Anda di halaman 1dari 20

TUGAS WORKSHOP PERKERASAN

PERKERASAN KAKU

Disusun oleh :

Rahma Wulan
Rizki Fikri Imanullah
Wasis Pambudi Prakarsa
Wisely Mardiansyah

Program Studi Perancangan Jalan dan Jembatan


Jurusan Teknik Sipil

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


DAFTAR ISI

1. DEFINISI PERKERASAN KAKU..................................................................................................................... 3


1.1 Perbedaan antara perkerasan kaku dan lentur .................................................................................. 3
1.2 Jenis-Jenis Perkersan Kaku .................................................................................................................. 3
1.3 Keuntungan Penggunaan Perkerasan Kaku ........................................................................................ 5
1.4 Kerugian Menggunakan Perkerasan Kaku .......................................................................................... 5
2. LAPIS PONDASI .......................................................................................................................................... 5
3. PRINSIP PENYEBARAN BEBAN ................................................................................................................... 6
4. IDENTIFIKASI JENIS PERALATAN ................................................................................................................ 7
4.1 Peralatan Pencampur (Batching Plant) dan Pengangkut Beton ......................................................... 7
4.2 Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver) ................................................ 8
4.3 Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap (Fixform Concrete Finisher) ................................................. 11
4.4 Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton dan Perapihan Tepi ................................................ 12
4.5 Gergaji Beton .................................................................................................................................... 14
4.6 Pemilihan Peralatan .......................................................................................................................... 14
5. PEMASANGANAN SAMBUNGAN-SAMBUNGAN (JOINTS)....................................................................... 15
5.1 Pembuatan Sambungan Memanjang................................................................................................ 15
5.2 Pembuatan Sambungan Ekspansi Melintang (Expansion Joint). ...................................................... 16
5.3 Pembuatan Sambungan Kontraksi Melintang (Transversal Contraction Joint ................................. 16
5.4 Pembuatan sambungan dengan cara sawcut ................................................................................... 17
5.5 Sambungan Pelaksanaan .................................................................................................................. 18
6.PENGECORAN, PENGHAMPARAN, PEMADATAN PERMUKAAN BETON .................................................. 18
6.1 Pengangkutan dan Pengecoran Campuran Beton ............................................................................ 18
6.2 Penghamparan dan Pemadatan Beton ............................................................................................. 18
7. PENYELESAIAN AKHIR (FINISHING) PADA PERMUKAAN BETON ............................................................. 19
7.1 Pengkasaran Permukaan Beton ........................................................................................................ 19
7.2 Pengujian permukaan beton............................................................................................................. 20
7.3 Perawatan beton (curing) ................................................................................................................. 20
7.4 Percobaan Penghamparan ................................................................................................................ 20
1. DEFINISI PERKERASAN KAKU
Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) didefinisikan sebagai struktur perkerasan yang
terdiri dari plat beton semen yang bersambungan (tidak menerus) dengan atau tanpa
tulangan, atau plat beton menerus dengan tulangan, yang terletak di atas lapis pondasi
bawah, tanpa atau dengan aspal sebagai lapis permukaan.

1.1 Perbedaan antara perkerasan kaku dan lentur


 Perbedaan yg esensi antara kedua jenis perkerasan ini adalah bagaimana distribusi beban
disalurkan ke subgrade.
 Perkerasan kaku karena mempunyai kekakuan dan stiffnes, akan memdistribusikan beban
pada daerah yg relatif luas pada subgrade, beton sendiri bagian utama yg menanggung
beban struktural.

 Perkerasan lentur dibuat dgn material yg relatif kurang kaku, sehingga tidak
menyebarkan beban sebaik pada beton, sehingga memerlukan tebal yang lebih besar
untuk meneruskan beban ke subgrade.
 Faktor yg dipertimbangkan dalam disain perkerasan adalah kekuatan struktur beton,
dengan alasan ini variasi kecil pada subgrade mempunyai pengaruh yg kecil pada kapasitas
perkerasan menanggung beban.

