Anda di halaman 1dari 19

BAB 4.

KEGIATAN KONSULTAN

4.1. UMUM

Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan perencanaan teknis jalan dalam proyek ini telah
ditentukan selama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak dari diterbitkannya Surat Perintah
Mulai Kerja.

Rencana kerja disusun secara sistematis dengan tujuan agar tercapai sasaran dan tujuan
pekerjaan yaitu tepat mutu, tepat waktu dan tepat biaya dengan mempertimbangkan
aspek : Metodologi pekerjaan, waktu pelaksanaan yang hanya 30 (tiga puluh) hari,
tenaga ahli serta peralatan pendukung pelaksanaan pekerjaan. Diharapkan dengan
rencana kerja yang baik tujuan tersebut akan dapat tercapai.

4.2 JADUAL PENUGASAN PERSONIL


Segera setelah diterimanya SPMK dari Pemberi Tugas, maka konsultan akan melakukan
mobilisasi personil sesuai jadual.

4.3 PERALATAN DAN FASILITAS PENDUKUNG


Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaaan konsultan menyiapkan fasilitas
kantor dan peralatan lapangan.

4.4 KOORDINASI TIM KONSULTAN


Dalam melaksanakan tugas, tim konsultan selain melaksanakan tugasnya sesuai dengan
job description/Uraian tugas juga perlu mengadakan koordinasi antara Team Leader
(Pemimpin Tim) dengan stafnya, seperti antara lain :

a. Team Leader dan staff membahas :


 Masalah lapangan dan pemecahannya.
 Penjelasan dan diskusi teknis untuk menunjang kelancaran pekerjaan.
b. Team Leader konsultan melakukan kunjungan sesuai dengan kebutuhan ke lapangan
pada waktu pekerjaan berjalan untuk meyakinkan bahwa pekerjaan dilaksanakan
sesuai dengan kontrak dan persyaratan-persyaratan teknis, standard-standard yang
berlaku, serta dapat sesuai dengan kondisi lapangan.

3 - 11
c. Pertemuan-pertemuan khusus antara Team Leader dengan team atau antar staff
konsultan dengan frekuensi yang cukup atau sesuai kebutuhan agar terjadi
komunikasi, koordinasi, informasi yang baik serta membahas masalah-masalah teknis
pengolahan data dan penyajiannya.

4.5 LOKASI PEKERJAAN

Gambar 4.1 Lokasi Pekerjaan Perencanaan Pemeliharaan Jalan Tanjung Bulan – Sp. 3

4.6 TAHAP SURVEY PENDAHULAUN


Pekerjaan-pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh konsultan pada tahap ini meliputi
aspek-aspek sebagai berikut :

1. Studi literatur
2. Koordinasi dengan intansi terkait
3. Diskusi perencanaan di lapangan
4. Survey pendahuluan upah, harga satuan dan peralatan
5. Survey pendahuluan bangunan pelengkap, drainase
6. Membuat Sket dan kalau perlu foto-foto pada tempat yang penting disertai
catatan catatan khusus.
7. Mengumpulkan harga satuan dan upah, dengan cara koordinasi dengan
intansi terkait.

4.7 TAHAP PENGUMPULAN DATA LAPANGAN

3 - 11
Pekerjaan yang telah dilaksanakan adalah Pengukuran Topografi. Pekerjaan
pengukuran ini untuk dicapai hasil yang diharapkan maka team pengukuran topografi
dibagi lagi menjadi beberapa pengukuran, yaitu:
 Pengukuran titik kontrol horizontal (Poligon)
 Pengamatan Matahari
 Pengukuran titik kontrol vertikal (waterpas)
 Pengukuran situasi
 Pengukuran situasi khusus
 Pengukuran potongan melintang

Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan digunakan harus diperiksa
dan dikoreksi sebagai berikut:

a. Pemeriksaan theodolit
- Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung
- Sumbu II tegak lurus sumbu I
- Garis bidik tegak lurus sumbu II
- Kesalahan kolimasi horizontal = 0
- Kesalahan indeks vertikal = 0

b. Pemeriksaan alat sipat datar


- Sumbu I, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung
- Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo
Pengukuran Titik Kontrol Horizontal (Poligon)
o Pengukuran titik kontrol horizontal dalam bentuk poligon tertutup.
o Pengukuran dilakukan dengan alat total station atau alat yang sejenis atau lebih
teliti.
o Sisi poligon atau jarak antr titik poligon maksimum 250 meter, diukur dengan
meteran atau dengan alat ukur optis ataupun elektronis.
o Patok-patok beton harus dilewati pengukuran titik kontrol horizontal.

