Anda di halaman 1dari 35

Kimia Organik

Lebih dari sejuta senyawa terdiri dari gabungan karbon dengan hidrogen, oksigen, nitrogen,
atau beberapa unsur tertentu. Keseluruhan senyawa tersebut merupakan bagian dari kimia
organik. Unsur karbon sangat istimewa karena memiliki kemampuan untuk mengadakan
ikatan kovalen yang kuat dengan sesamanya. Atom-atom karbon dapat membentuk rantai
lurus, bercabang atau bentuk cincin Kemungkinan penyusunan ikatan yang tak terbatas antar
atom karbon tersebut menyebabkan tingginya keragaman senyawa karbon
Pada mulanya kimia organik hanya melibatkan senyawa yang diturunkan dari makhluk hidup.
Makhluk hidup dianggap mempunyai 'tenaga gaib' ('vital force') yang diperlukan dalam
sintesis senyawa-senyawa tersebut. Pada tahun 1828, seorang kimiawan bangsa Jerman,
Friedrich Wohler memanaskan amonium sianat, berasal dari senyawa anorganik, dan
diperoleh senyawa urea.

KOCN + NHCN KCl + NH
4
OCN

NH
4
OCN ----------> H
2
NCONH
2

amonium sianat urea

Urea yang diperolehnya dengan cara ini identik dengan urea yang diisolasi dari air seni.

6-1 Bentuk Senyawa Organik
Senyawa organik yang paling sederhana terdiri dari karbon dan hidrogen, yakni
hidrokarbon. Hidrokarbon yang paling sederhana ialah metana, CH
4
, yaitu bagian utama
dari gas alam. Berikut ini adalah cara menggambarkan molekul metana melalui tiga
cara. Struktur Lewis menunjukkan semua penyebaran elektron valensi dalam molekul.
Rumus struktur menitik beratkan pada elektron yang terlibat dalam pembentukan ikatan,
dalam hal ini digunakan sebuah garis untuk menggambarkan ikatan tunggal (dua garis
untuk ikatan ganda dua dan tiga garis untuk ikatan ganda tiga). Rumus singkat memuat
informasi yang sama dengan rumus struktur, hanya dituliskan dalam satu baris.

Tak satupun struktur tersebut menjelaskan bentuk geometri molekul CH
4
. Baik dari
teori VSEPR (Sub Bab 9-8) maupun teori ikatan valensi (Sub Bab 10-2) dapat
diharapkan penyebaran empat pasangan elektron di sekitar atom karbon pusat
membentuk tetrahedral. Pada molekul CH
4
, keempat atom H adalah ekivalen. Jaraknya
dari atom C sama dan mereka menempel pada atom karbon melalui ikatan kovalen yang
setara kekuatannya. Sudut di antara dua ikatan C-H ialah 109
o
28'. Model molekul sering
digunakan untuk menggambarkan molekul-molekul organik. Dua macam yang sering
dipakai digambarkan pada Gambar 26-1., Dengan meningkatnya jumlah atom karbon
dalam molekul, anggota-anggota dalam deret hidrokarbon ditunjukkan pada Gambar 26-
2.
GAMBAR 26 1 Gambaran struktur dari molekul metana.

(a) Struktur tetrahedral memperlihatkan ikatan sudut.
(b) Konvensi yang digunakan untuk memperlihatkan struktur tiga dimensi melalui
sebuah rumus struktur. Garis penuh menunjukkan ikatan yang terlihat pada bidang
kertas. Garis terputus-putus diproyeksikan menjauhi pembaca, dan bentuk pasak
diproyeksikan mendekati pembaca.
(c) Model bola-dan-tongkat. (d) Model pengisi-ruang.

GAMBAR 26 - 2
Penggambaran beberapa
hidrokarbon

(a) Rumus struktur (b) Rumus singkat (c) Model bola-dan-tongkat (d) Model pengisi-ruang

Keisomeran Kerangka. Dari Gambar 26-2 terlihat adanya dua macam penyusunan
hidrokarbon dengan empat karbon dan sepuluh atom hidrogen. Ternyata dua senyawa
berbeda dengan rumus C
4
H
10
.

Salah satunya dinamakan butana, sedangkan yang lain
dinamakan isobutana. Senyawa-senyawa yang rumus molekulnya sama tetapi berbeda
strukturnya dinamakan isomer-isomer. Diketahui banyak keisomeran dalam senyawa organik.
Dalam kasus yang dibicarakan di sini isomer-isomer hanya berbeda dalam hal rantai lurus
atau bercabang. Jenis keisomeran demikian dinamakan keisomeran rantai atau kerangka.
Nama-nama yang diberikan kepada keempat hidrokarbon dalam deret di Gambar 26-2
adalah nama-nama biasa. Untuk rantai karbon yang lebih panjang diberikan nama-nama yang
dapat mencerminkan panjangnya rantai karbon dalam rantai. Nama yang diberikan berakhiran
"ana". Beberapa senyawa berantai cabang sering diberi awalan "iso". Deret hidrokarbon di-
awali dengan metana dan sesudah senyawa dengan empat atom karbon, dilanjutkan dengan :
pentana (C
5
H
12
),

heksana (C
6
H
14
), heptana (C
7
H
16
),

oktana (C8 H
l8
), nonana (C
9
H
20
), dan
dekana (C
10
H
22
).

Semua hidrokarbon berantai panjang menunjukkan keisomeran kerangka, ;
dan semakin panjang rantai karbon semakin besar jumlah kemungkinan isomer. Terdapat 18
:isomer untuk oktana, 35 untuk nonana, 75 untuk dekana, dan seterusnya.

Contoh 26-1. Tuliskan rumus strukur untuk semua kemungkinan isomer heksana, C
6
H
t4
.


Jawaban.
Dasar pertanyaan ialah: berapakah cara yang berbeda untuk menyusun keenam atom C?
Kunci pada pertanyaan ini ialah perkataan berbeda. Misalnya, rumus-rumus berikut tidak
berbeda (Pikirkan bahwa semua atom C mempunyai 'engsel'; setiap struktur dapat ditata
kembali menjadi rantai dengan enam karbon).
C C C C C
| | | dan seterusnya
C C C C C C C C C C C C C

Kita mulai dengan satu rantai molekul panjang, dan untuk kesederhanaan, hanya ditun-
jukkan kerangka karbonnya. (Struktur selengkapnya memerlukan penambahan sejumlah
atom hidrogen untuk melengkapi keempat ikatan pada setiap atom C)

C-C-C-C-C-C
(1)
Berikutnya kita cari kemungkinan yang melibatkan rantai dengan lima karbon dan satu
karbon sebagai rantai samping, Hanya ada dua kemungkinan.
C C
| |
C-C-C-C-C C-C-C-C-C
(2) (3)
Dapatkah anda lihat bahwa struktur berikut ini identik dengan (2) ?

C
|
C-C-C-C-C
Sekarang mari kita pertimbangkan rantai dengan empat karbon dengan dua karbon se-
bagai rantai samping. Hanya ada Satu kemungkinan bagi rantai-rantai samping untuk
menempel pada atom C yang berbeda dalam rantai (struktur 4), dan satu kemungkinan bagi
rantai samping untuk menempel pada atom C yang sama (struktur 5).

C
C C |
| | C C C C
C-C-C-C C |
(4) C
(5)

Dapatkah anda lihat bahwa kedua struktur ini identik dengan (5) ?
C
|
C C
| |
C C C C C C C
|
C
Semua kemungkinan kerangka karbon lain ternyata identik dengan yang telah
dikemukakan. Jumlah isomer heksana adalah 5.
Tatanama. Pada awal sejarah kimia organik, kimiawan memberikan nama-nama
tersendiri untuk senyawa barunya. Seringkali nama-nama tersebut berasal dari sumber
atau sifat tertentu dari senyawa tersebut, dan beberapa nama tersebut masih lazim
digunakan. Contohnya asam sitrat ditemukan pada buah sitrun (limau), asam urat
ditemukan pada urine; asam format terdapat pada semut (dari bahasa Latin,
semut=formica); dan morfin merangsang tidur (dari Morpheus, Tuhan tidur bagi bangsa
Yunani kuno). Semakin banyak senyawa baru yang disintesis, semakin nyata bahwa
pemberian nama didasarkan pada nama-nama biasa tak dapat dipertahankan. Salah satu
sistem yang disarankan ialah International Union of Pure and Applied Chemistry
(IUPAC atau IUC). Beberapa aturan penting dalam tatanama hidrokarbon (C
n
H
2n + 2
)
menurut kaidah ini ialah
1. Nama keluarga hidrokarbon jenuh adalah alkana
2. Pilihlah rantai karbon terpanjang dalam molekul Dan gunakan nama hidrokarbon
tersebut sebagai nama dasar.
3. Setiap cabang dari rantai utama ini dianggap sebagai substituen yang diturunkan
dari hidrokarbon lain. Untuk substituen tersebut, akhiran dari nama dasarnya
berubah dari "ana" menjadi "il"
4. Nomorilah atom karbon pada rantai utama, sehingga substituen mendapatkan nomor
yang paling rendah.
5. Setiap substituen mempunyai nama dan nomor. Untuk sub stituen-substituen yang
identik, gunakan di, tri, tetra, dan seterusnya, serta ulangi nomor-nomornya.
6. Nomor dipisahkan satu sama lain dengan koma dan dari huruf dengan tanda garis.
7. Susunlah substituen secara abjad menurut namanya, tanpa memperhatikan nomor
atau kerumitannya.
8. Jika terdapat lebih dari satu rantai yang panjangnya sama, berilah satu nama
sehingga terdapat jumlah rantai samping yang maksimum.
Untuk menerapkan aturan ke-3, substituen hidrokarbon atau gugus alkil diberi nama
sebagai berikut.
CH
3
CH
3
CH
2
CH
3
CH
2
CH
2
CH
3
CHCH
3

|
metil etil propil isopropil
(juga dinamakan n-propil
atau normal propil)
CH
3
CH
3
| |
CH
3
CH
z
CH
Z
CH
2
CH
3
CHCH
2
CH
3
CHCH
Z
CH
3
CH
3
CCH
3

| |
butil isobutil s-butil t-butil
(atau n-butil) (sec-butil atau (tert-butil atau
sekunder butil) tersier butil)
Contoh 26-2. Berikan nama-nama IUPAC untuk senyawa berikut :
CH
3
CH
3
CH
3

| | |
(a)

CH
3
CCH
2
CHCH
3
(b) CH
3
-CH
2
-CH-CH
2


1 2 3 4 5

1

2

3

4
|

5
CH
3

|

6
CH
3


Jawaban.
(a) Substituen rantai samping diberi lingkaran. Masing-masing adalah gugus metil, -
CH
3
. Dua gugus metil berada pada atom karbon kedua dan satu gugus metil pada
karbon keempat. Rantai karbon utama mempunyai lima karbon. Nama yang benar
ialah 2,2,4-trimetilpentana
Jika atom karbon pada struktur (a) dinomori dari kanan ke kiri, nama yang diperoleh
ialah 2,4,4-trimetilpentana. Ini bukanlah nama yang benar, karena tidak
menggunakan nomor-nomor terkecil.
(b) Panjang rantai utama adalah enam bukan empat. Gugus metil berada pada atom
karbon ketiga. Nama yang benar adalah
3-metilheksaa I
Contoh 26-3. Tuliskan rumus struktur dan rumus singkat untuk senyawa berikut ini (a) 4-t-
butil-2-metilheptana; (b) 2,6-dimetil-3-etilheptana.
Jawaban
(a) Gugus substituen t-butil menempel pada atom C keempat pada rantai dengan tujuh kar-
bon. Gugus metil menempel pada atom C kedua.
CH
3

|
CH
3
H3CCCH
3

| |
H
3
C-CH-CH
2
-CH-CH
2
-CH
2
-CH
3

Atau
(CH
3
)
2
CHCH
2
CH[C(CH
3
)
3
]CH
2
CH
2
CH
3

(rumus singkat)
Untuk menyusun gugus substituen secara abjad sebagaimana disyaratkan pada kaidah 7,
lambang n, s, dan t tidak digunakan. Sehingga butil (sekalipun t-butil) mendahului metil
dalam penamaan struktur (a).

