KEGIATAN KONSULTAN
4.1. UMUM
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan perencanaan teknis jalan dalam proyek ini telah
ditentukan selama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak dari diterbitkannya Surat Perintah
Mulai Kerja.
Rencana kerja disusun secara sistematis dengan tujuan agar tercapai sasaran dan tujuan
pekerjaan yaitu tepat mutu, tepat waktu dan tepat biaya dengan mempertimbangkan
aspek : Metodologi pekerjaan, waktu pelaksanaan yang hanya 30 (tiga puluh) hari,
tenaga ahli serta peralatan pendukung pelaksanaan pekerjaan. Diharapkan dengan
rencana kerja yang baik tujuan tersebut akan dapat tercapai.
3 - 11
c. Pertemuan-pertemuan khusus antara Team Leader dengan team atau antar staff
konsultan dengan frekuensi yang cukup atau sesuai kebutuhan agar terjadi
komunikasi, koordinasi, informasi yang baik serta membahas masalah-masalah teknis
pengolahan data dan penyajiannya.
Gambar 4.1 Lokasi Pekerjaan Perencanaan Pemeliharaan Jalan Tanjung Bulan – Sp. 3
1. Studi literatur
2. Koordinasi dengan intansi terkait
3. Diskusi perencanaan di lapangan
4. Survey pendahuluan upah, harga satuan dan peralatan
5. Survey pendahuluan bangunan pelengkap, drainase
6. Membuat Sket dan kalau perlu foto-foto pada tempat yang penting disertai
catatan catatan khusus.
7. Mengumpulkan harga satuan dan upah, dengan cara koordinasi dengan
intansi terkait.
3 - 11
Pekerjaan yang telah dilaksanakan adalah Pengukuran Topografi. Pekerjaan
pengukuran ini untuk dicapai hasil yang diharapkan maka team pengukuran topografi
dibagi lagi menjadi beberapa pengukuran, yaitu:
Pengukuran titik kontrol horizontal (Poligon)
Pengamatan Matahari
Pengukuran titik kontrol vertikal (waterpas)
Pengukuran situasi
Pengukuran situasi khusus
Pengukuran potongan melintang
Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan digunakan harus diperiksa
dan dikoreksi sebagai berikut:
a. Pemeriksaan theodolit
- Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung
- Sumbu II tegak lurus sumbu I
- Garis bidik tegak lurus sumbu II
- Kesalahan kolimasi horizontal = 0
- Kesalahan indeks vertikal = 0
Pembacaan sudut horizontal dilakukan 2 seri (4 bacaan biasa dan 4 bacaan luar biasa).
3 - 11
Gambar 3.1 Pengukuran Topografi di Lapangan
BA+BB
BT=
2
Dimana:
T = Benang tengah
A = Benang atas
B = Benang bawah
Pengukuran Situasi
o Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem Tachymetri.
Pengukuran Tachymetri dapat dilakukan dengan rumus:
3 - 11
H = Hi + H
Dimana:
H = D tg h + Ti – BT
Dimana:
o Daerah yang diukur yaitu daerah perpotongan jalan yang diukur 200 m di kiri
dan kanan jalan rencana dengan interval pengukuran 25m.
o Pengukuran titik kontrol horizontal berupa poligon tertutup.
o Pengukuran titik kontrol vertikal dengan alat waterpass.
o Pengukuran penampang memanjang juga dibuat pada sumbu jalan yang
berseberangan dengan jalan rencana.
3 - 11
o Pengukuran melintang dibuat untuk setiap jarak 10 m, 15 m, 25 m dengan
profil 50 m ke kiri dan kanan jalan.
o Pengukuran situasi sama dengan pengukuran jalan utama.
o Pengukuran situasi lengkap menampilkan segala obyek yang dibentuk alam
maupun manusia di sekitar persilangan tersebut.
o Pengukuran penampang melintang pada daerah yang datar dan lurus dibuat
setiap 50 m dan pada daerah-daerah tikungan dan pegunungan dibuat setiap 25
m.
o Pada daerah yang menikung, dari as jalan ke arah luar 50 m dan ke arah dalam
100 m.
o Lebar pengukuran penampang melintang 75 m ke kiri dan kanan rencana as
jalan.
o Khusus untuk perpotongan dengan dengan sungai dilakukan dengan ketentuan
khusus.
o Peralatan yang dipergunakan untuk pengukuran penampang melintang
melintang sama dengan yang dipakai pengukuran situasi.
