Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Geodesi merupakan suatu bidang keilmuan tertua yang mempelajari tentang
pemetaan bumi, juga merupakan disiplin ilmu yang mempelajari tentang
pengukuran dan representasi dari bumi dan benda – benda langit lainnya,termasuk
medan gaya beratnya masing – masing dalam ruang tiga dimensi yang berubah
dengan waktu. dan teknologi telah mengalami banyak perkembangan yang
semakin maju. Hal ini perlu diimbangi dengan adanya sumber daya manusia yang
siap dan mampu menghadapi era globalisasi yang penuh dengan persaingan.
Mahasiswa sebagai calon tenaga profesional harus memiliki bekal yang cukup,
tidak saja hanya menguasai ilmu yang bersifat teori tapi juga mampu
mengiplementasikan ke dunia kerja nyata.

Dalam hal ini pihak program studi Teknik Geodesi Institut Teknologi
Nasional Malang telah menyiapkan suatu program berupa mata kuliah Kerja
Praktek yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswanya. Dengan demikian
mahasiswa dapat memahami ilmu geodesi secara lebih terarah, karena pada
dasarnya ilmu yang diperoleh pada perkuliahan lebih bersifat ideal. Berkenaan
dengan hal tersebut, maka saya mengajukan permohonan untuk dapat melakukan
kerja praktek di Perusahaan Kantor Jasa Surveyor Berlisensi Muliawan ( KJSB )
“Pengukuran Stakeing Out untuk penentuan Posisi dan Elevasi. Mengingat
perusahaan ini merupakan perusahaan yang sesuai dengan beberapa aplikasi ilmu
geodesi.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam pelaksanaan kerja praktek ini adalah
sebagai berikut :
1) Sebagai sarana untuk mengaplikasikan berbagai teori dan
metodetentang ilmu surveying (pemetaan) yang telah diperoleh di
bangku kuliah pada dunia kerja.

1
2) Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat menyatukan
atau manganalisis pengetahuan dan keterampilan dibidang ilmu
pengetahuan geodesi tentang pengukuran stake out. Agar mahasiswa
dapat lebih percaya diri dan selalu mandiri dalam perkembangan karir
di masa yang datang.
3) Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem kerja di dunia
kerja sekaligus mampu mengadakan pendekatan masalah secara
utuh.Sebagai pengalaman berharga bagi Mahasiswa yang dapat
dijadikan bekal saat memasuki dunia kerja.

1.3 Manfaat
Adapun beberapa manfaat dalam pelaksanaan kerja praktek ini adalah
sebagai berikut :
1) Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru
yang dapat membuka cakrawala berpikir yang lebih luas mengenai
disiplin ilmu yang di tekuni selama ini. Terutama pengaplikasian
ilmu geodesi
2) Mahasiswa dapat mengembangkan dan mengaplikasikan
pengalaman selama di lapangan untuk menunjang materi
perkuliahan.
3) Mahasiswa dapat mengenalkan dan membiasakan diri terhadap
suasana kerja sebenarnya sehingga dapat membangun etos kerja
yang baik, serta sebagai upaya untuk memperluas cakrawala
wawasan kerja
4) pengetahuan mahasiswa khususnya mengenai ilmu pengukuran
volume galian/timbuanan, luas area, pemetaan detil situasi /
topografi, staking out, pemetaan digital

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengukuran keraka kontrol horizontal (KKH)


Kerangka Kontrol Horisontal (KKH) merupakan kerangka dasar pemetaan
yang memperlihatkan posisi horisontal (X,Y) antara satu titik relatif terhadap
titik yang lain di permukaan bumi pada bidang datar. Metode penentuan
posisi horisontal yang sering digunakan adalah metode poligon dengan data
jarak dan sudut. Pengukuran poligon digunakan untuk penentuan posisi
horisontal banyak titik-titik dengan ukuran jarak dan sudut sehingga
membentuk suatu rangkaian segi banyak. Koordinat titik-titik tersebut dapat
dihitung dengan data semua ukuran jarak dan sudut. Posisi titik di lapangan
dapat ditentukan dengan mengukur jarak dan sudut kearah titik kontrol yang
memiliki ketelitian yang tinggi. Poligon adalah salah satu teknik penentuan
koordinat suatu rangkaian titik di lapangan berdasarkan data pengamatan
azimut, sudut, dan jarak. Rangkaian poligon titik tersebut akan digunakan
sebagai acuan pemetaan yang disebut dengan istilah kerangka peta
(Yohannes, 2012). Pengukuran poligon ini dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Poligon terbuka
Poligon terbuka adalah poligon memanjang yang tidak kembali ke titik
awal. Jadi titik akhir poligon tidak berimpit dengan titik awal poligon.Poligon
terbuka digunakan untuk pengukuran kerangka horizontal daerah proyek yang
bersifat memanjang (Yohanes, 2012). Poligon terbuka ditinjau dari sistem
pengukuran dan cara perhitungannya dibedakan menjadi 4 macam yaitu :
1. Poligon terikat sempurna
Poligon terbuka terikat sempurna adalah poligon yang titik awal
dan titik akhir terikat oleh koordinat dan azimuth atau terikat oleh
dua koordinat pada awal dan akhir pengukuran. Poligon jenis ini
memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan poligon lainnya.
Pada poligon ini kesalahan sudut serta kesalahan jaraknya dapat
dikoreksi dengan diketahuinya azimuth dan koordinat awal serta
azimuth dan koordinat akhir.

