KIMIA ORGANIK
Lebih dari sejuta senyawa terdiri dari gabungan karbon dengan hidrogen, oksigen,
nitrogen atau beberapa unsur tertentu. Keseluruhan senyawa tersebut merupakan bagian dari
kimia organik. Unsur karbon sangat istimewa karena memiliki kemampuan untuk mengadakan
ikatan kovalen yang kuat dengan sesamanya. Atom-atom karbon dapat membentuk rantai lurus,
bercabang atau bentuk cincin. Kemungkinan penyusunan tingginya keragaman senyawa
karbon.
Pada mulanya kimia organik hanya melibatkan senyawa yang diturunkan dari makhluk
hidup. Makhluk hidup dianggap mempunyai ‘tenaga gaib’ (vital force) yang diperlukan dalam
sintesis senyawa-senyawa tersebut. Pada tahun 1828, seorang kimiawan bangsa Jerman,
Friedrich Wohler memanaskan amonium sianat, berasal dari senyawa anorganik, dan
diperolehnya senyawa urea. Urea yang diperolehnya dengan cara ini identik dengan urea yang
diisolasi dari air seni.
NH4CN H2NCONH2
Amonium sianat urea
H
H
:
H‧C‧H H C H CH4
:
H
H
Struktur Lewis Rumus Struktur Rumus Singkat
Tak satupun struktur tersebut menjelaskan bentuk geometri molekul CH4. Baik dari teori
VSEPR maupun teori ikatan valensi dapat diharapkan penyebaran empat pasangan hidrogen di
sekitar atom karbon pusat membentuk tetrahedral. Pada molekul CH4, keempat atom H adalah
ekivalen. Jaraknya dari atom C sama dan mereka menempel pada atom karbon melalui ikatan
kovalen yang setara kekuatannya. Sudut di antara dua ikatan C-H ialah 109o28’. Model molekul
sering digunakan untuk menggambarkan molekul-molekul organik. Dua macam yang sering
dipakai digambarkan pada Gambar 4.1. Dengan meningkatnya jumlah atom karbon dalam
molekul, anggota-anggota dalam deret hidrokarbon ditunjukkan pada Tabel 4.1.
IV - 1
(a) (b) (c)
Gambar 4.1 Gambaran Struktur dari Molekul Metana
(a) Struktur tetrahedral memperlihatkan ikatan sudut.
(b) Model bola dan tongkat
(c) Model pengisi-ruang
Isobutana HC(CH3)3
Keisomeran kerangka. Dari Tabel 4.1 terlihat adanya dua macam penyusunan
hidrokarbon dengan empat karbon dan sepuluh atom hidrogen. Ternyata dua senyawa berbeda
dengan rumus C4H10. Salah satunya dinamakan butana, sedangkan yang lain dinamakan
isobutana. Senyawa-senyawa yang rumus molekulnya sama tetapi berbeda strukturnya
dinamakan isomer-isomer. Diketahui banyak keisomeran dalam senyawa organik. Dalam
kasus yang dibicarakan di sini isomer-isomer hanya berbeda dalam hal rantai lurus atau
bercabang. Jenis keisomeran demikian dinamakan keisomeran rantai atau kerangka.
Nama-nama yang diberikan kepada keempat hidrokarbon dalam deret di Tabel 4.1 adalah
nama-nama biasa. Untuk rantai karbon yang lebih panjang diberikan nama-nama yang dapat
mencerminkan panjangnya rantai karbon dalam rantai. Nama yang diberikan berakhiran “ana”.
Beberapa senyawa berantai cabang sering diberi awalan “iso”. Deret hidrokarbon diawali
dengan metana dan sesudah senyawa dengan empat atom karbon, dilanjutkan dengan : pentana
(C5H12), heksana (C6H14), heptana (C7H16), oktana (C8H18), nonana (C9H20), dan dekana
(C10H22). Semua hidrokarbon berantai panjang menunjukkan keisomeran kerangka, dan
IV - 2
semakin panjang rantai karbon semakin besar jumlah kemungkinan isomer. Terdapat 18 isomer
untuk oktana, 35 untuk nonana, 75 untuk dekana, dan seterusnya.
Contoh 4.1.
Tuliskan rumus struktur untuk semua kemungkinan isomer heksana C6H14.
IV - 3
mempunyai kerangka karbon yang sama. Karena perbedaannya terletak pada kedudukan atom
brom pada rantai karbon, mereka dinamakan keisomeran kedudukan.
Br Br
1-bromopentana 2-bromopentana 3-bromopentana
Contoh 4.2.
Berikan semua kemungkinan isomer untuk C4H9Cl.
Gugus fungsi. Unsur selain karbon dan hidrogen dalam senyawa organik memberikan
kekhasan bagi sekelompok senyawa tersebut. Dalam beberapa kasus, pengelompokkan ini
terjadi karena beberapa atom H digantikan, atau kadang-kadang atom C-nya sendiri.
Pengelompokkan atom-atom ini dinamakan gugus fungsi (function group), dan molekul
selebihnya dilambangkan dengan R. Tabel 4.2 memuat beberapa gugus fungsi yang sering
dijumpai.
Tabel 4.2. Beberapa Golongan Senyawa Organik
Rumus Struktur
Jenis Senyawa Contoh Nama
Umum
Alkana R-H CH3CH2CH2CH2CH3 Pentana
IV - 4
4.2 Alkana
Dalam bagian ini akan dibahas sifat-sifat alkana lebih jauh. Sifat penting dari hidrokarbon
alkana ialah hanya terdapat ikatan kovalen tunggal. Dalam senyawa ini, ikatan-ikatannya
dikatakan jenuh; alkana dikenal sebagai hidrokarbon jenuh.
Kerumitan alkana dimulai dari metana, CH4 (menyusun lebih dari 90% dari gas alam),
sampai ke molekul yang terdiri dari 50 atom karbon (terdapat dalam minyak bumi). Setiap
alkana berbeda dari yang lainnya berdasarkan gugus metilena, -CH 2. Perbedaan unit ini secara
tetap membentuk suatu deret homolog (homologous series). Anggota-anggota dari seri ini
mempunyai sifat kimia dan fisik yang hampir sama. Misalnya, dengan kenaikan bobot molekul
akan ditandai dengan kenaikan titik didih. Kenaikan titik didih ini dapat dimengerti sehubungan
dengan gaya London yang telah dibahas dalam bab lain. Gaya ini naik dengan meningkatnya
bobot molekul. Data pada Tabel 4.3, menunjukkan bahwa semakin bercabang rantai karbon,
semakin rendah titik didihnya.
Tabel 4.3. Titik Didih Beberapa Isomer Alkana
Struktur Cincin. Alkana dalam bentuk rantai mempunyai rumus CnH2n+2 dan dinamakan
alifatik. Alkana juga dapat berbentuk cincin atau siklik yang dinamakan struktur alisiklik.
Cincin-cincin ini dapat digambarkan sebagai hasil penggabungan kedua ujung rantai alifatik
dengan melepaskan masing-masing satu atom hidrogen dari ujungnya. Senyawa alisiklik
sederhana mempunyai rumus CnH2n.
CH2
Penamaan senyawa alisiklik mengikuti aturan yang diutarakan pada bagian terdahulu.
Jadi, nama dari
IV - 5
CH3
CH3
C7H16 (c) + 11 O2 (g) → 7 CO2 (g) + 8 H2O (c) ∆Ho = -4812 kJ/mol (4.6)
Bahan bakar hidrokarbon dibahas lebih jauh pada subbab selanjutnya.
IV - 6
CH2 CH2 CH3CH2C CH CH3CHC CCH3
CH3
Etena 1-butuna 4-metil-2-pentuna
(asetilena) (etilasetilena) (isopropilmetilasetilena)
Contoh 4.3.
Bagaimanakah nama sistematik untuk struktur berikut.
Sifat fisik alkena serupa dengan alkana. Pada suhu kamar, senyawa dengan dua sampai
empat karbon berupa gas; 5 sampai 18 atom karbon berupa cairan; lebih dari 18 atom karbon
berupa padatan. Pada umumnya, alkuna mempunyai titik didih lebih tinggi dibandingkan
dengan alkana dan alkena dengan atom karbon yang sama.
C=C C=C
CH3 CH3 H CH3
(a) (b)
Pada ikatan ganda dua terjadi tumpang tindih orbital 2p yang membentuk ikatan 𝜋, di
samping ikatan 𝜎. Rotasi pada ikatan ganda dua pada suhu kamar sangat terbatas. Karena itu,
molekul (a) dan (b) adalah dua molekul yang berbeda (lihat Gambar 4.2). Untuk
membedakannya, (a) dinamakan cis-2-butena (Latin, cis = di sisi yang sama) dan (b) adalah
trans-2-butena (Latin, trans = di seberang). Keisomeran jenis ini dinamakan keisomeran
geometri (geometrical isomerism).
IV - 7
Gambar 4.2. Keisomeran Geometri pada 2-butena
(a) cis (b) trans
Keisomeran geometri adalah salah satu jenis dari isomeri umum yang dinamakan
kestereoisomeran (stereoisomersm, Yunani, stereos = padat atau bersifat tiga matra). Pada
kestereoisomeran, jumlah, jenis atom, dan ikatannya sama, tetapi orientasi (letak) beberapa
atom berbeda. Jenis kestereoisomeran lain dinamakan keisomeran optik, diuraikan pada bab
lain. Kestereoisomeran penting artinya karena mencirikan kekhasan reaksi kimia pada makhluk
hidup, akan diuraikan dalam bab berikutnya.
penggambaran orbital
Struktur Kekule
molekul
Dari kedua kemungkinan ini akan dipilih penggambaran secara orbital molekul. Hidrokarbon
aromatik lain dapat dipandang sebagai turunan benzena.
CH3 CH3
CH3
toluena o-ksilena naftalena antrasena
Toluena dan o-ksilena adalah benzena tersubstitusi dan naftalena dan antrasena adalah
cincin-cincin benzena yang bergabung. Jika dua cincin bergabung, dua atom karbon dan empat
hidrogen berkurang. Jadi, naftalena mempunyai rumus C10H8 dan antrasena, C14H10.
Jika satu dari enam H yang ekivalen dari molekul benzena dihilangkan, hasilnya
dinamakan gugus fenil. Dua gugus fenil dapat bergabung menjadi bifenil, atau gugus fenil dapat
merupakan substituen pada rantai hidrokarbon alifatik.
IV - 8
C
H
gugus fenil bifenil trifenilmetana
Selain atom H, gugus lain dapat pula menjadi substituen, yang menimbulkan masalah
dalam tatanama; hal ini diatasi dengan sistem penomoran bagi atom C di dalam cincin. Jika
nama senyawa aromatik tidak didasarkan pada benzena, melainkan pada nama biasa seperti
toluena misalnya, atom karbon yang membawa substituen –CH3 menyandang nomor “1” pada
cincin benzena. Istilah “orto”, “meta” dan “para” (o, m, p) dapat digunakan jika terdapat dua
substituen pada cincin benzena. Orto menunjukkan kedua substituen terletak pada atom karbon
yang bersebelahan, meta menunjukkan adanya satu atom karbon di antara keduanya, sedangkan
para untuk substituen-substituen yang terletak berseberangan pada cincin benzena.
CH3 Cl Cl
Br Cl CH3
Br Cl
3-bromotoulena 2-bromoklorobenzena 1,4-diklorobenzena 2-klorotoluena
(m-bromotoluena) (o-bromoklorobenzena) (p-diklorobenzena) (o-klorotoluena)
Cl CH Cl
CCl3
2,2-di-(p-kloropenil)-1,1,1,-trikloroetana (DDT)
Benzena dan homolognya tidak larut dalam air tetapi dalam pelarut organik. Titik didih
dari hidrokarbon aromatik (arena) sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan alkana yang
mempunyai jumlah karbon sama. Misalnya, n-heksana, C6H14 mendidih pada 69oC, sedangkan
benzena mendidih pada 80oC. Struktur datar dan rapatan elektron yang sangat tersebar
(terdelokalisasi) pada hidrokarbon aromatik meningkatkan gaya tarik menarik di antara
molekul-molekul, mengakibatkan naiknya titik didih. Struktur benzena yang simetris
menyebabkan mudahnya penyusunan dalam keadaan kristal, menyebabkan tingginya titik leleh
dibandingkan n-heksana. Benzena meleleh pada 5,5oC sedangkan n-heksana pada -95oC.