Perhitungan Azimuth
Dari pengamatan matahari maka bisa didapat azimuth suatu titik
dari titik tertentu. Penentuan azimuth dengan pengamatan
matahari pada dasarnya dilakukan dua tahap yaitu:
3 - 11
Apabila digunakan teodolit yang mengukur sudut zenit maka
rumusnya menjadi:
WIB = UT + 7h
WITA = UT + 8h
WIT = UT + 9h.
3 - 11
Y
B (XB,YB)
U
α AB
A (XA, YA)
X
Gambar 3.2
Sketsa Pengamatan Matahari
Perhitungan Koordinat
Koordinat awal sebagai titik acuan bisa ditentukan dengan dengan
alat GPS untuk sistem koordinat utara dan selatan, sedangkan
untuk ketinggian, ditarik dari TTG terdekat dengan waterpas.
3 - 11
- Hitung kesalahan penutup jarak terhadap sumbu Y ( lihat
persamaan untuk poligon terbuka terikat sempurna atau
persamaan untuk poligon tertutup).
- Hitung Kesalahan linier jarak dengan rumus :
Toleransi ≤ 1 .
√(fX2 + fY2)/ ∑d
- Koreksi kesalahan absis (dijfX) = . dij. . fX
∑d
Jika dalam satu seksi pergi pulang (H ≠ 0 ), maka berarti ada
kesalahan pengukuran beda tinggi sebesar fH. Bila harga fH ≤
persyaratan kesalahan yang ditentukan ( 10 √n), maka koreksi
yang diberikan pada setiap titik dalam satu seksi pengukuran
adalah dH = (f H/ n)
- Hitung tinggi definitive : Hn+1 = Hn + Hn + dHn
3 - 11
- hitung jarak datar dengan cara optis : {D = 100 (ba – bb) cos2 h}
ataupun jarak langsung dengan elektronis
- Hitung beda tinggi,
untuk sudut helling ; H = DAB tgn h + Ti – Bt
untuk sudut zenith ; H = DAB cotgn z + Ti – Bt.
- Hitung Titik tinggi : HTdetail = Hreferensi + H
- Hitung posisi (X,Y) titik detail dengan rumus :
XTdetail = X1 + D1-Tdt x Sin α1-Tdt
YTdetail = Y1 + D1-Tdtx Cos α1-Tdt
1. Nomor titik
2. Harga X,Y,Z
3. Diskripsi
Pembuatan Surface
Setelah data koordinat titik-titik topografi diimport selanjutnya
dibuat surface seperti yang terlihat pada Gambar berikut.
Perencanaan Geometrik
a. Alinyemen Horisontal
3 - 11
penarikan trase jalan dari titik awal proyek STA 0+000 sampai dengan
titik akhir proyek di atas peta dasar (base map) yang dihasilkan dari
pengukuran topografi yang dilaksanakan pada koridor rencana trase jalan
Menentukan jenis lengkung horisontal (tikungan), antara lain : Full
Circle (FC) ; Spiral-Circle - Spiral (S-C-S) atau Spiral-Spiral (S-S).
Menghitung setiap komponen lengkung horisontal (tikungan), antara
lain : e maks (miring melintang maksimal), R min (jari jari tikungan
minimal), Lc (panjang busur lingkaran) dan atau Ls (busur spiral atau
busur peralihan), diagram superelevasi dan perlebaran tikungan
Menghitung kebebasan samping di tikungan
memeriksa apakah “jarak bagian jalan yang lurus” diantara dua tikungan
sudah memenuhi persyaratan panjang minimum atau tidak
Menghitung titik titik stasioning di sepanjang “tarikan” trase jalan titik
awal proyek STA 0+000 sampai dengan titik akhir proyek
3 - 11
Sumber : Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya, Shirley L. Hendarsin, 2000.
(em – en)
Ls = Vg
3,6 . re
dimana :
T = waktu tempuh = 3 detik
3 - 11
Rc = jari jari busur lingkaran
C = perubahan percepatan, 0,3 – 1,0 disarankan 0,4 m/det ²
e = superelevasi
em = superelevasi maksimum
en = superelevasi normal
re = tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan
90 Ls
Өs =
Rc
Ls ²
p = - Rc ( 1 – Cos Өs )
6 Rc
3 - 11
Ls ²
k = Ls - - Rc Sin Өs
40. Rc²
Ts = ( Rc + p ) tan ½ + k
Es = ( Rc + p ) sec ½ - Rc
( - 2 Өs )
Lc = x x Rc
180
L tot = Lc + 2 Ls
3 - 11
Rumus untuk lengkung vertikal cembung :
AL
Ev =
800
Dimana :
Ev = jarak antara titik point of vertical intersection dengan rencana
permukaan jalan (m)
L = panjang antara titik awal dan titik akhir lengkung vertikal
A = perbedaan aljabar dari kedua kelandaian
Dimana :
L = panjang antara titik awal dan titik akhir lengkung vertikal
A = perbedaan aljabar dari kedua kelandaian
V = kecepatan rencana (km/jam)
4.9 PENGAMBILAN CONTOH TANAH
Pengambilan contoh tanah bertujuan untuk penyelidikan tanah tersebut di laboratorium.