3
Gambar Poligon Terbuka Terikat sempurna , (Sumber :Yohannes
2012)
Dalam poligon terbuka terikat sempurna, besaran - besaran yang
harus diukur
- Titik poligon = A, B, 1, 2, F, G
- Azimuth = α A-B, α F-G
- Jarak = d B−1, d 1−2, d 2−f
- Sudut horizontal = βB, β1, β2, βf
Jika nilai koordinat titik akhir ( XF,YF ) yang dihitung sama
dengan koordinat titik ikat akhir, maka perhitungannya dinyatakan
memenuhi toleransi serta dapat dilanjutkan pada pekerjaan lainnya.
Jika nilai koordinat titik akhir ( XF,YF ) yang dihitung sama
dengan koordinat titik ikat akhir, maka perhitungannya dinyatakan
memenuhi toleransi serta dapat dilanjutkan pada pekerjaan lainnya.
2. Poligon terbuka terikat koordinat
Poligon terikat koordinat adalah poligon yang titik awal dan titik
akhirnya terikat oleh koordinat. Nilai Azimuth awal dan akhir tidak
diketahui.

Gambar Poligon Terbuka Terikat Koordinat, (Sumber:

4
Yohannes 2012)
Dalam poligon terbuka terikat koordinat, besaran-besaran yang
harus diukur yaitu:
Titik Polygon Diketahui = A (XA,YA), 1, 2, 3, B
(XB,YB)
Titik Polygon Dihitung = 1’, 2’, 3’, B’ (XB’,YB’)
Jarak = d A-1 , d 1-2 , d 2-3, d 3-B
Sudut horizontal = β1, β2, β3
Azimuth Diketahui = α A-B
Azimuth Dihitung = α A’-B’
2 Poligon tertutup
Poligon tertutup adalah rangkaian poligon melingkar yang kembali ke
titik awal, sehingga titik akhir berimpit dengan titik awal. Poligon tertutup
digunakan untuk pengkuran kerangka horizontal daerah proyek yang
berbentuk. luasan.

Gambar . Poligon Tertutup, (Sumber :Yohannes 2012)

Syarat-syarat geometris poligon tertutup adalah sebagai berikut:


n

∑ (n−2)∗1800 (untuk sudut dalam)


i=1

∑ (n+2)∗180 0 (untuk sudut luar)


i=1

Keterangan :
S1, S2,……, Sn = Jumlah Sudut
1, 2, ………, n = Jumlah titik
Syarat absis dan Ordinat poligon tertutup:

5
Σ(D . sin α) = ΣΔX = 0
Σ(D . cos α) = ΣΔY = 0

Keterangan :
D12, D23,....., Dn1 = Jarak
sin α12 = Sudut horizontal azimuth

3 Azimuth
Azimuth adalah besaran sudut yang diukur dari arah utara searah jarum jam
dari sembarang meridian acuan yang besarnya berkisar antara 0º – 360º. Azimuth
berfungsi sebagai orientasi arah utara pada peta. Sebagai kontrol pada pengukuran
jaringan poligon maupun dalam hitungan koordinat.

2.2 Kerangka control vertical.


Waterpas / sipat datar adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan
untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik yang berdekatan yang ditentukan
dengan garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang ditujukan ke rambu-
rambu ukur yang vertical. Sedangkan pengukuran yang menggunakan alat ini
disebut waterpas atau leveling yang akan ditentukan ketinggiannya berdasarkan
suatu titik referensi atau datum tertentu. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka
penentuan beda tinggi suatu titik bidang acuan. Sistem referensi yang
dipergunakan adalah tinggi permukaan air laut rata-rata (mean sea level) atau
sistem referensi lain yang dipilih. Pada pengukuran beda tinggi dengan waterpass
di dasarkan atas kedudukan garis bidik teropong yang dibuat horizontal dengan
menggunakan gelembung nivo.

