Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan “Pengukuran Volume Kolam Teknik
Geomatika Menggunakan Metode Sederhana” dengan tepat waktu. Dalam kesempatan ini
Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Danar Guruh Pratomo, S.T., M.T., Ph.D selaku dosen pengajar mata kuliah Survei
Hidrografi.
2. Khomsin, S.T., M.T. dan Akbar Kurniawan, S.T. selaku dosen responsi mata kuliah
Survei Hidrografi.
3. Serta mahasiswa Teknik Geomatika yang ikut membantu dalam menyelasikan laporan
ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna, baik
dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu Penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Surabaya, 13 September 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Survei hidrografi adalah kegiatan pemetaan laut, pengumpulan data, kondisi dan
sumberdaya suatu wilayah laut yang kemudian diolah, dievaluasi dan disajikan dalam
bentuk buku, peta laut serta informasi mengenai kelautan lainnya, yang selanjutnya
digunakan untuk kepentingan pembangunan dan pertahanan keamanan suatu negara. Data
yang diperoleh dari survei hidrografi diolah dan disajikan sebagai informasi geospasial atau
informasiyang terkait dengan posisi di muka bumi. Sehubungan dengan itu maka seluruh
informasi yang disajikan harus memiliki data posisi dalam ruang yang mengacu pada suatu
sistem referensi tertentu. Aktivitas utama survei hidrografi meliput penentuan posisi di laut,
pengukuran kedalaman (pemeruman), pengamatan pasut, pengukuran detil situasi dan garis
pantai (untuk pemetaan pesisir), penggunaan sistem referensi

Data yang diperoleh dari aktivitas-aktivitas tersebut diatas dapat disajikan sebagai
informasi dalam bentuk peta dan non-peta. Untuk menunjang pengetahuan hidrografi,
maka perlu dilakukan praktikum survei hidrografi. Oleh sebab itu kami melakukan
pengukuran luas dan volume di Danau Geomatika-ITS

1.2 Rumusan Masalah


Pada kegiatan praktikum pengukuran volume yang dilaksanakan di danau Geomatika-ITS
kami membatasi masalah dengan sebagai berikut
1. Bagaimana metode yang digunakan untuk mengukur luas?
2. Bagaimana metode yang digunakan untuk mengukur volume?
3. Bagaimana cara mendapatkan nilai kontur kedalaman?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan diadakan praktikum survei hidrografi ini antara lain sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui luas dan volume Danau Geomatika-ITS
2. Mahasiswa dapat mengetahui kontur kedalaman Danau Geomatika-ITS

1.4 Manfaat
Pelaksanaan kegiatan praktikum survei pengukuran luas dan volume Danau
Geomatika-ITS diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa
dalam melaksanakan suatu pekerjaan hidrografi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Survei Hidrografi


Hidrografi (atau geodesi kelautan menurut pandangan awam) adalah ilmu tentang
pemetaan laut dan pesisir. Hidrografi menurut International Hydrographic Organization
(IHO) adalah ilmu tentang pengukuran dan penggambaran parameter-parameter yang
diperlukan untuk menjelaskan sifat-sifat dan konfigurasi dasar laut secara tepat, hubungan
geografisnya dengan daratan, serta karakteristik-karakteristik dan dinamika-dinamika
lautan. Secara etimologi, Hidrografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata
“hidro” yang berarti air dan “grafi” yang berarti menulis, hidrografi artinya gambaran
permukaan bumi yang digenangi air.

Definisi akademik untuk terminologi hidrografi, dikemukakan pertama kali oleh


International Hydrographic Organization (IHO) pada Special Publication Number 32 (SP-
32) tahun 1970 dan Group of Experts on Hydrographic Surveying and Nautical Charting
dalam laporannya pada Second United Nations Regional Cartographic Conference for the
Americas di Mexico City tahun 1979. IHO mengemukakan bahwa hidrografi adalah ‘that
branch of applied science which deals with measurement and description of physical
features of the navigable portion of earth’s surface and adjoining coastal areas, with special
reference to their use for the purpose of navigation’. Group of Experts on Hydrographic
Surveying and Nautical Charting mengemukakan bahwa hidrografi adalah ‘the science of
measuring, describing, and depicting nature and configuration of the seabed, geographical
relationship to landmass, and characteristics and dynamics of the sea’.