(b) Gugus metil terdapat pada atom kedua dan keenam dan gugus etil pada atom ketiga.
CH
3
CH
3
| |
HC-CH-CH-CH
2
CH
2
.-CH
2
-CH
3
atau
(CH3)
2
CHCH (C
2
H
5
) CH
2
CH
2
CH(CH
3
)
2

(rumus singkat)

Ternyata struktur (b) dapat juga dinamai 5-isopropil-2-metilheptana. Namun tidak
demikian karena hanya melibatkan dua rantai samping, bukan tiga (lihat kaidah 8).
Keisomeran Kedudukan. Bermacam-macam atom atau gugus atom dapat merupakan
substituen pada rantai karbon. Ketiga monobromopentana mempunyai isomer, sekalipun
mempunyai kerangka karbon yang sama. Karena perbedaannya terletak pada kedudukan
atom brom pada rantai karbon, mereka dinamakan keisomeran kedudukan.

CH
3
CH
2
CH
2
CH
2
CH
2
Br CH
3
CH
2
CH
2
CHCH
3
CH
3
CH
2
CHCH
2
CH
3

| |
Br Br
1-bromopentana 2-bromopentana 3-bromopentana

Contoh 26-4. Berikan semua kemungkinan isomer untuk C
4
H
9
Cl.
Jawaban. Mungkin, pendekatan yang paling sederhana ialah mempertimbangkan jumlah
isomer-isomer kedudukan untuk setiap isomer kerangka dari butana. Terdapat dua
kemungkinan untuk n-butana (struktur 1 dan 2) dan dua berdasarkan isobutana (struktur
3 dan 4),
Cl CH
3
CH
3
| | |
CH
3
CH
2
CH
2
CH
2
C1 CH
3
CH
2
CH

CH
3
CH
3
CHCH
2
CI CH
3
CCH
3

|
C1
(1) (2) (3) (4)
Gugus Fungsi. Unsur selain karbon dan hidrogen dalam senyawa organik memberikan
kekhasan bagi sekelompok senyawa tersebut. Dalam beberapa kasus, pengelompokkan
ini terjadi karena beberapa atom H digantikan, atau kadang-kadang atom C-nya sendiri.
Pengelompokkan atom-atom ini dinamakan gugus fungsi (functional group), dan
molekul selebihnya dilambangkan dengan R. Tabe126-1 memuat beberapa gugus fungsi
yang sering dijumpai.

Contoh 26-5. Dengan menggunakan keterangan dari Tabel 1 nama untuk senyawa (CH
3
)
2
CHOCH
2
CH
2
CH
3
.
Jawaban. Mula-mula kita ubah rumus singkat ini menjadi rumus struktur.
atau dari mana saja, diberikan
H
|
H H C H H H H
| | | | |
H-C-------C O C C C H
| | | | |
H H H H H
Adanya gugus C-O-C menyatakan bahwa ini adalah suatu eter. Gugus di sebelah kiri
adalah isopropil, di sebelah kanan adalah n-propil atau propil saja. Senyawa ini disebut
isopropil propil eter.





TABEL 26-1
Beberapa golongan senyawa organik

a
Beberapa dari gugus fungsi diperlihatkan disini dan kemudian dibahas dalam bab ini

O
||
mempunyai nama khusus : -OH, hidroksil; C=O, carbonil: - C-OH, karboksil ; -NH
2
, amino.

26-2 Alkana
Dalam bagian ini akan dibahas sifat-sifat alkana lebih jauh. Sifat penting dari hidrokarbon al-
kana ialah hanya terdapat ikatan kovalen tunggal. Dalam senyawa ini, ikatan-ikatannya
dikatakan jenuh; alkana dikenal sebagai hidrokarbon jenuh.
Kerumitan alkana dimulai dari metana, CH
4
(menyusun tebih dari 90% dari gas alam),
sampai ke molekul yang terdiri dari 50 atom karbon (terdapat dalam minyak bumi). Setiap
alkana berbeda dari yang lainnya berdasarkan gugus metilena, -CH
2
. Perbedaan unit ini secara
tetap membentuk suatu deret homolog (homologous series). Anggota-anggota dari seri ini
mempunyai sifat kimia dan fisik yang hampir sama. Misalnya, dengan kenaikan bobot mo-
lekul akan ditandai dengan kenaikan titik didih. Kenaikan titik didih ini dapat dimengerti
sehubungan dengan gaya London yang telah dibahas dalam Bab 11. Gaya ini naik dengan
meningkatnya bobot molekul. Gagasan dalam Bab 11 juga dapat menerangkan data pada
Tabel 26-2, yang menunjukkan bahwa makin bercabang rantai karbon, makin rendah titik
didihnya (ingat Gambar 11-15).









TABEL 26-2
Titik didih beberapa isomer alkana

Keluaraga isomer

Titik
Didih
o
C
keluarga

isomer

Titk
didih
o
C
butana n-butana
isobutana
- 0,5
-11,7
heksana

n-heksana
3 metil pentana
68,7
63,3
pentana n-pentana
isopentana
2,2 dimetil propana
36,1
27,9
9,5



Isoheksana
2,3-dimetil butana
2,2-dimetil butana
(neoheksana)
60,3
58,0
49,7



Konformasi. Salah satu jenis gerakan pada molekul alkana dapat digambarkan oleh model
bola dan tongkat. Gerakan ini adalah adanya gerakan putaran salah satu gugus terhadap
gugus lainnya. Dua macam orientasi dari sekian banyak kemungkinan putaran -CH
3
pada
etana digambarkan pada Gambar 26-3.
Pada salah satu konfigurasi-konfigurasi tersebut, jika dilihat dari salah satu ujung
ikatan C-C, satu gugus ikatan-ikatan C-H terdapat tepat di belakang gugus yang terletak
di depan. Struktur demikian dikenal dengan konformasi tindih (eclipsed conformation).
Pada konforma
si ini, jarak antara atom H dan C di sebelahnya adalah yang paling minimum, sehingga
gaya tolak menolak di antara atom H maksimum. Konformasi ini agak kurang mantap
dibandingkan dengan konformasi silang. Pada konformasi silang (staggered
conformation) atom-atom hidrogen berjarak maksimum. Sekalipun diharapkan konformasi
silang ini lebih mantap, pada suhu kamar energi panas (termal) dari molekul etana cukup
kuat untuk melakukan putaran bebas kedua gugus metil tersebut pada ikatan C-Cnya.
Namun pada suhu rendah, kebanyakan molekul etana terdapat pada konformasi silang.
Keadaan serupa juga terdapat pada alkana yang lebih tinggi.

GAMBAR 26-3
Putaran pada ikatan C - C dalam etana.



tindih silang
(a) (b)

(a) Putaran pada ikatan C-C
(b) Konformasi-konformasi C
2
H
6
yang digambarkan dalam proyeksi Newman, yaitu
dilihat dari salah satu ujung ikatan C-C.

Struktur Cincin. Alkana dalam bentuk rantai mempunyai rumus C
n
H
2n+2
dan dinamakan
alifatik. Alkana juga dapat berbentuk cincin atau siklik yang dinamakan struktur alisiklik.
Cincin-cincin ini dapat digambarkan sebagai hasil penggabungan kedua ujung rantai alifatik
dengan melepaskan masing-masing satu atom hidrogen dari ujungnya. Senyawa alisiklik se-
derhana mempunyai rumus C
2
H
2n


Penamaan senyawa alisiklik mengikuti aturan yang diutarakan pada bagian terdahulu.
Jadi,nama dari


CH3
adalah 1,3-dim etilsiklopentana. Berdasarkan konvensi, jika digambarkan struktur cincin,
atom-atom C dan H yang saling terikat tidak dituliskan.
Sudut ikatan pada siklopropana adalah 60
o
, sedangkan sudut normal adalah 109,5
o
;
dengan demikian, ikatan tersebut sangat terikan (strained). Sehingga, reaksi senyawa
semacam ini sering mengakibatkan terbukanya cincin, dan menghasilkan propana atau
turunan dari propana. Siklopropana adalah yang paling reaktif dibandingkan semua alkana.
Jika keempat atom karbon pada siklobutana terdapat pada satu bidang datar, sudut ikatan
C-C menjadi 90
0
. Pada kenyataannya, molekul ini agak melekuk agar tarikan ikatan terhindar.
Jika struktur siklopentana merupakan struktur yang datar (planar), sudut ikatan menjadi 108