 Perbedaan lain bahwa perkerasan beton menyediakan kemungkinan berbagai tektur, warna
perkerasan, sehingga secara asitektur lebih baik
.
1.2 Jenis-Jenis Perkersan Kaku

A. Perkerasan Beton Semen : Perkerasan kaku dengan beton sebagai lapisan aus
Terdapat 4 Jenis Perkersan Beton Semen
1) Perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan
2) Perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan
3) Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan tulangan
4) Perkersan beton semen pratekan

B. Perkerasan Komposit : Perkerasan kaku dengan pelat beton sebagai lapisan


pondasi dan beton aspal (AC) sebagai lapis permukaan dan lapis permukaan
beton ini diperhitungkan sebagai bagian yang memikul beban lalu lintas ( bersifat
struktural).
1.3 Keuntungan Penggunaan Perkerasan Kaku
 Life-cycle-cost lebih murah dari pada perkerasan aspal.
 Tidak terlalu peka terhadap kelalaian pemeliharaan.
 Tidak terlalu peka terhadap kelalaian pemanfaatan (overloading).
 Semen adalah material produksi dalam negeri sehingga tidak tergantung dari import.
 Keseluruhan tebal perkerasan jauh lebih kecil dari pada perkerasan aspal sehingga dari
segi lingkungan / environment lebih menguntungkan
1.4 Kerugian Menggunakan Perkerasan Kaku
 Permukaan perkerasan beton semen mempunyai riding comfort yang lebih jelek dari pada
perkerasan aspal, yang akan sangat terasa melelahkan untuk perjalanan jauh.
 Warna permukaan yang keputih-putihan menyilaukan di siang hari, dan marka jalan
(putih/kuning) tidak kelihatan secara kontras.
 Perbaikan kerusakan seringkali merupakan perbaikan keseluruhan konstruksi perkerasan
sehingga akan sangat mengganggu lalu lintas.
 Pelapisan ulang / overlay tidak mudah dilakukan.
 Ketidaksempurnaan hasil pekerjaan akibat kurang telitinya pelaksanaan pekerjaan di
lapangan tidak mudah diperbaiki.

 Perbaikan permukaan yang sudah halus (polished) hanya bisa dilakukan dengan grinding
machine atau pelapisan ulang dengan campuran aspal, yang kedua-duanya19 memerlukan
biaya yang cukup mahal.
2. LAPIS PONDASI

Lapis pondasi (base course) terdiri atas satu lapis plat (slab) beton semen mutu tinggi yang
kira-kira setara dengan beton K-350 sampai K-400. Dalam perkembangan terakhir, plat beton ini
dapat juga terdiri atas beton pratekan.
Lapis pondasi yang terdiri atas plat beton semen ini merupakan konstruksi utama dari
perkerasan kaku, yang apabila kontak langsung dengan roda lalu lintas (berfungsi sebagai lapis
permukaan / surface course), maka permukaannya harus rata, tidak mudah aus dan tidak
licin.Lapis pondasi tidak boleh lekat (unbonded) dengan lapis pondasi bawah.

