Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang berhubungan dengan bentuk muka
bumi (topografi), artinya ilmu yang bertujuan menggambarkan bentuk topografi
muka bumi dalam suatu peta dengan segala sesuatu yang ada pada permukaan
bumi seperti kota, jalan, sungai, bangunan, dll. Dengan skala tertentu sehingga
dengan mempelajari peta kita dapat mengetahui jarak, arah dan posisi tempat yang
kita inginkan.
1) Jarak.
Garis hubung terpendek antara 2 titik yang diukur dengan mistar, pita ukur,
waterpass dan theodolite.
2) Sudut.
Besaran antara 2 arah yang bertemu pada satu titik.
3) Ketinggian.
Jarak tegak diatas atau dibawah bidang referensi yang dapat diukur dengan
waterpass dan rambu ukur.
4) Skala Peta
Skala peta ialah suatu perbandingan antara besaran-besaran diatas peta dan
diatas muka bumi (besaran sebenarnya). Berhubungan dengan skala ini maka
peta kita bagi atas:
1) Peta teknis dengan skala 1:10.000 (skala besar).
2) Peta topografi atau peta detail dengan skala 1:10.000 sampai dengan
1:100.000 (skala medium).
3) Peta topografi atau peta iktisar lebih kecil dari 1:100.000 (skala kecil).
1.4 Skala
1) Definisi.
Menyipat datar atau profil peta yaitu suatu irisan yang digambar tegak lurus
sumbu utama sepanjang sumbu utama dan sepanjang sumbu utama pada suatu
bidang datar dengan skala tertentu.
2) Tipe Sifat Datar.
a. Metode sifat datar langsung.
Dengan menempatkan alat ukur langsung diatas salah satu titik. Aturlah
sedemikian rupa sehingga sumbu kesatu alat tepat berada diatas patok(titik)
kemudian ukurlah tinggi garis bidik terhadap patok (titik) tersebut misalnya a,
kemudian dengan gelembung nivo ditengah-tengah garis bidik diarahkan ke
master yang terletak diatas titik satunya lagi, dan didapat pembacaan adalah
b. Sehingga dengan mudah diketahui beda kedua titik a dan b adalah t = a –m.
instrumen ukur langsung pada jarak atau sudut yang diukur. Oleh karenannya,
hasil ukuran ditentukan oleh hubungannya dengan suatu harga lain yang
diketahui. Jadi jarak ke seberang sungai dapat ditemukan dengan mengukur
sebagian jarak disuatusisi, sudut ditiap ujung jarak iniyang diukur ke titik
seberang dan kemudian menghitung jarak tadi dengan salah satu rumus
trigonometri baku.
a) Cara grafis.
b) Cara Analitis
Setelah beda tinggi antara dua titik ditentukan, maka tinngi satu titik
dapat dicari bila tinggi titik lainnya telah diketahui. Suatu cara untuk
menentukan tinggi suatu titik ialah dengan menggunakan tinggi garis
bidik. Dengan diketahui tinggi garis bidik, dapatlah dengan cepat dan
mudah menentukan tinggi titik – titik yang diukur. Tempatkan saja mistar
diatas titik itu, arahkan garis bidik kemistar dengan gelembung ditengah-
tengah, lakukan pembacaan pada mistar itu, seperti dilihat pada gambar
1.2 maka tinggi titik, Tt = tGb = tinggi garis bidik = pembacaan pada
mistar.
c. Metode Gabungan
1. Definisi
a. Poligon terbuka
Pada poligon ini titik awal dan titik akhir merupakan satu titik yang sama.
Sistem pengukuran pada poligon tertutup ini ada dua macam, antara lain :
d) Bila pengukuran sudut tidak sesuai dengan rumus diatas, maka harus
diratakan hingga sesuai atau memenuhi syarat diatas.
2. Pengukuran berlawanan arah jarum jam
c) Bila hasil pengukuran tidak sesuai dengan rumus diatas, maka harus
diratakan hingga memnuhi syarat diatas.
…....Pers(1)
.....Pers(2)
.......Pers(3)
d. Menentukan Azimuth.
