PENDHULUAN
A. Latar Belakang
B.Tujuan
C. Waktu Pelaksanaan
Waktu : Selasa, 22 dan 29 Oktober 2013
Poligon berasal dari kata poli yang berarti banyak dan gonos yang berarti
sudut. Secara harfiahnya, poligon berarti sudut banyak. Namun arti yang
sebenarnya adalah rangkaian titik-titik secara berurutan sebagai kerangka dasar
pemetaan. Poligon tertutup atau kring adalah poligon yang titik awal dan titik
akhirnya bertemu pada satu titik yang sama. Pada poligon tertutup, koreksi sudut
dan koreksi koordinat tetap dapat dilakukan walaupun tanpa titik ikat.
Sebagai kerangka dasar, posisi atau koordinat titik-titik poligon harus
diketahui atau ditentukan secara teliti. Karena akan digunakan sebagai ikatan
detil, pengukuran poligon harus memenuhi kriteria atau persyaratan tertentu.
Berdasarkan dasar bentuknya, poligon dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
poligon terbuka, tertutup, dan bercabang.
Poligon tertutup adalah titik awal dan akhirnya menjadi satu.
Poligon ini merupakan poligon yang paling disukai dan paling banyak dipakai di
lapangan karena tidak membutuhkan titik ikat yang banyak yang memang sulit
didapatkan di lapangan. Namun demikian hasil ukurannya cukup terkontrol.
A. CARA KERJA
1. Siapkan catatan , daftar pengukuran dan buat sket lokasi yang akan
dipetakan.
2. Tentukan titik-titik kerangka poligon .
3. Dirikan pesawat diatas titik P1 dan stel pesawat tersebut tepat diatas titik
sampai datar .
4. Arahkan pesawat ke arah utara magnetis dan nolkan sudut horisontalnya.
5. Putar teropong pesawat dan bidikkan ke titik P2, baca sudut horisontalnya.
6. Letakkan bak ukur di atas titik P2, bidik dan baca BA, BT, BB dan sudut
vertikalnya.
7. Putar teropong pesawat searah jarum jam dan bidikkan ke titik Pakhir, baca
sudut horisontalnya.
8. Letakkan bak ukur di atas titik Pakhir, bidik dan baca BA, BT, BB dan
sudut vertikalnya
9. Pindahkan pesawat ke titik P2 dan lakukan penyetelan alat.
10. Arahkan pesawat ke titik P3, baca sudut horisontalnya.
11. Letakkan bak ukur di atas titik P3, bidik dan baca BA, BT, BB dan sudut
vertikalnya.
12. Putar teropong pesawat searah jarum jam dan bidikkan ke titik P1, baca
sudut horisontalnya.
13. Letakkan bak ukur di atas titik P1, bidik dan baca BA, BT, BB dan sudut
vertikalnya.
14. Dengan cara yang sama , pengukuran dilanjutkan ketitik poligon berikutnya
sampai kembali ke titik P 1.
15. Lakukan perhitungan sudut pengambilan , sudut azimut , koordinat beda
tinggi dan ketinggian di masing – masing titik .
16. Gambar hasil pengukuran dengan skala.
B. SKETSA KERANGKA
Dalam praktik pengukuran yang dilakukan di area Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Negeri Padang, sketsa gambar dapat digambarkan seperti di
bawah ini :
Keterangan : Pengukuran dimulai dari titik awal yaitu titik A sampai berakhir di
titik G.