Pembacaan sudut horizontal dilakukan 2 seri (4 bacaan biasa dan 4 bacaan luar biasa).

3 - 11
Gambar 3.1 Pengukuran Topografi di Lapangan

Pengukuran Titik Kontrol Vertikal


o Jenis alat yang dipergunakan untuk pengukuran titik kontrol vertikal adalah
waterpass orde II.
o Untuk pengukuran titik kontrol vertikal dilakukan dengan double stand dilakukan
2 kali berdiri alat pembacaan pulang dan pergi.
o Batas ketelitian tidak boleh lebih besar dari 10 D (mm), D adalah panjang
pengukuran (km).
o Rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik dalam arti pembagian skala
jelas dan sama.
o Setiap kali pengukuran dilkukan pembacaan rangkap 3 (tiga) benang dalam satuan
milimeter.
o Kontrol pembacaan:

BA+BB
BT=
2

Dimana:

T = Benang tengah

A = Benang atas

B = Benang bawah

Pengukuran Situasi
o Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem Tachymetri.
Pengukuran Tachymetri dapat dilakukan dengan rumus:

3 - 11
H = Hi + H

Dimana:

H = Tinggi titik ukur

Hi = Tinggi titik referensi yang dipakai

H = Beda tinggi antara H dan Hi

H = D tg h + Ti – BT

Dimana:

D = Jarak datar antara titik referensi dengan obyek


H = Bacaan heling
Ti = Tinggi alat
BT = Benang Tengah

o Ketelitian alat yang dipakai adalah 1” (sejenis dengan Theodolite – T2).


o Pengukuran situasi daerah sepanjang jalan harus mencakup semua keterangan-
keterangan yang ada di daerah sepanjang rencana jalan tersebut, seperti alur,
sungai bukit, jembtan, rumah, gedung, pagar, dan sebagainya.
o Tempat-tempat sumber material jalan yang terdapat di sekitar jalur jalan perlu
diberi tanda di atas peta dan difoto (jenis dan lokasi material).
Pengukuran Situasi Khusus
Pengukuran situasi khusus dilakukan di daerah sekitar perpotongan jalan
rencana dengan sungai dan perpotongan jalan rencana dengan jalan laian.
Pengukuran situasi khusus sekitar perpotongan dengan sungai, dilakukan:

o 200 m di kiri dan kanan sungai sepanjang jalan


o 100 m di kiri dan kanan dari as jalan pada daerah sungai

Pengukuran situasi khusus sekitar perpotongan dengan jalan, dilakukan:

o Daerah yang diukur yaitu daerah perpotongan jalan yang diukur 200 m di kiri
dan kanan jalan rencana dengan interval pengukuran 25m.
o Pengukuran titik kontrol horizontal berupa poligon tertutup.
o Pengukuran titik kontrol vertikal dengan alat waterpass.
o Pengukuran penampang memanjang juga dibuat pada sumbu jalan yang
berseberangan dengan jalan rencana.

3 - 11
o Pengukuran melintang dibuat untuk setiap jarak 10 m, 15 m, 25 m dengan
profil 50 m ke kiri dan kanan jalan.
o Pengukuran situasi sama dengan pengukuran jalan utama.
o Pengukuran situasi lengkap menampilkan segala obyek yang dibentuk alam
maupun manusia di sekitar persilangan tersebut.

