Anda di halaman 1dari 33

BAB V

PENENTUAN POSISI HORIZONTAL

“If you can not measure it, you can not improve it.”
~William Thomson, Lord Kelvin

Capaian pembelajaran:
Setelah membaca dan mempelajari bab ini, mahasiswa maupun pembaca akan dapat menjelaskan
pengertian posisi horizontal suatu titik atau obyek di permukaan bumi, menyebutkan metode
penentuan posisi horizontal, mengetahui rumus dan prosedur perhitungannya, mengetahui teknik
pengukuran dan mampu melaksanakan praktik pengukuran di lapangan dan pengolahan datanya.
Selain itu, mahasiswa juga diharapkan dapat mengaplikasikan motode poligon sebagai kerangka
dasar pemetaan dan menggambarkan posisi horizontal titik dalam sistem koordinat kartesian pada
suatu bidang datar (bidang proyeksi) dengan skala tertentu dan dengan ketentuan yang berlaku.

5.1 Posisi Horizontal


Posisi Horizontal merupakan kedudukan geometris suatu titik atau objek di permukaan bumi
dalam arah mendatar yang dinyatakan dalam suatu sistem koordinat tertentu. Posisi objek tersebut
dapat dinyatakan dalam posisi tiga dimensi yang terdiri dari 2 arah mendatar dan 1 arah vertikal.
Sistem koordinat yang dapat digunakan untuk menyatakan posisi horizontal suatu titik, yaitu (a)
Sistem Koordinat Kartesian; dan (b) Sistem Koordinat Geografis. Sistem Koordinat Kartesian yaitu
suatu sistem koordinat yang menyatakan posisi suatu titik atau obyek dengan besaran Absis (X) dan
Ordinat (Y) terhadap acuan atau referensi tertentu. Sedangkan Sistem Koordinat Geografis yaitu
suatu sistem koordinat yang Z
menyatakan posisi suatu titik Pi (X,Y,Z = ,,h)
atau obyek dengan besaran Earth
lintang (latitude “ - lambda”) h Surface

dan bujur (longitude “ - phi”) P0


dalam suatu acuan atau
referensi tertentu. Gambar 5.1  Y

merupakan ilustrasi objek di
Zi
permukaan bumi dengan Xi

sistem koordinatnya.
Yi
X
Gambar 5. 1 Koordinat kartesian dan koordinat geografis
62
Martince Novianti Bani
Untuk keperluan pemetaan maka titik-titik di permukaan bumi diproyeksikan ke bidang datar
secara orthogonal dalam sistem koordinat tertentu (Gambar 5.2). Bidang tersebut merupakan
ellipsoid referensi yang ditetapkan sebagai model matematis permukaan bumi.

Permukaan Bumi
A

500 Sistem koordinat kartesian


A’ (250;500)
200 B’ (750;200)

250 750 X

Gambar 5. 2 Posisi horizontal suatu objek di permukaan bumi diproyeksikan ke atas


bidang datar

Penentuan posisi horizontal bertujuan untuk mengetahui posisi planimetris suatu titik atau
obyek di permukaan bumi yang dinyatakan dalam sistem tertentu. Untuk mengetahui posisi
horizontal suatu titik, dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran di lapangan baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap titik yang telah diketahui referensinya. Untuk keperluan
teknis maka titik-titik yang digunakan sebagai referensi atau acuan tersebut merupakan titik-titik
kerangka dasar horizontal atau kerangka kontrol horizontal (KKH) yang telah diketahui
koordinatnya.

5.2 Metode Penentuan Posisi Horizontal


Dalam rangka menentukan posisi horizontal titik-titik atau obyek di permukaan bumi ada
beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu:
1. Metode polar atau rectangular
2. Metode Intersection (perpotongan ke muka atau pengikat ke muka)
3. Metode Resection (perpotongan ke belakang atau pengikat ke belakang)
4. Metode Poligon
5. Metode Triangulasi
6. Metode Trilaterasi
63
Martince Novianti Bani
7. Metode Triangulasi Udara (Fotogrametri)
8. Metode Astronomi Geodesi
9. Metode GNSS (Global Navigation Satellite System)
Khususnya untuk keperluan Ukur Tanah, maka dalam bab ini pembahasan akan difokuskan
pada beberapa metode yang penting dan sering digunakan, yaitu metode polar, perpotongan ke muka,
perpotongan ke belakang, dan poligon.

5.2.1 Metode Polar


Metode polar merupakan salah satu metode penentuan posisi horizontal suatu titik di
permukaan bumi, yang menggunakan argumen jarak mendatar dan azimuth atau sudut jurusan.
Metode ini merupakan metode dasar perhitungan koordinat dalam Ukur Tanah. Dengan
menggunakan metode polar akan ditentukan posisi horizontal titik P dari titik O yang telah tertentu
koordinatnya, maka:
• Harus ada data (telah diukur) jarak mendatar antara titik O dan titik P
• Harus ada data (telah diukur) azimuth dari O ke P
Berdasarkan Gambar 5.3 misalkan, diketahui koordinat pada titik O (XO, YO), dan akan
diiukur jarak mendatar OP = dOP serta azimuth OP = OP. Kemudian akan dihitung koordinat pada
titik P dari titik O. Maka untuk penyelesaian kasus tersebut dapat diterapkan rumus dasar hitung
koordinat, yaitu:
𝑿𝒑 = 𝑿𝑶 + 𝒅𝑶𝑷 𝒔𝒊𝒏 𝜶𝑶𝑷
𝒀𝒑 = 𝒀𝑶 + 𝒅𝑶𝑷 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑶𝑷

Utara
αOP

P?
dOP

αOP

P”
O (XO, YO)

Gambar 5. 3 Metode polar


64
Martince Novianti Bani
Contoh soal:
1. Pada pengukuran lokasi yang dilakukan di suatu area tertentu di lapangan, maka diperoleh data
hasil pengukuran sebagai berikut:
Diketahui : koordinat titik O, XO = 100.50 meter; YO = -11.50 meter
Diukur : jarak mendatar OP = dOP = 150.50 meter; azimuth OP = OP = 90o 45’ 45”
Dihitung : koordinat titik P dari titik O
Penyelesaian:
𝑿𝒑 = 𝑿𝑶 + 𝒅𝑶𝑷 𝒔𝒊𝒏 𝜶𝑶𝑷
= 100.50 + (150.50 sin 90o 45’ 45”)
= 100.50 + 150.487
= 250.987 meter
𝒀𝒑 = 𝒀𝑶 + 𝒅𝑶𝑷 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑶𝑷
= -11.50 + (150.50 cos 90o 45’ 45”)
= -11.50 + (-2.003)
= -13.503 meter

2. Pengukuran lain juga dilakukan pada area tersebut dan data yang diperoleh asebagai berikut:
Diketahui : koordinat titik R, XR = -550.500 meter; YR = 130.500 meter
Diukur : jarak mendatar SR = dSR = 200.200 meter; azimuth SR = SR = 230o 25’ 25”
Dihitung : koordinat titik S dari titik R
Penyelesaian:
𝑿𝑺 = 𝑿𝑹 + 𝒅𝑹𝑺 𝒔𝒊𝒏 𝜶𝑹𝑺
𝜶𝑹𝑺 = 𝜶𝑺𝑹 + 180o
= 230o 25’ 25” + 180o
= 410o 25’ 25” (-360°)
= 50o 25’ 25”
𝑿𝑺 = -550.500 + 200.200 sin 50o 25’ 25”
= -550.500 + 154.309
= -396.191 meter
𝒀𝑺 = 𝒀𝑹 + 𝒅𝑹𝑺 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑹𝑺
= 130.500 + 200.200 cos 50o 25’ 25”
= 130.500 + 127.549
= 258.049 meter

65
Martince Novianti Bani
3. Suatu pengukuran dilakukan pada lokasi dimana diketahui koordinat titik A, XA = 299,700
meter; YA = 63,500 meter. Kemudian diukur pula jarak AB = dAB = 159,600 meter; jarak BC =
dBC = 500,500 meter. Bacaan arah/jurusan JAU = 90o00’00” (U = Utara); JAB = 345o15’ 30”.
Hitunglah nilai koordinat pada titik B dan C, dan tentukan pula nilai sudut mendatarnya!
Penyelesaian:
Koordinat B : 𝑿𝑩 = 𝑿𝑨 + 𝒅𝑨𝑩 𝒔𝒊𝒏 𝜶𝑨𝑩 ; 𝒀𝑩 = 𝒀𝑨 + 𝒅𝑨𝑩 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑨𝑩
𝜶𝑨𝑩 = 𝑱𝑨𝑩 − 𝑱𝑨𝑼 = 345o 15’ 30” - 90o 00’ 00” = 255o 15’ 29”
Sket:
C
B

A
XB = 299,700 + 159,60 sin 255o 15’ 29”
= 299,700 + (-113,297)
= 186,403 meter
YB = 63,500 + 159,630 sin 225o 15’ 30”
= 63,500 + (79,798)
= 143,298 meter
Menghitung koordinat titik C
ABC = B = JBC – JBA = 13o 14’ 55” - 145o 20’ 55”
= -132O 06’ 00” (+360)
= 227O 54’ 00”
Azimuth BC = BC = AB +  - 180
= 25515’ 29” +22754’00” -180
= 30309”29” (lihat sket)
𝑿𝑪 = 𝑿𝑩 + 𝒅𝑩𝑪 𝒔𝒊𝒏 𝜶𝑩𝑪 𝑌𝐶 = 𝑌𝐵 + 𝑑𝐵𝐶 𝑐𝑜𝑠 𝛼𝐵𝐶
XC = 186,403 + 500,500 sin 30309”29” YC = 143.979 + 500,500 sin 30309”29”
= 186,403 + (-500,493) = 143.979 + (2,682)
= 686,896 meter = 145,978 meter

66
Martince Novianti Bani
5.2.2 Metode Perpotongan ke Muka (Intersection)
Seperti halnya metode polar, metode intersection atau perpotongan ke muka juga merupakan
salah satu metode penentuan posisi horizontal suatu titik di permukaan bumi. Pada dasarnya metode
mengikat ke muaka adalah penentuan sebuah titik yang akan dicari koordinatnya melalui dua buah
titik yang sudah diketahui koordinatnya. Oleh karena itu, syarat utama dalam teknik penentuan posisi
dengan metode ini yaitu:
1. Paling sedikit harus ada dua titik tetap yang telah diketahui koordinatnya
2. Pada kedua titik tetap tersebut harus dapat dilakukan pengukuran sudut mendatar dari titik tetap
ke titik tetap yang lain, atau pengukuran jarak mendatar dari kedua titik tetap ke titik yang akan
ditentukan koordinatnya.
Gambar 5.4 merupakan representasi pengukuran menggunakan metode intersection. Pada
gambar tersebut dapat dilihat bahwa, jika dengan memanfaatkan data sudut mendatar ukuran akan
ditentukan posisi horizontal titik R dari titik P maupun titik Q yang keduanya telah diketahui
koordinatnya, maka:
• Harus ada data sudut mendatar di titik P atau telah diukur arah/jurusan dari titik P ke titik Q
(PQ) dan dari titik P ke titik R(PR)
• Harus ada data sudut mendatar di titik Q atau telah diukur arah/jurusan dari titik Q ke titik P
(QP) dan dari titik Q ke titik R (QR)

R?
dPR 3
PR PQ

1 QR dQR
P
(XP; YP)
dPQ 2
Q
(XQ; YQ)
QP

Gambar 5. 4 Geometri metode perpotongan ke muka


(intersection)

67
Martince Novianti Bani
Berdasarkan Gambar 5.4, dimisalkan untuk menentukan koordinat titik R yang diukur dari
titik P (XP, YP) dan titik Q (XQ, YQ) maka alat dapat ditempatkan di kedua titik yang telah diketahui.
Atau dapat disederhanakan sebagai berikut:
Diketahui : koordinat titik P (XP, YP) dan Q (XQ, YQ)
Diukur : sudut mendatar di titik P = RPQ = 1 dan di titik Q = PQR = 2
Kemudian, dapat tentukan nilai koordinat di titik R dari titik P dan Q

Penyelesaian:
Rumus-rumus yang digunakan menyelesaikan permasalahan di atas adalah sebagai berikut:
1. 𝟑 = 𝟏𝟖𝟎𝑶 − 𝜷𝟏 − 𝜷𝟐
𝟐 𝟐
2. 𝒅𝑷𝑸 = √(𝑿𝑸 − 𝑿𝑷) + (𝒀𝑸 − 𝒀𝑷 )
𝐬𝐢𝐧 𝜷 𝐬𝐢𝐧 𝜷
3. 𝒅𝑷𝑹 = 𝒅𝑷𝑸 (𝐬𝐢𝐧 𝜷𝟐 ) atau 𝒅𝑸𝑹 = 𝒅𝑷𝑸 (𝐬𝐢𝐧 𝜷𝟏 )
𝟑 𝟑

4. 𝜶𝑷𝑸 = 𝒂𝒓𝒄 𝒕𝒂𝒏{(𝑿𝑸 − 𝑿𝑷 )⁄(𝒀𝑸 − 𝒀𝑷 )}


5. Lihat Gambar 3.5: 𝜶𝑷𝑹 = 𝜶𝑷𝑸 − 𝜷𝟏 atau 𝜶𝑸𝑹 = 𝜶𝑸𝑷 + 𝜷𝟐 = (𝜶𝑷𝑸 + 𝟏𝟖𝟎𝑶) + 𝜷𝟐
6. Dari titik P: 𝑿𝑹 = 𝑿𝑷 + 𝒅𝑷𝑹 𝒔𝒊𝒏 𝜶𝑷𝑹 atau dari titik Q: 𝑿𝑹 = 𝑿𝑸 + 𝒅𝑸𝑹 𝒔𝒊𝒏 𝜶𝑸𝑹
𝒀𝑹 = 𝒀𝑷 + 𝒅𝑷𝑹 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑷𝑹 𝒀𝑹 = 𝒀𝑸 + 𝒅𝑸𝑹 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑸𝑹

Contoh soal:
Dilakukan pengukuran di lapangan dengan menerapkan metode intersection dan diketahui koordinat
pada titik P XP = +1246,78 meter; YP = +963,84 meter, dan koordinat titik Q XQ = -1091,36 meter;
YQ = -1144,23 meter. Jika pada lokasi tersebut juga dilakukan pengkuran sudut mendatar di titik P
(RPQ) = 1 = 56°15’ 15”, dan sudut mendatar di titik Q (PQR) = 2 = 62°38’ 45”. Maka hitunglah
koordinat di titik R dari titik P dan Q.
Sket posisi titik P-Q-R:
R?
3
1 P

2
Q

68
Martince Novianti Bani
Penyelesaian:
1. Menghitung sudut mendatar di titik P (titik yang akan ditentukan koordinatnya)
𝟑 = 𝟏𝟖𝟎𝑶 − 𝜷𝟏 − 𝜷𝟐
= 180° - 56° 15’ 15” - 62° 38’ 45” = 61° 6’ 0”
2. Menghitung jarak mendatar kedua titik yang telah diketahui koordinatnya
𝟐 𝟐
𝒅𝑷𝑸 = √(𝑿𝑸 − 𝑿𝑷) + (𝒀𝑸 − 𝒀𝑷 )

= √(−𝟏𝟎𝟗𝟏, 𝟑𝟔 − 𝟏𝟐𝟒𝟔, 𝟕𝟖)𝟐 + (−𝟏𝟏𝟒𝟒, 𝟐𝟑 − 𝟗𝟔𝟑, 𝟖𝟒)𝟐


= 3148,151meter
3. Menghitung jarak mendatar sisi yang diperlukan (dPR dan/atau dQR)
𝒅𝑷𝑹 = 𝒅𝑷𝑸(𝐬𝐢𝐧 𝜷𝟐 ⁄𝐬𝐢𝐧 𝜷𝟑 )
= 3148,151 (sin 62° 38’ 45”/ 61° 06’ 00”)
= 3193,888 meter
𝒅𝑸𝑹 = 𝒅𝑷𝑸(𝐬𝐢𝐧 𝜷𝟏 ⁄𝐬𝐢𝐧 𝜷𝟑 )
= 3148,151 (sin 56° 15’ 15”/ 61° 06’ 00”)
= 2990,092 meter
4. Menghitung azimuth dari kedua titik yang telah diketahui koordinatnya (PQ)
𝜶𝑷𝑸 = 𝒂𝒓𝒄 𝒕𝒂𝒏{(𝑿𝑸 − 𝑿𝑷 )⁄(𝒀𝑸 − 𝒀𝑷 )}
= arc tan {(-1091,36 – 1246,78)/(-1144,23 – 963,84)}
= arc tan (-2337,14/-2108,07) +180
= 227° 57’ 44”
5. Menghitung azimuth yang diperlukan (QPR dan/atau QR), lihat sket
𝜶𝑷𝑹 = 𝜶𝑷𝑸 + 𝜷𝟏
= 227° 57’ 44” + 56° 15’ 15”
= 284° 12’ 59”
𝜶𝑸𝑹 = 𝜶𝑷𝑸 + 𝟑𝟔𝟎𝑶 − 𝜷𝟐 = (𝜶𝑷𝑸 − 𝟏𝟖𝟎𝑶) + (𝟑𝟔𝟎𝑶 − 𝜷𝟐 )
= (227° 57’ 44” - 180°) + (360° - 62O 38’ 45”)
= 345° 18’ 59”
6. Menghitung koordinat titik R
Dari titik P:
𝑿𝑹 = 𝑿𝑷 + 𝒅𝑷𝑹 𝒔𝒊𝒏 𝜶𝑷𝑹
= 1246,78 + (3193,888 sin 284° 12’ 59”)
= -1849,29 meter
69
Martince Novianti Bani
𝒀𝑹 = 𝒀𝑷 + 𝒅𝑷𝑹 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑷𝑹
= +963,84 + (3193,888 cos 284° 12’ 59”)
= +1748,21 meter

Dari titik Q:
𝑿𝑹 = 𝑿𝑸 + 𝒅𝑸𝑹 𝒔𝒊𝒏 𝜶𝑸𝑹
= -1091,36 + (2990,092 sin 345° 18’ 59”)
= -1849,29 meter
𝒀𝑹 = 𝒀𝑸 + 𝒅𝑸𝑹 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑸𝑹
= -1144,23 + (2990,092 cos 345° 18’ 59”)
= -1748,21 meter

Dalam pelaksanaan pengukuran di lapangan (lihat Gambar 5.5), sudut mendatar diperoleh
dengan cara melakukan pengukuran arah atau jurusan dari titik yang diketahui koordinatnya ke arah
titik yang akan dihitung koordinatnya maupun ke arah titik lain yang telah diketahui koordinatnya.
Misalkan akan ditentukan posisi horizontal titik P dari titik A dan titik B yang keduanya telah
ditentukan koordinatnya dengan metode perpotongan ke muka. Tahapan pelaksanaan dilakukannya
pengukuran arah/jurusan sebagai berikut:
• Theodolite ditempatkan di titik A (yang diketahui koordinatnya)
• Arahkan teropong theodolite ke target di titik P, diperoleh bacaan arah JAP
• Selanjutnya arahkan teropong theodolite ke target di titik B, diperoleh bacaan arah JAB
• Theodolite ditempatkan di titik B (yang diketahui koordinatnya)
• Arahkan teropong theodolite ke target titik P, diperoleh bacaan arah JBP
• Selanjutnya arahkan teropong theodolite ke target di titik A, diperoleh bacaan arah JBA

Gambar 5.5 merupakan representasi pengukuran metode intersection di lapangan:

70
Martince Novianti Bani
U
Y
BP
B(XB, YB)
2
BA
U JAB
AB

AP P(XP, YP)


1
A(XA, YA) JAP

Gambar 5. 5 Metode Intersection dengan data sudut

Sudut mendatar di titik A (𝜷𝟏 )diperoleh dari hitungan selisih dua bacaan arah/jurusan hasil
pengukuran, yaitu: 𝜷𝟏 = 𝐉𝑨𝑩 − 𝐉𝑨𝑷 atau 𝜷𝟏 = 𝛂𝑨𝑷 − 𝛂𝑨𝑩
Sudut mendatar di titik B (𝜷𝟐 ) diperoleh dari hitungan selisih dua bacaan arah/jurusan hasil
pengukuran, yaitu: 𝜷𝟐 = 𝐉𝑩𝑷 − 𝐉𝑩𝑨 atau 𝜷𝟐 = 𝜶𝑩𝑨 − 𝛂𝑩𝑷
Dengan ketentuan bahwa apabila selisih kedua arah/jurusan tersebut hasilnya negatif (lebih kecil dari
nol), maka hasil tersebut harus ditambah 360° atau 400 grade.

