Aryono Prihandito
PENGERTIAN :
• Proyeksi Peta merupakan suatu sistem
yang memberikan hubungan antara
posisi titik di bumi dan di peta
Macam Model Bumi
Fungsi utama Geodesi adalah penentuan posisi
titik-titik di atas permukaan bumi dalam suatu
sistem koordinat tertentu.
Model permukaan bumi yang umum digunakan :
1. Geoid
2. Elipsoid
3. Bola
4. Bidang datar
Geoid : adalah bidang ekuipotensial gaya berat
bumi (bidang nivo) yang berimpit dengan
permukaan air laut rata-rata ( MSL).
Bentuknya tidak teratur sehingga sulit dipakai
sebagai bidang acuan hitungan, dipakai sebagai
acuan untuk posisi vertikal (karena bidang nivo
tegak lurus garis arah gaya berat (plumb line))
Elipsoid, adalah ellips yang diputar dengan
poros sumbu pendeknya, digunakan sebagai
bidang acuan hitungan. Parameternya : a, b, f,e
Bola, penggunaan bola segabai bidang acuan
hitungan geodetik diterapkan pada kasus tertentu ,
seperti pada wilayah sempit, tidak memerlukan
ketelitian yang tinggi, dsb.
Bidang datar, contoh dalam ilmu ukur tanah
(rendah) dengan areal pemetaan yang tidak terlalu
luas (maks 30 km x 30 km). Pemetaan daerah tsb.
langsung dihitung dan digambar dari hasil
pengukuran di lapangan tanpa menggunakan
proyeksi peta.
Dari Bumi ke Elipsoid
Permukaan Bumi
Z
Titik P di permukaan bumi
Elipsoid (model matematis)
Proyeksi titik P pada elipsoid
P Garis lintang P
Garis bujur P
Zp Equator/katulistiwa
Bujur 0°
Xp Y
Yp Koordinat P ( Lintang, Bujur)
X Sumbu X, Y dan Z
Koordinat P(Xp, Yp, Zp)
Definisi Datum Geodesi
Elipsoid referensi sepusat dg bumi
Dimensi Elipsoid bisa beragam-
lebih kecil/besar
Elipsoid bisa bergeser dan tidak
sepusat dengan bumi
Elipsoid referensi juga bisa diputar
Kesimpulan:
Datum geodesi terkait
Dimensi, posisi dan orientasi
Elipsoid referensi terhadap
pusat bumi
Dari Elipsoid ke Peta
• Dari bidang lengkung ke bidang datar
Elipsoid referensi bumi
Titik P di mermukaan elipsoid
Dengan koordinat (lintang bujur)
Silinder membungkus elipsoid P
Proyeksi titik P dan lintang
bujurnya di bidang silinder P
Silinder dibuka menjadi
bidang datar (peta)
Garis lintang P dan equator di
bidang datar (peta)
Garis bujur P di bidang datar
(peta)
Titik P di atas bidang datar
Sebagai hasil proses proyeksi
peta
Sistem Koordinat Geodetik
KONSEP PROYEKSI PETA
Peta : merupakan gambar permukaan bumi
pada bidang datar dalam ukuran yang lebih
kecil.