Perkembangan hidrografi juga mengakibatkan perubahan definisi hidrografi yang


oleh IHO didefinisikan sebagai ‘that branch of applied sciences which deals with the
measurement and description of the features of the seas and coastal areas for the primary
purpose of navigation and all other marine purposes and activitie including -inter alia-
offshore activities, research, protection of the environment and prediction services’
(Gorziglia, 2004).

Survei adalah kegiatan terpenting dalam menghasilkan informasi hidrografi. Adapun


aktivitas utama survei hidrografi meliputi :
1. Penentuan posisi dan penggunaan sistem referensi
2. Pengukuran kedalaman
3. Pengamatan pasut
4. Pengukuran detil situasi dan garis pantai (untuk pemetaan pesisir)
Data yang diperoleh dari aktivitas-aktivitas tersebut di atas dapat disajikan sebagai
informasi dalam bentuk peta dan non-peta serta disusun dalam bentuk basis data kelautan.

Gambar 2.1 Pengukuran Hidrografi

2.2 Penentuan Posisi


Penentuan posisi titik dikelompokkan dalam dua metode, yaitu metode teristris dan
metode ekstra-teristris.
Metode teristris adalah suatu survei penentuan posisi titik yang dilakukan dengan
mengamati target atau objek yang terletak di permukaan bumi. Yang termasuk dalam
metode teristris antara lain pengukuran triangulasi, poligon, pengikatan ke muka, dan
pengikatan ke belakang.
Dalam metode teristris tempat berdiri alat ukur dan target memerlukan kondisi
topografi sebagai berikut:
a. Jarak kedua titik relatif pendek.
b. Kedua titik harus saling terlihat.
c. Kedua titik harus terletak di tempat yang stabil, mudah dijangkau, mudah
diidentifikasi, dan aman dari gangguan.
Langkah-langkah pemetaan teristris sebagai berikut:
1. Persiapan, meliputi peralatan, perlengkapan, dan personil.
2. Survei pendahuluan, yaitu melihat kondisi lapangan sebelum dilakukan pengukuran.
Tujuannya adalah untuk menentukan teknik pelaksanaan pengukuran yang sesuai dan
menentukan posisi kerangka peta yang representatif.
3. Pelaksanaan pengukuran:
a. Pengukuran kerangka horisontal,
b. Pengukurankerangka vertikal,
c. Pengukuran detil.
4. Pengolahan data:
a. Perhitungan kerangka peta,
b. perhitungan titik-titik detil.
5. Penggambaran:
a. Penggambaran kerangka peta,
b. Penggambaran detil,
c. Penarikan kontur,
d. Editing

Metode ekstra-teristris adalah suatu survei penentuan posisi titik yang dilakukan
dengan mengamati target atau objek yang terletak di ruang angkasa baik berupa benda
alam (bulan, bintang, matahari) maupun benda buatan manusia (satelit GPS, satelit
Doppler).
Untuk mengamati objek tersebut diperlukan peralatan khusus yang mempunyai
kemampuan tinggi. Peralatan tersebut berupa alat pengukur sudut (horisontal dan vertikal)
dan alat penerima sinyal yang dipancarkan satelit, keduanya ditempatkan di atas titik yang
akan ditentukan posisinya.

2.2.1 Fungsi Trigonometri


Segitiga siku-siku ABC dengan sisi siku-siku di C
Sisi miring = c, sisi tegak= a, sisi datar= b
Sudut di A = α, Sudut di B= β
Maka: α + β = 90⁰
c² = a² + b²
Sin α = a/c Cos α = b/c
Sin β = b/c Cos β = a/c
Tan α = a/b Tan β = b/a
Tan α = Sin α Tan β = Sin β
Cos α Cos β
Sin 2α = 2 Sin α Cos α
Sin²α + Cos²α = 1

Gambar 2. 2 Segitiga siku-siku

Fungsi trigonometri segitiga sembarang


α + β +  = 180⁰
a² = b² + c² - 2 b c Cos α
b² = a² + c² - 2 a c Cos β
c² = a² + b² - 2 a b Cos 
a = b = c
Sin α Sin β Sin 
Gambar 2. 3 Segitiga sembarang

2.2.2 Sistem Koordinat


Parameter untuk menentukan suatu sistem koordinat antara lain:
 Titik asal (titik nol) sistem koordinat.
 Orientasi dari sistem salib sumbu.
 Posisi dari sistem koordinat.
Sistem koordinat yang biasa digunakan dalam ukur tanah adalah:
1. Koordinat Rectangular (Cartesian)
Posisi obyek ditentukan dengan dua garis yang saling tegak lurus.
Koordinat A (Xa,Ya), koordinat B (Xb,Yb), dan koordinat C (Xc,Yc).

Gambar 2. 4 Koordinat cartesian

Jarak antar titik bisa dihitung:


DAB = √(𝑋𝑏 − 𝑋𝑎)2 + (𝑌𝑏 − 𝑌𝑎)²
DAC = √(𝑋𝑐 − 𝑋𝑎)2 + (𝑌𝑐 − 𝑌𝑎)²
DBC = √(𝑋𝑐 − 𝑋𝑏)2 + (𝑌𝑐 − 𝑌𝑏)²

2. Koordinat Polar (Vektor)


Posisi obyek ditentukan berdasarkan jarak vektor dari titik origin (d) dan arah
garis/sudut dari sumbu tertentu (α).
Koordinat titik A (d,α) berarti jarak titik A dari titik O adalah d, dengan arah α⁰ dari
sumbu Y.

Gambar 2. 5 Koordinat polar


3. Koordinat Tiga Dimensi (3D)
Posisi obyek didasarkan pada tiga garis yang terletak saling tegak lurus, dimana
titik nol ketiga garis tersebut saling berimpit.

Koordinat A sistem cartesian: A(XA,YA,ZA).


Koordinat A sistem polar: A(Jv,β,m).

Jv = jarak vektor titik A terhadap origin O(0,0,0)


D = jarak titik A pada bidang datar XOY
β = sudut horisontal (pada bidang XOY)
m = sudut vertikal (tegak lurus bidang XOY)

Gambar 2. 6 Koordinat 3 dimensi

Hubungan koordinat cartesian dan koordinat polar sebagai berikut:


a. Jika diketahui koordinat A (XA,YA), maka jarak vektor titik A (Jv) terhadap
origin O(0,0) dan arah A (α) dari sumbu X bisa dihitung.
Jv² = XA² + YA²
Tan α = (XA/YA) sehingga α = Arc Tan (XA/YA)
b. Jika diketahui jarak vektor titik A dari origin O(0,0) sebesar r, dan sudut dari
sumbu Y sebesar α, maka koordinat titik A bisa dihitung.
Sin α = XA/Jv sehingga XA = Jv Sin α
Cos α = YA/Jv sehingga YA = Jv Cos α

Gambar 2. 7 Hubungan jarak, sudut, dan koordinat

c. Jika diketahui koordinat A (XA,YA) dan koordinat B (XB,YB), maka jarak AB


(DAB) dan sudut jurusan dari titik A ke titik B (αAB) bisa dihitung.
DAB= (XB-XA)/Sin αAB = (YB-YA)/Cos αAB
Tan αAB = (XB-XA)/(YB-YA) sehingga αAB = Arc Tan (XB-XA)/(YB-YA)
d. Sebaliknya jika diketahui koordinat A (XA,YA), jarak AB (DAB), dan sudut
jurusan dari titik A ke titik B (αAB), maka koordinat B (XB,YB) bisa dihitung.
Sin αAB = (XB-XA)/ DAB sehingga XB = XA + DAB Sin αAB
Cos αAB = (YB-YA)/ DAB sehingga YB = YA + DAB Cos αAB

