digunakan untuk pekerjaan pengukuran dan pemetaan. Pada AutoCAD Release 14 program
tambahannya adalah Softdesk Civil Survey sedangkan untuk AutoCAD Release 2000 ke atas pada versi tertentu
sudah dilengkapi dengan program pengukuran dan pemetaan seperti Land Development 2000, Land Dekstop
2004 dan Land Dekstop 2009.
6
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
7
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
BAB II
PEMAKAIAN ALAT SURVEY TOTAL STATION
Salah satu pengenalan alat pada buku ini akan dibahas yaitu cara mengoperasikan alat total station seri Nikon
DTM 302 Series (DTM 352, 332, 362)
POWER
Tombol ini berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan alat.
MSR1/MSR2
Tombol ini digunakan untuk melakukan pengukuran/measurement, dimana masing-masing tombol dapat
kita setting mode pengukurannya seperti :
- Target dengan prisma atau tanpa prisma (untuk tipe NPL - laser)
- Konstanta prisma
- Mode pengukuran
- Pengulangan pengukuran
- Mode perekaman
DSP (Display/Tampilan)
Tombol ini berfungsi untuk merubah tampilan di layar Alat. Tampilan layar memiliki 5 tampilan, dimana
masing-masing tampilan berbeda-beda meliputi :
- Tampilan 1 : HA, VA, SD
- Tampilan 2 : HA, VD, HD
- Tampilan 3 : HL, V%, HD
- Tampilan 4 : Nilai koordinat X,Y,Z
- Tampilan 5 : HD, VD, SD
ANG/ANGLE
Tombol ini berfungsi untuk membuat sudut dengan ukuran tertentu, membuat bacaan sudut menjadi nol,
perulangan pengukuran sudut dan bacaan sudut biasa/luar biasa.
MODE
Tombol MODE ini mempunyai 2 fungsi yaitu :
1. Tombol ini dapat digunakan untuk merubah tombol numerik menjadi alphanumeric.
Contoh :
MODE
KEY
2. Tombol ini dapat digunakan untuk melakukan pengukuran secara Quick Code, dimana masing-masing
kode tersebut sudah kita rekam ke alat.
Contoh :
MODE
KEY
8
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
MENU
Tombol ini digunakan untuk melihat menu-menu yang ada di alat
ILLUMINATION KEY
Tombol ini digunakan untuk menyalakan/mematikan lampu pada layar alat.
Apabila ditekan dan tahan selama lebih kurang satu detik maka akan muncul menu untuk pengaturan
lampu dan suara.
HOT KEY
Tombol ini daigunakan untuk mengatur tinggi target, suhu dan tekanan, konstanta target prisma, catatan
(Note), default point.
A. Membuat Job
Untuk membuat Job pengukuran yaitu dengan cara menekan tombol MENU pilih Job atau tekan tombol
angka 1 Enter sehingga akan muncul seperti berikut :
B. Memulai Pengukuran
Memasukkan Koordinat Tempat Berdiri Alat
Untuk memulai pengukuran, masukkan tinggi alat dan koordinat tempat berdiri alat. Untuk memasukkan
koordinat tempat berdiri alat yaitu dengan cara :
Tekan tombol STN (tombol nomor 7), sehingga akan muncul seperti berikut :
9
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
i. Known
Known point merupakan titik koordinat tempat berdiri alat, dimana titik koordinat tersebut sudah diketahui.
ii. Resection
Resection point merupakan titik koordinat tempat berdiri alat, dimana titik koordinat tersebut diukur
terlebih dahulu melalui minimal 2 titik koordinat yang sudah diketahui koordinatnya.
iii. Quick
Quick point merupakan titik koordinat tempat berdiri alat, dimana diketahui azimuth dari alat ke titik
Backsight.
iv. Remote BM
Remote BM point merupakan langkah untuk mengupdate data tinggi alat dan tinggi target terhadap titik BM
tempat berdiri alat.
v. BS Check
BS Check merupakan langkah untuk mengetahui besarnya sudut dan azimuth dari koordinat berdiri alat
menuju backsight.
vi. Base XYZ
Base XYZ merupakan koordinat tempat berdiri alat, dimana koordinatnya harus diinputkan ke alat dan
masukkan sudut horisontal dari alat ke titik Backsight.