Kedudukan secant
Macam proyeksi ditinjau dari sifat asli
yang dipertahankan :
Meridian nol
Meridian
Ekuator
(paralel)
Bujur (Longitude)
B
Q
A
P
a
Eksentrisitas kedua : e'2 a b
2 2
2
b
Dimensi Elipsoid
W (1 e sin )
2 2 1
P 2
b
φ a2
a C= a(1+e ' )
2 12
C C sin
x cos z
V V (1 e '2 )
C
Jari-jari Kelengkungan Meridian : M 3
V
Jari-jari Kelengkungan pada Bidang Vertikal Utama : C a
N
V W
Jari – jari Rata-rata Bola Bumi (Gauss) :
R= NM
x x y y z z
F=
x y z
2 2 2
G=
Besaran Gauss pada Elipsoid
z
X=x cos Y=x sin Z=z
X, Y, Z = koordinat titik P
C
P X= cos cos
V
λ
C
Y= cos sin
V
y Csin
Z=
x V(1+e '2 )
C2
G= 2 cos 2 N cos
2
C 2
E= 6 M 2 F=0
V
V
Besaran Gauss pada Bola
z
X=R cos cos
Y=R cos sin
P Z=R sin
R =lintang
=bujur
φ
λ
E=R 2
y F=0
x
G=R 2 cos 2
Besaran Gauss pada Kerucut dan Silinder
Kerucut :
R 2 (1 cot 2 )
E=
cos cot sin
4
F=0
R2
h P G=
1 cot tan
2
φ
λ Silinder :
R2
π E=
cos 4
F=0
G=R 2
Tissot Indicatrix
II I II’
I’
E'
a=h=
E
Distorsi sepanjang meridian :
G'
b=k=
G
Jarak di peta
Faktor skala=k=
Jarak di bumi
Gambar Peta Polieder.
00
00 X
20’ X
20’
3 1 : 25.000 5’ x 5’ 16
4 1 : 5.000 2’ x 2’ 100
Skala, Ukuran dan
Nomor Lembar Peta
NO SKALA UKURAN No LEMBAR PETA
4 1 : 5.000 2’ x 2’ 138/LI-92
Sistem Pembagian skala dan pemberian nomer lembar
Peta Polieder :
Tali busur A uk
α = sdt. Jurusan ; γ = kon. meridian ; ψ = koreksi jurusan ; A uk = azimut ukuran
• φ0 = lintang titik tengah bagian derajat
• φ = lintang ttk yg dicari x dan y, selalu pos untuk LU dan LS
• λ0 = bujur titik tengah bagian derajat
• λ = bujur ttk yg. dicari koord. Ortogonalnya, neg utk. BB, pos utk BT
Ditanyakan : koordinat x dan y dari suatu titik di dalam suatu bagian derajat
0
0
a. Untuk titik yang terletak di sebelah utara ekuator :
x A C
y B D 2 1. D 2 2 3
b. Untuk titik yang terletak di sebelah selatan ekuator :
x A C
y B D 2 1. D 2 2 3
0,0 Ekuator
• Garis Loxodrome atau rhumbline antara
titik A dan B adalah garis atau kurva yang
memotong meridian dengan azimuth yang
konstan.
• Garis loxodrome digambarkan sebagai
garis lurus yang mempunyai sudut jurusan
yang tetap, sehingga proyeksi silinder
konform yang normal banyak digunakan
pada peta untuk navigasi.
Gambar 04. Ilustrasi garis Loxodrome dan Orthodrome pada suatu Grid
Sudut jurusan garis loxodrome antara dua titik dapat
ditentukan dengan menggunakan koordinat-koordinat dua
titik itu, baik yang dinyatakan dengan φ dan λ, maupun yang
dinyatakan dengan x’ dan y’ yang berturut didapat dengan
rumus :
x' R
y' ln tg (45 1 )
2
h k sec
S sec 2
2 0
1 - 2 e ln tg {log tg (45 1 2 2 ) - log tg (45 1 2 1 )
x 2 ' - x1 '
tg
y 2 ' - y1 '
Ciri-ciri penting pada proyeksi peta Mercator :
• Proyeksi silinder normal konform, sumbu silinder
berimpit dengan sumbu bumi.
• Ekuator diproyeksikan ekuidistan, yang artinya
panjang garis disepanjang ekuator sama dengan
panjang garis di bidang peta (dengan
memperhatikan skala petanya).
• Proyeksi ini baik digunakan untuk pemetaan
disepanjang ekuator. semakin menjauhi ekuator,
distorsinya semakin besar.
• Kutub-kutub tidak dapat digambarkan, karena
letaknya tak terhingga.
• Garis loxodrome (garis yang membentuk sudut
yang sama terhadap meridian)akan tergambar
sebagai garis lurus. Sifat ini penting untuk
navigasi.
Lanjutan ...