Gambar Pengukuran Beda Tinggi (Sumber : Yohanes 2012)

6
Dalam pengukuran kerangka kontrol vertikal, besaran-besaran yang harus
diukur yaitu:
BtA = Pembacaan skala rambu untuk benang tengah dititik A
BtB = Pembacaan skala rambu untuk benang tengah dititik B
hAB = Beda tinggi titik A dan B
Persamaan di atas merupakan persamaan dasar untuk penentuan beda
tinggi dengan cara sipat datar. Hasil pengukuran beda tinggi digunakan untuk
menentukan tinggi titik terhadap titik tetap atau bidang acuan yang telah dipilih.

2.3 Pengukuran detail situasi


Pengukuran detail situasi ini merupakan pengukuran suatu daerah dengan
cara menentukan objek-objek penting berdasarkan unsur sudut dan jarak dalam
jumlah yang cukup sehingga dapat mewakili atau menggambarkan daerah
tersebut beserta isinya secara jelas dan dituang kedalam skala tertentu. Titik-titik
detail situasi dapat dibedakan atas titik detail buatan, seperti : gedung, jembatan,
jalan dan lain sebagainya serta titik detail alam, seperti : sungai, gunung, pohon
serta bentuk alam lainnya.
Dalam pengukuran titik-titik detail prinsipnya adalah menentukan
koordinat dan tinggi titik-titik detail dari titik-titik ikat. Pada saat pengukuran di
lapangan, data yang diambil untuk pengukuran detail adalah :
Beda tinggi antara titik ikat kerangka dan titik detail yang bersangkutan.
1. Jarak datar atau jarak optis antara titik kerangka dan titik detail.
2. Sudut antara sisi kerangka dengan arah titik awal detail yang
bersangkutan, atau sudut jurusan magnetis dari arah titik detail yang
bersangkutan.
Sedangkan metode yang digunakan dalam pengukuran titik-titik detail
situasi adalah sebagai berikut :
1. Metode offset adalah metode pengukuran titik-titik yang menggunakan
alat alat sederhana seperti pita ukur, dan yalon. Pengukuran dengan
metode offset ini menggunakan alat utama pita ukur, sehingga cara ini
juga biasa disebut cara rantai (chain surveying→yaitu teknik pengukuran

7
di lapangan yang mengacu pada baseline atau garis dasar/patokan).
Metode offset Ini biasa dipakai jika kondisi objeknya relatif lurus.
2. Metode Tachymetri
Metode tachymetri adalah pengukuran menggunakan alat-alat optis,
elektronis, dan digital seperti theodolite ataupun alat ukur elektronik
seperti total station dan GPS RTK (Real Time Kinematic). Pengukuran
detail cara tachymetri dimulai dengan penyiapan alat ukur di atas titik ikat
dan penempatan rambu di titik bidik. Setelah alat siap untuk pengukuran,
dimulai dengan perekaman data di tempat alat berdiri, pembidikan ke
rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatan data di rambu BT, BA,
BB serta sudut miring.
Metode yang sering digunakan adalah metode tachymetri karena Metode
tachymetri ini relatif lebih cepat dan mudah karena data yang diperoleh dari
lapangan juga lebih lengkap seperti data jarak, sudut horizontal, sudut vertikal,
tinggi alat dan tinggi target/objek. Untuk alat Ukur yang menggunakan
Elektronik Total Station bisa menghasilkan data koordinat 3 dimensi (X, Y dan
Z), yang sebelumnya di masukan data data titik ikat yang sudah di peroleh dari
pengukuran Kerangka Dasar Horizontal dan Kerangka Dasar Vertikal.

Gambar Pengukuran Detail Situasi (Sumber : Share ITS)


Keterangan :
A–B = Titik Polygon
a, b, …., g = Detail Situasi
Jika polygon dititik A maka hal yang harus dilakukan pertama kali adalah
menentukan Azimuth awal dengan cara diarahkan kearah utara sebagai backsight

8
nya, setelah ditentukan Azimuth nya maka dapat dilakukan pengukuran detail
situasi seperti pada titik a, b, c, d, e, f, dan g yang ditempatkan pada bagian-
bagian sisi bangunan.