10
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
A. Stake Out HA – HD
Stake out berdasarkan sudut dan jarak tertentu.
Langkahnya :
Tekan tombol S – O (tombol No. 8)
Pilih HA – HD kemudian tekan Enter
Masukkan sudut dan jarak yang diinginkan
Keterangan :
HD = Jarak mendatar (harus diisi)
dVD = Selisih jarak vertikal (tidak harus diisi)
HA = Sudut horisontal (harus diisi)
Keterangan :
dHA = selisih sudut horisontal antara di
alat dan titik target.
R/L = kurang ke kanan / ke kiri
FILL/CUT = galian / timbunan
Langkahnya :
Tekan tombol S – O (tombol No. 8)
Pilih XYZ kemudian tekan Enter
Masukkan koordinat yang diinginkan
Pemasukan koordinat yang diinginkan ini dapat
berdasarkan :
PT = Nomor point
RAD = Radius titik yang dimaksud
CD = Kode titik
Masukkan koordinat yang akan di Stake Out
(apabila nilai koordinat belum terekam di alat)
Putar teropong sehingga diperoleh bacaan dHA
menjadi 0.000. Tanda panah merupakan arah
putar teropong ke kiri atau ke kanan.
Arahkan target ke bidikan di teropong alat dan
jarak titik yang dimaksud akan tampil di layar.
11
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
P2 P1
20 m 10 m
Langkahnya :
Tekan tombol S – O (tombol No. 8)
Pilih Divline S – O kemudian tekan Enter
Bidik titik yang akan dijadikan referensi garis misal P2
kemudian tekan tombol MSR1/MSR2
Masukkan nilai Span total sesuai dengan panjang garis
yang diinginkan, kemudian tekan enter.
Arahkan target ke bidikan di teropong alat dan jarak
titik yang dimaksud akan tampil di layar.
Lakukan pengukuran jarak dengan cara menekan
tombol MSR.
Gunakan tombol panah ke atas atau panah ke bawah
untuk menampilkan titik selanjutnya.
Langkahnya :
Tekan tombol S – O (tombol No. 8)
Pilih Refline S – O kemudian tekan Enter
Masukkan koordinat line point pertama (P1)
Masukkan koordinat line point kedua (P2) P’
Keterangan : P2 P1
12
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
E. COGO
Untuk masuk ke menu Cogo, tekan tombol nomor 2. Menu Cogo yang ada di dalam alat survey Nikon antara
lain :
1. Inverse
Digunakan untuk menghitung sudut azimut dan jarak berdasar dari dua titik yang diketahui koordinatnya.
2. Input
Digunakan untuk menginputkan data koordinat ke alat survey secara langsung.
3. Area & Perim
Digunakan untuk menghitung luas dan keliling suatu daerah hasil pengukuran koordinat alat secara
langsung .
4. Line & O/S
Digunakan untuk mengkalkulasi koordinat dari suatu garis dan offset.
5. Intersection
Digunakan untuk menentukan titik koordinat yang dihitung dari perpotongan dua buah garis.
Cogo intersection ini terdiri dari :
Brng – Brng (Bearing – Bearing) Intersection sudut azimut dari dua titik
Brng – Dist (Bearing – Distance/Radius) intersection dari azimut dan radius lingkaran.
