Anda di halaman 1dari 2

Pembangunan Tol Priok Menghadapi Masalah

Jalan bebas hambatan merupakan bagian dari jaringan jalan yang ada. Pembangunan
Jalan Bebas Hambatan Tanjung Priok dilaksanakan sepanjang Jalan Arteri yang sudah
ada,yaitu Jalan Cakung-Cilincing-Jl.Jampea, Jl.Laks.RE Martadinata, Jl.Yos Sudarso,yang
merupakan satu-satunya jalan akses yang ada,menuju Pelabuhan Internasional Tanjung Priok
ke atau dari sebelah timur, barat dan wilayah selatan.
Tujuan pembangunan Jalan Bebas Hambatan Tanjung Priok ini,salah satunya adalah
menyediakan akses langsung ke atau dari Pelabuhan Internasional Tanjung Priok yang saat
ini menempati peringkat ke 24 di dunia dalam jumlah arus peti kemas yang keluar masuk.
Jalan bebas hambatan Tanjung Priok ini merupakan bagian dari sistem jaringan jalan tol
Jabodetabek yang terhubung ke lingkar luar Jakarta.
Jalan Bebas Hambatan Tanjung Priok berfungsi meningkatkan kapasitas jaringan jalan
di wilayah Metropolitan Jakarta, serta menyiapkan fungsi jalan pintas untuk mengurangi
kepadatan lalulintas di Jakarta. Juga,menyiapkan akses tol yang lebih baik ke Pelabuhan
Tanjung Priok dan fasilitas pelabuhan terkait, serta menghubungkan ruas Jakarta Outer Ring
Road (JORR) dengan Jakarta Inter Urban Toll (JIUT).
Kepala Satuan Kerja (Satker) Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan Tanjung Priok,
Bambang Nurhadi mengatakan,pembangunan Jalan Bebas Hambatan Tanjung Priok
menyiapkan akses tol yang lebih baik ke Pelabuhan Tanjung Priok, yaitu Ramp On dan Ramp
Off Koja dirancang khusus masuk dan keluar pelabuhan. Secara general menghubungan
jaringan jalan lingkar luar jakarta atau JORR yang ada di sisi utara.
Terkait masalah pembiayaan, pada 31 Maret 2005 dilakukan Loan Agreement dengan
JBIC Jepang untuk phase 1 dengan nilai Rp 2,236 triliun. Sedangkan untuk phase 2 Loan
Agreement dilakukan pada tanggal 29 Maret 2006, dengan nilai Rp 2,263 triliun. Dilanjutkan
kerjasama dengan Pemprov DKI Jakarta, terkait biaya tanah kurang lebih Rp 400 milyar,
tetapi perjanjian kerjasamanya baru selesai dikerjakan pada tahun 2008-2009. Ini ada dasar
hukumnya sesuai dengan tata ruang wilayah nasional dan masuk dalam masterplan.
Akibat proses perencanaan dan tendering yang lama, sehingga terjadi kenaikan harga
dan anggaran loan tidak cukup untuk membiayai proyek tersebut, akhirnya dilakukan suatu
terobosan dengan membuat pemaketan baru. Dari pemaketan baru tersebut, antara lain:
seksiE-1panjang 3,4 km dikerjakan mulai 5 Juli 2010 sampai dengan selesai pada 5 Juli 2011
dan kini sudah operasional.Seksi E-2panjang 2,74 km mulai dilaksanakan Oktober 2011
rencana selesai September 2014. Untuk E2A panjang 1,92 km ada triple decker atau 3 lapis
Simpang Susun, mulai dikerjakan Januari 2012 dan rencana selesai Januari 2015. Sedangkan
NS Link panjang 2,24 km mulai dilaksanakan Maret 2011selesai Desember 2013, dan NS
Direct Ramp panjang 1,1 km mulai dilaksanakan Januari 2014 rencana selesai Juli 2015.
Oleh karena keterlambatan tersebut maka total biaya pembangunan Jalan Tol Tanjung Priok
yang membentang sepanjang 11,58 kilometer ini menelan biaya total sekitar Rp 4,4 triliun.
Seksi E1 Rorotan-Cilincing dilaksanakan SMCC Hutama Karya, JO, sudah selesai
100% dan sudah dioperasikan. Untuk Seksi E-2 Cilincing-Jampea dikerjakan oleh Kajima
Waskita Karya, JO. Seksi E2A Jampea-Simpang Jampea dilaksanakan oleh Obayashi Jaya

Konstruksi, JO. Seksi NS Link Yos Sudarso-Simpang Jampea dilaksanakan SMCC- Hutama
Karya, JO dan Seksi NS Direct Ramp dilaksanakan Tobishima Wijaya Karya, JO.
Pelaksanaan proyek akses Tol Tanjung Priok masih terus berjalan. Kontrak untuk pekerjaan
paket 5 atau yang terakhir baru dimulai, dengan progres fisik masih nol sekian persen.
Namun, kami tetap optimis keseluruhan proyek ini direncanakan dapat rampung pada Juli
2015 mendatang, ujar Bambang Nurhadi.

Anda mungkin juga menyukai