 Lapis Pondasi Bawah


Fungsi utama lapis pondasi bawah (sub base course) :
• sebagai lantai kerja (working platform),
• mencegah pumping (pemompaan), dan
• menambah kekuatan tanah dasar, meskipun pada umumnya lapis pondasi bawah
ini tidak diperhitungkan dalam memikul beban lalu lintas (bersifat non-struktural).
Pumping adalah peristiwa masuknya air hujan dari permukaan plat beton melalui
retakan/celah sambungan pada plat beton tersebut dan terus ke tanah dasar, yang kemudian dengan
terjadinya lendutan plat beton akibat dari beban lalu lintas berat mengakibatkan air dapat terpompa
ke luar lagi dengan membawa butir-butir halus material tanah dasar.
Akibatnya lambat laun terjadi rongga di bawah plat beton sehingga plat beton kehilangan
dukungan sehingga akhirnya retak karena plat beton tidak didesain untuk menahan momen lentur.
Tahap awal terjadinya pumping dapat dilihat dari munculnya lumpur tanah merah di
permukaan perkerasan di daerah sambungan / retakan plat beton. Untuk mengatasi pumping ini
dapat digunakan material berbutir (granular material / agregat) untuk memberikan fasilitas
drainase bagi air yang masuk ke bawah perkerasan untuk kemudian disalurkan melalui saluran
pembuang di bawah perkerasan (subdrain).
Agar berfungsi baik sebagai drainase maupun sebagai saringan agar material halus tanah
dasar tidak bisa lewat, maka material berbutir yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan
agregat porous (filter material).
Alternatif lainnya, dapat dipergunakan lean concrete (yaitu beton kurus dengan kekuatan
kubus 1,0 MPa, atau dikenal juga sebagai beton B-0) sebagai lapis pondasi bawah. Dalam hal ini
lean concrete dimaksudkan sebagai material penghambat (blocking) masuknya air ke bawah
perkerasan (tanah dasar).
Secara teoritis, antara lapis pondasi bawah dengan plat beton di atasnya tidak boleh ada ikatan
(bonding) sehingga perlu dipasang bond breaker
 Bond Breaker
Bond breaker dipasang di atas subbase agar tidak ada kelekatan (bonding) atau gesekan (friction)
antara lapis pondasi bawah dengan plat beton. Dalam praktek bond breaker dibuat dari plastik tebal
(minimum 125 mikron). Untuk mencegah gesekan, maka permukaan lapis pondasi bawah tidak
boleh dikasarkan (grooving atau (brushing).
Pada waktu pemasangan plastik harus dihindari terjadinya “air-trapped”di bawah plastik
karena akan menyebabkan “irregular joint”yang akan menimbulkan gesekan antara lapis pondasi
bawah dengan plat beton di atasnya.
Bila lapis pondasi bawah terdiri atas granular material, tidak diperlukan adanya bond breaker,
kecuali kalau ada kekhawatiran terjadinya “dewatering”campuran beton

3. PRINSIP PENYEBARAN BEBAN


Perkerasan beton semen sebagai perkerasan kaku bersifat sebagai single layer system,
terdiri atas Plat Beton Mutu Tinggi sebagai lapis pondasi, yang berfungsi memikul seluruh
beban lalu lintas di atasnya untuk diteruskan ke tanah dasar pada daerah yang relatif jauh lebih
luas dibandingkan dengan perkerasan lentur, sehingga tegangan maksimum yang diterima oleh
tanah dasar sangat kecil (0,2 –0,3 kg/cm2).
Lapis pondasi bawah (lean concrete atau batu pecah) di sini pada umumnyat idak diperhitungkan
memikul beban (berfungsi non-struktural).

Distribusi tegangan akibat beban lalu lintas pada permukaan Tanah Dasar
(Subgrade) oleh Perkerasan Kaku (Rigid Pavement).
4. IDENTIFIKASI JENIS PERALATAN
Untuk dapat mengidentifikasi jenis peralatan diperlukan data-data sebagai berikut:
•Jenis, volume pekerjaan beton, spesifikasi teknik, lokasi pekerjaan dan kondisi lapangan;
•Jadwal waktu yang disediakan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan pekerjaan beton
semen;
•Metode kerja pelaksanaan pekerjaan yang akan digunakan
Pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton memerlukan peralatan utama yang meliputi:
4.1 Peralatan Pencampur (Batching Plant) dan Pengangkut Beton
Pembuatan campuran beton yang bermutu tinggi memerlukan perhatian yang sangat teliti
pada setiap tahapan kegiatannya, mulai dari penetapan dan penakaran komposisi bahan pembentuk
beton, pencampuran, sampai kepada pengangkutannya ke lokasi pengecoran. Pada umumnya,
proses produksi campuran beton meliputi kegiatan–kegiatan sebagai berikut:
•Penakaran bahan-bahan beton;
•Pencampuran;
•Pengangkutan ke lokasi pengecoran;
•Penempatan / pengecoran;
•Pemadatan (konsolidasi) dan perawatan (Curing);
•Penyelesaian akhir / Perapihan (Finishing).
Kegiatan penakaran bahan-bahan pembentuk beton dalam bahasa asing disebut batching.
Penakaran dapat dilakukan berdasarkan berat maupun berdasarkan volume bahan tersebut. Tetapi,
penakaran berdasarkan berat lebih umum dilakukan karena dipandang lebih praktis.
Batcher equipment adalah kontainer yang berfungsi sebagai penampung dan untuk mengukur
material beton sebelum dituangkan ke dalam Concrete Mixer. Untuk menentukan batcher yang
harus digunakan, kapasitas batcher tersebut minimal 3 (tiga) kali kapasitas alat pencampur
(concrete mixer).