Untuk menghitung azimuth tiap-tiap garis penghubung haruslah
ditentukan terlebih dahulu azimuth awalnya. Penentuan azimuth
awal dapat ditentukan dengan cara kompas (magnetis) atau
pengamatan matahari. Dengan persamaan berikut :
Azimuth = Azimuth awal + Sudut Datar - 180
.......Pers(4)
Setelah azimuth dan jarak datar telah terhitung, maka kita dapat
menghitung koordinat titik poligon. Perhitungan dimulai dengan
pencari selisih koordinat x dan y. Dengan persamaan berikut:
......Pers(5)
1. Definisi
2. Garis Kontur
5. Tidak dapat bercabang menjadi garis – garis kontur lainnya atau baru.
1. Cara Grafis.
Dengan cara ini garis kontur diikuti secara fisis pada permukaan
bumi.Pekerjaan ini kebalikan dari cara kerja sipat datar dimana titik
akhir ketinggian adalah merupakan titik yang akan diketahui dan
diperlukan pada penarikan garis kontur.
2. Cara Analitis.
Dengan cara ini garis kontur tidak dapat dibuat dengan langsung,
kecuali melaui beberapa titik tinggi yang ditentukan dan posisi garis-
garis kontur ditentukan dengan cara interpolasi. Cara ini dilakukan
dengan 3 tahap:
a. Penentuan garis (jaringan)
b. Sifat datar
Gambar 2.9
(Sumber: LAB Ilmu Ukur Tanah,2023)
Cara Analitis
Gambar 2.10
(Sumber : LAB Ilmu Ukur Tanah,2023)
Metode Pengukuran
c. Metode Gabungan
Metode ini merupakan gabungan dari kedua metode di atas,
namun diperhatikan bahwa dalam menentukan beda tinggi suatu
wilayah metode perhitungannya harus tersendiri tidak bisa
dicampur baur karena mempunyai prinsip berbeda.
b) Poligon tertutup
Pada poligon ini titik awal dan titik akhir merupakan satu titik yang
sama. Sistem pengukuran pada poligon tertutup ini ada dua macam,
antara lain :
1. Pengukuran searah jarum jam
Yang diukur searah jarum jam
Jumlah keseluruhan sudut = ( 2n + 4 ) 90
Toleransi : ± 40n detik
Bila pengukuran sudut tidak sesuai dengan rumus di atas, maka harus
diratakan hingga sesuai atau memenuhi syarat di atas.
Bila hasil pengukuran tidak sesuai dengan rumus di atas, maka harus
diratakan hingga memenuhi syarat di atas.
5. Perhitungan Poligon
a. Menentukan sudut datar
Perhitungan sudut datar adalah menjumlahkan semua sudut yang
diukur dari titik pengukuran untuk mengetahui koreksi terhadap
sudut yang diukur.
b. Menentukan koreksi akibat sudut datar
Apabila terjadi kesalahan setelah menjumlahkan sudut datar dari
semua titik yang didapat dari hasil pengukuran, maka harus
dikoreksi sesuai dengan banyaknya titik pengukuran.
c. Menentukan sudut datar terkoreksi
d. Menentukan azimuth
Untuk menghitung azimuth tiap-tiap garis penghubung haruslah
ditentukan terlebih dahulu azimuth awalnya. Penentuan azimuth
awal dapat ditentukan dengan cara kompas (magnetis) atau
pengamatan matahari.
e. Menentukan selisih koordinat x dan y
Setelah azimuth dan jarak datar telah terhitung, maka kita dapat
menghitung koordinat titik poligon. Perhitungan dimulai dengan
pencari selisih koordinat x & y.
f. Menentukan Selisih koordinat x & y dengan beberapa metode sebagai
berikut :
Metode sembarang
Metode aturan transit
Metode aturan kompas
Metode aturan crandall
Metode kuadrat kecil
Metode jarak optis
BA + BB = 2 x BT
(BA - BT) = (BT - BB)
P0 P1 P2 P3 P4
BT =
BA+ BW
2
Pengukuran jarak titiik-titik detail (tidak langsung) pada titik
profil melintang yang titik utamanya bukan posisi alat, dapat
dilakukan dengan cara phytagoras seperti di bawah ini :
P0 a b
P1
a a a
P0 P1 P2
d d d
a. Dalam pengukuran diatas pesawat diletakkan pada titik 0+75 dan yang
diambil sebagai garis bidik adalah 0+0, dengan demikian titik tersebut
sebagai patokan untuk titik yang lainnya baik untuk perhitungan beda
tinggi maupun tinggi titik.
b. Menentukan beda tinggi titik
Rumus umum menghitung tinggi garis bidik :
-Jika titik awal (P0) diketahui tingginya dan pesawat di P1 (antara P0 P2):
Tinggi titik = Tinggi garis bidik – Benang tengah titik yang dibidik
Ba + bb = 2 x bt
(ba - bt) = (bt - bb)
h. Jika hasil dari cek kontrol sudah benar salin data bacaan ke tabel data yang
sudah dsiapkan sebelum melakukan praktikum.
i. Lakukan prosedur pengukuran 5 s/d 9 pada pato-patok lainnya.
Pembacaan Rambu (m) Jarak (m) Metode beda tinggi Metode tinggi garis
MUH.RIFQI/ F11122078
TINGGI Selisih
PATOK Sudut Beda Tinggi
ALAT (m) Mmjg Mtg koreksi Patok
Tinggi Titik Tinggi
BA BT BB BA BT BB BA BT BB Tinggi Titik
Utama Garis Bidik
WATERPASS
3b 1,45 70 1,4351,4051,375 6,00 0,045 248,328 248,328
3c 1,45 70 1,3951,3501,305 9,00 0,100 0,015 248,383 248,383 249,748
3d 1,45 250 1,4451,4301,415 3,00 0,020 248,303 248,303
3e 1,45 250 1,3651,3351,305 6,00 0,115 248,398 248,398
3f 1,45 250 1,4351,3901,345 9,00 0,060 248,343 248,343
P4- P3 1,28 0 2,57 2,445 2,32 25 -1,165 248,298 248,298
TABEL DATA WATERPASS
Diukur Oleh : Moh Rizqiawan Putra / F 111 20 181 Koordinat Awal :S0⁰ 49' 50,00"
Tinggi Titik Awal : 64 Koordinat Awal :E119⁰ 53' 45,74"
Tanggal : 29 Februari 2021 Elevasi Awal : 245
Lokasi Pengukuran : Universitas Tadulako Azimuth Awal : 142º
Stambuk : 181
MUH.RIFQI/ F11122078
Bacaan Rambu
Tinggi Alat Jarak Rol Meter (m)
Patok Target Belakang Detail Muka Sudutº)(
(m)
Atas Tengah Bawah Atas TengahBawah Atas TengahBawah Memanjang Melintang
P0 1,410 P1 0,450 0,325 0,200 25 323
a 1,340 1,325 1,310 3 233
b 0,950 0,920 0,890 6 233
c 1,045 1,000 0,955 9 233
d 1,616 1,601 1,586 3 53
e 1,745 1,715 1,685 6 53
f 1,845 1,800 1,755 9 53
P1 1,360 P0 2,530 2,405 2,280 25 0
P1 P2 0,335 0,210 0,085 25 126
a 1,238 1,223 1,208 3 63
b 1,075 1,045 1,015 6 53
c 1,100 1,055 1,010 9 63
d 1,395 1,380 1,365 3 243
e 1,475 1,445 1,415 6 243
f 1,635 1,590 1,545 9 243
CIVIL ENGINEERING ‘22
SURVEY DAN PEMETAAN
WATERPASS
e 1,365 1,335 1,305 6 250
f 1,435 1,390 1,345 9 250
P4 1,280 P3 2,570 2,445 2,320 25 0
a 1,445 1,430 1,415 3 90
b 1,750 1,720 1,690 6 90
c 1,175 1,130 1,085 9 90
d 1,135 1,120 1,105 3 270
e 0,995 0,965 0,935 6 270
CIVIL ENGINEERING ‘22
SURVEY DAN PEMETAAN
c. Patok Detail
Patok 0
P0-P0R1 = ( 1.340 - 1.310 ) x 100 =
P0-P0R2 = ( 0.950 - 0.890 ) x 100 =
P0-P0R3 = ( 1.045 - 0.955 ) x 100 =
P0-P0L1 = ( 1.616 - 1.586 ) x 100 =