,
yaitu mendekati sudut normal 109,5
o
. Tetapi pada struktur datar ini, semua atom H akan
berkonformasi tindih. Penyusunan yang lebih mantap ialah jika salah satu atom karbon
melekuk keluar dari bidang sehingga atom-atom H dapat berada pada konformasi silang.
Dengan model bola-dan-tongkat dapat terlihat adanya dua kemungkinan konformasi
sikloheksana, yaitu konformasi "perahu" (boat) dan "kursi" (chair) yang diilustrasikan pada
Gambar 26-4. Dengan jelas model ini menunjukkan bahwa atom-atom H pada atom C
pertama dan keempat dalam bentuk perahu sangat berdekatan sehingga terjadi tolak menolak.
Pada bentuk kursi, semua atom H berkonformasi silang. Bentuk kursi adalah konformasi yang
paling mantap dari sikloheksana. Juga terbukti dari Gambar 26-4 bahwa keduabelas atom H
pada sikloheksana tidak benar-benar setara. Enam diantaranya menjulur keluar dari cincin,
sehingga dinamakan atom H ekuatorial. Dari enam yang lainnya, tiga buah terdapat tepat di
atas, dan tiga buah tepat di bawah cincin; mereka dinamakan atom-atom H aksial. Jika ada
gugus lain, misalnya -CH
3
menggantikan satu atom H pada cincin, ia cenderung mengambil
kedudukan ekuatorial. Hal ini menyebabkan kecilnya gangguan dengan gugus lain pada
cincin.
Pembuatan Alkana. Sumber utama alkana ialah minyak bumi, tetapi ada juga cara-cara
laboratorium yang dapat menghasilkannya. Beberapa diantaranya menggunakan bahan-bahan
organik yang akan diterangkan lebih lanjut dalam bab ini. Hidrokarbon tak jenuh, yaitu yang




GAMBAR 26-4 Konformasi sikloheksana.

mengandung ikatan ganda dua atau ganda tiga dapat diubah menjadi
-
hidrokarbon jenuh
dengan jalan menambahkan hidrogen pada sistem ikatan ganda tersebut dengan bantuan kata-
lis logam (persamaan 1 dan 2). Dalam reaksi Wifrtz, hidrokarbon berhalogen dapat di-
reaksikan dengan logam alkali untuk menghasilkan alkana dengan kadar karbon dua kali
lebih banyak (3). Garam-garam logam alkali dari asam karboksilat dapat digabungkan dengan
hidroksida alkali. Disini, hidrokarbon yang diperoleh mengandung satu atom karbon yang
lebih sedikit dibandingkan dengan asam asalnya (4).

Pt atau Pd
CH
2
CH
2
+ H
2
------------> CH
3
-CH
3

Kalor/tekanan
Pt atau Pd
HC CH + 2 H
2
----------------> CH
3
+ CH
3

Kalor/tekanan

2 CH
3
CH
2
Br + 2 Na --------> 2 NaBr + CH
3
CH
2
CH
2
CH
3

etik bromida butana
atau bromoetana
O
kalor
CH
3
CONa + NaOH --------> NaCO
3
+ CH
4

Natrium acetate metana

Reaksi-reaksi organik umumnya digambarkan agak berbeda dengan reaksi anorganik.
Seringkali hanya pereaksi organik yang dituliskan di bagian kiri. Pereaksi anorganik dan
keadaan reaksi (dan kadang-kadang bahkan pereaksi organik) dituliskan di atas tanda panah.
Hanya hasil yang penting yang ditulis di sebelah kanan. Hasil saw. ping yang banyak dari
reaksi organik seringkali tidak ditulis. Persamaan kadang-kadang tidak dalam bentuk yang
balans (koefisien reaksi tidak terlalu diperhatikan).

Parafin yang biasanya digunakan sebagai lilin,
kertas minyak,adalahcampuran hidrokarbon parafm
berantai panjang.

Reaksi-reaksi Substitusi. Hidrokarbon jenuh mempunyai afinitas kecil terhadap pereaksi
kimia. Karena itu mereka dikenal sebagai hidrokarbon parafm (Latin, parum = kecil; affinis =
reaktivitas). Hidrokarbon parafin tak larut dalam air dan tak bereaksi dengan larutan asam,
basa atau pengoksidasi. Halogen secara lambat bereaksi dengan alkana pada suhu kamar,
tetapi pada suhu tinggi, umumnya dengan bantuan cahaya, terjadi penghalogenan
(halogenasi). Pada reaksi ini, sebuah atom halogen menggantikan sebuah atom H.
Mekanisme reaksi substitusi berlangsung melalui reaksi rantai, contohnya ialah klorinasi
pada metana sebagai berikut.
(Untuk penekanan, hanya elektron yang terlibat dalam pemutusan atau pembentukan
diperlihatkan pada mekanisme reaksi).
kalor atau
permulaan : Cl : Cl ----------->2 CI
cahaya
pembiakan : H
3
C : H + Cl --------> H.
3
C + H :CI
H
3
C + Cl : Cl ---------> H
3
C : Cl +Cl

penghentian : Cl + Cl --------> Cl : Cl
H
3
C + Cl -------> H
3
C : Cl H
3

H
3
C + H
3
C' ---------> H
3
C : CH
3

Reaksi ini diawali jika beberapa molekul klor menyerap energi yang cukup untuk
mendisosiasikan atom-atom CI (digambarkan di atas sebagai Cl). Atom klor
bertumbukan dengan molekul metana, dan menghasilkan radikal metil (H
3
C'), yang
bergabung dengan molekul klor membentuk hasil, CH
3
Cl. Jika salah satu atau ketiga
reaksi yang disebutkan terakhir yaitu yang melibatkan reaksi antar radikal, reaksi akan
berhenti. Reaksi rantai radikal bebas semacam ini umumnya menghasilkan campuran
hasil. Persamaan bersih yang menghasilkan klorometana ialah
kalor atau
CH, + Cl2 --------------->CH
3
C1 + HCl (5) ,
cahaya
Polihalogenasi dapat pula terjadi yang menghasilkan CH
2
CI
2
yaitu diklorometana atau
metilena diklorida (pelarut); CHC1
3
, triklorometana atau kloroform (pelarut, anestetik);
dan CC1
4
, tetraklorometana atau karbon tetraklorida (pelarut, pemadam api, bahan cuci
kering).
Oksidasi adalah reaksi hidrokarbon yang paling penting dalam fungsinya sebagai
bahan bakar. Misalnya,
C
7
H
16
(c)+ l l O
2
(g) --) 7 CO
2
(g) + 8 H
2
0(c) AH - -4812 kJ/mol (6)
26-3 Alkena dan Alkuna
Hidrokarbon tak jenuh mengandung ikatan ganda di antara atom-atom karbonnya.
Alkena sederhana atau olefin mengandung satu ikatan ganda dua dan mempunyai rumus
umum C
n
H
2n
dalam bentuk rantai lurus atau cabangnya. Alkuna sederhana atau asetilena
mempunyai ikatan ganda tiga di antara atom-atom karbonnya dan dapat dituliskan
dengan rumus umumnya C
n
H
2n-2
.
Dengan sedikit perubahan, aturan penamaan untuk alkana berlaku bagi alkena dan
alkuna. Rantai utama adalah rantai terpanjang yang mengandung ikatan ganda.
Penomoran atom karbon sedemikian rupa sehingga ikatan ganda mendapatkan nomor
terendah. Akhiran "ena" digunakan untuk alkena, sedangkan "una" untuk alkuna. Nama
biasa untuk alkena adalah merupakan turunan dari etilena, sedangkan untuk alkuna
adalah dari asetilena. Atom karbon dalam rantai diberi nomor sedemikian rupa sehingga
ikatan ganda mendapatkan nomor terendah. (Memang, ikatan ganda berada di antara
nama terendah dan nomor berikutnya). Jadi, 4-metil-2-pentuna mempunyai ikatan ganda
tiga di antara atom karbon kedua. dan ketiga pada rantai dengan lima karbon.

CH
2
=CH
2
CH
3
CH
2
CH=CH
2

etena 1-butena 3-klorosiklopentana
(etilena) (etiletilena)

HCCH CH
3
CH
2
CCH CH
3
CHCCCH
3

|
CH
3

etena 1-butina 4-metil-2-pentuna
(asetilena) (etilasetilena) (isopropilmetilasetilena)

Contoh 26-6. Bagaimanakah nama sistematik untuk struktur berikut?
CH,
3


|
CH
2
CH
3
| |
CH
3
CHC C CCH
3

|
CH
3


Jawaban. Rantai terpanjang mengikut sertakan ikatan ganda tiga dengan penomoran
yang terendah untuk ikatan tersebut, yaitu 2. Setelah ini ditetapkan, kemudian
ditentukan bahwa gugus metil terletak pada kedudukan 4,4, dan 5. Nama senyawa ini
ialah 4,4,5-trimetil-2-heptuna.
Nama 4,4-dimetil-5-etil-2-heksuna tidak benar karena tidak didasarkan pada rantau
hidrokarbon terpanjang.

Sifat fisik alkena serupa dengan alkana. Pada suhu kamar, senyawa dengan dua
sampai empat atom karbon berupa gas; 5 sampai 18 atom karbon berupa cairan; dan
lebih dari 18 atom karbon berupa padatan. Pada umumnya, alkuna mempunyai titik
didih lebih tinggi dibandingkan dengan alkana dan alkena dengan atom karbon yang
sama.
Keisomeran Geometri. Senyawa 2-butena (CH
3
CH=CHCH
3
), dan 1-butena
(CH
2
=CHCH
2
CH
3
) adalah isomer-isomer. Perbedaan antara kedua isomer tersebut ialah
pada kedudukan ikatan ganda duanya. Ini merupakan contoh isomer kedudukan.
Struktur 2-butena menimbulkan keisomeran lain.
H H CH
3
H

CC CC

CH
3
CH
3
H CH
3


(a) (b)

Pada ikatan ganda dua terjadi tumpang tindih orbital 2p yang membentuk ikatan ,
di samping ikatan . Rotasi pada ikatan ganda dua pada suhu kamar sangat terbatas.
Karena itu, molekul (a) dan (b) adalah dua molekul yang berbeda (lihat Gambar 26-5).
Untuk membedakannya, (a) dinamakan cis-2- butena (Latin, cis = di sisi yang sama) dan (b)
adalah trans-2-butena (Latin, trans = di se. berang). Keisomeran jenis ini dinamakan
keisomeran geometri (geometrical isomerism),






GAMBAR 26-5 Keisomeran geometri pada 2-butena

Cis trans
(a)

Cis trans
(b)
(a) Model bola dan tongkat; (b) model pengisi ruang.

Keisomeran geometri adalah salah satu jenis dari isomeri umum yang dinamakan kesterea
isomeran (stereoisomerism, Yunani, stereos = padat atau bersifat tiga matra). Pada kestereoiso-
meran, jumlah, jenis atom dan ikatannya sama, tetapi orientasi (letak) beberapa atom berbeda.
Jenis kestereoisomeran lain dinamakan keisomeran optik, diuraikan pada Bab 24.
Kestereoisomeran penting artinya karena mencirikan kekhasan reaksi kimia pada mahluk hidup,
akari diuraikan dalam Bab berikutnya.
Pembuatan. Dua jenis reaksi umum dalam pembuatan olefin menggunakan alkohol dan alkfl
halida sebagai bahan baku. Reaksi tersebut dinamakan reaksi eliminasi (elimination reaction),
yaitu suatu proses dimana atom-atom dilepaskan dari karbon-karbon yang bersebelahan. Mo- '1
lekul kecil terbentuk dan ikatan tambahan terjadi di antara kedua atom C. H
2
0 tereliminasi
,
pada
persamaan (7) dan HBr pada persamaan (8).

H H
| | H
2
SO
4
CH
3
C C H --------> CH
3
CH=CH
2
+ H
2
0 (7)
| | kalor
HO H

H H
| | beralkohol

CH
3
C C H --------> CH
3
CH=CH
2
+ KBr + H
2
0 (8)
| | kalor
HO H

Asetilena adalah alkuna yang paling sederhana, merupakan bahan baku penting dalam
industri. Dibuat dari batubara, air dan kapur.
kalor
CaCO
3
---------> CaO + CO
2
(9)

tanur listrik
CaO+ 3 C--------------> CaC
2
+ CO (10)
200
o
C kalsium asetilida
(kalsium karbida)

CaC
2
+ 2 H
2
O -----> HC CH + Ca(OH)
2
(11)
Kebanyakan alkuna dibuat dari asetilena dengan memanfaatkan keasaman ikatan C-H.
Dengan adanya basa yang kuat seperti natrium amida, asetilena memberikan protonnya
kepada ion amida dan membentuk garam natrium, yaitu natrium asetilida (pers 12).
Asetilida kemudian bereaksi dengan alkil halida (13).

H-CC-H + Na
+
NH
2
-
-----> NH3 + H-CC

Na
+
(12)
H-CC
-
Na
+
+ CH.
3
Br ------> HCC-CH
3
+ NaBr (13)
Dengan melanjutkan reaksi ini, ikatan ganda tiga dapat didudukan pada tempat yang
diinginkan dalam rantai, contohnya sintesis 2-pentuna.

H-CC-CH3 ---------->N
+
+CC-CH
3
+ NH
3
(14)

Na+

CC-CH
3
+ CH
3
CH
2
Br -------> CH
3
CH
2
CCCH
3
+ NaBr (15)
Reaksi Adisi. Perbedaan penting antara alkana dan alkena ialah bahwa alkana bereaksi
dengan substitusi, sedangkan alkena dengan adisi.
Alkana : CH
3
-CH
3
+ Br
2
-------> CH
3
-CH
2
-Br + HBr (16)
alkena : CH
2
=CH
2
+ Br
2
--------> CH
2
-CH
2
(17)


| |
Br Br
Jika HBr yang tidak simetris ditambahkan kepada propena tak simetris, akan timbul
masalah. Hasil manakah yang akan terbentuk?
CH
3
CH=CH
2
+ H-Br ------> CH
3
CH-CH or CH
3
CH-CH
Z

| | | |
Br H H Br
Pembelahan molekul Br
2
menghasilkan
dua atom Br yang identik; CH
2
=CH
2

menghasilkan dua gugus -CH
2
. Br
2

dan CH
2
=CH
2
adalah pereaksi-pereaksi
yang simetris. Bagian-bagian yang
dihasilkan jika HBr dan CH
2
CH=CH
2
dibelah,
tidak identik. Kedua pereaksi tersebut tidak simetris.

Satu-satunya hasil yang diperoleh ialah 2-bromopropana. Kenyataan ini dapat menerangkan
kemampuan atom H memberi elektron kepada gugus alkil. Pembahasan lebih lanjut tidak
akan dikemukakan di sini, tetapi berikut ini akan diuraikan rumus empiris yang diajukan
oleh Markovnikov pada tahun 1871. Dalam adisi reaksi tak simetris (HX, HOH, HCN,
HOS0
3
H) pada olefin tak simetris, seperti CH
3
CH=CH
2
(pisahan fragment) yang
lebih positif dari pereaksi (biasanya hidrogen) beradisi pada atom karbon yang
mempunyai atom hidrogen terbanyak.
Perhatikan bagaimana aturan Markovnikov berlaku pada reaksi (18) dan (19).
CH
3
CH
3

| 10% H
2
SO
4
|
CH
3
-CH
3
CH
2
+ H
2
O ----------------> =CH
2
C CH
3
(18)
|
OH
t-butil alkohol


H Cl H
| HCl | |
CH
3
-CCH + HCl -------> CH
3
-CC-H --------->CH
3
-C C-H (19)
| | |
Cl Cl H
metilasetilena 2-khloropropena 2,2-khloropropena
(propana)
CN
|
H CCH + HCN------> H-C=C-H (20)
H
sianoetilena (akrilonitril)

CH
2
CHCH
3
---------->

CH
2
.-CH-CH
3
.
| |

(21)
OH OH
propilena 1-2-propanadiol
(propena) (propilena glikol)

Adisi H
2
0 pada ikatan ganda dua (persamaan 18) adalah kebalikan reaksi di mana ikatan
ganda dua terbentuk melalui eliminasi H
2
O (persamaan 7). Teriibat kesetimbangan yang
menguntungkan reaksi adisi dalam asam encer, dan reaksi eliminasi dalam H
2
S0
4
pekat
(aq). Olefin menghilangkan warna ungu dari permanganat (reaksi 21). Ini berlawanan
dengan ketidak reaktifan alkana, dan reaksi ini merupakan uji kualitatif untuk membedakan
alkana dan alkena (uji Baeyer). Reaksi adisi HCl dan HCN pada alkuna (reaksi 19 dan 20)
digunakan secara komersial untuk sintesisasi zat-antara pada pembuatan polimer.

Polimerisasi. Etilena dan olefin lain dapat bereaksi yang menyebabkan pembukaan ikatan
ganda dua dan membentuk molekul raksasa. Jenis reaksi ini dinamakan reaksi polimerisasi.
Kunci pada reaksi ini ialah inisiator radikal bebas. Tahap-tahap dalam proses digambarkan
secara bagan dalam persamaan (22) sampai (25). Pada tahap awal, peroksida organik
berdisosiasi menjadi dua radikal persamaan (22). Radikal beradisi pada ikatan ganda dua C=C
dari molekul etilena, membentuk zat antara radikal radikal (23). Zat antara radikal bebas ini
kemudian secara beruntun bereaksi dengan molekul etilena lain, membentuk zat antara baru
yang lebih panjang dan semakin panjang (24). Reaksi berlangsung dengan mekanisme rantai.
Pertumbuhan rantai berhenti jika terjadi reaksi seperti pada 25.

Awalan R O : O R -------> 2 R O (22)
Pengoksida organik
Di ikuti oleh CH
2
CH
2
+ RO --------> R O CH
2
CH
2
(23).
pembiakan :
ROCH
2
CH
2
+ CH
2
=CH
2
----> ROCH
2
CH
2
CH
2
CH
2
(24)
RO(CH
Z
)
3
CH
2
+ CH
2
=CH
2
-------> RO(CH
2
)
5
CH
2
----> ----->
penghentian: RO(CH
2
)
x
CH
2
+ RO ------> RO(CH
2
)xCH
2
OR (25)
atau 2 RO(CH
2
)
x
CH
2
-~ RO(CH
2
)
x
CH
2
CH
2
(CH
2
)
x
OR



26-4 Hidrokarbon Aromatik
Molekul Hidrokarbon aromatik mempunyai dasar struktur seperti molekul benzena,
C
6
H
6
. Pada Sub Bab 10-5 telah dibahas ikatan kimia dalam benzena secara terinci dan
kesimpulan penggambaran molekul benzena sebagai berikut


Struktur Kekule penggambaran orbital molekul
Dari kedua kemungkinan ini akan dipilih penggambaran secara orbital molekul.
Hidrokarbon aromatik lain dapat dipandang sebagai turunan benzena.


Toluena dan o-ksilena adalah benzena tersubstitusi dan naftalena dan antrasena adalah
cincincincin benzena yang bergabung. Jika dua cicin bergabung, dua atom karbon dan
empat hidrogen berkurang. Jadi, naftalena mempunyai rumus C
1o
H
a
dan antrasena,
C14Hlo.
Jika satu dari enam H yang ekivalen dari molekul benzena dihilangkan, hasilnya
dinamakan gugus fenil. Dua gugus fenil dapat bergabung menjadi bifenil, atau gugus
fenil dapat merupakan substituen pada rantai hidrokarbon alifatik.



Selain atom H, gugus lain dapat pula menjadi substituen, yang menimbulkan
masalah dalam tatanama; hal ini diatasi dengan sistem penomoran bagi atom C di dalam
cincin. Jika nama senyawa aromatik tidak didasarkan pada benzena, melainkan pada
nama biasa seperti toluena misalnya, atom karbon yang membawa substituen -CH
3

menyandang nomor "1"


.

Dahulu, DDT digunakan secara Was sebagai pestisida. Penggunaannya telah
dilarang di banyak negara karena menimbulkan masalah lingkungan yang berat
pada cincin benzena. Istilah "orto", "meta" dan "para" (o, m, p) dapat digunakan jika
terdapat dua substituen pada cincin benzena. Orto menunjukkan kedua substituen
terletak pada atom karbon yang bersebelahan, meta menunjukkan adanya satu atom
karbon di antara keduanya, sedangkan para untuk sub stituen-substituen yang terletak
berseberangan pada cincin benzena.
Benzena dan homolognya tidak larut dalam air tetapi dalam pelarut organik. Titik
didih dari hidrokarbon aromatik (arena) sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan alkana
yang mempunyai jumlah karbon sama. Misalnya, n-heksana, C
6
H
14
mendidih pada 69
0
C,
sedangkan benzena mendidih pada 80
o
C. Struktur datar dan rapatan elektron yang
sangat tersebar (terdelokalisasi) pada hidrokarbon aromatik meningkatkan gaya tarik
menarik di antara molekul-molekul, mengakibatkan naiknya titik didih. Struktur
benzena yang simetris menyebabkan mudahnya penyusunan dalam keadaan kristal,
menyebabkan tingginya titik leleh dibandingkan n-heksana. Benzena meleleh pada
5,5C sedangkan n-heksana pada -95
o
C.
Hidrokarbon aromatik mudah terbakar dan harus ditangani secara hati-hati. Terlalu
lama menghirup uap benzena mengakibatkan penurunan produksi butir darah merah dan
putih, dan dapat berakibat fatal. Benzena juga merupakan karsinogen. Benzena
sebaiknya digunakan dalam ruang yang berventilasi baik. Salah satu bahaya dalam
penanganan hidrokarbon aromatik ialah karena sifat karsinogen-nya (penyebab kanker).
3,4-benzpirena adalah salah satu contoh yang berbahaya.

Sistem cincin tergabung seperti 3,4-benzpirena adalah hasil yang
sering diperoleh jika bahan organik dipanaskan dalam
keterbatasan udara pada suhu tinggi, yaitu dalam proses yang
dinamakan pirolisis (dekomposisi termal). 3,4-Benzpirena telah
dapat diisolasi dari tar yang terbentuk pada pembakaran rokok,
dan hasil dekomposisi lemak dalam pemanggangan daging.