Peralatan pembuatan campuran beton yang


ditempatkan secara terpusat dan biasanya mempunyai
kapasitas tinggi, sehingga cocok untuk pekerjaan-pekerjaan
beton dengan volume besar, disebut Batching Plant

Peralatan Batching Plant dan alat pengangkut (Truck


Mixer atau Agitator Truck Mixer) harus sesuai dengan
ketentuan mengenai peralatan dalam Spesifikasi Beton dari
Spesifikasi Umum.
Peralatan Batching Plant dengan Dump Truck
Kapasitas Batching Plant harus cukup besar untuk dapat memasok kebutuhan alat Slipform
Concrete Paver sehingga alat penghampar tersebut dapat terus bergerak tanpa berhenti
akibat kekurangan atau keterlambatan pemasokan campuran beton.

Apabila di lapanganterjadi satu proyek menggunakan beberapa Batching Plant, bahkan dari
beberapa perusahaan pemasok, maka diperlukan kecermatan yang lebih tinggi dari Pelaksana
Lapangan yang bersangkutan untuk dapat mengendalikan mutu maupun jumlah campuran beton
yang harus diterimanya agar tetap konsisten dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan
Batching Plant jenis pan mixer dengan Truk Ready Mix

4.2 Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver)


Slip form Paver, alat ini digunakan untuk membuat jalan beton. mesin ini mempunyai fungsi
menghampar, meratakan, memadatkan dan membentuk perkerasan sekaligus memberi arah dan
mengatur elevasi sesuai kebutuhan dalam sekali gerak maju. Sistem kerja alat ini bertumpu pada 4 (empat
) roda kelabang (crawler track), dilengkapi sensor arah gerak (steering sensors), sensor elevasi (level
control sensors) masing-masing di depan dan di belakang pada kedua sisi, dan sensor kelandaian –
kemiringan (slope sensor), dimana seluruh sensor ini dikendalikan secara komputer (computerized
control). pada slipform paver ini alat sudah disetting dengan lebar dan ketebalan tertentu sehingga ketika
berjalan akan tetap konsisten dengan lebar dan tebal yang sama. Metode Kerja Concrete Pavers, Pertama
menyebarkan beton ditempatkan pada lokasi di depan auger, kemudian auger mengatur perataan beton
ke sisi tamper bar, dengan dibantu vibrator yang terpasang pada unit alat tersebut. Hidrolik vibrator
mengkonsolidasikan beton, dan bar tamper mendorong agregat besar di bawah permukaan. Selanjutnya
concrete masuk ke finishing pan yang kemudian diatur leveling serta perataannnya secara otomatis
Secara umum alat ini harus dilengkapi dengan :

1) auger yang dapat menyebarkan adukan beton secara merata ke seluruh bagian lebar perkerasan;

2) screed yang mengatur masukan beton ke dalam mold (cetakan);

3) vibrator dengan jumlah cukup untuk menjamin keseragaman dan konsolidasi seluruh campuran beton
dan ditempatkan pada selebar mold dengan frekwensi 160 – 200 Hertz yang kedudukannya harus lentur
agar tetap berfungsi walaupun harus menyentuh tulangan;

4) mold (slipform pan / finishing pan) pembentuk perkerasan harus terbuat dari baja berkualitas sangat
tinggi dan bentuknya harus menjamin agar beton yang dibentuk tidak terseret dan menghasilkan beton
yang padat;

5) super smoother / float pan finisher – penempa akhir yang menghaluskan – meratakan permukaan akhir
perkerasan dan bergerak secara oskilasi;

6) tie bar inserter (penyisip tie bar) secara otomatis pada jarak tertentu menyisipkan tie bar pada
sambungan memanjang;

7) dowel inserter (penyisip dowel) untuk menyisipkan dowel secara otomatis ke dalam perkerasan beton
yang sedang dalam proses penyebaran pemadatan pada interval jarak yang diinginkan dan sejajar dengan
arah pergerakan mesin.

Stringline yang berfungsi sebagai panduan utama untuk arah dan elevasi harus sudah terpasang sepanjang
rencana produksi perkerasan. Stringline harus dipasang (setting)

pada kedudukan (elevasi dan posisi) yang sesuai untuk memberikan hasil akhir ketebalan, elevasi dan arah
perkerasan, dan pemasangannya harus menggunakan alat ukur.