2.3 Penampang Melintang


Penampang melintang yang digunakan dalam menghitung pekerjaan tanah adalah
sebuah penampang vertikal, tegak lurus terhadap garis sumbu pada stasiun penuh dan
stasiun plus, yang menyatakan batas-batas suatu galian atau timbunan rencana atau yang
sudah ada. Penentuan luas potongan melintang menjadi sederhana bila potongan melintang
tersebut digambar diatas kertas grafik potongan melintang. Potongan melintang digambar
dengan skala vertikal dan horizontal yang sama, dengan praktek standar 1 inc = 10
ft.Tetapi, bila galian atau timbunan vertikal kecil dibandingkan dengan lebarnya,
Perbesaran skala vertikal digunakan untuk mencapai ketelitian ekstra dalam menggambar
penampang tersebut. Arah profil melintang di setiap stasiun umumnya diambil tegak lurus
terhadap sumbu proyek, sebagai dasar ketinggian di setiap profil adalah titik-titik
stasiun yang telah diukur dari profil memanjang. Lebar profil tergantung dari
kebutuhan dan tujuan proyek, misal 25 m arah kanan-kiri dari sumbu proyek.
Pengukuran detilnya dilakukan seperti pada pengukuran profil memanjang dan
sebagai detil-detil dipilih titik-titik yang dapat mewakili topografi setempat. Di atas gambar
profil inilah digambarkan tampang atau irisan dari rencana proyek dan luasan yang terjadi
antara permukaan tanah asli dengan tampang proyek merupakan luas tampang galian atau
timbunan yang diperlukan atau dibuang. Dengan mengkombinasikan tampang
memanjang dan melintang maka volume dari tubuh tanah yang ditimbun atau digali
dapat dihitung

Gambar 2. 8 Pengukuran beda tinggi

2.4 Perhitungan Volume


Metode perhitungan volume antara lain:
1. Metode tampang melintang
Dibedakan menjadi:
a. Tampang melintang rata-rata
Bila A1 dan A2 merupakan luas dua buah penampang yang berjarak L, maka volume
yang dibatasi oleh kedua penampang:
V = ½ (A1 + A2) L
Gambar 2. 9 Volume cara potongan melintang rata-rata

b. Jarak rata-rata dari penampang


V = 1/2(L1 + L2) Ao.

Gambar 2. 10 Volume cara jarak rata-rata

2. Cara prisma dan piramida


Dibedakan menjadi:
a. Cara prisma: V = h/6(A1 + 4 Am + A2)
b. Cara piramida kotak: V = h/3{A1 + (A1A2)1/2 + A2}
3. Metode ketinggian sama
a. Area berbentuk bujur sangkar
V = A/4( h1 + 2 S h2 + 3 S h3 + 4 S h4)
hI= ketinggian titik-titik yang digunakan i kali dalam hitungan volume
b. Area berbentuk segitiga
V = A/3(h1 + 2S h2 + 3S h3 + 4S h4 + 5S h5 + 6S h6 + 7S h7 + 8S h8)
hI= ketinggian titik-titik yang digunakan i kali dalam hitungan volume.

Gambar 2. 11 Metode prisma

Gambar 2. 12 Metode piramida kotak


Gambar 2. 13 Metode area bujur sangkar

Gambar 2. 14 Metode area segitiga

4. Cara Garis Kontur


a. Dengan rumus prisma
V = h/3{ Ao + An + 4SA2r+1 + 2SA2r }
r pada 2r + 1 berselang 0 <= r<= 1/2(n - 2),
r pada 2r berselang 0 <= r<= 1/2(n - 2).
Untuk n= 2 diperoleh r= 0, sehingga:
V = h/3(Ao + A2 + 4A1) = h/3(Ao + 4A1 + A2).