P0-P0L2 = ( 1.745 - 1.685 ) x 100 =
P0-P0L3 = ( 1.845 - 1.755 ) x 100 =
Patok 1
P1-P1 R1 = ( 1.238 - 1.208 ) x 100 =
P1-P1 R2 = ( 1.075 - 1.015 ) x 100 =
P1-P1 R3 = ( 1.100 - 1.010 ) x 100 =
P1-P1L1 = ( 1.395 - 1.365 ) x 100 =
P1-P1L2 = ( 1.475 - 1.415 ) x 100 =
P1-P1L3 = ( 1.635 - 1.545 ) x 100 =
Patok 2
P2-P2R1 = ( 1.245 - 1.215 ) x 100 =
P2-P2R2 = ( 1.130 - 1.070 ) x 100 =
P2-P2R3 = ( 1.075 - 0.985 ) x 100 =
Patok 4
P4-P4R1 = ( 1.445 - 1.415 ) x 100 =
P4-P4R2 = ( 1.750 - 1.690 ) x 100 =
P4-P4R3 = ( 1.175 - 1.085 ) x 100 =
P4-P4L1 = ( 1.135 - 1.105 ) x 100 =
P4-P4L2 = ( 0.995 - 0.935 ) x 100 =
P4-P4L3 = ( 0.940 - 0.850 ) x 100 =
ΔH = TA - BT
Keterangan :
c. Patok Detail
Patok 0
P0-P0R1 = 1.410 - 1.325 = 0.085
P0-P0R2 = 1.410 - 0.920 = 0.490
P0-P0R3 = 1.410 - 1.000 = 0.410
P0-P0L1 = 1.410 - 1.601 = -0.191
P0-P0L2 = 1.410 - 1.715 = -0.305
P0-P0L3 = 1.410 - 1.800 = -0.390
Patok 1
P1-P1 R1 = 1.360 - 1.223 = 0.137
P1-P1 R2 = 1.360 - 1.045 = 0.315
P1-P1 R3 = 1.360 - 1.055 = 0.305
P1-P1L1 = 1.360 - 1.380 = -0.020
P1-P1L2 = 1.360 - 1.445 = -0.085
P1-P1L3 = 1.360 - 1.590 = -0.230
Patok 2
P2-P2R1 = 1.310 - 1.230 = 0.080
P2-P2R2 = 1.310 - 1.100 = 0.210
P2-P2R3 = 1.310 - 1.030 = 0.280
P2-P2L1 = 1.310 - 1.360 = -0.050
P2-P2L2 = 1.310 - 1.315 = -0.005
P2-P2L3 = 1.310 - 1.520 = -0.210
Patok 3
P3-P3R1 = 1.450 - 1.423 = 0.027
P3-P3R2 = 1.450 - 1.405 = 0.045
P3-P3R3 = 1.450 - 1.350 = 0.100
P3-P3L1 = 1.450 - 1.430 = 0.020
P3-P3L2 = 1.450 - 1.335 = 0.115
P3-P3L3 = 1.450 - 1.390 = 0.060
Patok 4
P4-P4R1 = 1.280 - 1.430 = -0.150
P4-P4R2 = 1.280 - 1.720 = -0.440
P4-P4R3 = 1.280 - 1.130 = 0.150
P4-P4L1 = 1.280 - 1.120 = 0.160
P4-P4L2 = 1.280 - 0.965 = 0.315
P4-P4L3 = 1.280 - 0.895 = 0.385
Rumus
ΔH = TA - BT
Keterangan :
Patok 1
P1-P1 R1 = 1.360 - 1.223 = 0.137
P1-P1 R2 = 1.360 - 1.045 = 0.315
P1-P1 R3 = 1.360 - 1.055 = 0.305
P1-P1L1 = 1.360 - 1.380 = -0.020
P1-P1L2 = 1.360 - 1.445 = -0.085
P1-P1L3 = 1.360 - 1.590 = -0.230
Patok 2
P2-P2R1 = 1.310 - 1.230 = 0.080
P2-P2R2 = 1.310 - 1.100 = 0.210
P2-P2R3 = 1.310 - 1.030 = 0.280
P2-P2L1 = 1.310 - 1.360 = -0.050
P2-P2L2 = 1.310 - 1.315 = -0.005
P2-P2L3 = 1.310 - 1.520 = -0.210
Patok 3
P3-P3R1 = 1.450 - 1.423 = 0.027
P3-P3R2 = 1.450 - 1.405 = 0.045
P3-P3R3 = 1.450 - 1.350 = 0.100
P3-P3L1 = 1.450 - 1.430 = 0.020
P3-P3L2 = 1.450 - 1.335 = 0.115
P3-P3L3 = 1.450 - 1.390 = 0.060
Patok 4
P4-P4R1 = 1.280 - 1.430 = -0.150
P4-P4R2 = 1.280 - 1.720 = -0.440
P4-P4R3 = 1.280 - 1.130 = 0.150
P4-P4L1 = 1.280 - 1.120 = 0.160
Patok 1
P1-P1 R1 = 246.065 + 0.137 =
P1-P1 R2 = 246.065 + 0.315 =
P1-P1 R3 = 246.065 + 0.305 =
P1-P1L1 = 246.065 + -0.020 =
P1-P1L2 = 246.065 + -0.085 =
P1-P1L3 = 246.065 + -0.230 =
Patok 2
P2-P2R1 = 247.180 + 0.080 =
P2-P2R2 = 247.180 + 0.210 =
P2-P2R3 = 247.180 + 0.280 =
P2-P2L1 = 247.180 + -0.050 =
P2-P2L2 = 247.180 + -0.005 =
P2-P2L3 = 247.180 + -0.210 =
Patok 3
P3-P3R1 = 248.298 + 0.027 =
P3-P3R2 = 248.298 + 0.045 =
P3-P3R3 = 248.298 + 0.100 =
P3-P3L1 = 248.298 + 0.020 =
P3-P3L2 = 248.298 + 0.115 =
P3-P3L3 = 248.298 + 0.060 =
Patok 4
Patok 4
P4-P4R1 = 249.478 + -0.150 =
P4-P4R2 = 249.478 + -0.440 =
P4-P4R3 = 249.478 + 0.150 =
P4-P4L1 = 249.478 + 0.160 =
P4-P4L2 = 249.478 + 0.315 =
P4-P4L3 = 254.478 + 0.385 =
= 0.170 +
= 0.193
P3-P4 = BT P3-P4 +
= 0.255 +
= 0.270
c. Tinggi Titik
Rumus
TT = TGB - BT
Keterangan :
a. Patok Utama
H P0 - P1 = 246.410 - 0.345
H P1 - P2 = 247.425 - 0.245
H P2 - P3 = 248.490 - 0.193
H P3 - P4 = 249.748 - 0.270
b. Patok Detail
Patok 0
HP0-P1
P0R1 = 246.410 - 1.325
P0R2 = 246.410 - 0.920
P0R3 = 246.410 - 1.000
Patok 2
HP2 - P3
P2R1 = 248.490 - 1.230 = 247.260
P2R2 = 248.490 - 1.1 = 247.390
P2R3 = 248.490 - 1.03 = 247.460
P2L1 = 248.490 - 1.360 = 247.130
P2L2 = 248.490 - 1.315 = 247.175
P2L3 = 248.490 - 1.520 = 246.970
Patok 3
H P3 - P4
P3R1 = 249.748 - 1.423 = 248.325
P3R2 = 249.748 - 1.405 = 248.343
P3R3 = 249.748 - 1.350 = 248.398
P3L1 = 249.748 - 1.430 = 248.318
P3L2 = 249.748 - 1.335 = 248.413
P3L3 = 249.748 - 1.390 = 248.358
Patok 4
HP2 - P3
P2R1 = 248.490 - 1.230 = 247.260
P2R2 = 248.490 - 1.100 = 247.390
P2R3 = 248.490 - 1.030 = 247.460
P2L1 = 248.490 - 1.360 = 247.130
P2L2 = 248.490 - 1.315 = 247.175
P2L3 = 248.490 - 1.520 = 246.970
Patok 3
HP3 - P4
P3R1 = 249.748 - 1.423 = 248.325
P3R2 = 249.748 - 1.405 = 248.343
P3R3 = 249.748 - 1.350 = 248.398
P3L1 = 249.748 - 1.430 = 248.318
P3L2 = 249.748 - 1.335 = 248.413
P3L3 = 249.748 - 1.390 = 248.358
Patok 4
HP4 - P3
P4R1 = 250.758 - 1.430 = 249.3275
P4R2 = 250.758 - 1.720 = 249.0375
P4R3 = 250.758 - 1.130 = 249.6275
P4L1 = 250.758 - 1.120 = 249.6375
P4L2 = 250.758 - 0.965 = 249.7925
P4L3 = 259.758 - 0.895 = 258.863
PROFIL MELINTANG P0
Luas Galian
Luas Timbunan TITIK X Y Xn.(Yn+1) Yn.(Xn+1)
TITIK X Y Xn.(Yn+1) Yn.(Xn+1) D 2,778 5,464 14,0872 16,3920
A 0,000 5,390 0 8,0850 E 3,000 5,071 15,2130 18,2556
B 1,500 5,871 8,8065 14,97105 F 3,600 5,071 19,3176 19,0974
C 2,550 5,871 13,9332 16,309638 G 3,766 5,366 20,5774 14,9067
D 2,778 5,464 14,9067 20,5774 G 3,000 5,470 16,392 15,19566
G 3,766 5,366 19,0748 32,1960 JUMLAH 85,5873 83,8474
H 6,000 5,065 30,0000 45,5850
I 9,000 5,000 43,1010 60 L Galian = Xn.(Yn+1) - Yn.(Xn+1)
J 12,000 4,789 56,1000 71,8350 2
K 15,000 4,675 68,8500 84,1500
L 18,000 4,590 105,6780 75,8773
M 16,531 5,871 97,0535 90,7070 = 85,5873 - 83,8474
N 15,450 5,871 78,3470 88,0650 2
O 15,000 5,071 76,0650 73,0224 = 0,869934 m²
P 14,400 5,071 84,5424 70,7405
Q 13,950 5,871 82,4445 70,4520 L = 0,8699 m²
R 12,000 5,910 72,0000 53,1900
S 9,000 6,000 53,1900 36,0000 Luasan berdasarkan Autocad = 0,8699 m²
T 6,000 5,910 35,2260 23,9355
U 4,050 5,871 21,8295 0,0000
JUMLAH 961,148089 935,6987
- 935,6987
= 961,148089 2
m²
= 12,7246935
m²
L = 12,7247
PROFIL MELINTANG P1
L = 10,341 m²
PROFIL MELINTANG P2
Luas Galian
TITIK X Y Xn.(Yn+1) Yn.(Xn+1)
A 0,000 7,438 0 11,744602
B 1,579 5,121 8,086059 13,05855
C 2,550 5,121 9,18 15,363
D 3,000 3,600 12,963 12,96
E 3,600 4,321 18,4356 17,50005
F 4,050 5,121 20,898 30,726
G 6,000 5,160 31,5 46,44
H 9,000 5,250 46,44 63
I 12,000 5,160 61,452 71,982
J 13,950 5,121 60,27795 73,7424
K 14,400 4,321 62,2224 64,815
L 15,000 4,321 76,815 66,75945
M 15,450 5,121 79,11945 84,24045
N 16,450 5,121 114,2946 92,178
O 18,000 6,948 128,754 104,22
P 15,000 7,153 106,62 85,836
Q 12,000 7,108 86,16 63,972
R 9,000 7,180 65,142 43,08
S 6,000 7,238 44,208 21,714
T 3,000 7,368 22,314 0
JUMLAH 1054,8821 983,331502
L = 35,78 m²
PROFIL MELINTANG P3
Luas Galian
TITIK X Y Xn.(Yn+1) Yn.(Xn+1)
A 0,000 7,383 0 11,177862
B 1,514 4,371 6,617694 11,14605
C 2,550 4,371 9,10605 13,113
D 3,000 3,571 10,713 12,8556
E 3,600 3,571 15,7356 14,46255
F 4,050 4,371 17,8605 26,226
G 6,000 4,410 27 39,69
H 9,000 4,500 39,69 54
I 12,000 4,410 52,452 61,5195
J 13,950 4,371 49,81545 62,9424
K 14,400 3,571 51,4224 53,565
L 15,000 3,571 65,565 55,17195
M 15,450 4,371 67,53195 72,1215
N 16,500 4,371 121,1595 78,678
O 18,000 7,343 133,164 110,145
P 15,000 7,398 109,545 88,776
Q 12,000 7,303 87,576 65,727
R 9,000 7,298 65,79 43,788
S 6,000 7,310 43,968 21,93
T 3,000 7,328 22,149 0
JUMLAH 996,861144 897,035412
L = 49,91 m²
PROFIL MELINTANG P4
Luas Galian
TITIK X Y Xn.(Yn+1) Yn.(Xn+1)
A 0,000 7,613 0 11,4195
B 1,500 3,621 5,4315 9,23355
C 2,550 3,621 7,19355 10,863
D 3,000 2,821 8,463 10,1556
E 3,600 2,821 13,0356 11,42505
F 4,050 3,621 14,823 21,726
G 6,000 3,660 22,5 32,94
H 9,000 3,750 32,94 45
I 12,000 3,660 43,452 51,057
J 13,950 3,621 39,35295 52,1424
K 14,400 2,821 40,6224 42,315
L 15,000 2,821 54,315 43,58445
M 15,450 3,621 55,94445 59,7465
N 16,500 3,621 129,492 65,178
O 18,000 7,848 140,004 117,72
P 15,000 7,778 114,345 93,336
Q 12,000 7,623 89,736 68,607
R 9,000 7,478 65,817 44,868
S 6,000 7,313 42,138 21,939
T 3,000 7,023 22,839 0
JUMLAH 942,44445 813,25605
L = 64,59 m²
V= LxS 3
Ket : V= Volume (m )
2
L= Luas (m )
S= Jarak (m)
Diketahui
2
Luas Timbunan P0 = 12,7247 m
0,8699 2
Luas Galian P0 = m
10,341 2
Luas Timbunan P1 = m
0,004 2
Luas Galian P1 = m
Penyelesaian
L Timbunan P0 + L Timbunan P1
L0-L1 (Timbuan) =
2
12,7247 + 10,341
=
2
= 11,53296 m2
L Galian P0 + L Galian P1
L0-L1 ( Galian) =
2
0,8699 + 0,004
=
2
= 0,437164 m2
V P0 -P1 (Timbunan) = L X S
= 11,53296 X 25
3
= 288,324 m
V P0 -P1 (Galian) = L X S
= 0,437164 X 25
3
= 10,9291 m
Jadi, Volume Timbunan adalah 288,324 m³ , Sedangkan Volume Galian adalah 10,9291 m³
V= LxS 3
Ket : V= Volume (m )
2
L= Luas (m )
S= Jarak (m)
Diketahui
2
Luas Timbunan P1 = 10,341 m
2
Luas Timbunan P2 = 0 m
0,004 2
Luas Galian P1 = m
35,78 2
Luas Galian P2 = m
Penyelesaian
L Galian P1 + L Galian P2
L1-L2 ( Galian) =
2
0,004 + 35,78
=
2
2
= 17,892 m
V P1 -P2 (Timbunan) = L X S
= 10,341 X 25
3
= 258,525 m
V P1 -P2 (Galian) = L X S
= 17,892 X 25
3
= 447,3 m
Jadi, Volume Timbunan adalah 258,525 m³ , Sedangkan Volume Galian adalah 447,3 m³
V= LxS 3
Ket : V= Volume (m )
2
L= Luas (m )
S= Jarak (m)
Diketahui
0 2
Luas Timbunan P2 = m
35,78 2
Luas Galian P2 = m
0 2
Luas Timbunan P2 = m
49,91 2
Luas Galian P3 = m
Penyelesaian
L Galian P2 + L Galian P3
L2-L3 ( Galian) =
2
35,78 + 49,91
=
2
2
= 42,845 m
V P2 -P3 (Galian) = L X S
= 42,845 X 25
3
= 1071,125 m
V= LxS 3
Ket : V= Volume (m )
2
L= Luas (m )
S= Jarak (m)
Diketahui
0 2
Luas Timbunan P3 = m
49,91 2
Luas Galian P4 = m
0 2
Luas Timbunan P4 = m
64,59 2
Luas Galian P4 = m
Penyelesaian
L Galian P3 + L Galian P4
L3-L4 ( Galian) =
2
49,91 + 64,59
=
2
2
= 57,25 m
V P3 -P4 (Galian) = L X S
= 49,91 X 25
3
= 1247,75 m
P0 0,8699 12,7247
0,437164 11,53296 25 10,9291 288,324
P1 0,004 10,341
17,892 0 25 447,3 258,525
P2 35,78 0
42,845 0 25 1071,125 0
P3 49,91 0
57,25 0 25 1247,75 0
P4 64,59 0