Track – jalur kerja untuk roda kelabang alat (crawler track) harus sudah disiapkan sepanjang rencana
produksi dan dengan permukaan yang rata, kokoh dan stabil untuk menopang alat. Jalur untuk roda ini
tidak boleh ambles sehingga dijamin bahwa alat bergerak maju dengan stabil.
Alat ini harus beroperasi tanpa boleh berhenti sebelum rencana produksi pada hari yang
bersangkutan. Alat ini baru boleh mulai beroperasi bila campuran beton yang dipasok ke lapangan sudah
cukup untuk menjamin alat ini tidak berhenti karena kekurangan atau keterlambatan pasokan.

Kesinambungan penghamparan-pemadatan harus benar-benar dijaga secara terus menerus


tanpa terhenti. Penghentian penghamparan-pemadatan hanya dibenarkan bila alat mendadak mogok
atau karena sudah selesai produksi sesuai rencana produksi pada hari tersebut.

Spesifiksasi alat slip form


4.3 Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap (Fixform Concrete Finisher)
Jika lokasi perkerasan sempit atau bentuknya tidak beraturan yang tidak memungkinkan
beroperasinya mesin Slipform Concrete Paver, maka dapat digunakan alat berikut ini:
1.Mesin Penghampar dan Penempa (Spreading and Finishing Machines)
Jenis mesin penghampar harus sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil kemungkinan
segregasi campuran beton. Alat penempa (finishing machines) harus dilengkapi dengan tranverse
screeds yang dapat bergerak bolak-balik (oscillating type) atau alat lain yang serupa.
2.Vibrator (Penggetar)
Vibrator, untuk menggetarkan seluruh lebar perkerasan beton, dapat berupa surface pan type atau
internal type dengan tabung celup (immersed tube) atau multiple spuds.Vibrator dapat dipasang
pada mesin penghampar atau alat penempa. Vibrator tidak boleh menyentuh sambungan, load
transfer devices, subgrade dan acuan (form) samping
3. Acuan
Acuan lurus terbuat dari logam dengan ketebalan tidak kurang dari 5 mm dan disediakan dalam
bentuk bagian-bagian dengan panjang tidak kurang dari 3 m, dan sekurang-kurangnya mempunyai
kedalaman sama dengan ketebalan plat beton perkerasan tanpa sambungan horisontal dan lebar
dasar acuan tidak kurang dari kedalamannya.
 Acuan yang mudah disesuaikan atau lengkung dengan radius yang memadai digunakan
untuk tikungan dengan radius 30,0 m atau kurang.
Acuan harus dapat menahan segala benturan dan getaran dari alat penghampar dan penempa.
 Batang flens (flange braces) harus melebihi keluar dari dasar tidak
kurang dari 2/3 tinggi acuan
 Permukaan atas acuan tidak boleh berbeda lebih dari 3 mm sepanjang
3 m dari suatu bidang datar sebenarnya dan bidang tegak tidak berbeda
melebihi 6 mm. Acuan ini juga harus dilengkapi pengunci pada ujung-
ujung bagian yang bersambungan

Alat
pengahampar
beton mekanis
Penghamparan dan pemadatan beton secara manual

4.4 Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton dan Perapihan Tepi

Setelah sambungan dan tepi perkerasan selesai, sebelum bahan perawatan (curing)
digunakan, permukaan beton harus dikasarkan dengan membuat tekstur permukaan pada arah
melintang atau memanjang garis sumbu (centre line) jalan, yang dapat dilakukan dengan cara
brushing atau grooving
Pembuatan tekstur permukaan jalan ini dimaksudkan untuk mencegah aquaplaning atau
hydroplaning, yaitu fenomena tidak adanya kontak antara ban kendaraan dengan permukaan jalan
pada waktu adanya lapisan air di permukaan jalan. Hal ini sangat berbahaya terutama pada lalu
lintas dengan kecepatan tinggi, karena kendaraan menjadi tidak bisa dikendalikan. Dengan adanya
tekstur permukaan jalan maka akan tersedia fasilitas drainase di bawah ban kendaraan.
Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 1/16”(1,5 mm)
Cara grooving dilakukan dengan menggunakan alat grooving manual atau mekanis, yang
mempunyai batang-batang penggaruk setebal 3 mm dan masing-masing berjarak antara 15 sampai
20 mm
Perapihan tepi perkerasan beton di sepanjang acuan dan pada sambungan dilakukan secara
manual menggunakan alat khusus manual pada saat beton mulai mengeras, dengan membentuk
tepian untuk membentuk permukaan lengkung yang halus dengan radius tertentu. bila tak
ditentukan lain pada Gambar Rencana, ialah 12 mm.
Perapihan dilakukan supaya ujung-ujung beton yang bersudut tidak mudah gompal
Pembuatan tekstur
permukaan secara manual

Penyemprotan Curing Compound


Secara Manual
4.5 Gergaji Beton
Bila ditentukan sambungan dibentuk dengan penggergajian (saw joints), maka harus
disediakan peralatan gergaji dalam jumlah dan kapasitas yang memadai untuk membentuk
sambungan,
Gergaji beton terdiri dari gergaji bermata intan dan berpendingin air atau dengan abrasive
wheel sesuai ukuran yang ditentukan, dan paling sedikit satu gergaji selalu siap dioperasikan
(standby) dengan cadangan pisau gergaji secukupnya, serta fasilitas penerangan untuk pekerjaan
malam

4.6 Pemilihan Peralatan


Pemilihan Peralatan dilakukan terutama untuk peralatan utama.
Untuk dapat memilih peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan perkerasan jalan
beton, Pelaksana Lapangan perlu mendapatkan data-data/informasi tentang :
1. Owning Cost dan Operating Cost alat;
2. Uraian Analisa Alat;
3. Uraian Analisa Harga Satuan untuk seluruh item pekerjaan yang ada dalam berkas
penawaran.
Yang dimaksud dengan owning cost adalah biaya kepemilikan alat yang harus diperhitungkan
selama alat yang bersangkutan dioperasikan, apabila alat tersebut milik sendiri.
Sedangkan untuk menghitung owning cost, harus diperhitungkan:
• Depresiasi,
• Suku bunga,
• Pajak,
• Asuransi, dan
• Biaya penyimpanan alat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya operating cost alat ialah:
• Biaya bahan bakar,
• Biaya pelumas,
• Biaya perawatan,
• Biaya perbaikan,
• Biaya operator, dan
• Biaya pembantu operator;
Hasil akhir dari uraian analisa alat-alat berat adalah biaya ”sewa”alatper jam kerja.
5. PEMASANGANAN SAMBUNGAN-SAMBUNGAN (JOINTS)

Tulangan sambungan, yang berfungsi sebagai penyambung plat beton yang sudah putus
(akibat retak). Tulangan sambungan melintang susut (contraction joint), dan tulangan sambungan
melintang pelaksanaan (construction joint) disebut Dowel (Ruji); sedangkan tulangan sambungan
memanjang disebut Tie Bar (Batang Pengikat).
Semua sambungan didesain untuk dapat berfungsi menyalurkan beban (load transfer),
yang dapat diperoleh dari batang dowel, tie bar, sambungan lidah-alur, interlocking (saling
mengunci) antar batuan, atau kombinasi dari pada itu semua. Khusus pada sambungan melintang
tanpa dowel, penyaluran beban juga dilakukan melalui tanah dasar yang diperkuat (improved
subgrade).
Pada umumnya, di Indonesia sambungan dibuat dengan saw cut, crack inducer, atau akhir
pentahapan pelaksanaan. Di luar negeri banyak juga yang menggunakan plat logam yang dibentuk
terlebih dahulu kemudian disisipkan ke dalam beton pada waktu beton masih bersifat cair, namun
cara ini tidak praktis karena dapat mengganggu operasi pelaksanaan

5.1 Pembuatan Sambungan Memanjang


Sambungan memanjang dapat berupa sambungan susut (contraction joint) atau bidang
perlemahan pada jalan dengan lebih dari satu lajur.
Detail konstruksi sambungan memanjang dibuat tergantung pada cara bagaimana cara
plat beton yang bersangkutan dicor / dihampar
- Untuk plat yang dicor per lajur dibuat dengan cara memasang bekisting memanjang dan tie
bar.
- Untuk plat yang dicor 2 lajur sekaligus dibuat dengan cara saw cutting
untuk bagian atas, dan memasang crack inducer (batang kayu berpenampang )
di bagian bawah plat beton.

Di cor per lajur

Di cor per 2 lajur


5.2 Pembuatan Sambungan Ekspansi Melintang (Expansion Joint).
Sambungan Ekspansi Melintang dibuat untuk mengakomodasi muai-susut plat beton
pada arah memanjang.
Salah satu ujung dowel harus dimasukkan ke dalam selongsong baja yang sedikit lebih
panjang dari pada dowelnya agar dowel dapat bergerak bebas maju-mundur akibat muai-susut slab
beton

5.3 Pembuatan Sambungan Kontraksi Melintang (Transversal Contraction Joint


Sambungan Kontraksi Melintang atau sering disebut Sambungan Susut (Contraction
Joint), dibuat dengan melakukan perlemahan pada penampang plat beton dengan membuat takikan
sedalam ¼ tebal plat
5.4 Pembuatan sambungan dengan cara sawcut
Pembuatan sambungan di Indonesia lebih disukai cara saw cut mengingat beberapa keuntungan
sebagai berikut:
•Pengecoran beton dapat dilakukan secara monolit;
•Kualitas beton di sekitar sambungan sama dengan daerah-daerah lainnya di seluruh
plat beton perkerasan;
•Operasi saw cutting tidak mempengaruhi pelaksanaan pengecoran / penghamparan
beton;
•Peggergajian / saw cut selalu tegaklurus terhadap permukaan plat beton sehingga tidak akan
ada perlemahan sudut atau tepi
Penggergajian dilakukan sedalam tidak kurang dari 1/4 tebal plat beton dan tegak lurus pada
permukaan plat beton, di tempat-tempat yang telah ditentukan. Untuk beton dengan perkuatan
serat baja (steel-fiber reinforcement) kedalaman penggergajian adalah 1/3 tebal plat beton.
Penggergajian harus dilakukan antara jam ke-4 sampai jam ke-18 setelah
pengecoran plat beton, maksimum sampai jam ke-24

Pada waktu penggergajian, perlu diperhatikan:


•Harus tepat lokasi (diberi tanda sebelumnya pada bekisting);
•Harus tepat kedalaman (1/4 tebal plat);
•Harus tepat waktu (antara jam ke-4 sampai jam ke-24).
Penggergajian (saw cut) yang terlambat dilakukan akan mengakibatkan retak
melintang di sekitar letak dowel

Sambungan saw cut tepat waktu dan retak


ditempat yang diinginkan

Retak di tempat yang tidak diinginkan


5.5 Sambungan Pelaksanaan
Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint) adalah sambungan yang harus dibuat pada akhir
pelaksanaan pada suatu hari untuk dilanjutkan dengan pengecoran pada hari berikutnya, atau
bila pengecoran beton berhenti lebih dari 30 menit.
Sambungan konstruksi melintang tidak boleh dibuat pada jarak kurang dari 3
m dari sambungan ekspansi, sambungan kontraksi, atau bidang yang
diperlemah lainnya.

6.PENGECORAN, PENGHAMPARAN, PEMADATAN PERMUKAAN BETON

6.1 Pengangkutan dan Pengecoran Campuran Beton


Apabila campuran beton diangkut dengan alat angkut yang tidak bergerak (non-
agitating), jangka waktu terhitung mulai semen dimasukkan ke dalam mesin pengaduk
hingga selesai pengangkutan ke lokasi pengecoran tidak boleh melebihi 45 menit
untuk beton normal dan tidak boleh melebihi 30 menit untuk beton yang memiliki sifat
mengeras lebih cepat atau temperatur beton ≥ 3 oC.
Apabila menggunakan truck mixer atau truck agitator maka jangka waktu tersebut
dapat diijinkan hingga 60 menit untuk beton normal tetapi harus lebih pendek lagi
untuk beton yang mengeras lebih cepat atau temperatur beton ≥ 30oC.
Penuangan campuran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi segregasi. Tinggi
jatuh campuran beton harus dijaga antara 0,90 –1,50 m tergantung dari konsistensi (nilai slump)
campuran beton