Bila n adalah ganjil, bagian yang terakhir dihitung dengan cara piramida kotak atau
cara rerata luas penampang awal dan akhir.

b. Cara garis kontur dengan rumus piramida kotak


V = h/3{ Ao + An + 2SAr + S(Ar-1Ar)1/2 }
r pada 2SAr berselang 1 <= r<= n - 1,
r pada S(Ar-1Ar)1/2 berselang 1 <= r<= n.
Untuk n = 1 diperoleh:
V = h/3{Ao + A1 + (A0A1)1/2} = V = h/3{ Ao + (A0A1)1/2 + A1 }

c. Cara garis kontur dengan luas rata-rata


V = h/2 { Ao + An + 2S Ar }
R bernilai 1 <= r<= n - 1.
Untuk n = 1 diperoleh V = h/2 ( Ao + A1 )

Gambar 2. 15 Volume cara kontur


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum survei hidrografi ini yaitu :

1. Roll Meter 100 m


2. Tali Rafia
3. Pemberat (Batu)
4. Lakban
5. Kompas
6. Alat Tulis
7. Buku Catatan
8. Laptop

3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Hari / tanggal : Selasa, 12 September 2017
Pukul : 15.00 – 17.00 BBWI
Tempat : Kolam dekat departemen Teknik Geomatika ITS

3.3 Diagram Alir Pelaksanaan Praktikum

Start

Perencanaan

Pengukuran

Pengolahan dan
pemodelan

Penyusunan presentasi
dan laporan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Praktikum


3.4 Tahapan Praktikum
a. Perencanaan
Meliputi kegiatan survei lokasi, penentuan letak titik awal, metode serta alat bahan
yang akan digunakan.
b. Pengukuran
Meliputi pelaksanaan pengukuran di lokasi untuk mendapatkan jarak dari titik awal,
azimuth serta kedalaman titik di kolam.
c. Pengolahan dan Pemodelan
Meliputi perhitungan data hasil pengukuran menjadi titik-titik koordinat yang
memiliki nilai kedalaman yang berbeda. Dari titik tersebut dihubungkan kemudian
dibentuk konturnya dan dihitung volumenya.
Perhitungan koordinat :
Koordinat X : nilai X titik awal + jarak titik dari titik awal * sin azimuth
Koordinat Y : nilai Y titik awal + jarak titik dari titik awal * cos azimuth
Perhitungan dan pemodelan menggunakan software Surfer
d. Penyusunan Presentasi dan Laporan
BAB IV
HASIL DAN ANALISA

4.1 Hasil
Dari praktikum pengukuran kolam Geomatika didapatkan cross section sebagai
berikut :

4.1.1 Luas Penampang Cross Section


Berikut merupakan luas penampang tiap cross section:
 Cross section 1

Gambar 4.1 Luas Penampang Cross Section 1


 Cross section 2

Gambar 4.2 Luas Penampang Cross Section 2

 Cross section 3
Gambar 4. 3 Luas Penampang Cross Section 3

 Cross section 4

Gambar 4. 4 Luas Penampang Cross Section 4

 Cross section 5

Gambar 4. 5 Luas Penampang Cross Section 5


 Cross section 6

Gambar 4. 6 Luas Penampang Cross Section 6


Untuk mendapatkan volume, maka harus diketahui jumlah luas penampang antar 2
cross section yang dibagi 2, kemudian dikalikan dengan panjang antar cross tersebut. atau
dengan rumus
(𝐴1 + 𝐴2 )
𝑉= ×𝑑
2
dimana
A1 = luas penampang 1
A2 = luas penampang 2
d = jarak antar cross
Selanjutnya total volume didapat dari penjumlahan volume tiap luas penampang.
Tabel 4.1 Perhitungan Volume

VOLUME DANAU TEKNIK GEOMATIKA

Volume
No. STA. Luas Penampang (m2) Luas Rata2 Jarak (m)
(m3) Ket.