Dist – Dist intersection dari dua radius lingkaran tertentu
Point – Line intersection dari titik dan garis
13
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
BAB III
TRANSFER DATA
Data hasil pengukuran terdiri dari dua format yaitu raw data berupa jarak, sudut horisontal, sudut vertikal,
tinggi alat, tinggi target dan deskripsi titik sedangkan format yang kedua adalah data koordinat XYZ. Kedua
format data ini semuanya akan ditransfer/didownload yang selanjutnya akan diproses dalam edit data.
Detil langkah-langkah download data adalah sebagai berikut :
1. Sambungkan kabel data lalu buka program TransIt dengan cara double klik ikonnya lalu akan muncul
tampilan
Keterangan:
Data recorder diisi DTM-350
Data format di isi Nikon
Directories tempat menyimpan data
Drive lokasi menyimpan data
4. Tekan OK, muncul
14
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
Tekan OK
5. Siapkan alat TS, hidupkan lalu tekan tombol Menu pilih Job, lalu buka (Open) job yang akan di download.
6. Tekan tombol menu pilih Comm (No. 5), Download (No. 1)
Job disesuaikan dengan job yang akan di download, format Nikon data kita sesuaikan dengan data yang
akan di download (Raw/Coord) cara memilih dengan menggunakan panel kanan dan kiri. Tekan Enter
8. Tekan F4
15
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
BAB IV
EDIT DATA
Tujuan akhir dari proses ini adalah mengubah data mentah (raw data) hasil transfer diatas menjadi data yang
tersusun dalam format yang telah ditentukan sesuai dengan format penghitungan data dengan menggunakan
software MS. Excel. Tahapan ini sekaligus merupakan filter pertama dari kesalahan-kesalahan data yang ada.
Format raw data sebelum diedit adalah sebagai berikut :
16
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
8. Kemudian klik Next terus Finish. Maka data sudah terpecah dengan sendirinya.
17
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
18
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
12. Kasih jeda satu baris di atas ST dengan perintah Insert Row
19
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
Jika sudah blok kolom B klik kanan terus pilih Insert sehingga menjadi seperti berikut.
15. Kemudian blok di kolom D sama E langkah sama seperti pada kolom B
16. Kemudian blok pada baris yang bersimbol ST
20
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
Klik kanan Pilih menu Cut, Kemudian kita pindah diantara patok backsight dan patok foresight
17. Kemudian kasih jeda antara patok foresight dengan titik detil, dengan cara diinsert
18. Pindah tinggi alat ke kolom E. Tinggi alat terletak di baris yang berkode ST berada di kolom G
21
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
Kemudian hapus data di baris ST selain tinggi alat. Kemudian isikan kode berdiri alat di kolom B.
19. Lakukan langkah di atas sampai semua data tersusun seperti ini.
22. Kemudian kita akan memisahkan data desimal ke dalam format derajat menit dan detik.
23. Dikolom J kita masukan rumus “ =FIXED((H2-INT(H2)),4) “
22
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
23
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
24
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
31. Setelah data desimal sudah terpisah maka rumus kita copykan ke semua data dibawahnya. Caranya blok
semua kolom yang ada rumusnya tadi.
32. Kemudian paste di data bawahnya. Caranya di blok di kolom J yang ada datanya terus klik kanan pilih
menu Paste.
25
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
33. Jika semua sudah tercopy kemudian kita bikin sheet baru kita beri nama Detil. Kemudian copykan sheet
susun tadi ke sheet baru. Klik kanan Paste Special Value.
34. Jika sudah ter-copy maka kita hapus kolom H, I, J, K (kolom sudut desimal)
26
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
36. Kemudian pindah kolom G (kolom jarak miring) ke kolom N yaitu kolom terakhir
37. Jika sudah bikin sheet baru lagi kita beri nama Pol, kemudian data di sheet detil tadi kita copykan ke sheet
Pol (dengan Paste Special Value) terus kita hapus data detil di bawah poligon
27
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
38. Lakukan langkah tersebut sampai data detil terhapus semua sehingga hanya tinggal data poligon saja yang
tersisa.