Pengukuran Penampang Melintang


Pengukuran penampang memanjang dan melintang dimaksudkan untuk
menentukan volume penggalian dan penimbunan. Lingkup pengukuran
penampang melintang mencakup:

o Pengukuran penampang melintang pada daerah yang datar dan lurus dibuat
setiap 50 m dan pada daerah-daerah tikungan dan pegunungan dibuat setiap 25
m.
o Pada daerah yang menikung, dari as jalan ke arah luar 50 m dan ke arah dalam
100 m.
o Lebar pengukuran penampang melintang 75 m ke kiri dan kanan rencana as
jalan.
o Khusus untuk perpotongan dengan dengan sungai dilakukan dengan ketentuan
khusus.
o Peralatan yang dipergunakan untuk pengukuran penampang melintang
melintang sama dengan yang dipakai pengukuran situasi.

4.8 TAHAP ANALISA DATA, PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN


Untuk tahap ini akan dilaksanakan mulai minggu ke empat bulan Juni 2019 Pekerjaan
analisa dan perhitungan yang akan dilaksanakan adalah:

1). Perhitungan Data Topografi

Perhitungan Azimuth
Dari pengamatan matahari maka bisa didapat azimuth suatu titik
dari titik tertentu. Penentuan azimuth dengan pengamatan
matahari pada dasarnya dilakukan dua tahap yaitu:

1. Penentuan azimut ke pusat matahari


Cos AM = sin  - sin  . sin h
cos  . cos h

3 - 11
Apabila digunakan teodolit yang mengukur sudut zenit maka
rumusnya menjadi:

Cos AM = sin  - sin  . cos z


cos  . sin z

Bila matahari diamati berada di sebelah timur (pagi hari)


maka,
AM = A
Bila matahari diamati berada di sebelah barat (sore hari) maka,
AM = 360 - A

2. Penentuan azimuth dari pusat matahari ke titik target tertentu


Rumus yang digunakan adalah : AS = AM + ψ

Koreksi / reduksi yang harus diberikan pada data pengamatan


adalah:

1). Koreksi Waktu

WIB = UT + 7h
WITA = UT + 8h
WIT = UT + 9h.

2). Koreksi Refraksi

r = 58” ctg hu atau r = rm . cp . ct


3). Koreksi Paralaks

Besar koreksi paralaks : p = 8”,8 cos hu atau p” = ph cos hu

4). Koreksi ½ Diameter matahari

Hitungan azimut jurusan dari 2 (dua) titik koordinat yang


diketahui
(XB - XA)
 AB = arctg AB = __________
(YB – YA)

3 - 11
Y

B (XB,YB)
U

α AB

A (XA, YA)
X

Gambar 3.2
Sketsa Pengamatan Matahari

Perhitungan Koordinat
Koordinat awal sebagai titik acuan bisa ditentukan dengan dengan
alat GPS untuk sistem koordinat utara dan selatan, sedangkan
untuk ketinggian, ditarik dari TTG terdekat dengan waterpas.

Perhitungan Kerangka Horisontal


1). Menghitung sudut dan azimuth poligon

- Hitung kesalahan penutup sudut (gunakan persamaan


untuk poligon terbuka terikat sempurna atau persamaan
untuk poligon tertutup).
- Hitung azimut arah semua sisi poligon

2). Menghitung total jarak terhadap proyeksi sumbu X ( d sin α) dan


sumbu Y (d cos α)
- Hitung kesalahan penutup jarak terhadap sumbu X
(gunakan persamaan untuk poligon terbuka terikat
sempurna atau persamaan untuk poligon tertutup).

3 - 11
- Hitung kesalahan penutup jarak terhadap sumbu Y ( lihat
persamaan untuk poligon terbuka terikat sempurna atau
persamaan untuk poligon tertutup).
- Hitung Kesalahan linier jarak dengan rumus :

Toleransi ≤ 1 .
√(fX2 + fY2)/ ∑d
- Koreksi kesalahan absis (dijfX) = . dij. . fX
∑d

- Koreksi Kesalahan ordinat (dijfY) = . dij. .fY


∑d

- hitung koordinat definitif :


X2 = X1 + D12 x Sin α12 ± fd12X
Y2 = Y1 + D12 x Cos α12 ± fd12Y

Perhitungan Kerangka Vertikal

Metode hitungan kerangka kontrol vertikal metode sipat datar

- Hitungan dalam satu slag adalah : H = BTA - BTB


- Hitungan dalam satu seksi adalah : H =  ai -  bi

Jika dalam satu seksi pergi pulang (H ≠ 0 ), maka berarti ada
kesalahan pengukuran beda tinggi sebesar fH. Bila harga fH ≤
persyaratan kesalahan yang ditentukan ( 10 √n), maka koreksi
yang diberikan pada setiap titik dalam satu seksi pengukuran
adalah dH = (f H/ n)
- Hitung tinggi definitive : Hn+1 = Hn + Hn + dHn

Perhitungan Koordinat Titik-titik Topografi


Proses hitungan situasi dilakukan dengan cara perhitungan jarak
datar, asimut jurusan dan beda tinggi sebagai berikut :

3 - 11
- hitung jarak datar dengan cara optis : {D = 100 (ba – bb) cos2 h}
ataupun jarak langsung dengan elektronis
- Hitung beda tinggi,
untuk sudut helling ; H = DAB tgn h + Ti – Bt
untuk sudut zenith ; H = DAB cotgn z + Ti – Bt.
- Hitung Titik tinggi : HTdetail = Hreferensi + H
- Hitung posisi (X,Y) titik detail dengan rumus :
XTdetail = X1 + D1-Tdt x Sin α1-Tdt
YTdetail = Y1 + D1-Tdtx Cos α1-Tdt

Pembuatan Tabel Koordinat Titik-titik Topografi


Setelah harga koordinat X,Y,Z titik sudah didapat maka dibuat
suatu tabel meliputi:

1. Nomor titik
2. Harga X,Y,Z
3. Diskripsi

Mengimport Data Titik-titik Topografi


Setelah data-data tersebut dibuat dalam tabel format ASCI proses
selanjutnya diimport ke dalam computer dengan menggunakan
soft ware seperti pada contoh.

Pembuatan Surface
Setelah data koordinat titik-titik topografi diimport selanjutnya
dibuat surface seperti yang terlihat pada Gambar berikut.

Pembuatan Kontur dan garis situasi


Setelah surface ada proses selanjutnya adalah proses pembuatan
kontur dan garis situasi seperti yang terlihat pada Gambar berikut.

Perencanaan Geometrik

a. Alinyemen Horisontal

Perencanaan alinyemen horisontal merupakan kegiatan kegiatan


sebagai berikut :

3 - 11
penarikan trase jalan dari titik awal proyek STA 0+000 sampai dengan
titik akhir proyek di atas peta dasar (base map) yang dihasilkan dari
pengukuran topografi yang dilaksanakan pada koridor rencana trase jalan
Menentukan jenis lengkung horisontal (tikungan), antara lain : Full
Circle (FC) ; Spiral-Circle - Spiral (S-C-S) atau Spiral-Spiral (S-S).
Menghitung setiap komponen lengkung horisontal (tikungan), antara
lain : e maks (miring melintang maksimal), R min (jari jari tikungan
minimal), Lc (panjang busur lingkaran) dan atau Ls (busur spiral atau
busur peralihan), diagram superelevasi dan perlebaran tikungan
Menghitung kebebasan samping di tikungan
memeriksa apakah “jarak bagian jalan yang lurus” diantara dua tikungan
sudah memenuhi persyaratan panjang minimum atau tidak
Menghitung titik titik stasioning di sepanjang “tarikan” trase jalan titik
awal proyek STA 0+000 sampai dengan titik akhir proyek

Beberapa rumus yang dipakai dalam perencanan alinyemen horisontal


antara lain:
2
Vg
R min =
127 (emaks + f maks)
Dimana :
R min = jari jari tikungan minimum, (m)
Vg = kecepatan rencana, (km/jam)
e maks = superelevasi maksimum, (%)
f maks = koefisien gesekan melintang maksimum

Rumus rumus untuk menghitung komponen lengkung lingkaran :


Tc = Rc tan ½ ∆
Ec = Tc tan ½ ∆
∆ 2 π Rc
Lc =
360°

3 - 11
Sumber : Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya, Shirley L. Hendarsin, 2000.

Gambar 3.5 Komponen Pada Lengkung Horisontal Bentuk Full Circle

Rumus rumus untuk menghitung komponen lengkung peralihan :


Ls (panjang lengkung peralihan) diambil nilai terbesar dari 3 persamaan
berikut :
 Berdasarkan waktu tempuh maksimum (3 detik) :
Vg
Ls = T
3,6
 Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal, dengan rumus Modified
Shortt :
2
Vg Vg. e
Ls = 0,022 - 2,727
Rc . C C

 Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian :

(em – en)
Ls = Vg
3,6 . re
dimana :
T = waktu tempuh = 3 detik

3 - 11
Rc = jari jari busur lingkaran
C = perubahan percepatan, 0,3 – 1,0 disarankan 0,4 m/det ²
e = superelevasi
em = superelevasi maksimum
en = superelevasi normal
re = tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan

Spiral – Circle - Spiral


Keterangan :
Xs = absis titik SC pada garis tangen, jarak dari titik Tske SC (jarak
lurus lengkung peralihan)
Ys = ordinat titik SC pada garis tegak lurus garis tangen, jarak tegak
lurus ke titik SC pada lengkung
Ls = panjang lengkung peralihan (panjang dari titik TS ke SC atau CS
ke ST)
Lc = panjang busur lingkaran (panjang dari titik SC ke CS)
Ts = panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ke titik ST
TS = titik dari tangen ke spiral
SC = titik dari spiral ke lingkaran
Es = jarak dari PI ke busur lingkaran
Өs = sudut lengkung spiral
Rc = jari jari lingkaran
p = pergeseran tangen terhadap spiral
k = absis dari p ke garis tangen spiral
Ls ²
Xs = Ls ( 1 - )
40 Rc ²
Ls ²
Ys =
6 Rc

90 Ls
Өs =
 Rc

Ls ²
p = - Rc ( 1 – Cos Өs )
6 Rc

3 - 11
Ls ²
k = Ls - - Rc Sin Өs
40. Rc²

Ts = ( Rc + p ) tan ½  + k
Es = ( Rc + p ) sec ½  - Rc
(  - 2 Өs )
Lc = x  x Rc
180

L tot = Lc + 2 Ls

Jika Lc < 25 m, maka lengkung Spiral – Circle – Spiral sebaiknya tidak


digunakan, tetapi digunakan lengkung Spiral – Spiral
Perlebaran perkerasan pada tikungan ditentukan dengan mengacu pada tabel berikut :
Perlebaran di Tikungan per lajur (m) untuk lebar jalur 2 x B m,
2 arah atau 1 arah

Kebebasan samping di tikungan dihitung dengan riumus sebagai berikut :


28,65 Jh
Jika Jh < Lt : E = R¹ ( 1 – Cos )

Dimana :
R = jari jari tikungan (m)
R¹ = jari jari sumbu lajur jalan (m)
Jh = jarak pandang henti (m)
Lt = panjang tikungan (m)

2). Alinyemen Vertikal

Perencanaan alinyemen vertikal merupakan perencanaan landai


memanjang as trase jalan yang direncanakan pada perencanaan
alinyemen horisontal.

3 - 11
Rumus untuk lengkung vertikal cembung :

AL
Ev =
800

Dimana :
Ev = jarak antara titik point of vertical intersection dengan rencana
permukaan jalan (m)
L = panjang antara titik awal dan titik akhir lengkung vertikal
A = perbedaan aljabar dari kedua kelandaian

Rumus untuk lengkung vertikal cekung :


AV²
L=
389

Dimana :
L = panjang antara titik awal dan titik akhir lengkung vertikal
A = perbedaan aljabar dari kedua kelandaian
V = kecepatan rencana (km/jam)
4.9 PENGAMBILAN CONTOH TANAH
Pengambilan contoh tanah bertujuan untuk penyelidikan tanah tersebut di laboratorium.
Konsultan akan melakukan penyelidikan lapangan yang mencakup pengamatan visual,
dan pengambilan contoh tanah terganggu (Disturbed Samples).