Hidrokarbon aromatik mudah terbakar dan harus ditangani secara hati-hati. Terlalu lama
menghirup uap benzena mengakibatkan penurunan produksi butir darah merah dan putih, dan
dapat berakibat fatal. Benzena juga merupakan karsinogen. Benzena sebaiknya digunakan
dalam ruang yang berventilasi baik. Salah satunya bahaya penanganan hidrokarbon aromatik
ialah karean sifat karsinogennya (penyebab kanker). 3,4-benzpirena adalah salah satu contoh
yang berbahaya.
3,4-benzpirena
IV - 9
Sistem cincin tergabung seperti 3,4-benzpirena adalah hasil yang sering diperoleh jika
bahan organik dipanaskan dalam keterbatasan udara pada suhu tinggi, yaitu dalam proses yang
dinamakan pirolisis (dekomposisi termal). 3,4-benzpirena telah dapat diisolasi dari tar yang
terbentuk pada pembakaran rokok, dan hasil dekomposisi lemak dalam pemanggangan daging.
IV - 10
Br NO2
bromobenzena nitrobenzena
Br2
FeBr3 (a) (b)
(a). Halogenasi
(b). Nitrasi,
(c). Sulfonasi,
benzena
(d). Alkilasi,
SO3H
CH2CH3
Etilbenzena benzenasulfonat
Gambar 4.6. Beberapa Reaksi Substitusi pada Benzena
Bagan berikut ini menjelaskan hasil-hasil yang diperoleh dari nitrasi yang diikuti dengan
halogenasi (persamaan 4.26) dan halogenasi yang diikuti dengan nitrasi (persamaan 4.27).
Kejadian tersebut menunjukkan bahwa reaksi-reaksi tersebut bukan acak. Gugus –NO2
mengarahkan Cl ke posisi meta dan gugus –Cl adalah pengarah orto dan para.
NO2 NO2
Cl2
FeCl3 (4.26)
Cl
Cl Cl Cl
HNO3 + (4.27)
H2SO4
NO2
NO2
Sifat pengaruh orto, para atau meta tergantung pada bagaimana satu substituen
mempengaruhi distribusi (penyebaran) elektron dalam cincin benzena. Hal ini menyebabkan
serangan elektrofil yang kedua memilih tempat tertentu. Penelitian sejumlah besar reaksi-reaksi
memberikan kesimpulan sebagai berikut :
IV - 11
Orto pengaruh para : -NH2, -OR, -OH, -OCOR, -R, -X
(dari yang paling kuat menuju ke yang paling lemah)
Lebih dari satu gugus –OH mungkin terdapat dalam satu molekul, senyawa ini dinamakan
alkohol polihidrat.
CH2-CH2 CH2-CH2-CH2
| | | | |
OH OH OH OH OH
1,2-etanadiol 1,2,3-propanatriol
(etilena glikol) (gliserol)
Cl Cl
NO2 Cl Cl
fenol 2,4,6-trinitrofenol heksaklorofen
Sebagai suatu kelompok senyawa, alkohol alifatik merupakan cairan yang sifatnya sangat
dipengaruhi oleh ikatan hidrogen. Dengan bertambahnya panjang rantai, pengaruh gugus
hidroksil yang polar terhadap sifat molekul menurun. Sifat molekul yang seperti air berkurang,
sebaiknya sifatnya lebih seperti hidrokarbon. Akibatnya, alkohol dengan bobot molekul rendah
cenderung larut dalam air; sedangkan alkohol berbobot molekul tinggi tidak demikian. Titik
didih dan kelarutan fenol sangat bervariasi, tergantung pada sifat substituen yang menempel
pada cincin benzena.
Eter. Eter adalah senyawa dengan rumus R – O – R. Strukturnya dapat berupa alifatik,
aromatik atau campuran.
IV - 12
CH3 – O – CH3 O O – CH3
H2SO4
CH3CH2OH + HOCH2CH3 CH3CH2OCH2CH3 + H2O (4.34)
dietil eter
Secara kimia, eter sangat tidak reaktif, ikatan eter tahan terhadap pengoksidasi atau
pereduksi, asam-asam encer dan basa.
