1. PENDAHULUAN
Studi tentang komponen geologi lingkungan antara lain meliputi gerakan tanah,
bentang alam, jenis dan susunan batuan, sifat fisik dan keteknikan tanah/batuan,
sumber daya air, sumber daya mineral dan energi, serta kebencanaan geologi (gempa
bumi, letusan gunung api, amblesan, tsunami, dll.). Sebagian komponen tersebut,
seperti sumber daya mineral, energi dan air, merupakan sumber daya yang perlu kita
cari dan kita manfaatkan secara bijaksana. Namun sebagian lain, seperti gerakan
tanah, gempa bumi, dan letusan gunung api, adalah fenomena-fenomena
kebencanaan yang perlu kita hindari. Oleh karena itu, kajian geologi lingkungan
mempunyai tujuan untuk menyediakan informasi-informasi dasar kegeologian,
sehingga orang dapat mengerti, memahami dan menggunakannya secara tepat dan
bijaksana.
Oleh karena itu, dalam penyusunan tata ruang harus dilakukan dengan lebih berhati-
hati, tepat sasaran dan bijaksana.
Adapun salah satu jenis kawasan budi daya adalah kawasan peruntukan
pertambangan.
KPP merupakan wilayah yang memiliki sumber daya bahan tambang yang dapat
berwujud padat, cair, atau gas berdasarkan peta/data geologi. Seperti kita ketahui
bahwa saat ini telah terbit UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara (Minerba). Dalam Undang-undang ini dikenal istilah Wilayah Pertambangan
(WP), yaitu wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat
dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari tata ruang
nasional. WP terdiri dari Wilayah Usaha Pertambangan (WUP), Wilayah
Pertambangan Rakyat (WPR) dan Wilayah Pencadangan Negara (WPN). Mengingat
KPP dan WP dibuat berdasarkan data/bukti geologi, maka WP dalam pengaturan UU
No. 4 Tahun 2009 dapat dipahami IDENTIK dengan KPP menurut PP No. 26 Tahun
2008 sebagai peraturan pelaksanaan UU No. 26 Tahun 2007, selanjutnya keduanya
direpresentasikan dalam bentuk zona. Delineasi KPP/WP termasuk potensi mineral
dan batubara, minyak dan gas bumi serta panas bumi.
Selain UU No. 4 Tahun 2009, khusus untuk kegiatan pertambangan minyak dan
gas bumi serta panas bumi masing-masing diatur oleh UU No. 22 Tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi dan UU No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi. Dari ketiga
undang-undang pertambangan tersebut secara singkat menyebutkan bahwa untuk
kepentingan pengusahaan pertambangan mineral dan batubara digunakan istilah
Contoh delineasi KPP beberapa jenis bahan tambang di Provinsi Sumatera Utara
disajikan pada Gambar 7, 8, dan 9.
LITERATUR