Reaksi Substitusi Aromatik. Alkena dan alkuna mempunyai daerah-daerah yang
rapatan elektronnya tinggi (ikatan ganda). Kerapatan elektron yang diasosiasikan
dengan ketidakjenuhan dalam cincin aromatik tersebut (terdelokalisasi) menjadi awan
elektron . Reaksi-reaksi sederhana pada cincin aromatik tidak melibatkan adisi
pereaksi, melainkan substitusi atom atau gugus yang menggantikan atom H. Contoh-
contoh reaksi ini adalah halogenasi, nitrasi, sulfonasi, dan alkilasi. Contoh-contoh
diberikan pada Gambar 6.
Subsitusi satu gugus X dapat tetjadi pada setiap atom karbon pada cincin benzena;
keenarn karbon adalah ekivalen. Untuk memasukkan substituen kedua, timbul
pertanyaan, manakah dari kelima kedudukan yang tersisa akan ditempati oleh gugus baru?
Apabila semtia tampak identik, perhitungan statistik meramalkan hasil sebagai berikut :




40% orto (2/5 40% meta (2/5) 20% para (1/5)

Bagan berikut ini menjelaskan hasil-hasil yang diperoleh dari nitrasi yang diikuti
dengan halogenasi (persamaan 26) dan halogenasi yang diikuti dengan nitrasi (persamaan
27). Kejadian tersebut menunjukkan bahwa reaksi-reaksi tesebut bukan acak. Gugus -
NO
Z
mengarahkan Cl ke posisi meta dan gugus -Cl adalah pengarah orto dan para.


(26)





(27)



Sifat pengarah orto, para atau meta tergantung pada bagaimana satu substituen
mempengaruhi distribusi (penyebaran) elektron dalam cincin benzena. Hal ini
menyebabkan serangan elektrofil yang kedua memilih tempat tertentu. Penelitian sejumlah
besar reaksireaksi memberikan kesimpulan sebagai berikut:

orto pengarah para: -NH
2
- OR, - OH, - OCOR, - R, - X
(dari yang paling kuat menuju ke yang paling lemah)

pengarah meta: -NO
2
, -CN, -S0
3
H, - CHO, - CO R, - COOH, - COOR
(dari yang terkuat menuju ke yang paling lemah).


Coritoh 7 Ramalkan hasil mononitrasi pada

Jawaban :
(a) Karena -CHO adalah pengarah meta, nitrasi pada benzaldehida (a) menghasilkan 3-
nitrobenzaldehida
CHO

NO
2

(b) Gugus -OH adalah pengarah para, sehingga hasil reaksinya menjadi

Gugus -N0
2
sebagai pengarah meta juga menghasilkan hasil yang sama. Latihan 27 di akhir
bab menunjukkan bahwa kesimpulan ini ternyata tidak sederhana.


26-5 Alkohol, Fenol, dan Eter
Adanya gugus -OH atau hidroksil adalah ciri khas alkohol dan fenol. Tergantung pada sifat
atom karbon di mana gugus OH menempel, alkohol digolongkan menjadi tiga kelas.

H CH
3
CH
3

CH
3
CH
2
CH
2
C OH CH
3
CH
2
C OH CH
3
C OH
H H CH
3

i butanol 2 butanol 2 metil 2 propanol
(n butil alkohol) (s butil alkohol) (t butil alkohol)
(alkohol primer) (alkohol sekunder) (alkohol tersier)
Lebih dari satu gugus -OH alkohol polihidrat. mungkin terdapat dalam satu molekul,
senyawa ini dinamakan
CH
2
-CH
2
CH
2
-CH
2
-CH
2

| | | | |
OH O OH OH OH
1,2-etanadiol 1,2,3-propanatrial
(etilena glikol) (gliserol)

Pada fenol, gugus hidroksil menempel pada cincin aromatik.


Heksaklorofen, yaitu sebuah fenol, dulu digunakan sebagai antiseptik dalam tapal gigi,
sabun dan deodoran. Tetapi beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa konsentrasi
heksaklorofen yang rendah mampu menyebabkan kerusakan otak pada tikus, karena itu
penggunaannya dalam bidang medis dibatasi.

Sebagai suatu kelompok senyawa, alkohol alifatik merupakan cairan yang sifatnya
sangat dipengaruhi oleh ikatan hidrogen. Dengan bertambah panjangnya rantai, pengaruh
gugus hidroksil yang polar terhadap sifat molekul menurun. Sifat molekul yang seperti air
berkurang, sebaliknya sifatnya lebih seperti hidrokarbon. Akibatnya, alkohol dengan
bobot molekul rendah cenderung larut dalam air; sedangkan alkohol berbobot molekul
tinggi tidak demikian. Titik didih dan kelarutan fenol sangat bervariasi, tergantung pada
sifat substituen yang menempel pada cincin benzena.
Pembuatan dan Penggunaan. Alkohol dapat diperoleh melalui hidrasi pada alkena atau
hidrolisis pada alkil halida.
OH
H
2
SO
4
|
hidrasi: CH
3
CHCH
2
+ H
2
O -------> CH
3
CHCH
3

propena 2 propanol
(propilen) (isopropil alkohol)

hidrolisis: CH
3
CH
2
CH
2
Br + OH --------> CH
3
CH
2
CH
2
OH + Br
n-propil bromida. n-propil alkohol

Metanol dikenal sebagai alkohol kayu karena ia dapat dihasilkan melalui distilasi
destruktip dari kayu. Senyawa ini sangat beracun dan dapat menyebabkan kebutaan dan
kematian jika ditelan. Kebanyakan metanol dibuat secara sintetis dari karbon monoksida
dan hidrogen.

35
o
C
CO(gas) + 2 H
2
(gas) ---------> CH
3
OH(g)
200 atm
ZnO Cr
2
O
3


Etanol adalah "alkohol" biasa. Etanol diperoleh melalui peragian tetes (sisa pemurnian
gula tebu), atau dari bahan lain yang mengandung gula alam. Pada dasarnya, metode sintetik
dilakukan dengan hidrasi pada etilena dengan asam sulfat.
Etilena glikol CH
2
OHCH
2
OH larut dalam air dan mempunyai titik didih yang tinggi
(197
o
C) dibandingkan air. Karena sifat ini etilena digunakan sebagai antibeku dalam radiator
mobil. Senyawa ini juga digunakan dalam pembuatan pelarut, pelarut cat, dan pelunak (plasti-
cizer, softener). Propilena glikol digunakan dalam lotion, dan jika dipakai dengan fluoro-
karbon menghasilkan busa tanpa air dalam produk-produk aerosol.
Gliserol (gliserin) CH
2
OHCHOHCH
2
OH secara komersial diperoleh dari pembuatan
sabun. Rasanya manis seperti sirup dan bercampur dengan air dalam segala proporsi. Karena
kemampuannya menyerap air, ia dapat digunakan sebagai pelembab dan pelembut, sehingga
sering dicampurkan dalam lotion dan kosmetik juga dipakai untuk mempertahankan
kelembaban pada tembakau dan gula-gula.
Reaksi-reaksi Gugus-OH. Reaktivitas gugus-OH disebabkan oleh (1) pasangan elektron bebas
pada atom 0, sehingga bersifat basa Lewis, atau (2) polaritas ikatan O-H, yang menyebabkan
molekul bertindak sebagai donor proton, atau bersifat asam. Reaksi (31) dan (32) me-
nunjukkan contoh butir pertama, dan persamaan (33) adalah contoh butir dua.

Nitrogliserin mula-mula dibuat pada tahun 1846 oleh Sobreno, seorang Italia. Alfred Nobel,
kimiawan Swedia (1861) mencampurkannya dengan pasir diatomae dan menghasilkan bahan
yang rentan getaran. Bahan ini dinamakan dinamit.

Eter. Eter adalah senyawa dengan rumus umum R-O-R. Strukturnya dapat berupa alifatik,
aromatik atau campuran.
Eter dapat dibuat melalui eliminasi air dari dua molekul alkohol dengan bantuan pereaksi
dehidrasi kuat, misalnya H
2
S0
4
pekat
H
2
SO
4
CH
3
CH
2
OH + HOCH
2
CH
3
---------> CH
3
CH
2
OCH
2
CH
3
+ H2O
dietil eter

Secara kimia, eter sangat tidak reaktif, Ikatan eter tahan terhadap pengoksidasi atau
pereduksi, asam asam encer dan basa.
Dietil eter banyak digunakan sebagai anestesi. Penggunaannya mudah dan
menghasilkan relaksasi otot yang baik. Demikian pula, denyut nadi, kecepatan pernapasan,
tekanan darah. tidak banyak dipengaruhi. Tetapi, eter menyebabkan kesulitan pernapasan
dan mual-mual setelah pasien siuman. Senyawa anestesi yang baru yaitu metil propil eter
(neotil) dilaporkan kurang menimbulkan ketidak enakan tersebut. Metil eter berbentuk gas
pada suhu kamar, dan digunakan sebagai "propelan" pada penyemprot aerosol. Eter yang
lebih tinggi banyak digunakan sebagai pelarut pernis dan lak.

26-6 Aldehida dan Keton
Aldehida dan keton mengandung gugus karbonil.

C = O

Jika kedua gugus yang menempel pada gugus karbonil adalah gugus-gugus karbon, maka
senyawa itu dinamakan keton. Jika salah satu dari kedua gugus tersebut adalah. hidrogen,
senyawa tersebut termasuk golongan aldehida.

Persamaan dengan lcoefisien yang
benar untuk (36) diperoleh dengan
metode separuh-reaksi yang
diuraikan dalam Bab 20. 2-propanol
dioksidasi menjadi 2-propanon, dan
Cr
2
0
7
2-
direduksi menjadi Cr
3+

.
Pembuatan dan Penggunaan. Oksidasi parsial dari alkohol menghasilkan aldehida
(oksidasi lanjutannya menghasilkan asam karboksilat). Oksidasi alkohol sekunder
memberikan keton.
Cr
2
0
7
2-
Cr
2
0
7
2-

CH
3
CH
2
OH ----------> CH
3
CHO ----------------> CH
3
CO
2
H (35)
etanol asetaldehida asam asetat
alkohol primer (aldehida) (asam)

Cr
2
0
7
2-
O
CH
3
CHOHCH
3
-------->CH
3
CCH
3
(36)
2-propanol propanin
(alkohol sekunder) (keton)

Oksidasi bertahap dari etanol (kiri) menjadi asetaldehida (tengah), kemudian menjadi
asam asetat (kanan) diilustrasikan dengan model molekul (lihat pers. 35).
Formaldehida, suatu gas tak berwarna, mudah larut dalam air. Larutan 40% dalam
air dinamakan formalin, yang digunakan dalam pengawetan cairan dan jaringan.
Formaldehida juga digunakan dalam pembuatan resin sintetik. Polimer dari


formaldehida, yang disebut paraformaldehida, digunakan sebagai antiseptik dan
insektisida. Asetaldehida adalah bahan baku penting dalam pembuatan asam asetat,
anhidrida asetat dan esternya, yaitu etil asetat. Aseton adalah keton yang paling penting.Ia
merupakan cairan volatil (titik didih 56
o
C) dan mudah terbakar. Aseton adalah pelarut
yang baik untuk macam-macam senyawa organik, banyak digunakan sebagai pelarut
pernis, lak, dan plastik. Tidak seperti kebanyakan pelarut organik lain, aseton bercampur
dengan air dalam segala perbandingan. Sifat ini digabungkan dengan volatilitasnya,
membuat aseton sering digunakan sebagai pengering alat-alat laboratorium. Alat-alat
gelas laboratorium yang masih basah dibilas dengan aseton, dan lapisan aseton yang
menempel kemudian menguap dengan mudah. Salah satu metode pembuatan aseton ialah
melalui dehidrogenasi isopropil alkohol dengan bantuan katalis tembaga.