1 L1 1
3.785 2.5421 9.621849
2 L2 6.57
12.445 5.6614 70.45612
3 L3 18.32
23.665 8.531 201.8861
4 L4 29.01
21.21 12.7499 270.4254
5 L5 13.41
27.76 6.7921 188.5487
6 L6 42.11
37.82 16.7541 633.6401
7 L7 33.53
24.20585 7.5743 183.3424
8 L8 14.8817
Total Volume 1557.921
4.2 Analisa
Volume yang dihasilkan tidak akurat. Karena skala terkecil kompas yang digunakan
tersebut adalah derajat. Serta untuk menentukan kedalaman menggunakan tali dimana
skala terkecil yang dapat dibaca adalah desimeter.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengukuran kolam Teknik Geomatika ITS diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :

1. Kolam Teknik Geomatika ITS memiliki volume total sebesar 1557.921 m3.
2. Volume yang dihasilkan tidak akurat. Karena skala terkecil kompas yang digunakan
tersebut adalah derajat. Serta untuk menentukan kedalaman menggunakan tali dimana
skala terkecil yang dapat dibaca adalah desimeter.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil praktikum antara lain sebagai berikut :
1. Untuk pengukuran volume kolam sebaiknya tidak menggunakan peralatan yang
sederhana tetapi memanfaatkan teknologi terkini agar hasil yang diperoleh lebih akurat.
2. Meningkatkan lagi kerja sama tim dalam pengukuran agar pengukuran bisa lebih
cepat dan menghasilkan data yang lebih baik lagi.
3. Sebelum melakukan pengukuran sebaiknya mempelajari mengenai dasar – dasar
metode pengukuran.
LAMPIRAN
Data Pengukuran Koordinat X Y
No Kedalaman (h) Jarak (d) Sudut (⁰) X Y
1 10.06 25.52 357 -1.33561 25.48503
2 8.55 24.41 357 -1.27752 24.37655
3 9.88 22.06 335 -9.32296 19.99315
4 8.87 20.95 336 -8.52113 19.13878
5 9.9 23.58 312 -17.5234 15.7781
6 8.67 23 310 -17.619 14.78412
7 9.97 22.95 300 -19.8753 11.475
8 10 20.35 293 -18.7323 7.951378
9 8.51 20.6 299 -18.0172 9.987078
10 10.31 14.6 300 -12.644 7.3
11 8.59 14.86 304 -12.3195 8.309607
12 10.16 6.096 313 -4.45833 4.157462
13 8.76 7.17 323 -4.31501 5.726217
14 10.77 7.07 66 6.458766 2.875628
15 8.73 10.6 52 8.352914 6.526012
16 8.12 13.5 42 9.033263 10.03246
17 10.39 15.55 35 8.919114 12.73781
18 10.78 15.5 73 14.82272 4.531761
19 8.87 16.37 71 15.47814 5.329551
20 7.59 18.08 61 15.81312 8.765358
21 7.88 23.82 51 18.51162 14.99041
22 8.15 29.89 47 21.86016 20.38493
23 9.08 34.08 45 24.0982 24.0982
24 10.21 35.6 43 24.27914 26.03619
25 10.1 31.29 83 31.05677 3.813292
26 8.97 32.25 81 31.85295 5.045011
27 8.02 33.81 74 32.50026 9.319299
28 7.9 35.92 65 32.55458 15.18045
29 8.23 41.95 62 37.03965 19.69433
30 8.75 45.64 59 39.12112 23.50634
31 10.21 46.25 58 39.22222 24.50877
32 10.06 39.17 83 38.87803 4.773622
33 10.2 41.89 74 40.26725 11.54645
34 10.29 46.25 65 41.91674 19.54609
35 8.22 22.07 306 -17.855 12.97242
36 8.33 15.8 310 -12.1035 10.15604
37 8.04 17.53 322 -10.7925 13.81383
38 8.28 19.55 330 -9.775 16.9308
39 8.35 10.94 341 -3.56172 10.34397
40 8.01 15.71 350 -2.72801 15.47133
41 8.11 19.94 353 -2.43007 19.79137
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai