Anda di halaman 1dari 14

PENGUKURAN BEDA TINGGI LOOP

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :
Nama : Albertus Andri Kurniawan
NIM : 117200023
Plug : 08

TEKNIK GEOMATIKA
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
2021
Praktikum Survei Topografi
Program Studi Teknik Geomatika
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2020/2021

BAB I
Pendahulan
A. Latar Belakang Ilmiah
Peran ilmu ukur tanah sangat dibutuhkan, ilmu ukur tanah adalah suatu ilmu
yang mempelajari sebagian kecil permukaan bumi dengan cara melakukan
pengukuran atau yang sering kita kenal dengan kata surveying untuk mendapatkan
hasil akhir berupa sebuah peta. Pengukuran ini dilakukan untuk mendapatkan
posisi tempat baik secara horizontal (x,y) dan juga posisi secara vertikal (z).
Pada praktikum kali ini kita belajar mengenai pengukuran kerangka kontrol
vertikal. Pengukuran kerangka kontrol vertikal ini menggunakan alat yang dikenal
sipat datar atau waterpass. Pengukuran kontrol vertikal ini bertujuan untuk
mendapatkan tinggi suatu titik yang nantinya dapat diolah dan diketahui nilai
kontur tanah.
B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian
Praktikum Survei Topografi
Program Studi Teknik Geomatika
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2020/2021

BAB II
Tinjauan Pustaka
Kerangka kontrol vertikal merupakan kumpulan titik-titik yang telah
diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang
rujukan ketinggian tertentu. Bidang ketinggian rujukan ini bisa berupa ketinggian
muka air laut rata-rata (mean sea level - MSL) atau ditentukan lokal. Umumnya titik
kerangka dasar vertikal dibuat menyatu pada satu pilar dengan titik kerangka dasar
horizontal.
Pengadaan jaring kerangka kontrol vertikal dimulai oleh Belanda dengan
menetapkan MSL di beberapa tempat dan diteruskan dengan pengukuran sipat datar
teliti. Bakosurtanal, mulai akhir tahun 1970-an memulai upaya penyatuan sistem
tinggi nasional dengan melakukan pengukuran sipat datar teliti yang melewati titik-
titik kerangka dasar yang telah ada maupun pembuatan titik-titik baru pada kerapatan
tertentu. Jejaring titik kerangka dasar vertikal ini disebut sebagai Titik Tinggi
Geodesi (TTG). Hingga saat ini, pengukuran beda tinggi sipat datar masih
merupakan cara pengukuran beda tinggi yang paling teliti. Sehingga ketelitian
kerangka dasar vertikal (K) dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan tinggi
hasil pengukuran sipat datar pergi dan pulang.
Tingkat ketelitian dan toleransi alat sipat datar :

Tingkat/Orde K
LAA 2 √ ∑ D (kilometer )
LA 4 √∑ D (kilometer )
LB 8 √ ∑ D(kilometer )
LC 12 √ ∑ D( kilometer )
LD 18 √ ∑ D(kilometer )
Praktikum Survei Topografi
Program Studi Teknik Geomatika
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2020/2021

BAB III
Metodologi Penelitian
A. Lokasi
Lokasi yang menjadi praktikum pengukuran ini ialah kampus I UPN
“Veteran” Yogyakarta tepatnya pada Fakultas Teknologi Mineral, pada tanggal 3
April 2021 pukul 08.00 WIB- Selesai.

B. Alat dan Bahan


1. Waterpass / sipat datar
Sebagai alat utama dalam pengukuran. Alat ukur ini dilengkapi dengan
teropong, nivo serta sumbu tegak sehingga teropong dapat diputar arah
horizontal.
2. Rambu ukur
Fungsi rambu ukur ini sebagai alat bantu waterpass dalam menentukan beda
tinggi suatu titik dengancara membaca bacaan Benang Atas (BA), Benang
Tengah (BT), dan Benang Bawah (BB)
3. Pita ukur
Digunakan untuk mempermudah pengukuran jarak supaya masuk toleransi
jarak dan memperkecil kemungkinan pengukuran ulang.
4. Payung
Sebagai pelindung alat dari pengaruh sinar matahari karena lensa pada sipat
datar sangat sensitif terhadap sinar matahari.
5. Statif
Statif memiliki fungsi sebagai letak kedudukan waterpass yang ketinggiannya
dapat diatur, pada masing-masing kaki statif memiliki ujung yang runcing
memiliki tujuan supaya kuat menancap ke tanah
6. From pengukuran
Digunakan untuk mencatat data yang diperoleh pada saat pengukuran di
Praktikum Survei Topografi
Program Studi Teknik Geomatika
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2020/2021

lapangan.
7. Kalkulator
Digunakan sebagai alat bantu koreksi bacaan BA, BB, BT.
8. Alat tulis
Digunakan untuk memperlancar jalannya praktikum.
9. Patok / paku paying
Digunakan untuk menandai titik yang akan diukur.