BAB IV
PERHITUNGAN
= 331o20’00” - 275o48’30”
= 55o31’30”
= 174o39’05”
= 97o58’05” - 04o51’50”)
= 93o06’15”
d. D= (HC - HE)
= (174o59’55” - 85o53’35”)
= 89o06’20”
= (258o36’10” - 75o54’55”)
= 182o41’25”
= (278o27’45” - 190o46’20”)
= 87o41’25”
= 217o13’45”
= A+ B+ C+ D+ E+ F+ G
= 899o59’45”
k =
=
3. Sudut Azimuth
Dari hasil pengukuran di lapangan, diperoleh nilai sudut azimuth awal ( AB)
= 275o48’30”
o O o
BC= 275 48’30” + 180 - 174 39’07”
= 281o09’23”
o O o o
CD= (281 09’23” + 180 - 93 06’17”) – 360
= 08003’06”
0 O o
DE= 08 03’06” + 180 - 89 06’22”
= 98o56’44”
o O o
EF= 98 56’44”+ 180 - 182 41’27”
= 96o15’17”
o O o
FG= 96 15’17” + 180 - 87 41’27”
= 188o33’50”
o O o
GA= 188 33’50” + 180 - 217 13’47”
= 151o20’03”
o O o
AB= 151 20’03” + 180 - 55 31’33”
a. Pada Sumbu x
∑ = 0 k x
12.148 = 0 kx
kx = -12,148
kx AB =
= -1,884
kx BC =
= -1,884
kx CD =
= -2,380
kx DE =
= -1,685
kx EF =
= -1,785
kx FG =
= -1,983
kx GA =
= -0,545
∑ =0 k y
79,452 = 0 ky
ky = -79,452
ky AB =
= -12,323
ky BC =
= -12,323
ky CD =
= -15,556
ky DE =
= -11,026
ky EF =
= -11,674
ky FG =
= -12,971
ky GA =
= -3,567
5. Koordinat
xA = + 15
xB = 15 + ( -37,805 – 1,884 )
= -24,689
= -63,855
xD = -63,855 + ( 6,723 – 2,380 )
= -59,512
xE = -59,512+ ( 33,586 – 1,685 )
= -27,611
xF = -27,611+ ( 35,785 – 1,785 )
= 6,389
xG = 6,389 + ( 5,835 – 1,983 )
= 10,241
yA = 20
yB = 20 + ( 3,845 – 12,323 )
= 11,522
yC = 11,522+ ( 7,352 – 12,323 )
= 6,551
yD = 6,551 + ( 47,526 – 15,566 )
= 38,511
yE = 38,511 + ( -5,286 – 11,026 )
= 22,199
yF = 22,199 + ( -3,922 – 11,674 )
= 6,603
yG = 6,603 + ( 39,572 – 12,971 )
= 33,204
= 325,23
B = (yA-yC) xB = ( 20 – 6,551) (-24,689)
= -332,042
= 1723,382
= 931,243
= -881,011
= -70,311
= -136,836
A. GAMBAR KERJA
Keterangan Gambar :
1. Jarak antar titik
Jarak titik A ke B adalah 38 meter
Jarak titik B ke C adalah 38 meter
Jarak titik C ke D adalah 48 meter
Jarak titik D ke E adalah 34 meter
Jarak titik E ke F adalah 36 meter
Jarak titik F ke G adalah 40 meter
Jarak titik G ke A adalah 11 meter
2. Nilai Sudut Dalam ( α )
Sudut A (αA) = 55o31’30”
Sudut B (αB) = 174o39’05”
Sudut C (αC) = 93o06’15”
Sudut D (αD) = 89o06’20”
Sudut E (αE) = 182o41’25”
Sudut F (αF) = 87o41’25”
Sudut G (αG) = 217o13’45”
B. DOKUMENTASI KERJA
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan kegiatan praktikum pengukuran luas dengan metode
poligon tertutup ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Suatu pengukuran dengan metode poligon tertutup harus memiliki nilai
sudut azimuth yang sama (azimuth awal=azimuth akhir).
2. Data nilai azimuth digunakan untuk menentukan titik-titik koordinat,
sehingga dari koordinat titik-titik tersebut dapat dicari luas daerah yang
diukur.
3. Dalam kegiatan praktikum ini, kesalahan dalam pengukuran ataupun
pengolahan data dapat terjadi yang diakibatkan oleh beberapa faktor
diantaranya faktor kesalahan manusia (human error), faktor alat, serta faktor
alam yang ada.
4. Hasil dari data pengukuran pada praktikum ini antara lain:
DAFTAR PUSTAKA
Friek, Heinz. 1991. Ilmu dan Alat Ukur Tanah. Yayasan Konisius: Yogyakarta
Gayo. Yusuf.M. 1992. Pengetahuan Topografi dan Pemetaan. PT Pradnya
Paramita. Jakarta
Sumarya. 2012. Petunjuk Praktikum Survey Topografi. Teknik Pertambangan
UNP. Padang