26-7 Asam Karboksilat dan Turunannya
Senyawa yang mengandung gugus karboksil (karbonil dan hidroksil)
O
|
-C-OH
Asam o-hidroksibenzoat atau asam salisilat terdapat pada pohon willow (genus
Salix). Turunan asetil dari asam ini dinamakan aspirin, yaitu suatu analgesik
(penyembuh rasa sakit) dan antiperetik (penurun demam).
O

asam asetilsalisilat (aspirin)







dinamakan asam karboksilat, rumus umumnya R-CO
2
H. Banyaknya senyawa dengan R
berupa gugus alifatik telah dikenal, Senyawa ini dikenal dengan asam lemak karena
banyak terdapat di dalam lemak dan minyak. Gugus karboksil dapat juga menempel pada
cincin benzena. Jika dua asam karboksilat terdapat pada satu molekul, senyawa itu
dinamakan asam dikarboksilat.

Asam karboksilat sering diberi nama berdasarkan nama biasa dan juga berdasarkan
nama sistematik seperti yang tercantum pada Tabe126-3.
Tabel 26-3
Beberapa asam karboksilat.

Rumus Struktur Nama Biasa Nama IUPAC Ka
HCO
2
H asam format metanoat 1,78x10
-4

CH
3
CO
2
H asan asetat etanoat 1,74x10
-5

CH
3
CH
2
CO
2
H asam propionat propanoat 1,35x10
-5

CH
3
(CH
2
)
2
CO
2
H asam butirat butanoat 1,48x10
-5

CH
3
(CH
2
)
16
CO
2
H asam stearat oktadekanoat
CH
3
(CH
2
)
7
CH CH
3
(CH
2
)
7
CO2H asam oleat 9-oktadekanoat
C
6
H
5
CO
2
H benzoate benzoate 6,4x10
-5

O
2
NC
6
H
4
CO
2
H p-nitrobenzoat 4-nitrobenzoat 3,8x10
-4

(K
a1
)3,5x10
-2

HO
2
CCO
2
H okasalat etanodioat (K
a2
)6,1x10
-5


Asam alifatik tersubstitusi dapat diberi nama baik menurut nama IUPAC atau dengan
menggunakan huruf Yunani ditambah dengan nama biasa. Asam aromatik diberi nama
sebagai turunan asam benzoat.


Karena kebanyakan turunan asam karboksilat terjadi dari penggantian gugus hidroksil,
O

dikembangkan nama-nama khusus untuk sebagian molekul, R-C-. Gugus COR diberi
nama umum asil. Beberapa contoh penggunaannya ialah


Lain halnya dengan asam karboksilat yang berbau menyengat, ester berbau enak.
Wangi bunga-bungaan dan buah-buahan berasal dari ester-ester ini. Ester digunakan
dalam industri minyak wangi dan sarirasa dalaan industri minuman dan makanan.
Kebanyakan ester adalah cairan tidak berwarna dan tidak larut dalam air. Titik leleh dan
titik didihnya lebih rendah dlbandingkan asam karboksilat dan alkohol asalnya. Hal ini
disebabkan karena tidak adanya ikatan hidrogen pada ester.
Pembuatan. Dua metode dalam pembuatan asam karboksilat dijelaskan dengan
persamaan (38) dan (39).
K
2
CrO
4

oksidasi alkohol: CH
3
CH
2
OH ---------> CH
3
CO
Z
H (38)
H
+

KMnO
4
H
+

oksidasi aldehida: CH3CH
2
CHO ---------->CH
3
CH
2
CO
2
K ----->


CH
3
CH
2
C0
2
H + K
+
(39)

Reaksi-reaksi Gugus Karboksil. Gugus karboksil mempunyai sifat kimia dari gugus
karbonil dan hidroksil. Pelepasan proton kepada basa membentuk garam. Garam-garam
natrium dan kalium dari asam lemak dikenal sebagai sabun, misalnya natrium stearat
Pemanasan garam amonium dari asam karboksilat menyebabkan lepasnya molekul air
dan terbentuklah amida. Lebih lanjut, amida dapat melepaskan molekul air jika diberi zat
pengering seperti P
2
0
5
. Hasil akhirnya berupa senyawa dengan gugus-C=N atau gugus
nitril. Reaksi senyawa-senyawa tersebut dengan air menghasilkan reaksi kebalikannya.
O O
kalor
CH
3
- C- O
-
NH
4
+
----->CH
3
- C-NH
2
+ H
2
0 (40)
amonium asetat asetamida
Kalor P
2
O
5

CH
3
C N (41)
asetonnitril
Hasil reaksi asam dengan alkohol dinamakan ester. Reaksi ini juga dapat dipandang se-
bagai eliminasi molekul air dari gugus hidroksil dari asam dan alkohol. Mekanisme reaksi
ini menjelaskan bahwa -OH dari air berasal dari asam dan -H berasal dari alkohol
O O

CH3CH- C-OH

+ CH
3
(CH
2
)
3
0H -----> H
2
O + CH
3
CH-C-O(CH
2
)
3
CH
3
(42)
| |
C H
3
CH
3

asam metilpropional 1-butanol butil metilpropionat
(asam iso butirat) (n-butil alcohol) (n-butil isobutirat)

26-8 Amina
Amina adalah senyawa organik turunan dari amonia dengan satu atau lebih gugus organik
(R) yang mensubstitusi atom H. Penggolongannya didasarkan pada jumlah atom H yang
terikat pada atom nitrogen. Amina primer mempunyai dua atom hidrogen, amina sekunder
mempunyai satu sedangkan amina tersier tidak mempunyai atom hidrogen. Bagan
penggolongan ini dijelaskan pada Gambar 26-7.
Amina yang bobot molekulnya rendah berbentuk gas dan mudah larut dalam air
menghasilkan larutan basa. Amina yang mudah menguap berbau seperti amonia tetapi
lebih "anyir" (bau ikan). Amina membentuk ikatan hidrogen sekalipun lebih lemah
elektronegatif dibarn dingkan ikatan hidrogen pada air, karena nitrogen bersifat kurang
elektronegatif dibandingkan oksigen. Sebagaimana halnya dengan amonia (lihat Gambar
10-6), atom nitrogen pada amina menggunakan orbital hibrid sp
3
yang membentuk
struktur piramid. Pasangan elektron bebas ~ menempati salah satu orbital sp
3
. Amina,
seperti amonia, bersifat basa karena adanya pasang- ; an elektron bebas inti. Pada amina
aromatik, karena ketidakjenuhan ikatan pada cincin benzena , elektron-elektron tertarik ke
dalam cincin sehingga mengurangi kerapatan elektron pada atom nitrogen. Akibatnya,
amina aromatik bersifat basa yang lebih lemah dibandingkan amonia. Pada amina alifatik,
gejala ini terbalik, sehingga amina lebih bersifat basa dibandingkan amonia. Beberapa
sifat amina disajikan dalam Tabe126-4.

GAMBAR 26-7
Bagan penggolongan untuk amina.


Amina adalah turunan dari amonia. Garam kuaterner analog dengan garam amonium.

Tabel 26-4
Beberapa sifat amina
Nama Rumus Titik didh Kb
Amonia NH
3
-33,4 1,8 x 10
-5

Metilamina CH
3
NH
3
-6,5 44 x 10
-5

Etilamina CH
3
CH
2
NH
2
16,6 47 x 10
-5

Butilamina CH
3
CH
2
CH
2
CH
2
NH
2
77,8 40 x 10
-5

Anilina C
6
H
5
NH
2
184 4,2 x 10
-10

N-metilanlin
a
C
6
H
5
NHCH
3
196 7,1 x 10
-10

a
Pernyataan "N" pada N-metilanilina menyatakan bahwa gugus metil menempel pada
atom N d an bukan pada cincin benzena.

Dimetilanilina digunakan sebagai pemacu lepasnya bulu rambut pada proses
penyamakan kulit. Butil- dan amilamina digunakan sebagai antioksidan, inhibitor
pengkaratan, dan dalam pembuatan sabun yang larut minyak. Dimetil dan trimetilamina
digunakan dalam pembuatan resin penukar ion (ion exchange resin). Penggunaan lain
ialah dalam bidang pembuatan desinfektan, insektisida, herbisida, obat-obatan, zat celup,
fungisida, sabun, kosmetik, dan obat cetak film.
Beberapa metode dapat digunakan untuk mensintesis amina, tetapi di sini uraian
hanya dibatasi pada yang terpenting, ialah reduksi dari senyawa nitro.




26-9 Senyawaan Heterosiklik
Sejauh ini, pembahasan mengenai struktur cincin hanya melibatkan atom-atom karbon
saja; struktur demikian dinamakan karbosiklik. Banyak senyawa yang'diketahui, baik
alami maupun buatan yang mengandung atom bukan karbon dalam struktur cincinnya.
Struktur cincin ini dinamakan heterosiklik. Sistem heterosiklik umumnya melibatkan
unsur-unsur N, O, dan S, sedangkan ukuran cincin dapat bervariasi.
Piridina adalah analog nitrogen dengan benzena (lihat Gambar 26-8), tetapi lain halnya
dengan benzena. Piridina larut air dan bersifat basa (pasangan elektron bebas pada atom N
tidak merupakan bagian dari awan elektron rr pada sistem cincin). Mula-mula piridina
dibuat hanya dari tar batubara, tetapi sekarang banyak dikembangkan cara-cara sintetik
dalam pembuatannya. Piridina adalah cairan yang berbau tidak enak, banyak digunakan
dalam pembuatan obat sulfa dan antihistamina, sebagai denaturan untuk etil alkohol,
sebagai pelarut senyawa organik, dan dalam pembuatan zat penolak air pada tekstil.
GAMBAR 26-8 Piridina












(a) Rumus struktur
(b) Model pengisi-ruang.

26-10 Sint esi s Senyawa Organi k
Mula-mula semua senyawa organik diisolasi dari sumber alam. Tetapi, karena
pengetahuan mengenai sifat-sifat kimia senyawa-senyawa ini makin baik, kimiawan
berusaha mensintesisnya dari bahan-bahan yang lebih sederhana. Sekarang sintesis
organik merupakan satu segi penting dalam kimia organik. Dibekali dengan pengetahuan
mengenai jenis jenis reaksi, bersama-sama dengan pengetahuan mekanisme reaksi
organik, kimiawan organik dapat membuat bagan penggabungan molekul-molekul
sederhana menjadi struktur yang lebih kompleks. Contoh yang sederhana adalah sebagai
berikut:
Contoh 26-8. Jelaskan sintesis etil asetat, CH
3
CO
2
CH
2
CH
3
, dengan menggunakan bahan
baku senyawa anorganik.
Jawaban. Senyawa yang ditanyakan ialah ester. Pada persamaan (42) diketahui bahwa
asam bereaksi dengan alkohol membentuk ester. Masalah yang dihadapi ialah bagaimaaa
mensintesis etil alkohol dan asam asetat. Ingat bahwa
kalor
CaCO3 ---------> CaO + CO
2
(g)
Tangki listrik
CaO + 3 C -----------------> CaC
2
+ CO (g)
2000
o

CaC
2
+ 2 H
2
O --------> HCCH + CO(g)



Etilena dihasilkan dari penambahan H
2
pada C
2
H
2
.
Pt atau Pd
HCCH + H
2
-------------> H
2
C=CH
2

kalor/tekanan

Etanol dihasilkan dari adisi H
2
0 pada C
2
H
4

H
2
SO
4

H
2
C=CH
2
+ H
2
0---------->CH
3
CH
2
OH
Sebagian etanol dioksidasi menjadi asam asetat
K
2
CrO
4

CH
3
CH
2
OH ----------->CH
3
C0
2
H
H
+

Akhirnya, etanol dan asam asetat digabungkan membentuk etil asetat.
O

CH
3
COOH + HOCH
2
CH
3
---------> H
2
0 +CH
2
C O CH
2
CH
3


26-I1 Bahan Baku untuk Industri Kimia Organik
Sampai Contoh 26-8 telah kita lihat bahwa senyawa organik terutama disintesis dari zat-zat
anorganik. Tetapi, kita perlu sumber karbon, dan sebagai sumber dipilih kokas (diturunkan dari
batu bara). Sumber utama karbon untuk sintesis bahan kimia organik skala industri ialah
minyak bumi, batu bara, dan hasil-hasil nabati. Saat ini, minyak bumi adalah yang terpenting di
antara ketiganya walaupun mulai ada perhatian kembali kepada batu bara karena cadangan batu
bara ternyata lebih melimpah dibanding minyak bumi. Hasil-hasil nabati (biomassa) mungkin
dikembangkan sebagai sumber pada masa yang akan datang.
Batu bara, Batu bara adalah bahan organik seperti batuan, yang dicirikan dengan tingginya
nisbah karbon terhadap hidrogen dan unsur lainnya. (Rumus "molekul" batu bara pernah di-
rumuskan sebagai C
153
H
115
N
3
0
13
S
2
) Untuk mensintesis hidrokarbon atau senyawa organik lain
dari batu bara, nisbah C/H perlu diturunkan.
Dalam metode pirolisis, batu bara (biasanya batu bara bitumen) dipanaskan pada suhu tinggi
(350 sampai 1000
o
C) tanpa udara. Hasil volatil terbentuk dan residu karbon yang dinamakan
kokas tertinggal. Kondensasi dari hasil volatil melalui penyulingan destruktif ini menghasilkan
tar batu bara yang hitam kental.
kalor
batu bara----------------> kokas + tar batu bara + gas batu bara
tanpa udara

Satu ton batu bara bitumen menghasilkan sekitar 750 kg kokas, 30 liter tar batu bara, dan 28 m
3

gas batu bara. Gas batu bara adalah campuran dari H
2
, CH
4
, CO, C
2
H
6
, NH
3
,CO
2
, H
2
S, dan
komponen lainnya. Dahulu, gas batu bara pernah digunakan sebagai bahan bakar. Tar batu bara
dapat disuling menghasilkan fraksi yang tertera pada Tabel 26-5. Dari fraksi-fraksi tersebut,
dapat dihasilkan bahan kirnia organik lainnya.
Pirolisis dapat dipikirkan sebagai proses pemisahan karbon. Kokas terbentuk, sedangkan
hasil sisanya akan hidrogen dan unsur lainnya. Penggasan (gasification) atau pencairan batu
bara selalu melibatkan adesi hidrogen (dan kadang-kadang oksigen juga). Pada umumnya,
proses ini didasarkan pada reaksi-reaksi kimia yang telah diketahui sejak 75 tahun yang lalu,
yang telah lebih canggih berkat teknologi baru, terutama dengan sistem katalis. Salah satu
pendekatan misalnya membakar lumpur batu bara air untuk mendapatkan campuran CO(g) dan
H
2
(g).

Campuran gas ini dikonversi menjadi metanol, dan dengan katalis yang sesuai,


Tabel 26-5
Fraksi tar batu bara
Selang didih Nama Massa tar % Penyusun utama
Dibawah 200
o
C minyak ringan 5 benzena, toluena, ksilena
200 250 minyak sedang 17 naftalena,fenol, piridin
(minyak karbolat)
250 300 minyak berat 7 naftalena dan metilnaftalena
(minyak kreosol) kreosol,kuinolin
300 350 minyak hijau 9 antrasena, karbazol
62 tar

metanol dikonversi menjadi asam asetat. Kalor yang dilepaskan selama pembakaran batu bara
digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalor pada bagian proses yang lain. Belerang dipisah-
kan dari batu bara dan dikonversi menjadi H
2
SO
4
(aq). Proses ini tidak mengakibatkan pen-
cemaran, efisien dalam pemanfaatan energi, dan hanya menghasilkan produk akhir (dengan
sedikit CO
2
) dari bahan baku batu bara dan air.
biinyak Bumi. Penyusun utama dari minyak mentah adalah hidrokarbon. Beberapa hidrokar-
bon berbobot=molekul-rendah ternyata larut dalam minyak mentah, atau dihasilkan dalam
manufaktur bensin. Senyawa-senyawa ini dipisahkan dan ditekan menjadi bentuk cair dalam
tabung. Propana dan butana yang dijual dalam bentuk ini dikenal dengan gas minyak bumi
cair (liquefied petroleum gas, LPG).
Minyak mentah sebenarnya adalah campuran yang kompleks. Sampai titik didih 200

C
diperkirakan ada paling sedikit 500 senyawa terdiri dari alifatik, alisiklik, dan aromatik.
Minyak bumi dikilang melalui penyulingan menjadi beberapa fraksi. Hasil pemisahan
menjadi fraksi dan hasil-hasilnya tertera pada Tabe126-6.
TABEL 26-6
Praksi utarna minyak bumi
Selang
didih,
o
C Komposisi Fraksi Kegunaan
0 3O C
1
C
4
gas bahan bakar gas
30 -6() C
5
C
7
eter petroleum pelarut
60 -100 C
6
C
8
ligroin pelarut
70 -150 C
6
C
9
bensin minyak motor
175--300 C
10
C
16
minyak tanah bahan bakar jet, minyak
di atas 300 C
10
C
18
minyak-gas minyak diesel, bahan
C
18
C
20
minyak lilin minyak pelumas, minyak
bahan "cracking"
C
21
C
40
lilin parafin lilin, kertas minyak
di atas C
40
residu tar atap, bahan pembuat
ditambah C jalan, zat penolak air
Produksi bahan Flakar. Tidak semua komponen bensin yang tertera pada Tabel 26-6 di-
kehendaki sebagai bahan bakar. Beberapa diantaranya terbakar lebih halus dibanding lainnya.
(Pembakaran yang meledak dinamakan "knocking".) Hidrokarbon oktana, 2,2,4-trimetil-
pentana, adalah yang terbaik bagi mesin, dan diberi bilangan oktana 100. n-Heptana adalah
yang paling buruk, bilangan oktana-nya O. Kedua hidrokarbon ini berfungsi sebagai dasar
penetapan kualita bahan bakar motor, yang merupakan campuran berbagai hidrokarbon. Pada
umumnya, hidrokarbon berantai samping mempunyai bilangan oktana yang lebih tinggi di-
banding senyawanya yang berantai lurus.
CH
3
C H
3

| |
CH
3
-C-CH
3
-C-CH
3
CH
3
-CH
2
-CH
2
-CH
2
-CH
2
-CH
2
-CH
3

| |
CH
3
H
2,2,4-trimetilpentana n-heptana (isooktana)
bilangan oktana : O
bilangan oktana : 100

Bensin yang diperoleh melalui penyulingan berfraksi mempunyai bilangan oktana 50
sampai 55, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam mesin mobil. Karena itu, di-
perlukan modif
-
ilcasi yang ekstensif terhadap komposisi tersebut. Tiga metode utama yang di-
terapkan ialah: pemutusan (cracking) secara termal dan katalitik, pembentukan-ulang
(reforming), dan alkilasi (alkylation). Perubahan kimia yang terjadi digambarkan dengan per-
samaan pada Gambar 26-9.
Dalam pemutusan termal, molekul hidrokarbon yang besar dipecah menjadi molekul yang
sesuai untuk bensin. Kehadiran katalis khusus menghasilkan hidrokarbon berantai samping:
Proses yang dinamakan pembentukan-ulang atau isomerisasi mengubah hidrokarbon berantai
lurus menjadi bercabang. Demikian pula, hidrokarbon alisiklik berubah menjadi hidrokarbon
aromatik, yang mempunyai bilangan oktana lebih tinggi. Dalam pemutusan termal dan katalitik,
beberapa hasil berbobot molekul rendah, ada pula hidrokarbon tak jenuh. Dalam proses alkilasi,
senyawa-senyawa tak jenuh ini berpolimer menjadi senyawa tak jenuh berbobot molekul lebih
tinggi. Senyawa dengan bobot molekul lebih tinggi dapat langsung
GAMBAR 26-9
Beberapa reaksi pada produksi bensin
kalor
(a) Pemutusan ("Cracking") C
15
H
32
----------> C
8
H
18
+ C
7
H
14

katalis
kalor
C
8
H
18
----------> CH
3
CH
2
CH
2
CH
3
+ CH
3
CHCHCH
3

Katalis butana 2 butena



kalor
(b) Pembentukan nC
4
H
10
---------> isoC
4
H
10
atau C
4
H
8
+ H
2

Ulang katalis
CH
3

Kalor |
CH
3
CH
2
CHCH
2
----------> CH
3
C=CH
2

i-butena katalis isobutana

(c) Alkilasi
CH
3
CH
3
CH
3
CH
3

| | kalor | |
CH
3
CH + CH
2
=CCH
3
--------> CH3C-CH2-CCH3
| katalis | |
CH
3
CH
3
H
isobutana isobutena 2,2,4-trimetilpentana
(isooktana)
digunakan sebagai komponen bahan bakar, atau setelah melalui proses hidrogenasi, meng-
hasilkan hidrokarbon jenuh.
Bilangan oktana bensin dapat ditingkatkan dengan penambahan senyawa "antiknock" tuk
mencegah pembakaran dini. Senyawa. yang banyak dipakai ialah tetraetiltimbal,
(C
2
H
5
)
4
Pb, dan tetrametiltimbal, (CH
3
)
4
Pb. Contohnya, penambahan 6 mL tetraetiltimbal ke
dalam 1 liter 2,2,4 trimetilpentana akan meningkatkan bilangan oktan menjadi 120,3. Agar
timbal tidak mengendap dalam motor, ditambahkan etilena dibromida, BrCH
2
CH
2
Br, atau
etilena diklorida C1CH
2
CH
2
CH
2
Cl ke dalam bensin bertimbal. Tetapi ternyata, halida yang
bertimbal (setelah bensin terbakar) menyebabkan pencemaran udara.
Pada tahun-tahun belakangan ini, bensin tanpa-timbal telah muncul di pasaran, yang
digunakan untuk mobil dengan pelengkap khusus (pengubah katalitik). Produksi bensin
tanpatimbal mengakibatkan modifikasi dalam proses pengilangan bensin untuk
meningkatkan bilangan oktana melalui cara lain, antara lain dengan meningkatkan
proporsi hidrokarbon aromatik. Modifikasi ini menyebabkan harga bensin tanpa-timbal
lebih mahal dibanding bensin dengan aditif timbal.
Aditif lain untuk mencegah pembekuan pada selang bensin, pembekuan pada
karburator, pengendapan pada busi, pengkaratan motor, dan pengendapan pada motor
menjadikan bensin merupakan senyawa kompleks, seperti halnya minyak mentah.
Petrokimia. Sekalipun hasil utama dari industri minyak bumi adalah bahan bakar,
bahan kimia yang dihasilkan dari minyak bumi, yaitu petrokimia, penting artinya dalam
masyarakat modern. Saat ini, produksi tahunan benzena di AS mencapai 11 juta ton.
Lebih dari 90% dihasilkan dari minyak bumi. Prosesnya meliputi siklisasi dan
dehidrogenasi terhadap n-heksana menjadi hidrokarbon aromatik. Sebanyak 40% benzena
dari minyak bumi digunakan dalam manufaktur etilbenzena untuk bahan baku plastik
stirena, 18% untuk manufaktur fenol, 6% untuk pembuatan dodesilbenzena (untuk
detergen), dan 2% untuk pembuatan anilin. Pembuatan hidrokarbon aromatik melalui
dehidrogenasi alkana menghasilkan banyak gas hidrogen. Kegunaan penting gas hidrogen
adalah dalam sintesis amonia cara Haber-Bosch.

FOKUS PADA Reaksi Polimerisasi
Dalam banyak hal, plastik menggantikan bahan traclisional (misalnya logam). Pipa
Plastik, seperti papa polietilen yang ditunjukkan disini, digunakan pada lebih dari 50%
sistem distribusi gas. Penemuan besar memgenai mekanisme reaksi polimerisasi pada
tahun 1950-an adalah dasar dari jaman plastik modern. [Sumbangan dari Du Pont
Company)
Pada akhir Bab 9 telah disinggung gagasan dasar mengenai polimer, dan setelah itu banyak
lagi dibahas contoh-contoh bahan polimer. Di sini akan diungkapkan jenis reaksi yang
digunakan untuk menghasilkan polimer, dengan lebih terinci.
Polimerisasi melalui Reaksi-Rantai. Ini adalah jenis reaksi polimerisasi yang umum berlaku
pada monomer yang mempunyai ikatan ganda dua karbon-karbon. Hasil akhirnya ialah
bahwa ikatan ganda dua "terbuka" dan satuan monomer ditambah menjadi rantai yang
bertambah panjang. Sebagaimana reaksi rantai lainnya, mekanismenya meliputi tiga tahap:
awalan, penguraian, dan penghentian. an.
Pembentukan polisterina diilustrasikan pada Gambar 26-10. Dalam polimerisasi ini,
sedikit benzoil peroksida ditambahkan sebagai insiator. Molekul ini terdekomposisi pada
70
0
C membentuk dua radikal benzoiloksi, yang kemudian melepaskan molekul CO
2
menjadi
radikal fenil. Radikal fenil beradisi pada molekul stirena menghasilkan radikal difeniletana
W
yang lebih mantap, yang kemudian beradisi pada molekul stirena lain, dan seterusnya.
Penghentian rantaiterjadi jika dua radikal bergabung.
Karena diawali dengan radikal bebas, reaksi polimerisasi dalam Gambar 26-10 kadang-
kadang disebut polimerisasi adisi radikal bebas. Tetapi, reaksi rantai dalam polimerisasi dapat
pula diawali oleh kation, anion atau senyawa kompleks koordinasi. Polimerisasi, reaksi rantai
cenderung membentuk polimer berbobot molekul tinggi (BM sampai 10
7
) melalui reaksi
eksoterm yang cepat. Beberapa polimer yang dihasilkan melalui reaksi rantai disajikan dalam
Tabe1 7.
Kopolimer (Copolymers). Salah satu polimer yang tertera dalam Tabel 26-7, yaitu karet
SBR, tersusun dari dua jenis monomer, ialah 1,3-butadiena dan stirena. Polimer ini lazim
disebut kopolimer. Banyak polimer sintetik merupakan kopolimer, dan pembentukan
kopolimer dapat dikendalikan agar terjadi pola sambungan yang berbeda (dari dua macam
monomer X dan Y).
Acak blok
X-Y-YX-Y-X-X-X-Y-X-Y-Y X-X-X-X-Y-Y-Y-Y-X-X-X

berseling
X-Y-X-Y-X-Y-X-Y-X-Y-X-Y
Cangkok


X- X-X- X-X-X-X-X-X-X-X-X



Polimerisasi melalui reaksi Bertahap. Dalam jenis polimerisasi ini, monomer
mempunyai dua atau lebih gugus fungsi yang menjalani reaksi sampai terjadi penggabungan
dua monomer tersebut. Biasanya reaksi ini di tandai oleh eliminasi molekul kecil seperti H
2
0;
jenis polimerisasi ini dikenal pula dengan sebutan polimerisasi kondensasi (to condense =
bergabung). Tidak seperti polimerisasi melalui reaksi-rantai di mana reaksi




















GAMBAR 10
Reaksi rantai dalam polirnersisasi-pembentukan polistirena
Pembentukan radikal-bebas:

Metode penghentian rantai yang dilukiskan di sini, yaitu penggabungan dua rantai
radikai bebas, adalah satu dari beberapa kemungkinan. Penghentian juga dapat terjadi
sebagai akibat reaksi antara rantai yang mengandung radikal dengan radikal awal
(radikal fenil).

rantai hanya terjadi pada sebuah rantai yang berbiak (tumbuh), dalam polimerisasi
reaksi-bertahap setiap pasang monomer bebas bergabung menjadi dimer; dimer dapat
bergabung menjadi satu trimer; dua buah dimer bergabung menjadi satu tetramer; dan
sebagainya. Polimerisasi reaksi-bertahap cenderung berlangsung lambat dan
menghasilkan polimer berbobot sedang (BM kurang dari 10
5
). Pembentukan Dacron dan
nilon 66 diilustrasikan dalam Gambar 11.
Polimer Stereospesifik. Sifat fisik suatu polimer ditentukan oleh beberapa faktor,
seperti panjang rata-rata rantai polimer dan kekuatan dari gaya-gaya intermolekul di
antara sesama rantai. Faktor penting lainnya ialah apakah rantai polimer menunjukkan
kristalinitas. Pada umumnya, polimer amorf bersifat seperti gelas atau karet. Sebaliknya,
serat berkekuatan tinggi, harus memiliki kristalinitas. Sebagaimana telah dipelajari
dalam Bab II, dicirikan oleh keteraturan yang tinggi dalam satuan strukturalnya.
Penggambaran umum untuk polimer seperti ditunjukkan untuk polipropilena kurang
dapat mengungkapkan struktur polimer yang sebenarnya. Penggambaran ini tidak






TABEL 26-7.
Beberapa polimer yang dihasilkan melalui reaksi-rantai


GAMBAR 26-11
Polimerisasi melalui reaksi bertahap

(a) Pembentukan Dacron. Reaksi dilakukan pada suhu tinggi, tekanan rendah, dengan
katalis natrium metoksida (CH
3
0Na)
(b) Pembentukan nilon 66

menyatakan orientasi gugus -CH
3
di sepanjang rantai.
Apabila propilena berpolimer dengan metode (CH
3
-CH=CH
2
) seperti pada Gambar 26-
10, orientasi gugus-gugus -CH
3
pada rantai polimer bersifat acak. Polimer jenis ini
dinamakan ataktik. Karena struktur rantai polimer tidak teratur, polimer ataktik bersifat
amorf.

Tetapi, dalam polimer isotaktik, semua gugus -CH
3
mempunyai orientasi yang sama dan
polimer sindiotaktik, kedudukan gugus -CH
3
berselang-seling di sepanjang rantai

Karena keteraturan strukturnya, kedua jenis polimer tersebut memiliki kristalinitas yang
membuatnya lebih kuat dan lebih tahan terhadap bahan kimia, dibanding polimer ataktik



Dalam tahun 1950-an, Ziegler dan Natta mengembangkan prosedur untuk mengendalikan
orientasi gugus substituen pada rantai polimer dengan menggunakan katalis khusus [misalnya
(CH
3
CH
2
)
3
A1 +TiCl
4
]. Penemuan ini menyebabkan perubahan besar dalam kimia polimer,
karena dengan polimerisasi stereospesifik harafiah dapat "dirancang" molekul-molekul besar.
. Seorang kimiawan yang merencanakan membuat molekul besar dapat dipadankan dengan
seorang arsitek yang merancang suatu bangunan. Ia mempunyai sejumlah batu bata yang
bentuk dan ukurannya tertentu, dan tugasnya adalah membuat gedung untuk maksud tertentu.

Anda mungkin juga menyukai