C. Langkah Kerja
1. Survei pendahuluan
Bertujuan untuk mengetahui keadaan lapangan sebelum dilakukan
praktikum, supaya terhindar dari hal-hal yang menghalangi kelancaran
praktikum contohnya terhalanginya rambu ukur oleh pohon dan bangunan.
Pada saat survei pendahuluan dilakukan pemasangan patok serta
digambarkan sketsa lokasi-lokasi tempat berdiri patok sebagai penanda lokasi
berdirinya rambu ukur. Namun, ada hal yang harus diperhatikan lagi selain
adanya halangan pandangan yaitu memperhatikan jarak antar titik. Penentuan
titik-titik yang akan menjadi GCP harus sesuai dengan ketentuan pengukuran
orde LD, dimana jarak maksimal pengamat (alat) ke rambu adalah 100 m.
Jadi total jarak rambu A sebagai belakang ke rambu B sebagai muka dengan
jarak maksimal 200 m.
2. Pengambilan data dan proses pengukuran
Pengambilan data beda tinggi pada praktikum kali ini menggunakan
metode pengukuran pulang pergi. Metode pengukuran pulang pergi yaitu
setelah selesai pengukuran yang dimulai dari titik BM 1 (A) yang searah
jarum jam kemudian sampai kembali lagi pada titik BM 1 (A). Selanjutnya,
dilakukan kembali pengukuran ulang secara terbalik atau yang dikenal
sebagai pengukuran pulang. Pengukuran pergi dilaksanakan pada pukul 09.00
WIB hingga pukul 12.30 WIB. Serta pengukuran pergi dilakukan pukul 16.00
WIB hingga pukul 17.00 WIB. Dengan metode pengukuran pulang pergi ini
diharapakan dapat meminimalisir tingkat kesalahan serta mengkoreksi
kesalahan beda tinggi.
Tahapan- tahapan pengukuran :
Pergi
a. Menentukan titik rambu yang sudah ditandai dengan patok sebanyak 8
titik diberi nama BM 1 (A), B, C, D, E, F, G, H.
b. Mendirikan alat dan lakukan centering alat diantara titik BM 1 (A) dan
B. Usahakan jarak antara alat dengan titik BM 1 (A) serta alat dengan
Praktikum Survei Topografi
Program Studi Teknik Geomatika
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2020/2021

titik B sama agar masuk toleransi, bisa menggunakan pita ukur sebagai
bantuan.
c. Dirikan rambu ukur secara tegak pada titik BM 1 (A) dan titik B,
kemudian lakukan pembacaan rambu belakang ke BM 1 (A) dan
rambu muka ke B.
d. Setelah didapatkan hasil pembacaan BA, BT, dan BB. Lakukan
koreksi bacaan menggunakan rumus 2BT= BA + BB dengan angka
toleransi bacaan 0,5 milimeter.
e. Selanjutnya lakukan koreksi selisih jarak optis antara alat ke rambu
muka dengan alat ke rambu belakang tidak boleh lebih dari 5 persen
jumlah jarak 1 slag.
Contoh :
 Jarak optis alat ke rambu BM 1 (A) = 52 meter
 Jarak optis alat ke rambu B = 50 meter
 Hitung toleransi jarak maksimal = (52 + 50) x 5%
= 5,1 meter
 Selisih jarak optis = 52-50
= 2 meter (masuk toleransi)

f. Selanjutnya dapat dilakukan pengukuran ke slag selanjutnya hingga


kembali ke titik awal BM 1 (A).
Pulang
a. Setelah pengukuran pergi selesai, kemudian dilanjutkan pengukuran
pulang atau pengukuran yang berlawanan dari pengukuran
sebelumnya.
b. Mendirikan alat dan lakukan centering alat diantara titik BM 1 (A) dan
titik H. Usahakan jarak antara alat dengan titik BM 1 (A) serta alat
dengan titik H sama agar masuk toleransi, bisa menggunakan pita ukur
sebagai bantuan.
c. Dirikan rambu ukur secara tegak pada titik BM 1 (A) dan titik H,
kemudian lakukan pembacaan rambu belakang ke BM 1 (A) dan
rambu muka ke H.
d. Setelah didapatkan hasil pembacaan BA, BT, dan BB. Lakukan
koreksi bacaan menggunakan rumus 2BT= BA + BB dengan angka
toleransi bacaan 0,5 milimeter.
e. Selanjutnya lakukan koreksi selisih jarak optis antara alat ke rambu
muka dengan alat ke rambu belakang tidak boleh lebih dari 5 persen
jumlah jarak 1 slag.
Contoh :
 Jarak optis alat ke rambu BM 1 (A) = 90 meter
 Jarak optis alat ke rambu H = 93 meter
Praktikum Survei Topografi
Program Studi Teknik Geomatika
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2020/2021

 Hitung toleransi jarak maksimal = (90 + 93) x 5%


= 9,15 meter
 Selisih jarak optis = 93-90
= 3 meter (masuk toleransi)
g. Selanjutnya dapat dilakukan pengukuran ke slag selanjutnya hingga
kembali ke titik awal BM 1 (A).

3. Pengolahan data
Pengolahan data ini memiliki tujuan untuk menghitung data yang
diperoleh dari pengukuran. Pengolahan ini dilakukan dengan menghitung
beda tinggi tiap slag pada pengukuran pergi pulang serta jarak pergi pulang.
Kemudian setelah itu hitung selisih Δh pergi pulang. Selanjutnya lakukan
koreksi apakah masuk kedalam toleransi pengukuran kelas LD atau tidak.
Jika tidak masuk maka lakukan pengukuran ulang. Akan tetapi jika data
masuk toleransi maka perhitungan bisa dilanjutkan.
Rumus :
Fpp=∑ ∆ h pergi−∑ ∆ h pulang
Fpp<18 √ ∑ D (kilometer )
Praktikum Survei Topografi
Program Studi Teknik Geomatika
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2020/2021

BAB IV
Penyajian Data
Praktikum Survei Topografi
Program Studi Teknik Geomatika
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2020/2021

BAB V
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Pengambilan data di lapangan yang dilakukan menggunakan pengukuran
kerangka vertikal pulang pergi. Data hasil pengukuran dijabarakan seperti berikut
1. Data pengukuran KKV pergi

Pembacaan Rambu
No. Kedudukan Target Jarak Beda Tinggi/koreksi
Benang Tengah (BT) BA/BB
1,672
A 1,505 33,3
1,339
1 -0,193
1,863
33,1
B 1,698 1,532
0,977
B 0,75 45,4
0,523
2 -0,747
1,723
45,2
C 1,497 1,271
1,617
C 1,493 24,7
1,37
3 0,185
1,425
23,4
D 1,308 1,191
1,492
D 1,32 34,4
1,14
4 -0,282
1,773
34,2
E 1,602 1,431
1,341
E 1,143 39,3
0,948
5 -0,307
1,649
39,9
F 1,45 1,25
1,548
F 1,292 51,1
1,037
6 -0,098
1,64
50
G 1,39 1,14
1,91
G 1,665 49
1,42
7 0,447
1,464
49,2
H 1,218 0,972
1,964
H 1,854 22
1,744
8 0,985
0,982
22,5
A 0,869 0,757
Praktikum Survei Topografi
Program Studi Teknik Geomatika
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2020/2021

2. Data pengukuran KKV pulang

Pembacaan Rambu
No. Kedudukan Target Jarak Beda Tinggi/koreksi
Benang Tengah (BT) BA/BB
0,883
A 0,774 33,3
0,665
8 -0,996
1,88
33,1
H 1,77 1,66
1,48
H 1,24 45,4
1
7 -0,449
1,931
45,2
G 1,689 1,448
1,638
G 1,385 24,7
1,133
6 0,099
1,537
23,4
F 1,286 1,036
1,73
F 1,528 34,4
1,327
5 0,308
1,41
34,2
E 1,22 1,03
1,876
E 1,703 39,3
1,53
4 0,295
1,581
39,9
D 1,408 1,234
1,482
D 1,363 51,1
1,245
3 -0,194
1,68
50
C 1,557 1,435
1,761
C 1,535 49
1,31
2 0,748
1,012
49,2
B 0,787 0,561
1,96
B 1,795 22
1,63
1 0,194
1,768
22,5
A 1,601 1,435
Praktikum Survei Topografi
Program Studi Teknik Geomatika
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2020/2021

B. Pembahasan
1. Penutup beda tinggi
Fpp = ∑∆H Pergi - ∑∆H Pulang
Fpp = 0,01-0,005 meter
Fpp = 0,005 meter
Fpp = 5 milimeter

Toleransi kelas LD
Fpp < 18 √ ∑ D(kilometer )
5 < 18 √ 0,5967
5 < 13,904
2. Perhitungan beda tinggi rata-rata
∆H rata-rata = ({∆Hab} + {∆Hba}) / 2
Untuk hasil positif atau negatif mengikuti pengukuran pergi
3. Pembagian koreksi total beda tinggi titik
Koreksi ∆H = ∑∆H rata-rata / n (jumalah titik)
4. Perhitungan beda tinggi terkoreksi
∆H Terkoreksi = ∆H rata-rata – Koreksi ∆H
5. Perhitungan tinggi titik
HB = H BM 1 (A) + ∆Hab Terkoreksi
Praktikum Survei Topografi
Program Studi Teknik Geomatika
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2020/2021

BAB VI
Penutup
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
1. Kerangka Kontrol Vertikal
Berdasarkan pada hasil dan pembahasan, adapun kesimpulan dari laporan
praktikum bagian KKV ini adalah sebagai berikut:
 Dari hasil pengolahan data dengan BM 1 (A) = 176, 964 meter. Maka
didapat ELEVASI sebagai berikut
B = 176,771
C = 176,025
D = 176,215
E = 175,928
F = 175,621
G = 175,524
H = 175,973
 Dengan Fpp < 18 √ ∑ D(kilometer ) , maka pengukuran telah memenuhi
syarat
B. Penutup
Praktikum Survei Topografi
Program Studi Teknik Geomatika
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2020/2021

Daftar Pustaka
Praktikum Survei Topografi
Program Studi Teknik Geomatika
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2020/2021

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai