3. Pengukuran Poligon
Pengukuran sudut dilakukan dengan metode dua seri rangkap. Artinya setiap
sudut ada empat bacaan sudut. Nantinya keempat bacaan tersebut akan diratakan
dan selisihnya tidak boleh melebihi TOR. TOR ditentukan berdasarkan alat yang
digunakan.
i. Misal mengukur <123. Alat berdiri dititik 2 sedangkan pada titik 1 dan
3 didirikan kaki tiga.
1
LB4
B4
LB2
B2
2 β1 β2 β3 β4 β
B1
LB1B3
LB3
3
Gambar 2. Pengukuran sudut <123
ii. Sentering optis dititik 2 (sumbu I vertikal dan tegak lurus terhadap
sumbu II).
iii. Mengatur teropong pada kedudukan biasa membidik kaki tiga pada
titik 3 dibaca piringan horizontal, kemudian membidik kaki tiga yang
berada pada titik 1 dibaca piringan horizontal. Menghitung sudut
dalam (β I).
iv. Mengatur kedudukan teropong pada posisi luar biasa membidik titik 1,
kemudian membidik titik 3. Menghitung β II (membandingkan selisih
antara β I dan β II).
v. Mengatur teropong menjadi biasa kemudian melakukan setting pada
bacaan horizontal ditambahkan 900 dari bacaan biasa pada seri 1.
Misal bacaan pada seri 1 adalah 40 maka pada seri 2 bacaan biasa
diatur 940. Berikut langkah kerja setting bacaan horizontal :
Memutar teropong mendekati bacaan 940 kemudian untuk
meletakkan tepat diangka menggunakan klem gerak halus
horizontal.
Mengendurkan klem limbus kemudian mengarahkan bidikan
mendekati titik 3. Setelah garis bidik dekat dengan benang
mengenkencangkan kembali klem limbus, untuk meletakkan garis
bidik tepat pada benang kaki tiga menggunakan gerak halus limbus.
vi. Membidik titik 1 kemudian menghitung β III.
vii. Mengatur teropong pada luar biasa kemudian membidik titik 1 dan 3.
Menghitung β IV.
viii. Melakukan analisis data ukuran sudut dengan cara:
1. Membandingkan bacaan arah biasa dan luar biasa.
Kesalahan ini diakibatkan kesalahan kolimasi. Dalam hal ini, jika
tanpa kesalahan besarnya arah luar biasa (LB), yaitu A LB = AB ±
1800.
Tetapi karena ada kesalahan pengukuran, maka besarnya arah
luar biasa hanya akan mendekati arah biasa ditambah 1800.
Toleransi = Ketelitian Alat x 60
2. Membandingkan sudut biasa dan luar biasa.
b2
b1
m1 m2
∆hAb a ∆hab
2
1
db1 dm1 db2 dm2
slag 1 slag 2
Gambar 3. Pengukuran beda tinggi berantai 12
2. Kemudian dilakukan sentering optis dan pengaturan sumbu I vertikal.
3. Mendirikan rambu pada titik yang ingin dicari beda tingginya, yaitu pada
slag 1 di tengah antara titik 1 dan a terlebih dahulu.
4. Teropong sipat datar diarahkan ke rambu belakang (rambu 1), membaca
bacaan bt, ba, dan bb, kemudian mencatat hasil bacaannya. Kemudian
memutar teropong ke rambu muka (rambu a) dan melakukan langkah
Proses Perhitungan
1. Perhitungan jarak langsung
Jarak yang dipakai adalah jarak rata-rata antar titik poligon.
2. Perhitungan poligon
Metode yang digunakan untuk menghitung kerangka control horizontal
adalah metode Bouwditch. Langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Sudut-sudut ukuran dijumlahkan dan menggunakan persamaan di bawah
ini untuk menghitung kesalahan penutup sudut (fs).
∑β ± fs = (n – 2) . 180o
Δx = x fx Δy = x fy
Perhitungan koreksi kesalahan penutup beda tinggi dilakukan jika poligon yang
digunakan adalah poligon tertutup. Langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Beda tinggi pergi pulang dan jarak antartitik poligon dijumlahkan,
kemudian dirata-ratakan.
2. Menghitung kesalahan penutup beda tinggi dengan rumus :
∆h + fh = 0, sehingga fh = - ∆h
3. Mengoreksikan beda tinggi rata-rata dengan rumus
dh = x fh
4. Kemudian beda tinggi yang telah dikoreksi dapat diperoleh dengan rumus :
∆h’ = ∆h + dh
5. Tinggi titik diperoleh dari tinggi titik yang telah diketahui tingginya
ditambah dengan beda tinggi yang telah dikoreksi.
HB = HA + ∆h’
a
U
U D1_a
1
2
βa
Referensi:
Basuki, Slamet., 2011, Ilmu Ukur Tanah (Edisi Revisi). Yogyakarta, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Rassarandi, Farouki Dinda, 2016, Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub
di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jurnal Integrasi
Politeknik Negeri Batam, Vol. 8 No. 1 April 2016, Halaman 50-55.