Anda di halaman 1dari 3

Review Jurnal Internasional

Novia Nurfadila Putriyani 03311540000061


Analisis Informasi Geospasial A

Application of Remote Sensing and Geographic Information Systems to Forest Fire


Hazard Mapping
Emilio Chuvieco
Department of Geography, University of Alcala de Henares, Madrid, Spain

Russell G. Congalton
Department of Forestry and Resource Management, University of California, Berkeley

Basis data dan sumber data

1. Peta Vegetasi
a. Spesies Vegetasi, diklasifikasikan berdasarkan tingkat mudah terbakarnya, kondisi, dan
wilayah.
2. Data Topografi
a. Data elevasi
b. Data lereng,
c. Kedekatan dengan jalan dan jalan setapak, tempat perkemahan, atau perumahan.

Setiap variable yang termasuk sebagai layer yang memiliki informasi yang berbeda untuk
dianalisis. Melakukan overlay sebumua variable memungkinkan untuk menentukan tingkatan dari
bahaya kebakaran didalam area yang dipelajari. Kemudian, area dengan tingkat bahaya yang tertinggi
akan dibandingkan dengan area yang telah terjadi kebakaran. Area yang telah terbakar akan dibedakann
menggunakan peta tematik yang didapatkan beberapa jam setelah terjadinya kebakaran. Persetujuan
antara area yang diprediksi memiliki resiko bahaya yang tinggi dengan area yang benar-benar sudah
terjadi kebakaran akan diasumsikan menjadi uji coba yang dapat dipercaya dalam tingkatan studi.

Model Aplikasi

Model aplikasi yang digunakan dalam jurnal tersebut adalah topographical karena yang
dihasilkan adalah berupa peta resiko bahaya kebakaran (Fire Hazard Mapping). Dengan peta indeks
resiko bahaya yang ditampilkan yaitu dibagi menjadi tiga kategori yaitu 1) high hazard (1-100); 2)
medium hazard (101-200); 3) low hazard (201-255).

Area yang terkena dampak dari kebakaran termasuk berbagai jenis tutupan lahan, dan kategori
agrikultur. Karena itu, histogram dari nilai indeks-resiko tidak menyajikan bias yang jelas untuk nilai
yang rendah (area dengan resiko yang tinggi). Hasil berkut karena metode dilakukan untuk mengukur
resiko bahaya kebakaran bukan perilaku dari api atau efek bahaya dari api. Resiko bahaya kebakaran
lebih kearah sumber yang mudah terbakar, sedangkan efek bahaya kebakaran menyangkut bahan mudah
terbakar dan nyala api, dan perilaku api yang dinamis.f aktor lainnya selian vegetasi adalah model fire
hazard tidak memprediksi are yang akan terbakar maupun yang diduga akan terbakar.

Metode Analisisnya

Proximity Analysis

Pada projek ini, jalan, dan jalan setapak didigitasi dan dianalisa menggunakan PC Arcinfo.
Buffer pada jarak 50 m di bangun untuk jalan utama, sedangkan jarak yang 150 m dipilih untuk jalan
setapak dan titik api. Jarak yang lebih panjang dipilih untuk jalan setapak karena diasumsikan bahkan
efek dari manusia pada jalan lebih membaur. Dengan kata lain, efeknya tidak seterbatas di jalna. Jarak
yang dibuffer ini diasumsikan sebagai area dimulainya api berdasarkan jalan dan jalan setapak. Peta
yang telah dibuffer di rasterkkan kemudia diregistrasi dengan layer lainnya untuk mendapatkan
informasi yang diperlukan pada peta resiko kebakaran akhir.

Untuk dibuatnya peta tersebut, dilakukan pembobotan. Pertama, setiap data dibobotkan
berdasarkan efek yang diberikan dalam meningkatan bahaya resiko kebakaran. Skal yang digunakan
nilainya 0-255. Kemudia yang kedua, setiap layer data dibagi menjadi level-level yang berbeda dengan
koefisien 0, 1, 2 dan berdsarkan tingkatan rendah, sedang dan tinggi. 0 dan 1 untuk data tinggi dan
rendah. Kesimpulannya, berikut adalah rumus untuk index hazard : H = 1 + 100v + 30s + 10a + 5r +
2e, dimana v, s, a, r, and e adalah koefisien yang dimasukan untuk vegetasi, lereng, aspek, jalan, dan
elevasi kelompok.

Hasil Akhir

Dihasikan adalah Informasi layer dan Peta Resiko Bahaya Kebakaran. Analisis dari variable
data spatial yang terintegrasi sangat berguna untuk penelitian kebakaran hutan. Penginderaan jauh
menyediakan sumber data vegetasi, sedangkan pengolahan dengan SIG memudahkan untuk pembuatan
fire hazard models. Variabel yang dipilih untuk penelitian adalah variable yang dikenal secara luas
sebagai factor yang krusial didalam upaya pencegahan dan peminimalan kebakaran hutan. Model yang
ditawarkan berjalan sesuai dalam mengindetifikasi area yang menjadi subjek ke area yang fire
hazardnya lebih tinggi. Perbandingan dengan area yang sebenarnya terpengaruh dengan kebakaran
memberikan banyak pandangan tentag validasi dari variable yang dipilih dan tentang gangguan
kelompok yang terdeteksi didalamnya. Penelitian yang lebih lanjut perlu dilakukan dan difokuskan kea
rah pengujian efek dari memilih variable baru (misalnya data layer) atau untuk membangun Batasan
baru antara kelompok fire hazard dengan variable tersebut.

Anda mungkin juga menyukai