Konsultan akan melakukan penyelidikan lapangan yang mencakup pengamatan visual,
dan pengambilan contoh tanah terganggu (Disturbed Samples).
Pengamatan Visual
Meliputi pemeriksaan sifat tanah (konsistensi, jenis tanah, warna, perkiraan persentase
butiran kasar/halus) sesuai dengan metode USCS.
3 - 11
Pada tempat-tempat yang diperkirakan terjadi perubahan lapisan tanah, baik kedudukan
maupun macamnya harus diambil contoh tanah.
Penyelidikan Laboratorium
Contoh tanah yang diambil dari lapangan diuji di laboratorium. Pengujian laboratorium
ini perlu, antara lain apakah tanah dapat dipakai sebagai tanah timbunan, dapat
diketahui dari klasifikasi tanah tersebut, dimana penentuan klasifikasi tanah harus
dilakukan uji laboratorium.
Jenis soil investigation yang akan dilaksanakan untuk pekerjaan perencanaan teknik
disesuaikan dengan keperluan. Jenis pengujian laboratorium yang akan dilaksanakan
tergantung kepada jenis/ keadaan tanah, dan jenis konstruksi yang akan direncanakan.
Jenis pengujian laboratorium yang dipilih harus memberikan data yang diminta.
Jenis pengujian tanah di laboratorium akan diuraikan dalam bab ini secara garis besar,
tetapi data dan pengujian yang harus dilakukan ditentukan sesuai dengan keperluan
perencanaan.
Dalam perencanaan struktur perkerasan jalan untuk jalan Alternatif Lintas Barat ini
menggunakan struktur perkerasan lentur. Struktur perkerasan lentur (flexible pavement)
merupakan struktur perkerasan jalan yang tersusun dari bahan yang memungkinkan
terjadinya lendutan dan lendutan balik. seperti yang divisualisasikan pada Gambar berikut.
3 - 11
Sumber : Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya, Shirley L. Hendarsin,
2000.
Secara umum jenis perkerasan rigid digunakan pada daerah dengan grade alinemen
vertikal lebih dari 12 % dengan trase yang cukup panjang, sedangkan untuk yang
lainnya menggunakan perkerasan lentur.
3 - 11
Adapun struktur perkerasan rigid terdiri atas Lapisan Beton setebal 25 cm, Lapis
Pondasi (Agregat A) setebal 15 cm dan Lapisan Bahu Jalan dengan menggunakan
Agregat B setebal 15 cm. Sedangkan untuk perkersan lentur secara umum
menggunakan lapisan pondasi atas Lapis ATB setebal 5 cm, Lapisan Pondasi Atas
Agregat A setebal 15 cm dan Lapisan Pondasi Bawah Agregat B setebal 20 cm,
dengan Lapisan Bahu Jalan menggunakan Agregat B setebal 15 cm.
Sesuai dengan ketentuan dalam KAK, jangka waktu pelaksanaan untuk Perencanaan
Pemeliharaan Berkala/Rehabilitasi/Peningkatan Kapasitas Jalan Ruas Sukarame -
Paduan Rajawali (Tugu Bola) adalah 60 (Enam Puluh) hari kalender, terhitung sejak
dikeluarkannya surat Perintah Mulai Kerja oleh Pemimpin Proyek. Konsultan akan
3 - 11
menyusun komposisi tim dan penugasan agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan
efektit, benar dan sesuai dengan ketentuan dalam KAK/DOKPEL.
Sesuai dengan ketentuan dalam KAK, jangka waktu pelaksanaan untuk Perencanaan
Pemeliharaan Berkala/Rehabilitasi/Peningkatan Kapasitas Jalan Ruas Sukarame -
Paduan Rajawali (Tugu Bola) adalah 60 (Enam Puluh) hari kalender, terhitung sejak
dikeluarkannya surat Perintah Mulai Kerja oleh Pemimpin Proyek. Konsultan akan
menyusun jadwal penugasan tenaga ahli agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan
efektit, benar dan sesuai dengan ketentuan dalam KAK/DOKPEL.
3 - 11