Y1 Y1Y2 Y2
2 2
k
6R 2
3. Koordinat
Rumus Transformasi koordinat Geodetis (,)
ke koordinat peta Mercator (X,Y)
a
X "
"
Y (A1 ) " (A 3 ) "3 (A 5 ) "5 ...
Dalam hal ini :
a (1 - e 2 )
A1
"
a (1 - e 2 - 2e4)
A3
6 "3
a (5 - e 2 20e4 - 24e6)
A5
120 "5
Rumus Transformasi koordinat peta Mercator
(X,Y) ke Geodetis (, )
"
X
a
(B1 )Y - (B3 )Y 3 (B5 )Y 5 - ...
Dalam hal ini
"
B1
a (1 - e 2 )
"(1 2e 2 )
B3
6a 3 (1 - e 2 )3
"(5 36e 2 16 e 4 )
B5
120a 3 (1 - e 2 )3
Bila diketahui φ dan λ :
x ' a 0
1 e sin
e
2
y ' a ln tan
4 2 1 e sin
Rumus Invers :
1 e sin
e
2
2 arctan t
2 1 e sin
y'
te a
2 e e e4 e6 e6
4 6
y'
ln tan e ... sin ... sin 3 ... sin 5 ...
a 4 2 4 8 12 16 80
x'
0
a
Untuk menghindari iterasi bisa dipakai rumus :
CIRI-CIRI PROYEKSI TM :
• Silinder, Konform, tangent, transversal
• meridian tengah berimpit dengan meridian standart, k = 1
•Lebar zone 3o
Meridian tengah = meridian standart
3o
Bila diketahui koordinat geografis / geodetis :
x’ = R ko arc tan B
y’ = R ko {arc tan [tan φ / cos (λ – λo)] – φo }
B = cos φ sin (λ – λo)
Ko = faktor skala sepanjang meridian tengah λo
Rumus Invers :
φ = arc sin [sin D / cosh (x’ / R ko )]
λ = λo + arc tan [sinh (x’ / R ko ) / cos D ]
D = y’ / (R ko) + φo (radian)
PROYEKSI TRANSVERSE
MERCATOR 3° ( TM 3° - BPN)
Badan Pertanahan Nasional (BPN), melalui
Peraturan Menteri Negara Agraria (PMNA) No.3
tahun 1997 telah menetapkan bahwa untuk
pembuatan peta dasar pendaftaran dan peta
pendaftaran guna penyelenggaraan pendaftaran
tanah digunakan system proyeksi Transverse
Mercator 3°. Proyeksi TM 3° beracuan pada
ellipsoid referensi pada datum World Geodetic
System 1984 (WGS ’84) yang kemudian disebut
Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN ’95). Hal ini
dilakukan seiring dengan dikeluarkannya SK
Bakosurtanal no. HK.02.04/II/KA/1996 yang
menentapkan bahwa setiap kegiatan survey dan
pemetaan di wilayah Indonesia harus mengacu
pada Datum Geodesi Nasional 1995 dengan
spheroid acuan seperti pada datum WGS ’84.
Kedudukan silinder memotong bumi pada TM 3°
Dimana: b = B - B0
(a0) = k0 · G
k0 = 0,9999
G = E0 (L/) + E2 Sin 2L + E4 Sin 4L + E6 Sin 6L +….
(a1) = + k0 · N Cos L /
(a2) = + k0 · N Sin L Cos L / 23
(a3) = + k0 · N Cos3 L ( ( N/M ) – Tan 2 L ) / 63
(a4) = + k0 · N Sin L Cos3 L { 4 (N/M)2 + (N/M) -Tan 2 L }/ 244
(a0) = + k0 · N Cos5 L { 14 (N/M)2 – 18 Tan 2 L -9 }/ 1205
N = a / (1 - e2 Sin2 L )0,5
M = a (1 - e2 ) / (1 - e2 Sin2 L )1,5
ρ = 206265 “ ; e2 = 0,006694
KONVERSI KOORDINAT PROYEKSI TM 3° KE DALAM
KOORDINAT GEODETIK
L = L1 + (c2) X2 + (C4) X4
B = B0 + (c1) X + (C3) X3 + E5
Konvergensi Grid γ
Di titik P1, P2, P3, dan P4
Nilai konvergensi
Dalam hal ini : N = a / ( 1 – e2 sin2 L)1/2
e’2 = (a2 – b2) / b2
ρ = 206265 ”
Keterangan : - Δ B” = B – B0
- X = absis titik dimana akan dihitung (dalam satuan meter)
- Nilai koefisien [ p] dan [ q ] diperoleh dari Tabel
KOREKSI KELENGKUNGAN GARIS
k = k0 [ 1 + ( x2 / 2 r2) ]
Dimana :
X= absis titik yang bersangkutan
ko = 0,9999
r2 =162 N.M dihitung pada lintang geodetik titik yang bersangkutan.
D=k·S
D=m·S
CCatatan :
(1). Rumus diatas digunakan untuk S< 2 000 m.
(2). X dihitung pada absis rata-rata titik ujung jarak proyeksi
(3). r (jari jari) dihitung pada lintang, rata-rata titik-titik ujung jarak ellipsoida
(4). Titik-titik ujung jarak harus terletak pada zone yang sama.
KOREKSI PROYEKSI TM-3°
JARAK PROYEKSI
Jarak pada bidang proyeksi ( D ), dihitung dari jarak pada ellipsoida referensi ( S), dengan
menerapkan faktor skala titik, ( k ) atau faktor skala garis ( m).
dimana X = ½ ( X1 + X2 )
Selanjutnya :
D =k·S
D =m·S
KOREKSI SUDUT
Sudut mendatar pada bidang proyeksi ( β ), dihitung dari sudut pada ellipdoida referensi
( βe ). Lihat gambar
Β = βe + ( ψ23 - ψ21 )
ElIipsoida referensi
Bila S adalah jarak mendatar ukuran pada tinggi H, maka jarak S pada ellipsoid
refernsi dihitung dengan menggunakan rumus :
Bidang proyeksi
Ekuator
PROYEKSI GNOMONIS TRANSVERSAL
Bidang proyeksi
PROYEKSI AZIMUTAL STEREOGRAFIS
Bidang
proyeksi
Proyeksi Strereografis Transversal
Bidang
proyeksi
PROYEKSI AZIMUTAL ORTOGRAFIS
Bidang
proyeksi
Proyeksi Ortografis Transversal
Bidang
proyeksi
Konversi koordinat dari suatu sistem grid
ke sitem grid lainnya.
Metode ini akan mengkonversi sistem yang mempunyai proyeksi yang
berbeda, titik origin berbeda, sferoid berbeda dan unit yang berbeda.
Diperlukan 3 titik yang membentuk segitiga dengan sisi antara 20 – 25
km dan posisinya diketahui pada tiap sistem grid.
Bila area luas, dibuat suatu rangkaian segitiga dan dihitung setiap
segitiga.
Misalkan harga koordinat dari 3 titik pada dua sistem grid :
Grid A Grid B
Stasiun I : y1 T1
x1 U1
Stasiun II : y2 T2
x2 U2
Stasiun III : y3 T3
x3 U3
Koordinat timur :
Stasiun I : U1 = p + q y1 + r x1
Stasiun II : U2 = p + q y2 + r x2
Stasiun III : U3 = p + q y3 + r x3
p = U1 – q y1 – r x1
= U2 – q y2 – r x2
= U3 – q y3 – r x3
q = (U1 – U3) + r (x3 – x1) = (U2 – U3) + r ( x3 – x2)
(y1 – y3) (y2 – y3)
r = (U2 – U3)(y1 – y3) – (U1 – U3)(y2 – y3)
(x3 – x1)(y2 – y3) – (x3 – x2)(y1 – y3)
Transformasi dari suatu datum ke datum
lainnya.
ZA ZB
P P(φA,λA) P(φB, λB)
φB = φA + dφ
λB = λA + dλ
YB
YA
XB ∆X
∆Y
xA
Diberikan besaran pergeseran datum : ∆X, ∆Y, ∆Z, ∆a, ∆f, maka
besaran dφ dan dλ bisa dicari dari rumus Molodensky :