28
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
BAB V
PEMROSESAN DATA
Pemrosesan data bertujuan untuk menghitung data hasil pengukuran sehingga mendapatkan data koordinat.
Dari proses ini dapat diketahui kualitas pengukuran sehingga diharapkan dalam proses penggambaran sudah
terbebas dari berbagai kesalahan. Penghitungan data terbagi menjadi 2 tahap, yaitu :
2. Kemudian Kita buka worksheet baru di Excel kemudian kita Save As. Rename sheet 1 menjadi Poligon.
Kemudian kita copykan kop (kepala kolom) formula hitungan.
29
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
3. Copykan data dan dipastekan di bawah kop formula hitungan tadi dan sesuaikan dengan susunan yang ada
di formula hitungan.
4. Kemudian copykan rumus hitungan poligon yang ada di format formula hitungan. Dari kolom Jarak Datar
sampai ke kolom No. Titik, seperti di bawah ini.
30
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
7. Kemudian masukan nilai koordinat referensi ke dalam kolom koordinat dan elevasi patok untuk stasiun
berdiri alat dan patok backsight.
8. Di kolom koreksi kita hapus dulu datanya (#DIV/0!) agar koordinat patok berikutnya muncul.
31
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
9. Kemudian kita copykan rumus di formula hitungan yang paling bawah yaitu nilai koreksi dari hitungan.
32
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
12. Kemudian copykan rumus dua data terakhir dari formula hitungan.
33
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
15. Kemudian isikan nilai koordinat referensi hitungan (referensi tutupan poligon) pada kolom koordinat dan
elevasi patok.
16. Jika sudah kemudian copykan rumus hitungan per stasiun berdiri alat sampai ke stasiun terakhir yang ada
di file hitungan data.
34
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
18. Jika sudah maka semua patok sudah muncul nilai koordinatnya, selanjutnya kita tinggal melakukan koreksi.
19. Kemudian kita edit rumus jumlah jarak (dari STA pertama sampai STA terakhir)
20. Copykan rumus penjumlahan tersebut ke kolom jumlah sudut, beda tinggi, absis dan kolom ordinat.
21. Kemudian kita edit rumus jumlah titik di samping kolom “sn“
35
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
36
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
25. Edit rumus kesalahan beda tinggi (Tinggi Akhir – Tinggi Awal) – Jumlah ∆AH
37
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
29. Kemudian masukan rumus koreksi beda tinggi (= ∆AH / Jumlah ∆AH * Kesalahan AH)
30. Kemudian masukan rumus koreksi absis (= Jarak / Jumlah Jarak * Kesalahan ∆X)
31. Kemudian masukan rumus koreksi ordinat (= Jarak / Jumlah Jarak * Kesalahan ∆Y)
Jika sudah maka copykan rumus koreksi tadi ke setiap patok. Jika semua sudah tercopy berarti olah data
poligon sudah selesai tinggal kita melakukan hitungan detil.
38
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
Penghitungan detil situasi dilakukan setelah penghitungan poligon selesai semuanya. Hal ini dikarenakan posisi
dan elevasi detil bereferensi pada poligon. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Buat sheet baru di samping sheet poligon tadi, beri nama sheet dengan nama Detil
2. Copykan kop (kepala kolom) hitungan detil (master) ke sheet Detil yang baru dibuat
39
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
6. Kemudian linkanAzimuth dan koordinat di sheet detil Azimuth dan dengan koordinat yang ada disheet
poligon.
Untuk Azimuth “ =VLOOKUP($Z7,Poligon!$B:$AH,20,FALSE) “
Untuk Koordinat X “ =VLOOKUP($Z7,Poligon!$B:$AH,30,FALSE) “
Untuk Koordinat Y “ =VLOOKUP($Z7,Poligon!$B:$AH,31,FALSE) “
Untuk Elevasi “ =VLOOKUP($Z7,Poligon!$B:$AH,32,FALSE) “
40
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
7. Kemudian copykan rumus detilnya dengan menyesuaikan jumlah titik detil yang ada. Rumus diambil dari
file formula hitungan (master).
10. Jika di jarak datar hasilnya masih 0.000 maka dirumus kita edit. $M$ kita hapus. Maka jarak datar akan
muncul nilainya.
11. Lakukan langkah tersebut sehingga setiap masing-masing stasiun berdiri alatnya sudah terhitung detilnya.
41
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
12. Kemudian kita bikin sheet baru disamping sheet Detil dan kita beri nama CSV. Di sheet CSV kita ambil data
XYZD dari sheet detil caranya disamadengankan.
13. Kemudian dicopy ke bawah dengan cara diblok kemudian ditarik ke bawah sampai semua detil tercakup
semua.
14. Kemudian data yang nilai 0 kita hapus semua dengan Delete Raw.
15. Lakukan sampai tidak terdapat nilai 0. Jika sudah, kemudian copykan sheet CSV ke dalam file worksheet
baru. Paste data dengan Paste Special Value.
42
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
16. Jika data sudah tercopy kemudian di kolom paling depan kita beri nomor urut data sehingga susunan data
menjadi PENZD (Point, Easting, Northing, Elevation dan Description)
Jika data sudah tersimpan di dalam format *.csv maka data sudah siap untuk di gambar.
43
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
BAB VI
PENGGAMBARAN
Penggunaan software AutoCAD Land Development atau Land Dekstop untuk penggambaran hasil pekerjaan
pengukuran dan pemetaan sangat direkomendasikan. Hal tersebut dikarenakan software tersebut menyediakan
fasilitas atau fitur yang banyak membantu dalam proses lanjutannya, seperti penghitungan volume cut and fill
dan long cross section. Langkah detil dalam proses penggambaran adalah sebagai berikut :
3. Membuat project pekerjaan. Caranya pilih [Project > Reassociate Drawing > Create Project]. Urutan
dialog box akan muncul sebagai berikut :
44
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
4. Impor titik poligon maupun titik detil dengan seting layer berbeda. Tujuanya dibuat layer berbeda untuk
memudahkan dalam proses penggambaran.
Nama layer untuk poligon : poligon.
Nama layer detil : detil.
Dalam proses impor point ini akan muncul beberapa dialog box seperti di bawah ini:
Pada dialog box 2 pilih format sesuai dengan basis data yang dibentuk dari MS Excel (PENZD), kemudian
source file adalah letak basis data disimpan. Setelah menjalankan proses tersebut maka akan tergambar
posisi masing-masing titik hasil ukuran kedalam AutoCAD.
45
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
5. Identifikasi obyek sesuai dengan keadaan lapangan. Sebagai contoh sebuah rumah titik detil yang diambil
adalah pojok-pojoknya, maka titik pojok-pojok tersebut dihubungkan dengan garis akan tergambar sebuah
rumah. Begitu pula dengan obyek yang lainnya. Gambar di bawah ini adalah sebuah contoh peta situasi
yang telah dilakukan editing.
46
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
Selanjutnya membangun surface menggunakan basis data yang sama yaitu basis data yang digunakan
untuk penggambaran detil situasi maupun poligon dengan format csv ataupun txt. Di bawah ini adalah
urutan membentuk surface.
47
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
Setelah pengambilan basis data selesai tahap terakhir pembentukan surface adalah Build Surface, seperti
gambar berikut.
Untuk mengetahui hasil bentukan maka perlu ditampilkan DTM tersebut sebagai sebuah gambar berupa
jaringan triangulasi (segitiga) yang menghubungkan titik terdekat dari sebuah basis data. Adapun perintah
yang digunakan :
[Terrain > Edit Surface > Import 3D Lines]
48
JELAJAH TRAINING CENTER – (0274) 418293
DTM
49