Sedangkan jika dalam proses perhitungan digunakan data jarak mendatar untuk menentukan
posisi horizontal titik P dari titik A maupun titik B yang keduanya telah diketahui koordinatnya, maka
harus dilakukan pengukuran jarak mendatar dari titik A ke titik P (𝒅𝑨𝑷 ) dan juga dari titik B ke titik
P (𝒅𝑩𝑷 ). Misalkan, pada pengukuran di lapangan diketahui koordinat pada titik A (XA, YA) dan B
(XB, YB), kemudian diukur jarak mendatar 𝐀𝐏 = 𝒅𝑨𝑷 dan 𝐁𝐏 = 𝒅𝑩𝑷. Maka dapat dihitung nilai
koordinat titik P dari titik A maupun dari titik B.

71
Martince Novianti Bani
Penyelesaian:
Skets posisi titik A, B, P:

Y
P(XP, YP)

U dAP dBP
AP U

AB
1 2
A(XA, YA) dAB B(XB, YB)
BA BP

Gambar 5. 6 metode intersection dengan data jarak

Sistematika penyelesaiannya sebagai berikut:


1. Membuat gambar sket posisi titik yang diketahui dan yang akan ditentukan koordinatnya
2. Menghitung jarak mendatar dua titik yang telah diketahui koordinatnya (d AB)
3. Menghitung sudut mendatar di titik A dan B (dengan rumus cosinus)
4. Menghitung azimuth dari kedua titik yang telah diketahui koordinatnya (AB)
5. Menghitung azimuth sisi yang diperlukan (AP dan/atau BP)
6. Menghitung koordinat titik P.
Rumus-rumus yang digunakan sesuai sistematika tersebut adalah sebagai berikut:
1. 𝒅𝑨𝑩 = √(𝑿𝑩 − 𝑿𝑨)𝟐 + (𝒀𝑩 − 𝒀𝑨 )𝟐
2. 𝑩𝑷𝟐 = 𝑨𝑷𝟐 + 𝑨𝑩𝟐 − 𝟐 𝑨𝑷. 𝑨𝑩 𝐜𝐨𝐬 𝜷𝟏 (sudut di A), 𝜷𝟏 ➔ dapat dihitung
𝑨𝑷𝟐 = 𝑩𝑷𝟐 + 𝑩𝑨𝟐 − 𝟐 𝑩𝑷. 𝑩𝑨 𝐜𝐨𝐬 𝜷𝟐 (sudut di B), 𝜷𝟐 ➔ dapat dihitung
3. 𝜶𝑨𝑩 = 𝒂𝒓𝒄 𝒕𝒂𝒏{(𝑿𝑩 − 𝑿𝑨)⁄(𝒀𝑩 − 𝒀𝑨 )}
4. Lihat sket : 𝜶𝑨𝑷 = 𝜶𝑨𝑩 − 𝜷𝟏 atau 𝜶𝑩𝑷 = 𝜶𝑩𝑨 + 𝜷𝟐 = (𝜶𝑨𝑩 + 𝟏𝟖𝟎𝑶) + 𝜷𝟐
5. Dari titik A: 𝑿𝑷 = 𝑿𝑨 + 𝒅𝑨𝑷 𝒔𝒊𝒏 𝜶𝑨𝑷 atau dari titik B: 𝑿𝑷 = 𝑿𝑩 + 𝒅𝑩𝑷 𝒔𝒊𝒏 𝜶𝑩𝑷
𝒀𝑷 = 𝒀𝑨 + 𝒅𝑨𝑷 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑨𝑷 𝒀𝑷 = 𝒀𝑩 + 𝒅𝑩𝑷 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑩𝑷

72
Martince Novianti Bani
5.2.3 Metode Perpotongan ke Belakang (Resection)
Penentuan suatu titik baru dengan cara mengadakan pengukuran sudut pada titik yang tidak
diketahui koordinatnya disebut dengan penentuan titik dengan cara mengikat ke belakang (resection).
Ketentuan yang harus dipenuhi dalam pennetuan posisi menggunakan metode ini yaitu diperlukan
paling sedikit tiga titik pengingat yang sudah diketahui koordinatnya beserta sudut yang diukur
dari titik yang akan ditentukan koordinat tersebut. Keuntungan metode ini yaitu instrument
ditempatkan sekali saja pada titik yang akan ditentukan atau cari posisinya.
Terdapat dua cara perhitungan yang kita kenal, yaitu Metode Collins dan Cassini.

5.2.3.1 Metode Collins


Dalam penentuan koordinat suatu titik menggunakan metode Collins, misalnya untuk
menentukan koordinat di titik P, maka titik tersebut harus diikatkan pada titik-titik yang sudah
diketahui koordinatnya (misalnya titik A, B, dan C), kemudian diukur sudut α dan β. Gambar 5.6
merupakan representasi dari penentuan koordinat menggunakan metode Collins.

AQ
AB
A
(XA; YA)

dAB B
(XB; YB)
 AB BQ

dAP dAQ 180 - − −

dBP

180 -  QC
 
 
P? Q C
(XC; YC)

Gambar 5. 7 Metode Collins

73
Martince Novianti Bani
Langkah Perhitungan (Perhatikan Gambar 5.7)
1. Buatlah sebuah lingkaran melalui titik ABP, lingkaran ini akan memotong garis PC di titik Q
(titik ini disebut sebagai titik bantu Collins)
2. Mencari Sudut Jurusan AB dan Jarak dAB
𝑿𝑩 −𝑿𝑨
𝒕𝒈 𝜶𝑨𝑩 = maka diperoleh 𝜶𝑨𝑩
𝒀𝑩 −𝒀𝑨
𝑿 −𝑿 𝒀 −𝒀
𝑩
𝒅𝑨𝑩 𝟏 = 𝑺𝒊𝒏 𝑨
; dan 𝒅𝑨𝑩 𝟐 = 𝑪𝒐𝒔
𝑩 𝑨
; maka
𝜶 𝑨𝑩 𝜶 𝑨𝑩

𝒅𝑨𝑩 𝟏 +𝒅𝑨𝑩 𝟐
𝒅𝑨𝑩 = 𝟐

3. Mencari koordinat titik Q (titik bantu Collins)


1.1 Dari titik A
1) 𝜶𝑨𝑸 = 𝜶𝑨𝑩 + 𝜷
2) Dengan Kaidah Sinus untuk menentukan 𝒅𝑨𝑸
𝒅𝑨𝑩 𝒅𝑨𝑸
= 𝑺𝒊𝒏 𝟏𝟖𝟎°−𝜶−𝜷
𝑺𝒊𝒏 𝜶
𝒅
𝒅𝑨𝑸 = 𝑺𝒊𝒏𝑨𝑩𝜶 𝑺𝒊𝒏 𝟏𝟖𝟎° − 𝜶 − 𝜷

Sehingga koordinat di titik Q dihitung dari titik A yaitu:


𝑿𝑸𝟏 = 𝑿𝑨 + 𝒅𝑨𝑸 𝑺𝒊𝒏 𝜶𝑨𝑸

𝒀𝑸 𝟏 = 𝒀𝑨 + 𝒅𝑨𝑸 𝑪𝒐𝒔 𝜶𝑨𝑸

1.2 Dari titik B


1) 𝜶𝑩𝑸 = 𝜶𝑨𝑩 + (𝜶 + 𝜷)
2) Dengan Kaidah Sinus untuk menentukan 𝒅𝑩𝑸
𝒅𝑩𝑸 𝒅
= 𝑺𝒊𝒏𝑨𝑩𝜶
𝑺𝒊𝒏 𝜷
𝒅
𝒅𝑩𝑸 = 𝑺𝒊𝒏𝑨𝑩𝜶 𝑺𝒊𝒏 𝜷

Sehingga koordinat di titik Q dihitung dari titik B yaitu:


𝑿𝑸𝟐 = 𝑿𝑩 + 𝒅𝑩𝑸 𝑺𝒊𝒏 𝜶𝑩𝑸

𝒀𝑸 𝟐 = 𝒀𝑩 + 𝒅𝑩𝑸 𝑪𝒐𝒔 𝜶𝑩𝑸

Maka,
𝑿𝑸 𝟏 + 𝑿𝑸 𝟐
𝑿𝑸 =
𝟐
𝒀𝑸𝟏 + 𝒀𝑸 𝟐
𝒀𝑸 =
𝟐

74
Martince Novianti Bani
4. Menentukan 𝜶𝑸𝑪 dan 𝜸
𝑋𝐶 −𝑋𝑄
𝑡𝑔 𝛼𝑄𝐶 = maka diperoleh 𝛼𝑄𝐶
𝑌𝐶 −𝑌𝑄

𝜸 = 𝜶𝑸𝑪 − 𝜶𝑸𝑩
= 𝜶𝑸𝑪 − (𝜶𝑸𝑩 − 𝟏𝟖𝟎°)
= 𝜶𝑸𝑪 + 𝟏𝟖𝟎° − 𝜶𝑸𝑩
5. Menentukan titik P
5.1 Dari titik A
1) 𝜶𝑨𝑷 = 𝜶𝑨𝑩 − 𝜸
2) Mencari jarak AP (𝒅𝑨𝑷)
𝑑𝐴𝐵 𝐴𝑃 𝑑
= 𝑆𝑖𝑛 180°−(𝛼+𝜸)
𝑆𝑖𝑛 𝛼
𝑑
𝑑𝐴𝑃 = 𝑆𝑖𝑛𝐴𝐵𝛼 𝑆𝑖𝑛 180° − (𝛼 + 𝜸)

