PERKERASAN KAKU
Disusun oleh :
Rahma Wulan
Rizki Fikri Imanullah
Wasis Pambudi Prakarsa
Wisely Mardiansyah
Perkerasan lentur dibuat dgn material yg relatif kurang kaku, sehingga tidak
menyebarkan beban sebaik pada beton, sehingga memerlukan tebal yang lebih besar
untuk meneruskan beban ke subgrade.
Faktor yg dipertimbangkan dalam disain perkerasan adalah kekuatan struktur beton,
dengan alasan ini variasi kecil pada subgrade mempunyai pengaruh yg kecil pada kapasitas
perkerasan menanggung beban.
Perbedaan lain bahwa perkerasan beton menyediakan kemungkinan berbagai tektur, warna
perkerasan, sehingga secara asitektur lebih baik
.
1.2 Jenis-Jenis Perkersan Kaku
A. Perkerasan Beton Semen : Perkerasan kaku dengan beton sebagai lapisan aus
Terdapat 4 Jenis Perkersan Beton Semen
1) Perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan
2) Perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan
3) Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan tulangan
4) Perkersan beton semen pratekan
Perbaikan permukaan yang sudah halus (polished) hanya bisa dilakukan dengan grinding
machine atau pelapisan ulang dengan campuran aspal, yang kedua-duanya19 memerlukan
biaya yang cukup mahal.
2. LAPIS PONDASI
Lapis pondasi (base course) terdiri atas satu lapis plat (slab) beton semen mutu tinggi yang
kira-kira setara dengan beton K-350 sampai K-400. Dalam perkembangan terakhir, plat beton ini
dapat juga terdiri atas beton pratekan.
Lapis pondasi yang terdiri atas plat beton semen ini merupakan konstruksi utama dari
perkerasan kaku, yang apabila kontak langsung dengan roda lalu lintas (berfungsi sebagai lapis
permukaan / surface course), maka permukaannya harus rata, tidak mudah aus dan tidak
licin.Lapis pondasi tidak boleh lekat (unbonded) dengan lapis pondasi bawah.
Distribusi tegangan akibat beban lalu lintas pada permukaan Tanah Dasar
(Subgrade) oleh Perkerasan Kaku (Rigid Pavement).
4. IDENTIFIKASI JENIS PERALATAN
Untuk dapat mengidentifikasi jenis peralatan diperlukan data-data sebagai berikut:
•Jenis, volume pekerjaan beton, spesifikasi teknik, lokasi pekerjaan dan kondisi lapangan;
•Jadwal waktu yang disediakan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan pekerjaan beton
semen;
•Metode kerja pelaksanaan pekerjaan yang akan digunakan
Pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton memerlukan peralatan utama yang meliputi:
4.1 Peralatan Pencampur (Batching Plant) dan Pengangkut Beton
Pembuatan campuran beton yang bermutu tinggi memerlukan perhatian yang sangat teliti
pada setiap tahapan kegiatannya, mulai dari penetapan dan penakaran komposisi bahan pembentuk
beton, pencampuran, sampai kepada pengangkutannya ke lokasi pengecoran. Pada umumnya,
proses produksi campuran beton meliputi kegiatan–kegiatan sebagai berikut:
•Penakaran bahan-bahan beton;
•Pencampuran;
•Pengangkutan ke lokasi pengecoran;
•Penempatan / pengecoran;
•Pemadatan (konsolidasi) dan perawatan (Curing);
•Penyelesaian akhir / Perapihan (Finishing).
Kegiatan penakaran bahan-bahan pembentuk beton dalam bahasa asing disebut batching.
Penakaran dapat dilakukan berdasarkan berat maupun berdasarkan volume bahan tersebut. Tetapi,
penakaran berdasarkan berat lebih umum dilakukan karena dipandang lebih praktis.
Batcher equipment adalah kontainer yang berfungsi sebagai penampung dan untuk mengukur
material beton sebelum dituangkan ke dalam Concrete Mixer. Untuk menentukan batcher yang
harus digunakan, kapasitas batcher tersebut minimal 3 (tiga) kali kapasitas alat pencampur
(concrete mixer).