Pengamatan Visual
Meliputi pemeriksaan sifat tanah (konsistensi, jenis tanah, warna, perkiraan persentase
butiran kasar/halus) sesuai dengan metode USCS.

Pengambilan Contoh Tanah Tergganggu


Pengambilan contoh tanah dilakukan pada daerah yang lapisan tanahnya sama,
sekurang-kurangnya sejauh jarak 2 km harus diambil 1 buah contoh tanah. Tanah
diambil dari sumuran uji sekurang-kurangnya 40 kg untuk setiap contoh tanah. Setiap
contoh tanah diberi identitas yang jelas (nomor sumur uji, lokasi, kedalaman). Setiap
sumuran uji yang digali dan contoh tanah yang diambil, difoto. Dalam foto diberi
identitas nomor sumur uji dan lokasi.

3 - 11
Pada tempat-tempat yang diperkirakan terjadi perubahan lapisan tanah, baik kedudukan
maupun macamnya harus diambil contoh tanah.

Penyelidikan Laboratorium
Contoh tanah yang diambil dari lapangan diuji di laboratorium. Pengujian laboratorium
ini perlu, antara lain apakah tanah dapat dipakai sebagai tanah timbunan, dapat
diketahui dari klasifikasi tanah tersebut, dimana penentuan klasifikasi tanah harus
dilakukan uji laboratorium.

Pengujian laboratorium meliputi antara lain dan tidak terbatas pada :


 Penentuan Klasifikasi Tanah
 Pemeriksaan CBR
 Pemeriksaan Kadar Air Asli
 Pemeriksaan Berat Jenis
 Pemeriksaan Kuat Geser Langsung

Jenis soil investigation yang akan dilaksanakan untuk pekerjaan perencanaan teknik
disesuaikan dengan keperluan. Jenis pengujian laboratorium yang akan dilaksanakan
tergantung kepada jenis/ keadaan tanah, dan jenis konstruksi yang akan direncanakan.
Jenis pengujian laboratorium yang dipilih harus memberikan data yang diminta.

Jenis pengujian tanah di laboratorium akan diuraikan dalam bab ini secara garis besar,
tetapi data dan pengujian yang harus dilakukan ditentukan sesuai dengan keperluan
perencanaan.

4.10 PERENCANAAN PERKERASAN JALAN


Perencanaan struktur perkerasan jalan pada pekerjaan perencanan ini merupakan
perencanaan struktur untuk jalan baru. Sedang jenis struktur perkerasan jalan yang akan
digunakan akan ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara penyedia jasa dengan
pengguna jasa, berdasarkan pertimbangan teknis, ekonomis dan lingkungan.

Dalam perencanaan struktur perkerasan jalan untuk jalan Alternatif Lintas Barat ini
menggunakan struktur perkerasan lentur. Struktur perkerasan lentur (flexible pavement)
merupakan struktur perkerasan jalan yang tersusun dari bahan yang memungkinkan
terjadinya lendutan dan lendutan balik. seperti yang divisualisasikan pada Gambar berikut.

3 - 11
Sumber : Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya, Shirley L. Hendarsin,
2000.

Gambar Struktur Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

Struktur perkerasan kaku (rigid pavement) merupakan struktur perkerasan jalan


yang tersusun dari bahan yang tidak memungkinkan terjadinya lendutan dan lendutan
balik. seperti yang divisualisasikan pada Gambar berikut.

Sumber : Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya, Shirley L. Hendarsin,


2000.

Gambar Struktur Perkerasan kaku (Rigid Pavement)

Prosedur perhitungan struktur perkerasan kaku (rigid pavement) diatur dalam


SKBI (Standar Konstruksi Bangunan Indonesia), Petunjuk Perencanaan Perkerasan
Kaku (Rigid Pavement), Departemen Pekerjaan Umum, Republik Indonesia, SKBI
2.3.28.1988, UDC, 625. 84 (026).

Secara umum jenis perkerasan rigid digunakan pada daerah dengan grade alinemen
vertikal lebih dari 12 % dengan trase yang cukup panjang, sedangkan untuk yang
lainnya menggunakan perkerasan lentur.

3 - 11
Adapun struktur perkerasan rigid terdiri atas Lapisan Beton setebal 25 cm, Lapis
Pondasi (Agregat A) setebal 15 cm dan Lapisan Bahu Jalan dengan menggunakan
Agregat B setebal 15 cm. Sedangkan untuk perkersan lentur secara umum
menggunakan lapisan pondasi atas Lapis ATB setebal 5 cm, Lapisan Pondasi Atas
Agregat A setebal 15 cm dan Lapisan Pondasi Bawah Agregat B setebal 20 cm,
dengan Lapisan Bahu Jalan menggunakan Agregat B setebal 15 cm.

4.11 HASIL PELAKSANAAN PEKERJAAN


Konsultan menyusun jadwal pelaksanaan pekerjaan. Untuk menjamin ketepatan waktu
penyelesaian dan kelancaran tugas maka Team Konsultan akan selalu melakukan kerja
sama antar staff secara kontinyu, melakukan diskusi/konsultasi dengan Pemberi Tugas
dan Instansi Terkait lainnya. Dan berdasarkan identifikasi pekerjaan utama tersebut di
atas, Konsultan dapat menyusun Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan.
Sesuai dengan ketentuan dalam KAK, jangka waktu pelaksanaan untuk Perencanaan
Pemeliharaan Berkala/Rehabilitasi/Peningkatan Kapasitas Jalan Ruas Sukarame -
Paduan Rajawali (Tugu Bola) adalah 60 (Enam Puluh) hari kalender, terhitung sejak
dikeluarkannya surat Perintah Mulai Kerja oleh Pemimpin Proyek. Konsultan akan
menyusun jadwal Pelaksanaan Pekerjaan agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan
efektit, benar dan sesuai dengan ketentuan dalam KAK/DOKPEL.

4.12 KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN PERSONIL


Konsultan menyusun komposisi tim dan penugasan, untuk menjamin ketepatan waktu
penyelesaian dan kelancaran tugas maka Team Konsultan akan selalu melakukan kerja
sama antar staff secara kontinyu, melakukan diskusi/konsultasi dengan Pemberi Tugas
dan Instansi Terkait lainnya. Dan berdasarkan identifikasi pekerjaan utama tersebut di
atas, Konsultan dapat menyusun komposisi tim dan penugasan.

Sesuai dengan ketentuan dalam KAK, jangka waktu pelaksanaan untuk Perencanaan
Pemeliharaan Berkala/Rehabilitasi/Peningkatan Kapasitas Jalan Ruas Sukarame -
Paduan Rajawali (Tugu Bola) adalah 60 (Enam Puluh) hari kalender, terhitung sejak
dikeluarkannya surat Perintah Mulai Kerja oleh Pemimpin Proyek. Konsultan akan

3 - 11
menyusun komposisi tim dan penugasan agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan
efektit, benar dan sesuai dengan ketentuan dalam KAK/DOKPEL.

4.13 JADWAL PENUGASAN PERSONIL


Konsultan menyusun jadwal penugasan tenaga ahli, untuk menjamin ketepatan waktu
penyelesaian dan kelancaran tugas maka Team Konsultan akan selalu melakukan kerja
sama antar staff secara kontinyu, melakukan diskusi/konsultasi dengan Pemberi Tugas
dan Instansi Terkait lainnya. Dan berdasarkan identifikasi pekerjaan utama tersebut di
atas, Konsultan dapat menyusun jadwal penugasan tenaga ahli.

Sesuai dengan ketentuan dalam KAK, jangka waktu pelaksanaan untuk Perencanaan
Pemeliharaan Berkala/Rehabilitasi/Peningkatan Kapasitas Jalan Ruas Sukarame -
Paduan Rajawali (Tugu Bola) adalah 60 (Enam Puluh) hari kalender, terhitung sejak
dikeluarkannya surat Perintah Mulai Kerja oleh Pemimpin Proyek. Konsultan akan
menyusun jadwal penugasan tenaga ahli agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan
efektit, benar dan sesuai dengan ketentuan dalam KAK/DOKPEL.

3 - 11

Anda mungkin juga menyukai