3) Koordinat di titik P dihitung dari titik A


𝑋𝑃 1 = 𝑋𝐴 + 𝑑𝐴𝑃 𝑆𝑖𝑛 𝛼𝐴𝑃
𝑌𝑃 1 = 𝑌𝐴 + 𝑑𝐴𝑃 𝐶𝑜𝑠 𝛼𝐴𝑃
5.2 Dari titik B
1) 𝜶𝑩𝑷 = 𝜶𝑩𝑨 − {𝟏𝟖𝟎° − (𝜶 + 𝜸)}
Jadi, 𝜶𝑩𝑷 = 𝜶𝑨𝑩 + 𝜶 + 𝜸
2) Mencari jarak BP (𝒅𝑩𝑷 )
𝑑𝐴𝐵 𝑑𝐵𝑃
=
𝑆𝑖𝑛 𝛼 𝑆𝑖𝑛 𝜸
𝑑
𝑑𝐵𝑃 = 𝑆𝑖𝑛𝐴𝐵𝛼 𝑆𝑖𝑛 𝜸

3) Koordinat di titik P dihitung dari titik B


𝑋𝑃 2 = 𝑋𝐵 + 𝑑𝐵𝑃 𝑆𝑖𝑛 𝛼𝐵𝑃
𝑌𝑃 2 = 𝑌𝐵 + 𝑑𝐵𝑃 𝐶𝑜𝑠 𝛼𝐵𝑃
Maka,
𝑿𝑷 𝟏 + 𝑿𝑷 𝟐
𝑿𝑷 =
𝟐
𝒀𝑷 + 𝒀𝑷 𝟐
𝒀𝑷 = 𝟏
𝟐

75
Martince Novianti Bani
5.2.3.2 Metode Cassini
Untuk menentukan kiirdinat di suatu titik dengan metode Cassini, misalkan untuk
menentukan koordinat di titik titik P, maka titik tersebut harus diikatkan pada titik yang telah
diketahui koordinatnya (misalkan titik A, B dan C). Dengan cara ini maka diperlukan dua titik bantu
yaitu dengan membuat garis yang melalui titik A, tegak lurus pada AB dan garis tersebut memotong
lingkaran di titik R, demikian pula dari titik C dibuat garis tegak lurus terhadap BC dan memotong
lingkaran di S.

B
AB (XB; YB)
A dAB
(XA; YA)
dBC

C
(XC; YC)
dAR

dCS

 
R 

P
S
Gambar 5. 8 Metode Cassini

Langkah Perhitungan (Perhatikan Gambar 5.8):


1. Menghitung Titik R
𝑿𝑹 = 𝑿𝑨 + (𝒀𝑩 − 𝒀𝑨 )𝑪𝒐𝒕𝒈 𝜶
𝒀𝑹 = 𝒀𝑨 − (𝑿𝑩 − 𝑿𝑨)𝑪𝒐𝒕𝒈 𝜶
2. Menghitung Titik S
𝑋𝑆 = 𝑋𝐶 + (𝑌𝐶 − 𝑌𝐵 )𝐶𝑜𝑡𝑔 𝛽
𝑌𝑆 = 𝑌𝐶 − (𝑋𝐶 − 𝑋𝐵 )𝐶𝑜𝑡𝑔 𝛽
3. Menghitung sudut jurusan RS (𝜶𝑹𝑺 )
𝑿𝒔 −𝑿𝑹
𝒕𝒈 𝜶𝑹𝑺 = maka 𝒕𝒈 𝜶𝑹𝑺 = 𝒏
𝒀𝑺 −𝒀𝑹
𝒏+𝟏
4. 𝑵 = 𝒏

5. Menghitung Koordinat Titik P dari Titik R

76
Martince Novianti Bani
𝟏
𝒏𝑿𝑩 + 𝑿𝑹 +𝒀𝑩 −𝒀𝑹
𝒏
𝑿𝑷 𝟏 = 𝑵
𝟏
𝒀 +𝒏𝒀𝑹 +𝑿𝑩 −𝑿𝑹
𝒏 𝑩
𝒀𝑷 𝟏 = 𝑵

6. Menghitung Koordinat Titik P dari Titik S


𝟏
𝒏𝑿𝑩 + 𝑿𝑺+𝒀𝑩 −𝒀𝑺
𝒏
𝑿𝑷 𝟐 = 𝑵
𝟏
𝒀 +𝒏𝒀𝑺 +𝑿𝑩 −𝑿𝑺
𝒏 𝑩
𝒀𝑷 𝟐 = 𝑵

Maka,
𝑿𝑷 𝟏 + 𝑿𝑷 𝟐
𝑿𝑷 =
𝟐
𝒀𝑷 + 𝒀𝑷 𝟐
𝒀𝑷 = 𝟏
𝟐

Contoh Soal:
1. Berdasarkan Pengukuran di lapangan maka diperoleh data koordinat pada titik A: XA = -
58909; YA = -22660, di titik B: XB = -12080; YB = 7560; dan di titik C: XC = 75080; YC =
86646 Sedangkan data sudut yang diukur adalah  = 4425’ 25” dan  = 35 20’ 45”.
Berdasarkan data ukuran tersebut maka hitunglah titik P dengan metode perpotongan ke
belakang menggunakan cara Collins!
2. Berdasarkan Pengukuran di lapangan maka diperoleh data koordinat pada titik A: XA = 24233;
YA = 91522; titik B: XB = 244010; YB = 91088; dan titik C: XC =246829; YC = 90950.
Sedangkan data sudut yang diukur adalah  = 6545’ 25” dan  = 88 15’ 45”. Berdasarkan
data ukuran tersebut maka hitunglah titik P dengan metode perpotongan ke belakang
menggunakan cara Cassini!

77
Martince Novianti Bani
5.2.4 Metode Poligon
Selain ke tiga metode yang telah dijelaskan terlebih dahulu dia atas, metode poligon juga
merupakan salah satu metode penentuan posisi horizontal titik-titik di lapangan dengan menerapkan
cara hitungan berantai. Dengan teknik hitungan ini, titik satu dengan titik lainnya dihubungkan secara
berurutan dengan melakukan pengukuran sudut mendatar dan jarak mendatar sehingga membentuk
suatu rangkaian titik-titik.
Pengukuran poligon dilakukan untuk mendapatkan koordinat titik-titik di lapangan, dengan
tujuan agar dapat digunakan sebagai kerangka dasar pemetaan maupun untuk keperluan teknis.
Dengan menggunakan argumen sudut mendatar pada tiap titik poligon dan jarak mendatar setiap
sisi poligon tersebut maka koordinat titik-titik poligon tersebut dapat ditentukan. Selain dua buah
argumen tersebut, syarat lain agar dapat dilakukan prosedur perhitungan koordinat adalah sebagai
berikut:
• Paling sedikit satu titik telah diketahui koordinatnya pada rangkaian poligon tersebut
• Paling sedikit diketahui satu azimuth atau sudut jurusan pada sisi poligon tersebut.
Bila ditinjau dari model rangkaiannnya, konfigurasi titik-titik yang membentuk suatu poligon
dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Poligon terbuka
Poligon terbuka merupakan rangkaian titik-titik dalam arah memanjang yang mempunyai
satu titik awal dan satu titik akhir yang terpisah.

Utara

αA1 β2
A 2 4
dA.1 d2.3 β3 d3.4
β1 d1.2
3
1

Gambar 5. 9 Poligon terbuka

78
Martince Novianti Bani
2. Poligon Tertutup
Poligon tertutup merupakan rangkaian titik-titik yang mempunyai titik awal dan satu titik
akhir berada pada posisi yang sama atau berimpit.
Utara
2
β1 d1.2 β2
αA1 dA.1 d2.3
βA β3 3
A
d5.A d3.4
β5 d4.5 β4
5 4
Gambar 5. 10 Poligon tertutup

3. Poligon bercabang
Poligon bercabang merupakan gabungan poligon terbuka dengan ditandai adanya titik simpul
atau persimpangan dan rangkaian titiknya mempunyai beberapa titik ujung yang terpisah.

Utara
C
5
Titik Simpul
αA1 2 P

A 4
3
1
B
Gambar 5. 11 Poligon bercabang

4. Poligon kombinasi
Poligon kombinasi merupakan gabungan dari poligon terbuka, poligon tertutup dan poligon
C
bercabang.

4 5

Utara
3

αA1 2 P

A P2 B
P3
1 P1
Gambar 5. 12 Poligon kombinasi
79
Martince Novianti Bani
5.2.4.1 Poligon Terbuka
Seperti halnya telah diuraikan di atas bahwa poligon terbuka merupakan rangkaian titik-titik
dalam arah memanjang yang mempunyai satu titik awal dan satu titik akhir yang terpisah, maka pada
konfigurasi poligon terbuka, proses hitungan koordinat titik-titiknya dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu:
A. Poligon terbuka tidak terikat
B. Poligon terbuka terikat sempurna
C. Poligon terbuka terikat sepihak atau sebagian
Untuk menghitung koordinat titik-titik yang tergabung dalam suatu rangkaian poligon
digunakan rumus dasar hitungan koordinat titik dan dilakukan secara berantai.

A. Poligon terbuka tidak terikat


Poligon terbuka tidak terikat merupakan jenis poligon terbuka ini tidak memiliki syarat
geometris yang harus dipenuhi. Sehingga argumen sudut mendatar maupun jarak mendatar hasil
ukuran dianggap benar, dan tidak perlu memberikan koreksi geometris terhadap data tersebut.
Poligon ini ditandai dengan diketahuinya satu koordinat titik dan satu azimuth atau sudut jurusan
pada sisi poligon.
Misalkan pada rangkaian poligon terbuka A-B-C-D-E diketahui koordinat titik A (XA, YA) dan
azimuth (sudut jurusan) 𝑨𝑩 = 𝜶𝑨𝑩 , dan diukur jarak mendatar 𝐀𝐁 = 𝒅𝑨𝑩 ; 𝐁𝐂 = 𝒅𝑩𝑪 ; 𝐂𝐃 = 𝒅𝑪𝑫;
𝐃𝐄 = 𝒅𝑫𝑬, serta diketahui dudut mendatar di titik 𝑩 = 𝜷𝟏; di titik 𝑪 = 𝜷𝟐 ; di titik 𝑫 = 𝜷𝟑 maka
koordinat titik B, C, D dan E dapat dihitung.

Utara

αAB E
Β2 Β3
A
C D
β1
αBA
B

Gambar 5. 13 Poligon terbuka tidak terikat

80
Martince Novianti Bani
Sistematika penyelesaian perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Perhatikansket poligon pada Gambar 5.13 (sesuai data pengukuran lapangan)
2. Menghitung azimuth/sudut jurusan setiap sisi poligon secara berurutan:
𝜶𝑩𝑪 = 𝜶𝑨𝑩 + 𝜷𝟏 − 𝟏𝟖𝟎𝑶
𝜶𝑪𝑫 = 𝜶𝑩𝑪 + 𝜷𝟐 − 𝟏𝟖𝟎𝑶 = 𝜶𝑨𝑩 + 𝜷𝟏 + 𝜷𝟐 − (𝟐 𝒙 𝟏𝟖𝟎𝑶)
𝜶𝑫𝑬 = 𝜶𝑪𝑫 + 𝜷𝟑 − 𝟏𝟖𝟎𝑶 = 𝜶𝑨𝑩 + 𝜷𝟏 + 𝜷𝟐 + 𝜷𝟐 − (𝟑 𝒙 𝟏𝟖𝟎𝑶)
3. Menghitung koordinat titik B, C, D dan E
𝑿𝑩 = 𝑿𝑨 + 𝒅𝑨𝑩 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑨𝑩 𝒀𝑩 = 𝒀𝑨 + 𝒅𝑨𝑩 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑨𝑩
𝑿𝑪 = 𝑿𝑩 + 𝒅𝑩𝑪 𝒔𝒊𝒏 𝜶𝑩𝑪 𝒀𝑪 = 𝒀𝑩 + 𝒅𝑩𝑪 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑩𝑪
𝑿𝑫 = 𝑿𝑪 + 𝒅𝑪𝑫 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑪𝑫 𝒀𝑫 = 𝒀𝑪 + 𝒅𝑪𝑫 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑪𝑫
𝑿𝑬 = 𝑿𝑫 + 𝒅𝑫𝑬 𝒔𝒊𝒏 𝜶𝑫𝑬 𝒀𝑬 = 𝒀𝑫 + 𝒅𝑫𝑬 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑫𝑬

Contoh:
Serangkaian titik di lapangan dinotasikan sebagai poligon terbuka A-B-C-D-E dengan koordinat titik
A: XA = +10,025 meter; YA = -20,000 meter; Azimuth (sudut jurusan) AB = 𝜶𝑨𝑩 = 7150’30”.
Kemudian diukur jarak mendatar AB = dAB = 100,000 m; BC = dBC = 60,500 m; CD = dCD = 75,025
m; DE = dDE = 150,000 m; Sedangkan sudut mendatar di titik B = 1 = 12530’00”; di titik C = 2 =
16010’00”; di titik D = 3 = 33045’00”. Hitunglah koordinat titik B, C, D dan E.

Sket Poligon:
β3
D

β2
Utara C

β1 E
αAB
B

81
Martince Novianti Bani
Penyelesaian:
1. Perhatikan sket poligon yang sesuai dengan data pengukuran lapangan
2. Menghitung azimuth atau sudut jurusan setiap sisi poligon secara berurutan:
𝜶𝑨𝑩 = 7150’30” (diketahui)
𝜶𝑩𝑪 = 𝜶𝑨𝑩 + 𝜷𝟏 − 𝟏𝟖𝟎𝑶
= 7150’ 30” + 12530’00 - 180
= 17 20’ 30”
𝜶𝑪𝑫 = 𝜶𝑩𝑪 + 𝜷𝟐 − 𝟏𝟖𝟎𝑶
= 1720’ 30” + 160 10’00” - 180
= 35730’ 30”
𝜶𝑫𝑬 = 𝜶𝑪𝑫 + 𝜷𝟑 − 𝟏𝟖𝟎𝑶
= 357 30’ 30” + 33045’00” - 180
= 148 15’ 30”
3. Menghitung koordinat titik B, C, D, dan E
𝑿𝑩 = 𝑿𝑨 + 𝒅𝑨𝑩 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑨𝑩 𝒀𝑩 = 𝒀𝑨 + 𝒅𝑨𝑩 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑨𝑩
= 10,205 + 100,000 sin 17 20’ 30” = -20,000 + 100,000 cos 71 50’ 30”
= 10,025 + 95,020 = -20,000 + 31,164
= 105,045 meter = 11,164 meter
𝑿𝑪 = 𝑿𝑩 + 𝒅𝑩𝑪 𝒔𝒊𝒏 𝜶𝑩𝑪 𝒀𝑪 = 𝒀𝑩 + 𝒅𝑩𝑪 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑩𝑪
= 105,045 + 60,500 sin 17 20’ 30” = -11,164 + 60,500 cos 17 20’ 30”
= 105,045 + 18,033 = -11,164 + 57,750
= 123,078 meter = 68,914 meter
𝑿𝑫 = 𝑿𝑪 + 𝒅𝑪𝑫 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑪𝑫 𝒀𝑫 = 𝒀𝑪 + 𝒅𝑪𝑫 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑪𝑫
= 123,078+ 75,025 sin 357 30’ 30” = 68,914 + 75,025 cos 357 30’ 30”
= 123,078+ (-3,262) = 68,914 + 74,954
= 119,816 meter = 143,868 meter
𝑿𝑬 = 𝑿𝑫 + 𝒅𝑫𝑬 𝒔𝒊𝒏 𝜶𝑫𝑬 𝒀𝑬 = 𝒀𝑫 + 𝒅𝑫𝑬 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑫𝑬
= 119,816 + 150,000 sin 14815’30” =143,868 + 150,000 cos 14815’30”
= 119,816 + 78,914 = 143,868 + (-127,564)
= 198,730 meter = 16,304 meter

82
Martince Novianti Bani
B. Poligon terbuka terikat sempurna
Poligon terbuka terikat sempurna merupakan jenis poligon terbuka yang dalam proses
perhitungan syarat geometrisnya harus dipenuhi. Hal ini juga berarti baik sudut mendatar maupun
jarak mendatar hasil ukuran poligon ada keterikatan geometrisnya. Oleh karena itu, poligon ini
ditandai oleh dua koordinat titik dan dua azimuth (sudut jurusan) di kedua titik ujung poligon yang
telah terdefinisi dengan benar.
Syarat geometris poligon terbuka terikat sempurna yaitu:

𝜶𝑨𝒌𝒉𝒊𝒓 − 𝜶𝑨𝒘𝒂𝒍 = ( 𝜷) − 𝒏 . 𝟏𝟖𝟎𝑶


𝑿𝑨𝒌𝒉𝒊𝒓 − 𝑿𝑨𝒘𝒂𝒍 =  (𝒅 . 𝐬𝐢𝐧 𝜶)
𝒀𝑨𝒌𝒉𝒊𝒓 − 𝒀𝑨𝒘𝒂𝒍 =  (𝒅 . 𝐜𝐨𝐬 𝜶)

Dalam hal ini:


𝜶 = azimuth (sudut jurusan) sisi poligon
∑𝜷 = jumlah sudut-sudut ukuran poligon
𝒏 = bilangan bulat positif atau angka kelipatan yang sesuai
𝑿, 𝒀 = koordinat titik ujung poligon yang diketahui nilainya
∑(𝒅 . 𝐬𝐢𝐧 𝜶) = jumlah dari perkalian antara jarak dan 𝐬𝐢𝐧 𝜶 setiap sisi poligon
∑(𝒅 . 𝐜𝐨𝐬 𝜶) = jumlah dari perkalian antara jarak dan 𝐜𝐨𝐬 𝜶 setiap sisi poligon
Misalkan, suatu rangkaian poligon terbuka terikat sempurna dinotasikan sebagai poligon A-B-
C-D-E. Pada poligonn tersebut diketahui sejumlah data ukur yaitu koordinat titik A (XA, YA) dan
titik E (XE, YE); Azimuth 𝑨𝑩 = 𝜶𝑨𝑩 dan azimuth 𝑬𝑫 = 𝜶𝑬𝑫 . Lalu diukur pula jarak mendatar
𝐀𝐁 = 𝒅𝑨𝑩 ; 𝐁𝐂 = 𝒅𝑩𝑪; 𝐂𝐃 = 𝒅𝑪𝑫; 𝐃𝐄 = 𝒅𝑫𝑬 ; serta sudut mendatar di titik 𝑩 = 𝜷𝟏; di titik 𝑪 = 𝜷𝟐;
di titik 𝑫 = 𝜷𝟑. Kemudian akan dihitung koordinat titik B, C, dan D. Gambar 5.14 merupakan
representasi dari poligon terbuka terikat sempurna.
Utara
Utara

αED
αAB
Β3 E
Β2
A
C D
β1
αBA
B

Gambar 5. 14 Poligon terbuka terikat sempurna


83
Martince Novianti Bani
Sistematika penyelesaiannya sebagai berikut:
1. Perhatikan sket poligon pada Gambar 5.14 (sesuai data pengukuran lapangan)
2. Menghitung kesalahan total sudut ukuran atau closing error polygon (𝒇)
𝒇 = {( 𝛃) − 𝒏. 𝟏𝟖𝟎𝑶} − (𝜶𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 − 𝜶𝒂𝒘𝒂𝒍 )
3. Menghitung nilai koreksi sudut dan nilai sudut terkoreksi
Nilai koreksi total = −𝒇
Besarnya koreksi setiap sudut ukuran (∆𝜷) = −𝒇𝜷⁄𝑵
Dalam hal ini, notasi N = banyaknya sudut poligon yang diukur
Nilai sudut terkoreksi: 𝜷 = 𝜷𝒏 + ∆𝜷
4. Menghitung azimuth/sudut jurusan setiap sisi poligon secara berurutan
𝜶𝑩𝑪 = 𝜶𝑨𝑩 + 𝜷𝟏 − 𝟏𝟖𝟎𝑶
𝜶𝑪𝑫 = 𝜶𝑩𝑪 + 𝜷𝟐 − 𝟏𝟖𝟎𝑶 = 𝜶𝑨𝑩 + 𝜷𝟏 + 𝜷𝟐 − (𝟐 𝒙 𝟏𝟖𝟎𝑶)
𝜶𝑫𝑬 = 𝜶𝑪𝑫 + 𝜷𝟑 − 𝟏𝟖𝟎𝑶 = 𝜶𝑨𝑩 + 𝜷𝟏 + 𝜷𝟐 + 𝜷𝟑𝟐 − (𝟑 𝒙 𝟏𝟖𝟎𝑶)

5. Menghitung kesalahan total jarak ukuran arah Absis (𝒇𝒙) dan Ordinat (𝒇𝒚)
𝒇𝒙 = {(𝒅 . 𝐬𝐢𝐧 𝜶)} − (𝑿𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 − 𝑿𝒂𝒘𝒂𝒍)
𝒇𝒚 = {(𝒅 . 𝐜𝐨𝐬 𝜶)} − (𝒀𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 − 𝒀𝒂𝒘𝒂𝒍 )
6. Menghitung nilai koreksi jarak
Nilai koreksi jarak total arah 𝑿 (absis) = −𝒇𝒙
Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah 𝑿 ∶ 𝒙 = (𝒅/𝒅) . (−𝒇𝒙)
Nilai koreksi jarak total arah Y (ordinat) = −𝒇𝒚
Besar koreksi setiap jarak ukuran dalam arah 𝒀 ∶ 𝒚 = (𝒅/𝒅) . (−𝒇𝒚)
7. Menghitung koordinat titik B, C, D dan E.
𝑿𝑩 = 𝑿𝑨 + 𝒅𝑨𝑩 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑨𝑩 + 𝜹𝒙𝟏 𝒀𝑩 = 𝒀𝑨 + 𝒅𝑨𝑩 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑨𝑩 + 𝜹𝒚𝟏
𝑿𝑪 = 𝑿𝑩 + 𝒅𝑩𝑪 𝒔𝒊𝒏 𝜶𝑩𝑪 + 𝜹𝒙𝟐 𝒀𝑪 = 𝒀𝑩 + 𝒅𝑩𝑪 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑩𝑪 + 𝜹𝒚𝟐
𝑿𝑫 = 𝑿𝑪 + 𝒅𝑪𝑫 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑪𝑫 + 𝜹𝒙𝟑 𝒀𝑫 = 𝒀𝑪 + 𝒅𝑪𝑫 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑪𝑫 + 𝜹𝒚𝟑
𝑿𝑬 = 𝑿𝑫 + 𝒅𝑫𝑬 𝒔𝒊𝒏 𝜶𝑫𝑬 + 𝜹𝒙𝟒 𝒀𝑬 = 𝒀𝑫 + 𝒅𝑫𝑬 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑫𝑬 + 𝜹𝒚𝟒
(Catatan: Koordinat titik E ini perlu dihitung sebagai kontrol hitungan!)

84
Martince Novianti Bani
Contoh:
Diketahui serangkaian data pengukuran pada poligon terbuka A-B-C-D-E dengan Koordinat titik A:
XA = +10,025 meter; YA = -20,000 meter; koordinat titik E: XE = +198,700 meter; YE = +16,250
meter; Azimuth AB = 𝜶𝑨𝑩 = 71 50’ 30”; Azimuth ED = 𝜶𝑬𝑫 = 328 15’ 00”. Kemudian diukur jarak
mendatar AB = dAB = 100,000 m; BC = dBC = 60,500 m; CD = dCD = 75,025 m; DE = dDE = 150,000
m; dan sudut mendatar di titik B = 1 = 12530’00”; di titik C = 2 = 16010’00” dan di titik D = 3
= 33045’00”. Hitunglah koordinat titik B, C, dan D
Sket Poligon:

β3
D

Utara

β2
Utara C

β1
E
αAB αED
B

Penyelesaian:
1. Perhatikan sket poligon yang sesuai dengan data pengukuran lapangan
2. Menghitung kesalahan total sudut ukuran atau closing error polygon (𝒇)
𝒇 = {( 𝛃) − 𝒏 . 𝟏𝟖𝟎𝑶} − (𝜶𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 − 𝜶𝒂𝒘𝒂𝒍 )
= ((61625’00”) – 2*180) – (7150’30” - 32815’00”)
= (25625’00”) – (25624’30”)
= 0000’30”
3. Menghitung nilai koreksi sudut dan nilai sudut terkoreksi
Nilai koreksi total = −𝒇 = 0000’30”
Besarnya koreksi setiap sudut ukuran (∆𝜷) = −𝒇𝜷⁄𝑵
= 0000’ 30”/3 = -10”
Nilai sudut terkoreksi: 𝜷 = 𝜷𝒏 + ∆𝜷
𝜷𝟏 = 𝜷𝟏 𝒏 + ∆𝜷 = 12530’00” + (-10”) = 12529’50”
𝜷𝟐 = 𝜷𝟐 𝒏 + ∆𝜷 = 16010’00” + (-10”) = 16009’50”
𝜷𝟑 = 𝜷𝟑 𝒏 + ∆𝜷 = 33045’00” + (-10”) = 33044’50”
85
Martince Novianti Bani
4. Menghitung azimuth/sudut jurusan setiap sisi poligon secara berurutan
𝜶𝑨𝑩 = 7150’ 30” (diketahui)
𝜶𝑩𝑪 = 𝜶𝑨𝑩 + 𝜷𝟏 − 𝟏𝟖𝟎𝑶 𝜶𝑪𝑫 = 𝜶𝑩𝑪 + 𝜷𝟐 − 𝟏𝟖𝟎𝑶
= 7150’ 30” + 12529’ 50” - 180 = 1720’ 20” + 160 9’ 50” - 180
= 1720’ 20” = 35730’ 10”
𝜶𝑫𝑬 = 𝜶𝑪𝑫 + 𝜷𝟑 − 𝟏𝟖𝟎𝑶
= 35730’ 10” + 33044’50” - 180
= 14815’ 00”
5. Menghitung kesalahan jarak ukuran arah Absis (𝒇𝒙) dan arah Ordinat (𝒇𝒚)
Kesalahan total dalam arah absis:
𝒇𝒙 = {(𝒅 . 𝐬𝐢𝐧 𝜶)} − (𝑿𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 − 𝑿𝒂𝒘𝒂𝒍 )
= {𝒅𝑨𝑩 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑨𝑩 + 𝒅𝑩𝑪 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑩𝑪 + 𝒅𝑪𝑫 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑪𝑫 + 𝒅𝑫𝑬 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑫𝑬 } − (𝑿𝑬 − 𝑿𝑬)
= {95,020 + 18,030 + (-3,269) + 78,932} – (198,700 – 10,025)
= (188,713) – (188,675)
= 0,038
Kesalahan total dalam arah ordinat:
𝒇𝒚 = {(𝒅 . 𝐜𝐨𝐬 𝜶)} − (𝒀𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 − 𝒀𝒂𝒘𝒂𝒍 )
= {𝒅𝑨𝑩 𝐜𝐨𝐬 𝜶𝑨𝑩 + 𝒅𝑩𝑪 𝐜𝐨𝐬 𝜶𝑩𝑪 + 𝒅𝑪𝑫 𝐜𝐨𝐬 𝜶𝑪𝑫 + 𝒅𝑫𝑬 𝐜𝐨𝐬 𝜶𝑫𝑬 } − (𝒀𝑬 − 𝒀𝑬)
= {31,164 + 57,751 + 74,954 + (-127,533)} – {16,250 – (-20,000)}
= (36,316) – (36,250)
= 0,066
6. Menghitung nilai koreksi jarak
Nilai koreksi jarak total arah 𝑿 (absis) = −𝒇𝒙 = -0,038
Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah 𝑿 ∶ 𝒙 = (𝒅/𝒅) . (−𝒇𝒙)
𝒅 = 𝒅𝑨𝑩 + 𝒅𝑩𝑪 + 𝒅𝑪𝑫 + 𝒅𝑫𝑬
= 100,000 + 60,500 + 75,025 + 150,000
= 385,525
𝜹𝒙𝟏 = (𝒅𝑨𝑩 ⁄𝒅) . (−𝒇𝒙)
= (100,000/385,525) . (-0,038)
= -0,010
𝜹𝒙𝟐 = (𝒅𝑩𝑪 ⁄𝒅) . (−𝒇𝒙)
= (60,500/385,525) . (-0,038)
= -0,006

86
Martince Novianti Bani
𝜹𝒙𝟑 = (𝒅𝑪𝑫⁄𝒅) . (−𝒇𝒙)
= (75,025 /385,525) . (-0,038)
= -0,007
𝜹𝒙𝟒 = (𝒅𝑫𝑬⁄𝒅) . (−𝒇𝒙)
= (150,000 /385,525) . (-0,038)
= -0,015
Nilai koreksi jarak total arah Y (ordinat) = −𝒇𝒚 = -0,066
Besar koreksi setiap jarak ukuran dalam arah 𝒀 ∶ 𝒚 = (𝒅/𝒅) . (−𝒇𝒚)
𝜹𝒚𝟏 = (𝒅𝑨𝑩 ⁄𝒅) . (−𝒇𝒚) 𝜹𝒚𝟐 = (𝒅𝑩𝑪 ⁄𝒅) . (−𝒇𝒚)
= (100,000/385,525) . (-0,066) = (60,500/385,525) . (-0,066)
= -0,017 = -0,010
𝜹𝒚𝟑 = (𝒅𝑪𝑫⁄𝒅) . (−𝒇𝒚) 𝜹𝒚𝟒 = (𝒅𝑫𝑬⁄𝒅) . (−𝒇𝒚)
= (75,025 /385,525) . (-0,066) = (150,000 /385,525) . (-0,066)
= -0,013 = -0,026

7. Menghitung koordinat titik B, C, D dan E.


𝑿𝑩 = 𝑿𝑨 + 𝒅𝑨𝑩 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑨𝑩 + 𝜹𝒙𝟏 𝒀𝑩 = 𝒀𝑨 + 𝒅𝑨𝑩 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑨𝑩 + 𝜹𝒚𝟏
= 10,025 + 95,020 + (-0,010) = -20,000 + 31,164 + (-0,017)
= 105,035 meter = 11,147 meter
𝑿𝑪 = 𝑿𝑩 + 𝒅𝑩𝑪 𝒔𝒊𝒏 𝜶𝑩𝑪 + 𝜹𝒙𝟐 𝒀𝑪 = 𝒀𝑩 + 𝒅𝑩𝑪 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑩𝑪 + 𝜹𝒚𝟐
= 105,035+ 18,030 + (-0,006) = 11,147 + 57,751 + (-0,010)
= 123,059 meter = 68,888 meter
𝑿𝑫 = 𝑿𝑪 + 𝒅𝑪𝑫 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑪𝑫 + 𝜹𝒙𝟑 𝒀𝑫 = 𝒀𝑪 + 𝒅𝑪𝑫 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑪𝑫 + 𝜹𝒚𝟑
= 123,059 + (-3,269) + (-0,007) = 68,888 + 74,954 + (-0,013)
= 119,783 meter = 143,829 meter
𝑿𝑬 = 𝑿𝑫 + 𝒅𝑫𝑬 𝒔𝒊𝒏 𝜶𝑫𝑬 + 𝜹𝒙𝟒 𝒀𝑬 = 𝒀𝑫 + 𝒅𝑫𝑬 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑫𝑬 + 𝜹𝒚𝟒
= 119,783 + 78,932 + (-0,015) = 143,829 + (-127,553) + (-0,026)
= 198,700 meter = 16,250 meter
(Catatan: Koordinat titik E ini perlu dihitung sebagai kontrol hitungan!)

