UKUR TANAH II
Dosen Pengajar :
Arliandy Pratama Arbad, S.T., M.Eng.
Oleh :
Omar Agustiano Nardini
(2101421031)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada penyusun, sehingga dapat menyelesaikan laporan Ilmu Ukur
Tanah 2. Ilmu Ukur Tanah 2 salah satu mata kuliah yang harus dipelajari oleh
setiap mahasiswa jurusan Teknik Sipil dan setiap pelaksanaan pekerjaan
konstruksi selalu berkaitan dengan Ilmu Ukur Tanah. Dalam melaksanakan
praktikum Ilmu Ukur Tanah, sering kali mahasiswa mengalami kesulitan dalam
mengerjakan tugas. Hal ini disebabkan karena belum adanya pedoman untuk
melaksakan tugas tersebut, dengan adanya laporan kali ini diharapkan mahasiswa
dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan baik dan benar.
Penyusunan laporan ini berpedoman pada kurikulum dan silabus Jurusan
Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta. Penyusunan menyadari bahwa laporan
praktikum Ilmu Ukur Tanah 2 ini masih banyak sekali kekurangannya. Maka dari
itu, saran-saran dan masukan kami harapkan demi sempurnanya laporan kali ini.
Tidak lupa pula kepada penyusun laporan ini mengucapkan terima kasih
kepada pembimbing/dosen pengajar yang telah membantu menyelesaikan
laporan Ilmu Ukur Tanah 2 ini.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar isi
Pendahuluan
Job 1 Pengukuran Poligon
Job 2 Sistem Koordinat
Job 3 Pengukuran Situasi Detail
Job 4 Stake Out
Job 5 Kontur
PENDAHULUAN
Ilmu Ukur Tanah adalah cabang ilmu dari ilmu geodesi yang
mempelajari sebagian kecil dari permukaan bumi dengan cara melakukan
pengukuran guna mendapatkan peta.
I. Dasar Teori
Pengukuran merupakan penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya
terhadap suatu standar atau satuan pengukuran atau dapat dikatakan juga bahwa pengukuran
adalah kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur yang digunakan
sebagai satuan.
Pengukuran poligon merupakan salah satu metode pengukuran dan pemetaan kerangka dasar
horizontal untuk memperoleh koordinat (X,Y) titik-titik ikat pengukuran. Metode poligon adalah
salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik satu dengan lainnya
dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian
titik-titik (poligon). Dengan demikian disimpulkan bahwa poligon adalah serangkaian garis
berurutan yang panjang dan arahnya telah ditentukan dari pengukuran di lapangan.
Pengukuran poligon sendiri dilakukan untuk menentukan letak titik di atas permukaan bumi
serta posisi relatif dari titik lainnya terhadap suatu sistem koordinat tertentu yang dilakukan melalui
pengukuran sudut dan jarak dan dihitung terhadap referensi koordinat tertentu. Selanjutnya
koordinat tersebut digunakan sebagai dasar untuk pemetaan topografi suatu daerah yang dilakukan
pengukuran tersebut.
2) Memberi pemahaman kepada mahasiswa tentang cara penentuan titik-titik kerangka kontrol
horizontal polygon tertutup dengan metode bowditch.
Theodolite DT 200
Unting – Unting
Payung
Statif
Rambu Ukur
Meteran
Patok
Papan Jalan
Keterangan:
Keterangan:
Σβ : jumlah sudut
Σd Sin α : jumlah ∆x
Σd Cos α : jumlah ∆y
f(s) : kesalahan sudut
f(x) : kesalahan koordinat X
f(y) : kesalahan koordinat Y
Keterangan:
Xn, Yn : koordinat titik n
Xn-1, Yn-1 : koordinat titil n-1
Keterangan:
n : nomor titik
Xn, Yn : koordinat terkoreksi titik n
Xn-1.n, Yn-1.n : koordinat titik ke n-1
dn : jarak sisi titik n-1 ke n
αn-1.n : azimuth sisi n-1 ke n
Keterangan:
f(d) : kesalahan jarak
f(x) :kesalahan linier absis
f(y) : kesalahan linier ordinat
Σd : jumlah jarak
K : ketelitian linier
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyelesaian poligon:
1. Besar sudut tiap titik hasil setelah koreksi
S’ = S + [f(s) / n]
2. Azimuth semua sisi poligon dihitung berdasarkan azimuth awal dan semua sudut titik
hasil koreksi (S’):
a) Jika urutan hitungan azimuth sisi poligon searah jarum jam, rumus yang digunakan:
αn.n+1 = (αn-1.n +180°) – S’
αn.n+1 = (αn-1.n + S’) – 180°
b) Jika urutan hitungan azimuth sisi oligon berlawanan arah jarum jam, rumus yang
digunakan:
αn.n+1 = (αn-1.n + S’) – 180°
αn.n+1 = (αn-1.n +180°) – S’
V. Langkah Kerja
Siapkan catatan, daftar pengukuran dan buat sket lokasi areal yang akan diukur.
Tentukan dan tancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik.
Dirikan pesawat di atas titik awal dan lakukan penyetelan alat sampai didapat
kedataran.
Arahkan pesawat ke arah utara dan nolkan piringan sudut horizontal dan kunci kembali
dengan memutar sekrup piringan bawah.
Putar teropong dan arahkan teropong pesawat ke titik selanjutnya, baca dan catat sudut
horizontalnya yang sekaligus sebagai sudut azimuth. Bacaan ini merupakan bacaan
biasa untuk bacaan muka.
Dengan posisi pesawat tetap di titik awal, putar pesawat 180º searah jarum jam
kemudian putar teropong 180˙arah vertical dan arahkan teropong ke titik selanjutnya.
Lakukan pembacaan sudut horizontal
Putar teropong pesawat dan arahkan dititik akhir dan lakukan pembacaan sudut
horizontal pada bacaan biasa dan luar biasa bacaan ini merupakan bacaan belakang
Dengan cara yang sama, lakukan pada titik polygon berikutnya
Lakukan pengukuran jarak antar titik dengan meteran
Lakukan perhitungan sudut pengambilan, sudut azimuth dan koordinat masing masing
titik
Gambar hasil pengukuran dan perhitungan
VI. Data Pengukuran Poligon
KELOMPOK : B1
KELAS : 1 TKG 3
PEMBIMBING : ARLIANDI P. ARBAD, S.T., M.Eng.
KURNIAWAN SUTAMA
M.AGRES ARYA SAPUTRA
M.NUR IKHSAN
NINDYA AMALIA
OMAR AGUSTIANO NARDINI
PUTRANTO YUSUF HADI.W
JOB 2
SISTEM KOORDINAT
I. Dasar Teori
Posisi atau kedudukan seseorang atau suatu benda dapat dinyatakan dengan
koordinat (baik dua dimensi atau tiga dimensi) yang mengacu pada sistem koordinat
tertentu. Sistem koordinat adalah suatu sistem (termasuk di dalamnya teori, konsep,
deskripsi fisis serta standar dan parameter) yang digunakan dalam pendefinisian koordinat
dari suatu atau beberapa titik dalam ruang. Sistem koordinat memudahkan pendeskripsian,
perhitungan, dan analisa, baik yang sifatnya geometrik maupun dinamik.
Terdapat 3 pendefenisian sistem koordinat:
Lokasi Titik Asal ( Titik 0 ) dari sistem koordinat
Orientasi dari sumbu – sumbu koordinat
Besaran ( Kartesian, Curvilinear ) yang digunakan untuk mendefinisikan
posisi suatu titik dalam sistem koordinat tersebut
System Koordinat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
Sistem Koordinat Lokal
Sistem Koordinat UTM
Sistem Koordinat Geografis
n = d x cos ( m ) x cos ( 𝛼 )
e = d x cos ( m ) x sin ( 𝛼 )
u = d x sin ( m )
* Zona UTM
Untuk Indonesia yang berada pada posisi kurang lebih berada pada 900
BT – 1440 BT dan 110LS – 60LU terbagi ke dalam 9 zona UTM yaitu zona 46
– 54. Adapun sebagai gambaran, bias lihat gambar dibawah ini :
Mengamati altitude dari Polaris (the North Star), metode kuno yang masih
dipakai hingga sekarang. Asumsi yang digunakan adalah sudut altitude akan
sama dengan latitude geodetic.
Pengamatan altitude matahari pada saat tengah hari. Asumsi nya, matahari
akan berada tepat di atas ekuator pada spring dan fall equinoxes. Pada hari
yang lain, dengan perhitungan deklinasi matahari, maka latitude = 90 o –
altitude + deklinasi.
Jaringan Kontrol Horizontal
KELOMPOK : B1
KELAS : 1 TKG 3
PEMBIMBING : ARLIANDI P. ARBAD, S.T., M.Eng.
KURNIAWAN SUTAMA
M.AGRES ARYA SAPUTRA
M.NUR IKHSAN
NINDYA AMALIA
OMAR AGUSTIANO NARDINI
PUTRANTO YUSUF HADI.W
JOB 3
PENGUKURAN SITUASI DETAIL
I. Dasar Teori
untuk mengambil data-data situasi lapangan pada daerah yang dipetakan, sehingga
data-data tersebut dapat digambarkan lagi pada suatu bidang datar dengan skala
tertentu.
Theodolite
Rambu ukur
Statif
Payung
Unting – Unting
Patok
Lembar Kerja
I. Dasar Teori
Untuk menentukan titik tersebut di lapangan dapat dilakukan dari salah satu titik
BM yang telah disediakan. Tetapi lebih baik dari dua titik agar terdapat suatu
koreksi.
Sebelum pematokan dilakukan, harus dicari terlebih dahulu besaran-besaran yang
diperlukan untuk pematokan, adalah sebagai berikut :
Setelah semua besaran selesai dihitung maka dilakukan pematokan dengan cara
sebagai berikut:
Untuk mengetahui atau menetapkan posisi satu titik-titik lain terhadap titik tetap.
Mahasiswa mampu membuat patok yang sama dengan permukaan tanah yang berbeda.
Mahasiswa mengenal dan dapat menggunakan alat-alat untuk membuat stake out dan
setting out bangunan.
Mahasiswa menjadi teliti dan kreatif di lapangan.
Mahasiswa mampu membuat patok-patok yang selevel sesuai dengan rencana yang
sudah dibuat sebelumnya.
Waterpass
Rambu ukur
Roll meter
Palu
Patok
lihat pada gambar rencana berapa elevasi lantai yang direncanakan pada lantai tersebut.
mungkin saja tidak semua lantai mempunyai elevasi yang sama.
elevasi lantai pada gambar rencana biasanya diukur dari jalan atau dengan kata lain jalan
mempunyai elevasi 0 meter. atau apabila digambar rencana ada acuan khusus sebagai 0
meter misalkan ada BM (Benchmark) atau CP (control point).
Memilih salah satu bangunan yang akan dijadikan sebagai elevasi pertamanya dimana akan
didirikan bangunan didepannya.
setelah mengetahui elevasi lantai berapa. misalkan elevasi lantai +10 m dari dari muka
tanah,maka langsung saja dirikan alat waterpass disembarang tempat (yang bisa
meneropong jalan dan titik-titik patok secara keseluruhan).
jangan lupa disetting terlebih dahulu nivo kotak pada waterpass tersebut.
tersebut lalu baca dan catat BT nya dengan derajat pertamanya yaitu 0 .⁰
Tentukan patok utama dimana yang akan didirikan bangunan diatasnya.elevasi ditentukan
turun sebanyak 40 cm. setelah itu pembawa rambu langsung menuju ke titik patok yang
sudah di beri tanda elevasi.
Karena elevasi pada patok diturun sebanyak 40 cm,misalkan BT di ELV 10,00 m = 0.756
, maka 0.756+40 = 1.156 . Jadi pada patok BT nya harus 1.156.
Pasang rambu ukur tepat diatas patok , kemudian baca dan BT nya.
Kemudian tarik meteran dari patok yang pertama ke patok selanjutnya dengan ukuran
bangunan yang sudah direncakan sebelumnya(ukuran 4 x 6).
Letakkan rambu ukur diatas patok yang sudah dipasang,Kemudian baca dan catat BT nya.
BT di patok-patok lain harus sama hasilnya dengan BT yang di patok pertama.
Setelah itu,ukur dan catat tinggi setiap patok ke dalam buku untuk mencatat hasil
pengukuran di lapangan.
JOB 5
KONTUR
I. Dasar Teori
Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah informasi tentang tinggi
suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan variasi ketinggian suatu tempat pada
peta topografi, umumnya digunakan garis kontur (contour-line). Garis kontur adalah garis yang
menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang sama. Nama lain garis kontur adalah garis
tranches, garis tinggi dan garis lengkung horizontal. Garis kontur dapat dibentuk dengan
membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke
bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis
kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.
Ada tiga metode yang dipakai untuk menentukan garis kontur, yaitu:
2. Metode Tidak Langsung Dengan metode ini ketinggian tanah diambil secara acak.
Interval kontur yang diinginkan didapat dengan cara interpolasi.
3. Metode Kotak (Raster) Metode ini sangat diperlukan untuk pekerjaan dimana
medannya relatif datar dan terbuka. Biasanya ditetapkan untuk pembuatan lapangan terbang.
Penggambaran garis kontur ditentukan oleh elevasi titik yang bersangkutan dimana
pasa pelaksanaan di lapangan, benang atas, benang tengah dan benang bawah dilakukan
bersama-sama dengan pembacaan sudut pesawat Theodolit. Elevasi suatu titik ditentukan
terhadap bidang persamaan tersebut adalah bidang nivo yang berhimpit dengan bidang
permukaan laut rata-rata atau bidang Geodoid atau Men Sea Level.
Menentukan perbedaan ketingggian antar titik, serta menentukan jarak antar titik yang
telah ditentukan.
Mengumpulkan data geometris pada permukaan bumi dan segala sesuatu yang ada
diatasnya, baik berupa alami maupun buatan manusia.
Memilih cara yang tepat dalam menentukan kerangka dasar pengukuran situasi dengan
kondisi lapangan yang dipakai.
Theodolit DT-200
Total Station
Rambu Ukur
Prisma
Statip
Staff Level
Payung