Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU

UKUR TANAH II

Dosen Pengajar :
Arliandy Pratama Arbad, S.T., M.Eng.

Oleh :
Omar Agustiano Nardini
(2101421031)

PROGRAM STUDI TEKNIK KONSTRUKSI GEDUNG


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2022
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada penyusun, sehingga dapat menyelesaikan laporan Ilmu Ukur
Tanah 2. Ilmu Ukur Tanah 2 salah satu mata kuliah yang harus dipelajari oleh
setiap mahasiswa jurusan Teknik Sipil dan setiap pelaksanaan pekerjaan
konstruksi selalu berkaitan dengan Ilmu Ukur Tanah. Dalam melaksanakan
praktikum Ilmu Ukur Tanah, sering kali mahasiswa mengalami kesulitan dalam
mengerjakan tugas. Hal ini disebabkan karena belum adanya pedoman untuk
melaksakan tugas tersebut, dengan adanya laporan kali ini diharapkan mahasiswa
dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan baik dan benar.
Penyusunan laporan ini berpedoman pada kurikulum dan silabus Jurusan
Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta. Penyusunan menyadari bahwa laporan
praktikum Ilmu Ukur Tanah 2 ini masih banyak sekali kekurangannya. Maka dari
itu, saran-saran dan masukan kami harapkan demi sempurnanya laporan kali ini.
Tidak lupa pula kepada penyusun laporan ini mengucapkan terima kasih
kepada pembimbing/dosen pengajar yang telah membantu menyelesaikan
laporan Ilmu Ukur Tanah 2 ini.

Depok, 30 Juli 2022

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar isi

Pendahuluan
Job 1 Pengukuran Poligon
Job 2 Sistem Koordinat
Job 3 Pengukuran Situasi Detail
Job 4 Stake Out
Job 5 Kontur
PENDAHULUAN

Ilmu Ukur Tanah adalah cabang ilmu dari ilmu geodesi yang
mempelajari sebagian kecil dari permukaan bumi dengan cara melakukan
pengukuran guna mendapatkan peta.

Dalam pengertian yang lebih umum pengukuran tanah dapat


dianggap sebagai disiplin yang meliputi semua metode untuk melakukan
pengambilan proses informasi tentang bumi dan lingkungannya.

Pengukuran tanah sangatlah diperlukan dalam kehidupan sekarang


ini. Dibidang teknik sipil itu sendiri para insinyur sangat memerlukan data
yang akurat untuk pembangunan jalan, jembatan, saluran irigasi, dan
infrastruktur lainnya.

Pemetaan pada suatu daerah disajikan dalam bentuk horizontal dan


vertikal dalam suatu gambaran. Pengukuran dilakukan pada semua objek
atau benda baik itu buatan manusia ataupun ciptaan Tuhan.
JOB 1
PENGUKURAN POLIGON

I. Dasar Teori
Pengukuran merupakan penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya
terhadap suatu standar atau satuan pengukuran atau dapat dikatakan juga bahwa pengukuran
adalah kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur yang digunakan
sebagai satuan.
Pengukuran poligon merupakan salah satu metode pengukuran dan pemetaan kerangka dasar
horizontal untuk memperoleh koordinat (X,Y) titik-titik ikat pengukuran. Metode poligon adalah
salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik satu dengan lainnya
dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian
titik-titik (poligon). Dengan demikian disimpulkan bahwa poligon adalah serangkaian garis
berurutan yang panjang dan arahnya telah ditentukan dari pengukuran di lapangan.

Pengukuran poligon sendiri dilakukan untuk menentukan letak titik di atas permukaan bumi
serta posisi relatif dari titik lainnya terhadap suatu sistem koordinat tertentu yang dilakukan melalui
pengukuran sudut dan jarak dan dihitung terhadap referensi koordinat tertentu. Selanjutnya
koordinat tersebut digunakan sebagai dasar untuk pemetaan topografi suatu daerah yang dilakukan
pengukuran tersebut.

II. Tujuan Praktikum


Tujuan dari dilaksanakannya praktikum pengukuran poligon tertutup terikat sempurna ini
antara lain adalah sebagai berikut :

1) Untuk memberikan pemahaman terhadap mahasiswa tentang pengukuran poligon tertutup


terikat sempurna itu sendiri.

2) Memberi pemahaman kepada mahasiswa tentang cara penentuan titik-titik kerangka kontrol
horizontal polygon tertutup dengan metode bowditch.

III. Peralatan Yang Dibutuhkan

 Theodolite DT 200
 Unting – Unting
 Payung
 Statif
 Rambu Ukur
 Meteran
 Patok
 Papan Jalan

IV. Poligon Tertutup Terikat Sempurna


Poligon Tertutup merupakan poligon yang titik awal dan titik akhir saling berimpit
atau pada posisi yang sama atau saling bertemu. Pada poligon tertutup ini secara geometris
bentuk rangkaian poligon tertutup bila memiliki dua titik tetap biasa dinamakan dengan
poligon tertutup terikat sempurna
Karena bentuknya tertutup, maka akan terbentuk segi banyak atau segi n,
dengan n adalah banyaknya titik poligon. Oleh karenanya syarat-syarat geometris dari poligon
tertutup adalah:

ß = (n-2) . 180O, apabila sudut dalam


ß = (n+2) . 180O, apabila sudut luar

Adapun prosedur perhitungannya sama dengan prosedur perhitungan pada poligon


terikat sempurna. Pada poligon terikat sepihak dan poligon terbuka tanpa ikatan, syarat-syarat
geometris tersebut tidak dapat diberlakukan di sini. Hal ini mengakibatkan posisinya sangat
lemah karena tidak adanya kontrol pengukuran dan kontrol perhitungan. Jadi sebaiknya
poligon semacam ini dihindari. Posisi titik-titik poligon yang ditentukan dengan cara
menghitung koordinat-koordinatnya dinamakan penyelesaian secara numeris atau poligon
hitungan.

Keterangan:

1, 2, 3, ..., n : titik kontrol poligon


D12, D23,..., Dn1 : jarak pengukuran sisi poligon
S1, S2, S3, ..., Sn : sudut
Syarat geometris dari poligon terturup sebagai berikut.
1. Σβ + f(s) = (n-2) x 180°....................................................... (sudut dalam)
2. Σβ + f(s) = (n+2) x 180° ..................................................... (sudut luar)
3. Σd Sin α + f(x) = 0 .............................................................. (absis)
4. Σd Cos α + f(y) = 0 ............................................................. (ordinat)

Keterangan:

Σβ : jumlah sudut
Σd Sin α : jumlah ∆x
Σd Cos α : jumlah ∆y
f(s) : kesalahan sudut
f(x) : kesalahan koordinat X
f(y) : kesalahan koordinat Y

1. Koordinat sementara semua titik poligon, persamaan yang digunakan:


Xn = Xn-1 + d Sin αn-1.n
Yn = Yn-1 + d Cos αn-1.n

Keterangan:
Xn, Yn : koordinat titik n
Xn-1, Yn-1 : koordinat titil n-1

2. Koordinat terkoreksi dari semua titik poligon dihitung dengan persamaan:


Xn = Xn-1.n + dn Sin αn-1.n + (dn / Σd) x f(x)
Yn = Yn-1.n + d Cos αn-1.n + (dn / Σd) x f(y)

Keterangan:
n : nomor titik
Xn, Yn : koordinat terkoreksi titik n
Xn-1.n, Yn-1.n : koordinat titik ke n-1
dn : jarak sisi titik n-1 ke n
αn-1.n : azimuth sisi n-1 ke n

3. Ketelitian poligon dinyatakan dengan persamaan:

f(d) = [f(x)2 + f(y)2]1/2


K = Σd / f(d)

Keterangan:
f(d) : kesalahan jarak
f(x) :kesalahan linier absis
f(y) : kesalahan linier ordinat
Σd : jumlah jarak
K : ketelitian linier
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyelesaian poligon:
1. Besar sudut tiap titik hasil setelah koreksi

S’ = S + [f(s) / n]

dimana: S’ : sudut terkoreksi


S : sudut ukuran

2. Azimuth semua sisi poligon dihitung berdasarkan azimuth awal dan semua sudut titik
hasil koreksi (S’):

a) Jika urutan hitungan azimuth sisi poligon searah jarum jam, rumus yang digunakan:
αn.n+1 = (αn-1.n +180°) – S’
αn.n+1 = (αn-1.n + S’) – 180°
b) Jika urutan hitungan azimuth sisi oligon berlawanan arah jarum jam, rumus yang
digunakan:
αn.n+1 = (αn-1.n + S’) – 180°
αn.n+1 = (αn-1.n +180°) – S’

dimana: n : nomor titik


αn.n+1 : azimuth sisi n ke n+1
αn-1.n : azimuth sisi n-1 ke n

V. Langkah Kerja

 Siapkan catatan, daftar pengukuran dan buat sket lokasi areal yang akan diukur.
 Tentukan dan tancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik.
 Dirikan pesawat di atas titik awal dan lakukan penyetelan alat sampai didapat
kedataran.
 Arahkan pesawat ke arah utara dan nolkan piringan sudut horizontal dan kunci kembali
dengan memutar sekrup piringan bawah.
 Putar teropong dan arahkan teropong pesawat ke titik selanjutnya, baca dan catat sudut
horizontalnya yang sekaligus sebagai sudut azimuth. Bacaan ini merupakan bacaan
biasa untuk bacaan muka.
 Dengan posisi pesawat tetap di titik awal, putar pesawat 180º searah jarum jam
kemudian putar teropong 180˙arah vertical dan arahkan teropong ke titik selanjutnya.
 Lakukan pembacaan sudut horizontal
 Putar teropong pesawat dan arahkan dititik akhir dan lakukan pembacaan sudut
horizontal pada bacaan biasa dan luar biasa bacaan ini merupakan bacaan belakang
 Dengan cara yang sama, lakukan pada titik polygon berikutnya
 Lakukan pengukuran jarak antar titik dengan meteran
 Lakukan perhitungan sudut pengambilan, sudut azimuth dan koordinat masing masing
titik
 Gambar hasil pengukuran dan perhitungan
VI. Data Pengukuran Poligon

PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP


PENGUKURAN TANAH 2
2022

Sudut Dalam Sudut Dalam Terkoreksi Azimuth Fx Fy Selisih Selisih


Jarak ΔXi ΔYi X Y Latitude Longitude
β β' Ⴔ di.Sin Ⴔi di.CosႴi Fx Fy
Patok
˚ ' '' ˚ ˚ ˚ ' '' rad ˚ ˚ ' '' meter
Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4 Kolom 5 Kolom 6 Kolom 7 Kolom 8 Kolom 9 Kolom 10 Kolom 11 Kolom 12 Kolom 13 Kolom 14 Kolom 15 Kolom 16 Kolom 17 Kolom 18 Kolom 19 Kolom 20 Kolom 21 Kolom 22 Kolom 23 Kolom 24
BM 1 185.000 34.000 12.000 185.570 185.571 185.000 34.269 16.167 1.031 353.53476 353.000 32.000 5.128 701880.489 9295219.999 -6.3728816471807300 106.82514685049300
40.200 -4.527 39.944 0.023 0.001 -4.549 39.943
P7 93.000 9.000 6.000 93.152 93.153 93.000 9.169 10.167 0.518 80.382 80.000 22.000 54.961 701885.038 9295180.056 -6.3732341086847600 106.82519328543500
17.870 17.619 2.986 0.010 0.000 17.609 2.985
P6 174.000 10.000 0.000 174.167 174.168 174.000 10.069 4.167 0.968 86.214 86.000 12.000 50.795 701902.647 9295183.041 -6.3732064402268500 106.82534682941600
35.200 35.123 2.324 0.020 0.001 35.103 2.323
P5 191.000 10.000 59.000 191.183 191.184 191.000 11.053 63.167 1.062 75.029897 75.000 1.000 47.628 701937.750 9295185.364 -6.3731872374856100 106.82566308283600
33.600 32.460 8.679 0.019 0.001 32.441 8.679
P3 51.000 58.000 12.000 51.970 51.971 51.000 58.269 16.167 0.289 203.05874 203.000 3.000 31.461 701970.191 9295176.686 -6.3732613471981200 106.82596331696300
34.000 -13.317 -31.284 0.019 0.001 -13.336 -31.284
P2 216.000 1.000 39.000 216.028 216.029 216.000 1.719 43.167 1.200 167.03008 167.000 1.000 48.295 701956.855 9295207.970 -6.3729877150557900 106.82583409439900
22.500 5.050 -21.926 0.013 0.001 5.037 -21.927
P1 163.000 18.000 58.000 163.316 163.317 163.000 19.036 62.167 0.907 183.71281 183.000 42.000 46.128 701951.818 9295229.897 -6.3727889604437200 106.82578820271500
31.050 -2.011 -30.985 0.017 0.001 -2.028 -30.986
P13 198.000 21.000 38.000 198.361 198.362 198.000 21.703 42.167 1.102 165.3511 165.000 21.000 3.961 701953.846 9295260.882 -6.3725086077402300 106.82580528668900
22.120 5.594 -21.401 0.012 0.001 5.582 -21.401
P12 86.000 7.000 36.000 86.127 86.128 86.000 7.669 40.167 0.478 259.22328 259.000 13.000 23.795 701948.264 9295282.284 -6.3723098531067700 106.82575939511000
36.900 -36.249 -6.900 0.021 0.001 -36.270 -6.901
P9 169.000 30.000 3.000 169.501 169.502 169.000 30.119 7.167 0.942 269.72129 269.000 43.000 16.628 701911.994 9295275.383 -6.3723743275872500 106.82542522683400
37.960 -37.960 -0.185 0.021 0.001 -37.981 -0.186
P8 91.000 56.000 8.000 91.936 91.937 91.000 56.203 12.167 0.511 357.78457 357.000 47.000 4.461 701874.014 9295275.198 -6.3723755108474600 106.82509083467300
28.550 -1.104 28.529 0.016 0.001 -1.120 28.528
BM2 178.000 40.000 39.000 178.678 178.679 178.000 40.719 43.167 0.993 359.10592 359.000 6.000 21.295 701877.082 9295250.064 -6.3726014542946000 106.82511874665700

30.230 -0.472 30.226 0.017 0.001 -0.489 30.226


BM1 353.535 353.000 32.000 5.128 701880.489 9295219.999 -6.3728816471807300 106.82514685049300

Ʃ 1795.000 294.000 310.000 1799.986 1800.000 370.180 0.207 0.009

˚ ˚ ' '' KORDINAT X,Y TITIK IKAT SELISIH TITIK BM 2


Fp =
0.014 0.000 0 50 PATOK X Y X Y
BM1 701880.489 9295219.999 701877.082 9295219.999
KS = 0.001 0.000 0 4
BM2 701877.082 9295219.999 701875.133 9295246.670
1.949 -26.671

KELOMPOK : B1
KELAS : 1 TKG 3
PEMBIMBING : ARLIANDI P. ARBAD, S.T., M.Eng.

KURNIAWAN SUTAMA
M.AGRES ARYA SAPUTRA
M.NUR IKHSAN
NINDYA AMALIA
OMAR AGUSTIANO NARDINI
PUTRANTO YUSUF HADI.W
JOB 2
SISTEM KOORDINAT

I. Dasar Teori
Posisi atau kedudukan seseorang atau suatu benda dapat dinyatakan dengan
koordinat (baik dua dimensi atau tiga dimensi) yang mengacu pada sistem koordinat
tertentu. Sistem koordinat adalah suatu sistem (termasuk di dalamnya teori, konsep,
deskripsi fisis serta standar dan parameter) yang digunakan dalam pendefinisian koordinat
dari suatu atau beberapa titik dalam ruang. Sistem koordinat memudahkan pendeskripsian,
perhitungan, dan analisa, baik yang sifatnya geometrik maupun dinamik.
Terdapat 3 pendefenisian sistem koordinat:
 Lokasi Titik Asal ( Titik 0 ) dari sistem koordinat
 Orientasi dari sumbu – sumbu koordinat
 Besaran ( Kartesian, Curvilinear ) yang digunakan untuk mendefinisikan
posisi suatu titik dalam sistem koordinat tersebut
System Koordinat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
 Sistem Koordinat Lokal
 Sistem Koordinat UTM
 Sistem Koordinat Geografis

II. Tujuan Praktikum


 Untuk memberikan pemahaman terhadap mahasiswa tentang system koordinat
 Memberi pemahaman kepada mahasiswa tentang cara memindahkan koordinat
global ke koordinat local dan lainnya.

III. Jenis Sistem Koordinat

 Sistem Koordinat Lokal ( Toposentrik )


Sistem koordinat toposentrik merupakan sistem koordinat yang bersifat lokal,
dengan n ( northing ) mengacu ke utara geodetik, e ( east ), u ( up ) tegak lurus n dan
titik nolnya mengacu pada garis gaya berat bumi. dengan memanfaatkan data sudut
jurusan ( α ), sudut miring ( m ), dan jarak ruang ( d ), maka dapat dihitung nilai
koordinat toposentrik menggunakan persamaan.
Persamaan untuk menghitung koordinat Toposentrik:

n = d x cos ( m ) x cos ( 𝛼 )
e = d x cos ( m ) x sin ( 𝛼 )
u = d x sin ( m )

Konversi koordinat toposentrik ke koordinat geodetik dapat dilakukan


menggunakan minimal dua koordinat toposentrik (misalnya: titik 1 dan titik 2).
Konversi koordinat ini dilakukan dengan cara mengasumsikan salah satu kordinat
toposentrik bernilai nol relatif terhadap salah satu koordinat geodetik yang diketahui
nilainya.

 Sistem Koordinat UTM


Sistem Proyeksi Koordinat UTM (Universal Transverse
Mercator) adalah rangkaian proyeksi Transverse Mercator untuk global
dimana bumi dibagi menjadi 60 bagian zona. Setiap zona mencangkup 6 derajat
bujur (longitude) dan memiliki meridian tengah tersendiri.

Sebelum pengembangan system transverse Mercator koordinat


universal. Beberapa Negara Eropa menunjukkan utilitas berbasis grid peta
konformal dengan pemetaan wilayah mereka selama periode antar perang.
Menghitung jarak antara dua titik pada peta ini dapat dilakukan lebih mudah
dilapangan daripada yang dinyatakan mungkin menggunakan rumus
trigonometri yang diperlukan dalam system graticule berbasis lintang dan bujur.

* Zona UTM

System UTM membagi permukaan bumi antara 80oS dan 84oLU


menjadi 60 zona, masing-masing 6o bujur lebar dan berpusat diatas meridian
bujur. Zona 1 adalah dibatasi oleh bujur 180o sampai 174oB dan berpusat pada
177 barat meridian. Zona penomoran meningkatkan ke arah timur.
Untuk menghindari koordinat negatif dalam proyeksi UTM setiap
meridian tengah dalam tiap zone diberi harga 500.000 mT (meter timur). Untuk
harga-harga ke arah utara, ekuator dipakai sebagai garis datum dan diberi harga
0 mU (meter utara). Dan untuk perhitungan ke arah selatan ekuator diberi harga
10.000.000 Mu.

Untuk Indonesia yang berada pada posisi kurang lebih berada pada 900
BT – 1440 BT dan 110LS – 60LU terbagi ke dalam 9 zona UTM yaitu zona 46
– 54. Adapun sebagai gambaran, bias lihat gambar dibawah ini :

 Sistem Koordinat Geografis


Koordinat geografis merupakan sistem referensi primer untuk
penentuan lokasi di permukaan bumi. Sistem ini digunakan untuk menentukan
lokasi kenampakan bumi dengan unik dan berbeda satu sama lain. Sistem ini
menggunakan lintang (latitude) dan meridian (longitude).
Lintang merupakan jarak sudut utara-selatan dari ekuator. Sedangkan
meridian adalah jarak sudut barat-timur dari meridian.

Penentuan Latitude dan Longitude


Ada beberapa cara dalam menentukan dalam menentukan latitude geodetic,
antara lain :

 Mengamati altitude dari Polaris (the North Star), metode kuno yang masih
dipakai hingga sekarang. Asumsi yang digunakan adalah sudut altitude akan
sama dengan latitude geodetic.

 Pengamatan altitude matahari pada saat tengah hari. Asumsi nya, matahari
akan berada tepat di atas ekuator pada spring dan fall equinoxes. Pada hari
yang lain, dengan perhitungan deklinasi matahari, maka latitude = 90 o –
altitude + deklinasi.
Jaringan Kontrol Horizontal

Jaringan kontrol horizontal terdiri atas titik-titik yang telah diketahui


koordinatnya secara akurat. Penentuan koordinat titik-titik ini dilakukan dengan
metode triangulasi. Prinsip yang digunakan adalah prinsip segitiga, di mana jika
satu sisi dasar dan 2 sudut telah diketahui, maka sudut terakhir dan sisi-sisi yang
lain dapat dihitung.

Jaringan Kontrol Vertikal

Kontrol vertical sangat penting mengingat peta topografi, navigasi dan


beberapa peta lain menuntut akurasi tinggi dalam penentuan posisi tiga
dimensional. Untuk menentukan posisi vertikal (ketinggian), permukaan air laut
rata-rata pada permukaan geoid dijadikan dasar penentuan. Dengan demikian
ketinggian rata-rata air laut menjadi datum vertikal.

Pembuatan titik kontrol dilakukan dengan membuat garis level, yaitu


garis yang dibentuk oleh dua titik, dimana 1 titik merupakan datum. Datum ini
diperoleh dari rata-rata permukaan air laut yang diukur berdasar pasang
tertinggi dan surut terendah.
IV. Data Sistem Koordinat

PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP


PENGUKURAN TANAH 2
2022

Sudut Dalam Sudut Dalam Terkoreksi Azimuth Fx Fy Selisih Selisih


Jarak ΔXi ΔYi X Y Latitude Longitude
β β' Ⴔ di.Sin Ⴔi di.CosႴi Fx Fy
Patok
˚ ' '' ˚ ˚ ˚ ' '' rad ˚ ˚ ' '' meter
Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4 Kolom 5 Kolom 6 Kolom 7 Kolom 8 Kolom 9 Kolom 10 Kolom 11 Kolom 12 Kolom 13 Kolom 14 Kolom 15 Kolom 16 Kolom 17 Kolom 18 Kolom 19 Kolom 20 Kolom 21 Kolom 22 Kolom 23 Kolom 24
BM 1 185.000 34.000 12.000 185.570 185.571 185.000 34.269 16.167 1.031 353.53476 353.000 32.000 5.128 701880.489 9295219.999 -6.3728816471807300 106.82514685049300
40.200 -4.527 39.944 0.023 0.001 -4.549 39.943
P7 93.000 9.000 6.000 93.152 93.153 93.000 9.169 10.167 0.518 80.382 80.000 22.000 54.961 701885.038 9295180.056 -6.3732341086847600 106.82519328543500
17.870 17.619 2.986 0.010 0.000 17.609 2.985
P6 174.000 10.000 0.000 174.167 174.168 174.000 10.069 4.167 0.968 86.214 86.000 12.000 50.795 701902.647 9295183.041 -6.3732064402268500 106.82534682941600
35.200 35.123 2.324 0.020 0.001 35.103 2.323
P5 191.000 10.000 59.000 191.183 191.184 191.000 11.053 63.167 1.062 75.029897 75.000 1.000 47.628 701937.750 9295185.364 -6.3731872374856100 106.82566308283600
33.600 32.460 8.679 0.019 0.001 32.441 8.679
P3 51.000 58.000 12.000 51.970 51.971 51.000 58.269 16.167 0.289 203.05874 203.000 3.000 31.461 701970.191 9295176.686 -6.3732613471981200 106.82596331696300
34.000 -13.317 -31.284 0.019 0.001 -13.336 -31.284
P2 216.000 1.000 39.000 216.028 216.029 216.000 1.719 43.167 1.200 167.03008 167.000 1.000 48.295 701956.855 9295207.970 -6.3729877150557900 106.82583409439900
22.500 5.050 -21.926 0.013 0.001 5.037 -21.927
P1 163.000 18.000 58.000 163.316 163.317 163.000 19.036 62.167 0.907 183.71281 183.000 42.000 46.128 701951.818 9295229.897 -6.3727889604437200 106.82578820271500
31.050 -2.011 -30.985 0.017 0.001 -2.028 -30.986
P13 198.000 21.000 38.000 198.361 198.362 198.000 21.703 42.167 1.102 165.3511 165.000 21.000 3.961 701953.846 9295260.882 -6.3725086077402300 106.82580528668900
22.120 5.594 -21.401 0.012 0.001 5.582 -21.401
P12 86.000 7.000 36.000 86.127 86.128 86.000 7.669 40.167 0.478 259.22328 259.000 13.000 23.795 701948.264 9295282.284 -6.3723098531067700 106.82575939511000
36.900 -36.249 -6.900 0.021 0.001 -36.270 -6.901
P9 169.000 30.000 3.000 169.501 169.502 169.000 30.119 7.167 0.942 269.72129 269.000 43.000 16.628 701911.994 9295275.383 -6.3723743275872500 106.82542522683400
37.960 -37.960 -0.185 0.021 0.001 -37.981 -0.186
P8 91.000 56.000 8.000 91.936 91.937 91.000 56.203 12.167 0.511 357.78457 357.000 47.000 4.461 701874.014 9295275.198 -6.3723755108474600 106.82509083467300
28.550 -1.104 28.529 0.016 0.001 -1.120 28.528
BM2 178.000 40.000 39.000 178.678 178.679 178.000 40.719 43.167 0.993 359.10592 359.000 6.000 21.295 701877.082 9295250.064 -6.3726014542946000 106.82511874665700

30.230 -0.472 30.226 0.017 0.001 -0.489 30.226


BM1 353.535 353.000 32.000 5.128 701880.489 9295219.999 -6.3728816471807300 106.82514685049300

Ʃ 1795.000 294.000 310.000 1799.986 1800.000 370.180 0.207 0.009

˚ ˚ ' '' KORDINAT X,Y TITIK IKAT SELISIH TITIK BM 2


Fp =
0.014 0.000 0 50 PATOK X Y X Y
BM1 701880.489 9295219.999 701877.082 9295219.999
KS = 0.001 0.000 0 4
BM2 701877.082 9295219.999 701875.133 9295246.670
1.949 -26.671

KELOMPOK : B1
KELAS : 1 TKG 3
PEMBIMBING : ARLIANDI P. ARBAD, S.T., M.Eng.

KURNIAWAN SUTAMA
M.AGRES ARYA SAPUTRA
M.NUR IKHSAN
NINDYA AMALIA
OMAR AGUSTIANO NARDINI
PUTRANTO YUSUF HADI.W
JOB 3
PENGUKURAN SITUASI DETAIL

I. Dasar Teori

Pengukuran situasi merupakan gabungan pembuatan poligon profil. Proses


pengukuran situasi memerlukan kerangka dasar pengukuran berupa kerangka dasar
mendatar dan kerangka dasar tinggi. Kerangka dasar dapat dibuat melalui beberapa
cara, antara lain mengikat ke muka, mengikat ke belakang, triangulasi, poligon,
atau gabungan dari cara-cara tersebut. Sedangkan kerangka dasar tinggi dapat
digunakan sipat datar. Dari kerangka tersebut dapat dikumpulan data-data geometris
dari detail yang diukur.

II. Tujuan Praktikum

untuk mengambil data-data situasi lapangan pada daerah yang dipetakan, sehingga
data-data tersebut dapat digambarkan lagi pada suatu bidang datar dengan skala
tertentu.

III. Peralatan Yang Dibutuhkan

 Theodolite

 Rambu ukur

 Statif

 Payung

 Unting – Unting

 Patok

 Lembar Kerja

IV. Langkah Kerja

 Memuat skestsa pengukuran bangunan.


 Menentukan titik acuan.
 Mencantumkan dalam sketsa, titik-titik pengikat rencana
sedemikian rupa sehingga seluruh detail yang diperlukan dapat
dijangkau.
 Memasang peralatan.
 Menandai titik-titik yang akan dibidik dengan meteran dan menandainya
dengan patok.
 Membidik detail-detail pemetaan dengan theodolit.
 Mencatat data pemetaan bangunan

V. Data Pengukuran Situasi


JOB 4
STAKE OUT

I. Dasar Teori

Pematokan atau biasa disebut stakeout adalah memindahkan atau mentransfer


titik - titik yang ada dipeta perencanaan kelapangan (permukaan bumi). Stakeout
merupakan salah satu pekerjaan penting dalam survei rekayasa ( Engineering
Surveying ), biasanya dilakukan dengan menggunakan alat total station dengan
menggunakan koordinat polar ( β, d ) tetapi juga bisa menggunakan koordinat
kartesius.

Untuk menentukan suatu titik di lapangan menggunakan sudut dan jarak


diperlukan minimal dua titik Bench Mark (BM) dilapangan yang diketahui
koordinatnya. Jadi pada waktu pembuatan peta perencanaan harus terdapat dua titik
BM tersebut bersama koordinatnya.

Untuk menentukan titik tersebut di lapangan dapat dilakukan dari salah satu titik
BM yang telah disediakan. Tetapi lebih baik dari dua titik agar terdapat suatu
koreksi.
Sebelum pematokan dilakukan, harus dicari terlebih dahulu besaran-besaran yang
diperlukan untuk pematokan, adalah sebagai berikut :

• Menghitung azimuth AB (𝛼𝐴𝐵)


tan𝛼𝐴𝐵= 𝑋𝐵−𝑋𝐴𝑌𝐵−𝑌𝐴

• Menghitung azimuth AO (𝛼𝐴𝑂)


tan𝛼𝐴𝑂= 𝑋𝑂−𝑋𝐴𝑌𝑂−𝑌𝐴

• Menghitung sudut OAB


𝛽𝑂𝐴𝐵= 𝛼𝐴𝐵−𝛼𝐴𝑂
• Menghitung jarak AO (𝑑𝐴𝑂)
𝑑𝐴𝑂= √(𝑋𝑂−𝑋𝐴)2+√ (𝑌𝑂−𝑌𝐴)

Setelah semua besaran selesai dihitung maka dilakukan pematokan dengan cara
sebagai berikut:

▪ Meletakkan alat ukur diatas titik BM A


▪ Mengarahkan alat ukur ke titik BM B dan membuat bacaan horizontalnya
menjadi 0
▪ Kemudian memutar alat searah jarum jam sebesar sudut yang sudah didapatkan
tadi (𝛽𝑂𝐴𝐵)
▪ Mengukur jaraknya dari titik A ke titik O.

II. Tujuan Praktikum

 Untuk mengetahui atau menetapkan posisi satu titik-titik lain terhadap titik tetap.
 Mahasiswa mampu membuat patok yang sama dengan permukaan tanah yang berbeda.
 Mahasiswa mengenal dan dapat menggunakan alat-alat untuk membuat stake out dan
setting out bangunan.
 Mahasiswa menjadi teliti dan kreatif di lapangan.
 Mahasiswa mampu membuat patok-patok yang selevel sesuai dengan rencana yang
sudah dibuat sebelumnya.

III. Peralatan Yang Dibutuhkan

 Waterpass

 Rambu ukur

 Roll meter

 Palu

 Patok

IV. Langkah Kerja

 lihat pada gambar rencana berapa elevasi lantai yang direncanakan pada lantai tersebut.
mungkin saja tidak semua lantai mempunyai elevasi yang sama.
 elevasi lantai pada gambar rencana biasanya diukur dari jalan atau dengan kata lain jalan
mempunyai elevasi 0 meter. atau apabila digambar rencana ada acuan khusus sebagai 0
meter misalkan ada BM (Benchmark) atau CP (control point).

 Memilih salah satu bangunan yang akan dijadikan sebagai elevasi pertamanya dimana akan
didirikan bangunan didepannya.

 setelah mengetahui elevasi lantai berapa. misalkan elevasi lantai +10 m dari dari muka
tanah,maka langsung saja dirikan alat waterpass disembarang tempat (yang bisa
meneropong jalan dan titik-titik patok secara keseluruhan).

 jangan lupa disetting terlebih dahulu nivo kotak pada waterpass tersebut.

 tersebut lalu baca dan catat BT nya dengan derajat pertamanya yaitu 0 .⁰

 Tentukan patok utama dimana yang akan didirikan bangunan diatasnya.elevasi ditentukan
turun sebanyak 40 cm. setelah itu pembawa rambu langsung menuju ke titik patok yang
sudah di beri tanda elevasi.

 Karena elevasi pada patok diturun sebanyak 40 cm,misalkan BT di ELV 10,00 m = 0.756
, maka 0.756+40 = 1.156 . Jadi pada patok BT nya harus 1.156.

 Pasang rambu ukur tepat diatas patok , kemudian baca dan BT nya.

 Kemudian tarik meteran dari patok yang pertama ke patok selanjutnya dengan ukuran
bangunan yang sudah direncakan sebelumnya(ukuran 4 x 6).

 Setelah di ukur,pasang patok setiap sudunya.Untuk bentang 6 m, patok dipasang setiap 3


m.

 Letakkan rambu ukur diatas patok yang sudah dipasang,Kemudian baca dan catat BT nya.
BT di patok-patok lain harus sama hasilnya dengan BT yang di patok pertama.

 Setelah itu,ukur dan catat tinggi setiap patok ke dalam buku untuk mencatat hasil
pengukuran di lapangan.
JOB 5
KONTUR

I. Dasar Teori

Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah informasi tentang tinggi
suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan variasi ketinggian suatu tempat pada
peta topografi, umumnya digunakan garis kontur (contour-line). Garis kontur adalah garis yang
menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang sama. Nama lain garis kontur adalah garis
tranches, garis tinggi dan garis lengkung horizontal. Garis kontur dapat dibentuk dengan
membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke
bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis
kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.

Ada tiga metode yang dipakai untuk menentukan garis kontur, yaitu:

1. Metode Langsung Ketinggian yang diingkan langsung ditentukan di lapangan


dengan bantuan alat sipat datar atau waterpass, jarak yang ditentukan dengan jarak optis yaitu
(BABB) x Garis kontur didapat dengan menghubungkan titik-titik yang bersangkutan.

2. Metode Tidak Langsung Dengan metode ini ketinggian tanah diambil secara acak.
Interval kontur yang diinginkan didapat dengan cara interpolasi.

3. Metode Kotak (Raster) Metode ini sangat diperlukan untuk pekerjaan dimana
medannya relatif datar dan terbuka. Biasanya ditetapkan untuk pembuatan lapangan terbang.

Penggambaran garis kontur ditentukan oleh elevasi titik yang bersangkutan dimana
pasa pelaksanaan di lapangan, benang atas, benang tengah dan benang bawah dilakukan
bersama-sama dengan pembacaan sudut pesawat Theodolit. Elevasi suatu titik ditentukan
terhadap bidang persamaan tersebut adalah bidang nivo yang berhimpit dengan bidang
permukaan laut rata-rata atau bidang Geodoid atau Men Sea Level.

II. Tujuan Praktikum

 Menentukan perbedaan ketingggian antar titik, serta menentukan jarak antar titik yang
telah ditentukan.

 Mengumpulkan data geometris pada permukaan bumi dan segala sesuatu yang ada
diatasnya, baik berupa alami maupun buatan manusia.
 Memilih cara yang tepat dalam menentukan kerangka dasar pengukuran situasi dengan
kondisi lapangan yang dipakai.

 Melakukan pemetaan situasi, yaitu menggambarkan data-data geometris di permukaan


bumi ke suatu bidang datar dengan skala tertentu

III. Peralatan Yang dibutuhkan

 Theodolit DT-200

 Total Station

 Rambu Ukur

 Prisma

 Statip

 Staff Level

 Payung

IV. Langkah Kerja

 Meninjau lokasi praktikum.


 Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum.
 Membuat persegi di lokasi praktikum dengan ukuran 30m x 30m dan pada setiap
udutnya ditandai mengunakan pen/patok.
 Membuat grid pada persegi yang telah dibuat tadi dengan ukuran 5m x 5m dan tandai
dengan pen/patok.
 Dirikan pesawat waterpass di sembarang titik yang bisa memproyeksikan semua titik
pada grid yang telah dibuat tadi.
 Menyetel Nivo
 Putar teropong sejajar dengan dua buah sekrup penyetel.
 Putar sekrup A dan B bersama-sama dengan arah yang berlawanan,
sehingga gelembung nivo masuk kedalam lingkaran.
 Putar posisi nivo sudah masuk ke lingkaran, tetapi condong kearah skrup C
atau sebaliknya, maka putar skrup C sehingga gelembung masuk ke dalam
lingkaran.
 Putar teropong 90°, lihat posisi Nivo, apakah posisinya bergerak, maka setel
dengan cara yang sama seperti diatas. e.Putar lagi 180°, ulangi lagi
penyetelan dengan cara yang sama.
 Apabila teropong diputar ke segala arah dan gelembung nivonya tetap
ditengah lingkaran, maka pesawat siap di gunakan.

 Mulailah megukur menggunakan pesawat waterpass dan rambu ukur.


 Catatlah hasi pengukuran.

V. Data Kontur dengan Theodolite DT 200


VI. Data Kontur Total Station

Anda mungkin juga menyukai