87
Martince Novianti Bani
C. Poligon terbuka terikat sepihak
Poligon terbuka terikat sepihak merupakan jenis poligon terbuka yang memiliki syarat
geometris yang harus dipenuhi. Dalam hal ini, salah satu argumen yaitu sudut mendatar atau jarak
mendatar hasil ukuran poligon memiliki keterikatan geometrisnya. Poligon ini dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu (1) Poligon terbuka terikat sudut dan (2) Poligon terbuka terikat jarak.
Poligon terbuka terikat sudut merupakan poligon yang secara geometris mempunyai
keterikatan sudut dengan azimuth pada kedua titik ujung sebagai pengontrolnya. Dalam proses
hitungannya, sudut-sudut hasil ukuran harus memenuhi syarat geometris, sedangkan jarak ukuran
dianggap benar. Poligon terbuka terikat sepihak ditandai dengan adanya nilai satu koordinat titik dan
dua azimuth di kedua titik ujung poligon yang telah terdefinisi.
Syarat geometris:

𝜶𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 − 𝜶𝒂𝒘𝒂𝒍 = (𝛃) − 𝒏 . 𝟏𝟖𝟎𝒐

Dalam hal ini:


𝜶 = azimuth (sudut jurusan)
𝛃 = jumlah sudut-sudut ukuran poligon
𝒏 = bilangan bulat positif atau angka kelipatan yang sesuai

Poligon terbuka terikat jarak merupakan poligon yang secara geometris mempunyai
keterikatan jarak ukuran terhadap nilai koordinat titik ujung poligon sebagai pengontrolnya, dan
dalam proses hitungannya, jarak-jarak hasil ukuran harus memenuhi syarat geometris, sedangkan
sudut ukuran dianggap benar. Poligon terbuka terikat jarak ditandai dengan adanya nilai dua
koordinat titik dan satu azimuth yang telah terdefinisi.
Syarat geometris:

𝑿𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 − 𝑿𝒂𝒘𝒂𝒍 = (𝐝 . 𝐬𝐢𝐧 𝛂)


𝒀𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 − 𝒀𝒂𝒘𝒂𝒍 = (𝐝 . 𝐜𝐨𝐬 𝛂)

Dalam hal ini:


𝑿, 𝒀 = koordinat titik poligon yang diketahui di kedua ujungnya
(𝐝 . 𝐬𝐢𝐧 𝛂) = jumlah dari perkalian antara jarak dan sinus 𝛂 setiap sisi poligon
(𝐝 . 𝐜𝐨𝐬 𝛂) = jumlah dari perkalian antara jarak dan cosinus 𝛂 setiap sisi poligon

88
Martince Novianti Bani
5.2.4.2 Poligon Tertutup
Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa suatu jaringan poligon dikatakan sebagai poligon
tertutup apabila posisi horizontal titik awal dan titik akhir poligon tersebut sama atau berimpit.
Dengan demikian maka secara matematis konfigurasi poligon tertutup dapat ditandai dengan:

1. Koordinat Awal = Koordinat Akhir


2. Azimuth Awal = Azimuth Akhir

Sedangkan jika ditinjau dari cara pengukuran sudutnya maka poligon tertutup dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu:
1. Poligon tertutup dengan data ukuran sudut dalam
2. Poligon tertutup dengan data ukuran sudut luar

β2
B
B
β2

β1
A β1 A
β3 C C β3

β4
β5 D
E
D β5 β4
E

(a) (b)

Gambar 5. 15 (a) Poligon tertutup - diukur sudut dalam; (b) Poligon tertutup - diukur sudut luar

Poligon tertutup merupakan poligon terikat sempurna, sehingga baik sudut maupun jarak
ukurannya memiliki keterikatan geometris. Kemudian dalam proses hitungannya data ukuran
tersebut harus memenuhi syarat geometris. Syarat geometris poligon tertutup:

(𝛃) − 𝒏 . 𝟏𝟖𝟎𝒐 = 𝟎
(𝐝 . 𝐬𝐢𝐧 𝛂) = 𝟎
(𝐝 . 𝐜𝐨𝐬 𝛂) = 𝟎

89
Martince Novianti Bani
Dalam hal ini:
𝛃 = jumlah sudut ukuran pada poligon tertutup
𝒏 = bilangan bulat positif atau angka kelipatan yang sesuai
(𝐝 . 𝐬𝐢𝐧 𝛂) = jumlah dari perkalian antara jarak ukuran dan sinus 𝛂
(𝐝 . 𝐜𝐨𝐬 𝛂) = jumlah dari perkalian antara jarak ukuran dan cosinus 𝛂

Perlu diketahui, dalam proses perhitungan poligon tertutup bahwa:


a. Untuk poligon tertutup dengan data ukuran sudut dalam, maka nilai 𝒏 = 𝑵 − 𝟐
b. Untuk poligon tertutup dengan data ukuran sudut luar, maka nilai 𝒏 = 𝑵 + 𝟐

Misalkan pada suatu rangkaian poligon tertutup yang dinotasikan sebagai poligon A-B-C-D-
E-A. Diketahui koordinat titik A (XA, YA) dan azimuth 𝑨𝑩 = 𝜶𝑨𝑩 . Kemudian pada poligon tersebut
juga diukur jarak mendatar 𝐀𝐁 = 𝒅𝑨𝑩 ; 𝐁𝐂 = 𝒅𝑩𝑪 ; 𝐂𝐃 = 𝒅𝑪𝑫; 𝐃𝐄 = 𝒅𝑫𝑬; 𝐄𝐀 = 𝒅𝑬𝑨; Serta sudut
mendatar di titik 𝑨 = 𝜷𝟏 ; 𝑩 = 𝜷𝟐 ; 𝑪 = 𝜷𝟑; 𝑫 = 𝜷𝟒; 𝑬 = 𝜷𝟓;
Kemudian akan dihitung koordinat pada titik B, C, D dan E.

Utara
E

β5
αAE
αAB
A β1
β4 D

β3
β2

C
B

Gambar 5. 16 Poligon tertutup

90
Martince Novianti Bani
Sistematika penyelesaiannya sebagai berikut:
1. Perhatikan sket pada Gambar 5.16 (sesuai data pengukuran lapangan)
2. Menghitung kesalahan total sudut ukuran atau closing error polygon (𝒇)
𝒇 = {( 𝛃) − 𝒏. 𝟏𝟖𝟎𝑶}
3. Menghitung nilai koreksi sudut dan nilai sudut terkoreksi
Nilai koreksi total = −𝒇
Besarnya koreksi setiap sudut ukuran (∆𝜷) = −𝒇𝜷⁄𝑵
Dalam hal ini, notasi N = banyaknya sudut poligon yang diukur
Nilai sudut terkoreksi: 𝜷 = 𝜷𝒏 + ∆𝜷
4. Menghitung azimuth/sudut jurusan setiap sisi poligon secara berurutan
𝜶𝑩𝑪 = 𝜶𝑨𝑩 + 𝜷𝟐 − 𝟏𝟖𝟎𝑶
𝜶𝑪𝑫 = 𝜶𝑩𝑪 + 𝜷𝟑 − 𝟏𝟖𝟎𝑶 = 𝜶𝑨𝑩 + 𝜷𝟐 + 𝜷𝟑 − (𝟐 𝒙 𝟏𝟖𝟎𝑶)
𝜶𝑫𝑬 = 𝜶𝑪𝑫 + 𝜷𝟒 − 𝟏𝟖𝟎𝑶 = 𝜶𝑨𝑩 + 𝜷𝟐 + 𝜷𝟑 + 𝜷𝟒 − (𝟑 𝒙 𝟏𝟖𝟎𝑶)
𝜶𝑬𝑨 = 𝜶𝑫𝑬 + 𝜷𝟓 − 𝟏𝟖𝟎𝑶 = 𝜶𝑨𝑩 + 𝜷𝟐 + 𝜷𝟑 + 𝜷𝟒 + 𝜷𝟓 − (𝟒 𝒙 𝟏𝟖𝟎𝑶)
5. Menghitung kesalahan jarak ukuran arah Absis (𝒇𝒙) dan Ordinat (𝒇𝒚)
𝒇𝒙 = {(𝒅 . 𝐬𝐢𝐧 𝜶)}
𝒇𝒚 = {(𝒅 . 𝐜𝐨𝐬 𝜶)}
6. Menghitung nilai koreksi jarak
Nilai koreksi jarak total arah 𝑿 (absis) = −𝒇𝒙
Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah 𝑿 ∶ 𝒙 = (𝒅/𝒅) . (−𝒇𝒙)
Nilai koreksi jarak total arah Y (ordinat) = −𝒇𝒚
Besar koreksi setiap jarak ukuran dalam arah 𝒀 ∶ 𝒚 = (𝒅/𝒅) . (−𝒇𝒚)
7. Menghitung koordinat titik B, C, D dan E.
𝑿𝑩 = 𝑿𝑨 + 𝒅𝑨𝑩 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑨𝑩 + 𝜹𝒙𝟏 𝒀𝑩 = 𝒀𝑨 + 𝒅𝑨𝑩 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑨𝑩 + 𝜹𝒚𝟏
𝑿𝑪 = 𝑿𝑩 + 𝒅𝑩𝑪 𝒔𝒊𝒏 𝜶𝑩𝑪 + 𝜹𝒙𝟐 𝒀𝑪 = 𝒀𝑩 + 𝒅𝑩𝑪 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑩𝑪 + 𝜹𝒚𝟐
𝑿𝑫 = 𝑿𝑪 + 𝒅𝑪𝑫 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑪𝑫 + 𝜹𝒙𝟑 𝒀𝑫 = 𝒀𝑪 + 𝒅𝑪𝑫 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑪𝑫 + 𝜹𝒚𝟑
𝑿𝑬 = 𝑿𝑫 + 𝒅𝑫𝑬 𝒔𝒊𝒏 𝜶𝑫𝑬 + 𝜹𝒙𝟒 𝒀𝑬 = 𝒀𝑫 + 𝒅𝑫𝑬 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑫𝑬 + 𝜹𝒚𝟒
𝑿𝑨 = 𝑿𝑬 + 𝒅𝑬𝑨 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑬𝑨 + 𝜹𝒙𝟓 𝒀𝑨 = 𝒀𝑬 + 𝒅𝑬𝑨 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑬𝑨 + 𝜹𝒚𝟓
(Catatan: Koordinat titik A ini perlu dihitung sebagai kontrol hitungan!)

91
Martince Novianti Bani
Contoh:
Serangkaian titik-titik dalam jaringan poligon tertutup dinotasikan sebgai poligon P-Q-R-S-P. Pada
salah satu sisi poligon diketahui koordinatnya yaitu pada titik P: XP = +100,000 meter; YP = +50,000
meter dan Azimuth PQ = 𝜶𝑷𝑸 = 62O 02’ 30”. Kemudian diukur pula jarak mendatarnya yaitu dPQ =
172,200 m; dQR = 87,520 m; dRS = 93,810 m; dSP = 141,080 m; Serta sudut dalam pada titik P = 1 =
54O 04’ 35”; titik Q = 2 = 90O 22’ 25” titik R = 3 = 106O 16’ 30”; dan titik S = 4 = 109O 16’ 50”.
Hitunglah koordinat pada titik Q, R dan S! R
Sket Poligon Tertutup:
β3
S
β4

β2
Q
Utara
αPQ
β1

P
Penyelesaian:
1. Perhatikan sket gambar poligon (sesuai dengan data pengukuran lapangan)
2. Menghitung kesalahan total sudut ukuran atau closing error polygon (𝒇)
𝒇 = {( 𝛃) − 𝒏 . 𝟏𝟖𝟎𝑶} = {( 𝛃) − (𝑵 − 𝟐) . 𝟏𝟖𝟎𝑶}
= {(360º 00’ 20”)*(4 – 2) . 180 º }
= (360 º 00’ 20”) – (360 º)
= 00 º 00’ 20”
3. Menghitung nilai koreksi sudut dan nilai sudut terkoreksi
Nilai koreksi total = −𝒇 = 00 º 00’ 20”
Besarnya koreksi setiap sudut ukuran (∆𝜷) = −𝒇𝜷⁄𝑵
= 00 00’ 20”/4
= -00 00’ 05”
Nilai sudut terkoreksi: 𝜷 = 𝜷𝒏 + ∆𝜷
𝜷𝟏 = 𝜷𝟏 𝒏 + ∆𝜷 = 54 04’ 35” + (-0000’ 05”) = 54 04’30”
𝜷𝟐 = 𝜷𝟐 𝒏 + ∆𝜷 = 90 22’ 25” + (-00 00’ 05”) = 90 22’20”
𝜷𝟑 = 𝜷𝟑 𝒏 + ∆𝜷 = 106 16’ 30 + (-00 00’ 05”) = 10616’25”
𝜷𝟒 = 𝜷𝟒 𝒏 + ∆𝜷 = 109 16’ 50” + (-00 00’ 05”) = 10916’45”
92
Martince Novianti Bani
4. Menghitung azimuth/sudut jurusan setiap sisi poligon secara berurutan
Diketahui azimuth PQ = 𝜶𝑷𝑸 = 62 02’ 30”
𝜶𝑸𝑹 = 𝜶𝑷𝑸 + 𝜷𝟐𝟏 − 𝟏𝟖𝟎𝑶
= 62 02’ 30” + 90 22’20” - 180
= -2735’ 10” + 360
= 332 24’ 50”
𝜶𝑹𝑺 = 𝜶𝑸𝑹 + 𝜷𝟑 − 𝟏𝟖𝟎𝑶
= 33224’ 50”+ 106 16’25”- 180
= 258 41’ 15”
𝜶𝑺𝑷 = 𝜶𝑹𝑺 + 𝜷𝟒 − 𝟏𝟖𝟎𝑶
= 258 41’ 15” + 10916’45” - 180
= 187 58’ 00”
𝜶𝑷𝑸 = 𝜶𝑺𝑷 + 𝜷𝟏 − 𝟏𝟖𝟎𝑶
= 18758’ 00” + 54 04’30”- 180
= 62 02’ 30” (Azimuth PQ ini perlu dihitung sebagai kontrol hitungan!)
5. Menghitung kesalahan jarak ukuran dalam arah X: (𝒇𝒙) dan arah Y: (𝒇𝒚)
Menghitung kesalahan total jarak ukuran arah absis (𝒇𝒙):
𝒇𝒙 = {(𝒅 . 𝐬𝐢𝐧 𝜶)}
= {𝒅𝑷𝑸 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑷𝑸 + 𝒅𝑸𝑹 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑸𝑹 + 𝒅𝑹𝑺 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑹𝑺 + 𝒅𝑺𝑷 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑺𝑷 }
= {152,102 + (-40,529) + (-91,987) + (-19,553)}
= 0,033
Menghitung kesalahan total jarak ukuran arah ordinat (𝒇𝒚):
𝒇𝒚 = {(𝒅 . 𝐜𝐨𝐬 𝜶)}
= {𝒅𝑷𝑸 𝐜𝐨𝐬 𝜶𝑷𝑸 + 𝒅𝑸𝑹 𝐜𝐨𝐬 𝜶𝑸𝑹 + 𝒅𝑹𝑺 𝐜𝐨𝐬 𝜶𝑹𝑺 + 𝒅𝑺𝑷 𝐜𝐨𝐬 𝜶𝑺𝑷 }
= {80,732 + 77,570 + (-18,402) + (-139,718)}
= 0,182
6. Menghitung nilai koreksi setiap jarak ukuran
Nilai koreksi jarak total arah 𝑿 (absis) = −𝒇𝒙 = -0,033
Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah 𝑿 ∶ 𝒙 = (𝒅/𝒅) . (−𝒇𝒙)
𝒅 = 𝒅𝑷𝑸 + 𝒅𝑸𝑹 + 𝒅𝑹𝑺 + 𝒅𝑺𝑷
= 172,200 + 87,520 + 93,810 + 141,080
= 494,610

93
Martince Novianti Bani
𝜹𝒙𝟏 = (𝒅𝑷𝑸⁄𝒅) . (−𝒇𝒙) 𝜹𝒙𝟐 = (𝒅𝑸𝑹 ⁄𝒅) . (−𝒇𝒙)
= (172,200/494,610) . (-0,033) = (87,520/494,610) . (-0,033)
= -0,011 = -0,006
𝜹𝒙𝟑 = (𝒅𝑹𝑺⁄𝒅) . (−𝒇𝒙) 𝜹𝒙𝟒 = (𝒅𝑺𝑷⁄𝒅) . (−𝒇𝒙)
= (93,810 /494,610) . (-0,033) = (141,080/494,610) . (-0,033)
= -0,006 = -0,010

Nilai koreksi jarak total arah Y (ordinat) = −𝒇𝒚 = -0,182


Besar koreksi setiap jarak ukuran dalam arah 𝒀 ∶ 𝒚 = (𝒅/𝒅) . (−𝒇𝒚)
𝜹𝒚𝟏 = (𝒅𝑨𝑩 ⁄𝒅) . (−𝒇𝒚) 𝜹𝒚𝟐 = (𝒅𝑩𝑪 ⁄𝒅) . (−𝒇𝒚)
= (172,200/494,610) . (-0,182) = (87,520/494,610) . (-0, 182)
= -0,063 = -0,032
𝜹𝒚𝟑 = (𝒅𝑪𝑫⁄𝒅) . (−𝒇𝒚) 𝜹𝒚𝟒 = (𝒅𝑫𝑬⁄𝒅) . (−𝒇𝒚)
= (93,810/494,610) . (-0, 182) = (141,080/494,610) . (-0, 182)
= -0,035 = -0,052

7. Menghitung koordinat titik Q, R dan S


𝑿𝑸 = 𝑿𝑷 + 𝒅𝑷𝑸 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑷𝑸 + 𝜹𝒙𝟏 𝒀𝑸 = 𝒀𝑷 + 𝒅𝑷𝑸 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑷𝑸 + 𝜹𝒚𝟏
= 100,000 + 152,102 + (-0,011) = 50,000 + 80,732 + (-0,063)
= 252,091 meter = 130,669 meter
𝑿𝑹 = 𝑿𝑸 + 𝒅𝑸𝑹 𝒔𝒊𝒏 𝜶𝑸𝑹 + 𝜹𝒙𝟐 𝒀𝑹 = 𝒀𝑸 + 𝒅𝑸𝑹 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑸𝑹 + 𝜹𝒚𝟐
= 252,091+ (-40,529) + (-0,006) = 130,669+ 77,570 + (-0,032)
= 119,556 meter = 208,207 meter
𝑿𝑺 = 𝑿𝑹 + 𝒅𝑹𝑺 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑹𝑺 + 𝜹𝒙𝟑 𝒀𝑺 = 𝒀𝑹 + 𝒅𝑹𝑺 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑹𝑺 + 𝜹𝒚𝟑
= 119,556 + (-91,987) + (-0,006) = 208,207 + (-18,402) + (-0,035)
= 119,563 meter = 189,770 meter
Sebagai kontrol hitungan:
𝑿𝑷 = 𝑿𝑺 + 𝒅𝑺𝑷 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑺𝑷 + 𝜹𝒙𝟒 𝒀𝑷 = 𝒀𝑺 + 𝒅𝑺𝑷 𝒄𝒐𝒔 𝜶𝑺𝑷 + 𝜹𝒚𝟒
= 119,563 + (-19,553)+ (-0,010) = 189,770 + (-139,718) + (-0,052)
= 100,000 meter = 50,000 meter

(Catatan: Koordinat titik P hitungan ini harus = data koordinat P!)

94
Martince Novianti Bani

Anda mungkin juga menyukai