Apabila di lapanganterjadi satu proyek menggunakan beberapa Batching Plant, bahkan dari
beberapa perusahaan pemasok, maka diperlukan kecermatan yang lebih tinggi dari Pelaksana
Lapangan yang bersangkutan untuk dapat mengendalikan mutu maupun jumlah campuran beton
yang harus diterimanya agar tetap konsisten dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan
Batching Plant jenis pan mixer dengan Truk Ready Mix
1) auger yang dapat menyebarkan adukan beton secara merata ke seluruh bagian lebar perkerasan;
3) vibrator dengan jumlah cukup untuk menjamin keseragaman dan konsolidasi seluruh campuran beton
dan ditempatkan pada selebar mold dengan frekwensi 160 – 200 Hertz yang kedudukannya harus lentur
agar tetap berfungsi walaupun harus menyentuh tulangan;
4) mold (slipform pan / finishing pan) pembentuk perkerasan harus terbuat dari baja berkualitas sangat
tinggi dan bentuknya harus menjamin agar beton yang dibentuk tidak terseret dan menghasilkan beton
yang padat;
5) super smoother / float pan finisher – penempa akhir yang menghaluskan – meratakan permukaan akhir
perkerasan dan bergerak secara oskilasi;
6) tie bar inserter (penyisip tie bar) secara otomatis pada jarak tertentu menyisipkan tie bar pada
sambungan memanjang;
7) dowel inserter (penyisip dowel) untuk menyisipkan dowel secara otomatis ke dalam perkerasan beton
yang sedang dalam proses penyebaran pemadatan pada interval jarak yang diinginkan dan sejajar dengan
arah pergerakan mesin.
Stringline yang berfungsi sebagai panduan utama untuk arah dan elevasi harus sudah terpasang sepanjang
rencana produksi perkerasan. Stringline harus dipasang (setting)
pada kedudukan (elevasi dan posisi) yang sesuai untuk memberikan hasil akhir ketebalan, elevasi dan arah
perkerasan, dan pemasangannya harus menggunakan alat ukur.
Track – jalur kerja untuk roda kelabang alat (crawler track) harus sudah disiapkan sepanjang rencana
produksi dan dengan permukaan yang rata, kokoh dan stabil untuk menopang alat. Jalur untuk roda ini
tidak boleh ambles sehingga dijamin bahwa alat bergerak maju dengan stabil.
Alat ini harus beroperasi tanpa boleh berhenti sebelum rencana produksi pada hari yang
bersangkutan. Alat ini baru boleh mulai beroperasi bila campuran beton yang dipasok ke lapangan sudah
cukup untuk menjamin alat ini tidak berhenti karena kekurangan atau keterlambatan pasokan.
Alat
pengahampar
beton mekanis
Penghamparan dan pemadatan beton secara manual
Setelah sambungan dan tepi perkerasan selesai, sebelum bahan perawatan (curing)
digunakan, permukaan beton harus dikasarkan dengan membuat tekstur permukaan pada arah
melintang atau memanjang garis sumbu (centre line) jalan, yang dapat dilakukan dengan cara
brushing atau grooving
Pembuatan tekstur permukaan jalan ini dimaksudkan untuk mencegah aquaplaning atau
hydroplaning, yaitu fenomena tidak adanya kontak antara ban kendaraan dengan permukaan jalan
pada waktu adanya lapisan air di permukaan jalan. Hal ini sangat berbahaya terutama pada lalu
lintas dengan kecepatan tinggi, karena kendaraan menjadi tidak bisa dikendalikan. Dengan adanya
tekstur permukaan jalan maka akan tersedia fasilitas drainase di bawah ban kendaraan.
Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 1/16”(1,5 mm)
Cara grooving dilakukan dengan menggunakan alat grooving manual atau mekanis, yang
mempunyai batang-batang penggaruk setebal 3 mm dan masing-masing berjarak antara 15 sampai
20 mm
Perapihan tepi perkerasan beton di sepanjang acuan dan pada sambungan dilakukan secara
manual menggunakan alat khusus manual pada saat beton mulai mengeras, dengan membentuk
tepian untuk membentuk permukaan lengkung yang halus dengan radius tertentu. bila tak
ditentukan lain pada Gambar Rencana, ialah 12 mm.
Perapihan dilakukan supaya ujung-ujung beton yang bersudut tidak mudah gompal
Pembuatan tekstur
permukaan secara manual
Tulangan sambungan, yang berfungsi sebagai penyambung plat beton yang sudah putus
(akibat retak). Tulangan sambungan melintang susut (contraction joint), dan tulangan sambungan
melintang pelaksanaan (construction joint) disebut Dowel (Ruji); sedangkan tulangan sambungan
memanjang disebut Tie Bar (Batang Pengikat).
Semua sambungan didesain untuk dapat berfungsi menyalurkan beban (load transfer),
yang dapat diperoleh dari batang dowel, tie bar, sambungan lidah-alur, interlocking (saling
mengunci) antar batuan, atau kombinasi dari pada itu semua. Khusus pada sambungan melintang
tanpa dowel, penyaluran beban juga dilakukan melalui tanah dasar yang diperkuat (improved
subgrade).
Pada umumnya, di Indonesia sambungan dibuat dengan saw cut, crack inducer, atau akhir
pentahapan pelaksanaan. Di luar negeri banyak juga yang menggunakan plat logam yang dibentuk
terlebih dahulu kemudian disisipkan ke dalam beton pada waktu beton masih bersifat cair, namun
cara ini tidak praktis karena dapat mengganggu operasi pelaksanaan