2.4 Stake Out


Stake out merupakan suatu proses pemindahkan atau mentransfer titik-titik
yang ada dipeta perencanaan kelapangan (permukaan bumi), Pengukuran stake
out antara lain bertujuan untuk penentuan Center line. Penentuan batas ROW,
pembebasan lahan, pengukuran untuk pembuatan Shop drawing, maupun
pengukuran untuk monitoring pelaksanaan kontruksi. Pengukuran Stakeout untuk
pelaksanaan jembatan meliputi, pengukuran stakeout untuk center line, stakeout
posisi abutment dan pier jembatan, pengukuran stakeout untuk monitoring
pelaksanaan kontruksi.
Stake out koordinat merupakan kegiatan utama di lapangan pada survei
topografi. Pada pekerjaan ini, dimana alat ini digunakan untuk menentukan titik-
titik di lapangan yang datanya bersumber dari koordinat teoritik atau bisa disebut
dengan gambar kerja. Selain itu ditentukan juga elevasi dari MSL untuk titik-
titiknya.
Secara teknis sebelum melakukan pengukuran stake out, maka terlebih
dahulu dilakukan pengukuran sunshot untuk medefinisikan azimuth awal dari
titik start line. Selanjutnya dilakukan pengukuran stake out, di mana koordinat
teoritik yang sudah ada dan dimasukkan pada memory alat dan “dipanggil” untuk
menentukan titik-titik di lapangan. Titik-titik ini ditentukan dari titik-titik ikat
poligon yang sudah fix atau dengan kata lain titik-titik poligon ini adalah titik-
titik kerangka dasar utama.
2.5 Peta
Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang diperkecil, dituangkan
dalam selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimensi. Melalui sebuah
peta kita akan mudah dalam melakukan pengamatan terhadap permukaan bumi
yang luas, terutama dalam hal waktu dan biaya (Miswar, 2012: 2). Peta memiliki
berbagai macam karakter sehingga kita dapat mengelompokkannya menjadi
beberapa jenis, antara lain:
1. Peta Berdasarkan Sumber Datanya

9
Berdasarkan sumber datanya, peta dapat digolongkan menjadi dua jenis
yaitu:
1) Peta induk
Peta yang dihasilkan dari hasil pengukuran di lapangan.
2) Peta turunan
Peta berdasarkan peta yang sudah ada tanpa pengukuran lapangan.
2. Peta Berdasarkan Skalanya
Berdasarkan skala yang digunakan, kita dapat membagi jenis-jenis
peta menjadi beberapa jenis antara lain:
1) Peta Kadaster/Peta Teknik mempunyai skala sangat besar yakni
antara 1 : 100 – 1 : 5000.
2) Peta Skala Besar mempunyai skala antara 1 : 5.000 sampai 1 :
250.000.
3) Peta Skala Sedang mempunyai skala antara 1 : 250.000 sampai 1 :
500.000.
4) Peta Skala Kecil mempunyai skala antara 1 : 500.000 sampai 1 :
1.000.000.
5) Peta Geografi/Peta Dunia mempunyai skala lebih kecil dari 1 :
1.000.000.
3. Peta Berdasarkan Isi Data Yang di Sajikan
Berdasarkan isi data yang disajikan, Peta dapat kita bagi menjadi dua
macam yaitu:
1) Peta Umum
Peta yang menggambarkan kenampakan bumi secara umum dan
dibagi menjadi 3 antara lain :
- Peta Topografi : Peta relief permukaan bumi yang
diwakilkan oleh garis kontur.
- Peta Korografi : Peta yang menggambarkan seluruh atau
sebagian permukaan bumi contohnya atlas.
- Peta Geografi : Peta dunia dengan skala sangat kecil
dengan cakupan wilayah sangat luas
2) Peta Khusus (Tematik)

10
Peta khusus (tematik) peta yang mengangkat tema tertentu atau
khusus. Contohnya peta batas wilayah, peta budaya, peta
pemanfaatan hutan dan lain sebagainya
4. Peta Berdasarkan Sumber Data
Berdasarkan sumber data peta dibedakan menjadi dua jenis antara lain
sebagai berikut :
1) Peta Turunan : Peta berdasarkan peta yang sudah ada tanpa
pengukuran lapangan.
2) Peta Induk : Peta yang dihasilkan dari hasil pengukuran di
lapangan
Pada peta terdapat beberapa unsur yang harus terdapat pada sebuah peta,
sehingga informasi yang ada dapat tersampaikan dan dipahami orang lain. Adapun
unsur atau komponen tersebut antara lain:
1. Judul Peta
Judul peta merupakan identitas yang mencerminkan isi dari peta yang
dibuat, pada umumnya judul peta diletakkan dibagian atas tengah dan di
luar garis tepi peta.
2. Mata Angin
Mata angin digunakan di dalam peta untuk menunjukkan arah utara,
selatan, timur dan barat.
3. Skala Peta
Skala peta merupakan komponen yang berfungsi untuk menunjukkan
perbandingan antara jarak pada peta dan jarak di lapangan. Skala
dibedakan atas tiga antara lain sebagai berikut :
1) Skala Angka : Skala yang dinyatakan dengan angka contohnya
1:2.500.000 artinya setiap 1 Cm pada peta adalah sama dengan 25
Km di lapangan.
2) Skala Garis : Skala yang dibuat dalam bentuk garis horizontal
dengan ukuran tertentu untuk mewakili jarak tertentu.
3) Skala Verbal : Skala yang dinyatakan dengan tulisan kata-kata.
4. Simbol Peta

11
Simbol merupakan sebuah ketetapan untuk mewakili sebuah kenampakan
berdasarkan tema dari peta
5. Legenda Peta
Legenda peta merupakan kunci utama dalam membantu pengguna untuk
membaca dan memahami peta, karena legenda berisikan keterangan
simbol-simbol yang terdapat dalam peta.
6. Garis Astronomis
Garis Astronomis terdiri atas garis lintang dan bujur yang berguna untuk
mengetahui posisi absolut dari sebuah objek pada peta.
7. Garis Tepi
Garis yang digunakan untuk membatasi ruang peta dan berbentuk persegi
empat.
8. Sumber Peta
Merupakan aspek untuk meyakinkan pengguna bahwa peta berasal dari
instansi atau lembaga yang berkompeten dalam pembuatan peta.
9. Tahun Pembuatan
Tahun pembuatan digunakan untuk mengetahui waktu pembuatan
terutama bagi peta dengan karakteristik data yang selalu berubah.
10. Insert Peta
Insert merupakan peta kecil yang disisipkan pada peta utama untuk
memperjelas informasi yang disampaikan di dalam peta.

12
BAB III
PELAKSANAAN
3.1 Diagram alir pelaksanaan
Berikut adalah rancangan diagram alir dalam pelaksanaan kerja peraktek.

13
Mulai

Pengenalan Instansi

Orientasi Lapangan

Pengukuran
Topografi

Persiapan bahan/data penunjang Pemasangan patok

No
YES
Persiapan
peralatan
Pengukuran Stake
Out

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Hasil Pengolahan data

Pembuatan Laporan

Selesai

3.2 Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan dalam kegiatan pengukuran ini meliputi :


1. Pengenalan Instansi

14
Pertama yang dilakukan saat pengenalan instansi adalah perkenalan
pada pegawai dan staff erusahaan beserta tugasnya masing-masing
sehingga peserta dapat memahami pembagian tugas dan wewenang di
perusahaan tersebut. Ini juga dapat memudahkan peserta untuk
beradaptasi dengan lingkungan tempat pelaksanaan Kerja Praktek.
2. Orientasi Lingkungan Kerja atau Orientasi Lapangan
Merupakan pekerjaan untuk pengenalan lokasi yang akan kita gunakan
sebagai lokasi pengukuran diantaranya lokasi pengukuran yang dapat
dijangkau serta hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan pengukuran.
3. Persiapan pekerjaan pengukuran topografi
Persiapan untuk pelaksanaan kegiatan pengukuran topografi meliputi
persiapan peralatan yang akan digunakan dan juga persiapan personil
tenaga kerja.
4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pengukuran meliputi data pengukuran polygon,
KKH dan KKV, pengukran detail situasi sebagai daar perhitungan
volume pekerjaan tanah.
5. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan setelah pengukuran selesai dilakukan untuk
mempercepat proses perhitungan dan efisiensi kerja, maka data yang
diperoleh dari survey atau pengukuran di lapangan diolah atau dihitung
menggunakan computer dengan bantuan software yang digunakan.
6. Pembuatan Laporan
Setelah melakukan analisis data proses selanjutnya yaitu pembuatan
laporan, dalam proses pembuatan laporan sebaiknya harus ditulis secara
sistematis, sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan laporan.

15

Anda mungkin juga menyukai