6.2 Penghamparan dan Pemadatan Beton


Campuran beton harus ditumpahkan ke dalam alat penghampar untuk dihamparkan secara
mekanis sedemikian rupa untuk mencegah segregasi.
Untuk menghindari terjadinya retak-retak akibat dari penguapan yang berlebihan, yaitu yang
dipengaruhi oleh temperatur udara, temperatur beton, kelembaban udara dan kecepatan angin,
maka pengecoran dan penghamparan beton tidak oleh dilakukan bila tingkat penguapan
melampaui 1,0 kg/m2/jam, dan perlu dilakukan usaha-usaha untuk mencegah penguapan yang
berlebihan dan akan berakibat terjadinya susut (plastic shrinkage).
Grafik untuk memperkirakan besarnya penguapan rata-rata

7. PENYELESAIAN AKHIR (FINISHING) PADA PERMUKAAN BETON


7.1 Pengkasaran Permukaan Beton
Setelah sambungan dan tepian selesai dirapihkan, dan sebelum bahan perawatan (curing)
digunakan, permukaan beton harus dibuat bertekstur dengan cara dikasarkan. Pengkasaran
permukaan beton ini dapat dilakukan dengan salah satu dari dua cara berikut:
Cara brushing dilakukan dengan menggunakan sikat kawat selebar tidak kurang dari 450
mm, dan panjang kawat sikat dalam keadaan baru adalah 100 mm dengan masing-masing
untaian terdiri dari 32 kawat. Sikat harus terdiri dari 2 baris untaian kawat, yang diatur berselang-
seling sehingga jarak masing-masing kawat untaian maksimum 10 mm. Sikat harus diganti bila
bulu terpendek panjangnya sampai 90 mm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari
1/16 inch (1,5 mm).
Cara grooving dilakukan dengan alat grooving manual atau mekanis yang mempunyai
batang-batang penggaruk setebal 3 mm dan masing-masing berjarak 15 sampai 20 mm
7.2 Pengujian permukaan beton
Setelah beton mengeras, permukaan beton harus diuji dengan menggunakan mal datar
panjang 3,0 m. Bila penyimpangan dari penampang melintang yang seharusnya lebih dari 12,5
mm, maka lapisan beton tersebut harus dibongkar dan diganti baru. Bagian yang dibongkar tidak
boleh kurang dari 3,0 m ataupun kurang dari lebar lajur yang terkena bongkaran.
Bagian yang tersisa dari pembongkaran pada perkerasan beton dekat sambungan yang panjangnya
kurang dari 3,0 m harus ikut dibongkar dan diganti
7.3 Perawatan beton (curing)
Perawatan beton adalah usaha-usaha yang dimaksudkan untuk memastikan kadar air dalam
beton cukup agar proses pengerasan beton tetap berjalan terus.
Pelaksanaan perawatan beton dilakukan setelah finishing dengan grooving /
brushing, permukaan beton dilapis / disemprot bahan pengawet (curing compound)
sebanyak 0,22 –0,27 liter/m2 (cara mekanis) atau 0,27 –0,36 liter/m2 (cara
manual).Dianjurkan menggunakan curing compound yang berwarna putih.
Curing compound harus disemprotkan segera selama permukaan beton belum mengering.
Cara lain, ialah dengan menutup seluruh permukaan yang terbuka dengan burlap atau karung goni
yang selalu dibasahi sekurang-kurangnya selama 7 hari

7.4 Percobaan Penghamparan


Percobaan penghamparan harus dilakukan oleh Kontraktor dengan menyediakan peralatan
dan menunjukkan metode pelaksanaan pekerjaan yang akan digunakannya, dengan cara
menghamparkan lapisan percobaan sepanjang tidak kurang dari 30 m di lokasi yang disediakannya
di luar daerah kerja permanen.
Setelah percobaan pertama berjalan memuaskan dan disetujui Pemberi Tugas, maka percobaan
sepanjang 150 m tetapi tidak lebih dari 300 m harus dilakukan di daerah kerja permanen, yang
meliputi seluruh aspek pelaksanaan, dan mencakup semua jenis sambungan yang akan digunakan
dalam pekerjaan.
Apabila hasil percobaan lanjutan tersebut tidak memuaskan, maka Kontraktor harus menyiapkan
lokasi lain untuk percobaan lanjutan berikutnya

Anda mungkin juga menyukai