Dietil eter banyak digunakan sebagai anestesi. Penggunaannya mudah dan menghasilkan
relaksasi otot yang baik. Demikian pula, denyut nadi, kecepatan pernapasan, tekanan darah
tidak banyak dipengaruhi. Tetapi, eter menyebabkan kesulitan pernapasan dan mual-mual
setelah pasien siuman. Senyawa anestesi yang baru yaitu metil propil eter (neotil) dilaporkan
kurang menimbulkan ketidak enakan tersebut. Metil eter berbentuk gas pada suhu kamar, dan
digunakan sebagai “propelan” pada penyemprot aerosol. Eter yang lebih tinggi banyak
digunakan sebagai pelarut pernis dan lak.
Jika kedua gugus yang menempel pada gugus karbonil adalah gugus-gugus karbon, maka
senyawa itu dinamakan keton. Jika salah satu dari kedua gugus tersebut adalah hidrogen,
senyawa tersebut termasuk golongan aldehida.
O O O
|| 𝛾 𝛽 𝛼 || ||
H–C–H CH3CH – CH2 – C – H C–H
|
Cl
metanol 3-klorobutanol benzaldehida
(formaldehida) (𝛽- klorobutiraldehida)
O O O
|| || ||
CH3 – C – CH3 CH3CH2 – C – CH2CH3 C – CH3
IV - 13
Pembuatan dan Penggunaan. Oksidasi parsial dari alkohol menghasilkan aldehida
(oksidasi selanjutnya menghasilkan asam karboksilat). Oksidasi alkohol sekunder memberikan
keton.
Cr2O72- Cr2O72-
CH3CH2OH CH3CHO CH3CO2H (4.35)
H+ H+
Etanol asetaldehida asam asetat
Alkohol primer (aldehida) (asam)
O
Cr2O72- ||
CH3CHOHCH3 CH3CCH3 (4.36)
3-propanon H+ propanon
(alkohol sekunder) (keton)
Formaldehida, suatu gas tak berwarna, mudah larut dalam air. Larutan 40% dalam air
dinamakan formalin, yang digunakan dalam pengawetan cairan dan jaringan. Formaldehida
juga digunakan dalam pembuatan resin sintetik. Polimer dari formaldehida, yang disebut
paraformaldehida, digunakan sebagai antiseptic dan insektisida. Asetaldehida adalah bahan
baku penting dalam pembuatan asam asetat, anhidrida asetat dan esternya, yaitu etil asetat.
Aseton adalah keton yang paling penting. Ia merupakan cairan volatil (titik didih 56oC)
dan mudah terbakar. Aseton adalah pelarut yang baik untuk macam-macam senyawa organik,
banyak digunakan sebagai pelarut pernis, lak, dan plastik. Tidak seperti kebanyakan pelarut
organik lain, aseton bercampur dengan air dalam segala perbandingan. Sifat ini digabungkan
dengan volatilitasnya, membuat aseton sering digunakan sebagai pengering alat-alat
laboratorium. Alat-alat gelas laboratorium yang masih basah dibilas dengan aseton, dan lapisan
aseton yang menempel kemudian menguap dengan mudah. Salah satu metode pembuatan
aseton ialah melalui dehidrogenasi isopropil alkohol dengan bantuan katalis tembaga.
OH O
|| Cu
||
CH3 – CH – CH3 CH3 – C – CH3 + H2 (4.37)
300oC
HO
benzaldehida sinnamaldehida vanilin
(almon) (sinamon) (vanilla)
O OH
|| H3C
C
H3 C
CH2 (CH2)12
CH
O
|
CH3
IV - 14
muskon testosteron kamper
(diperoleh dari sejenis rusa, (hormon seks jantan) (dari pohon kamper)
digunakan dalam parfum)
O O COOH
|| ||
HO – C – C – OH
COOH
asam oksalat (asam dikarboksilat sifat alifatik) asam ftalat (asam dikarboksilat aromatik)
Asam karboksilat sering diberi nama berdasarkan nama biasa dan juga berdasarkan nama
sistematik seperti yang tercantum pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Beberapa Asam Karboksilat
Rumus Struktur Nama Biasa Nama IUPAC Ka
HCO2H Asam format Metanoat 1,78 x 10-4
CH3CO2H Asam asetat Etanoat 1,74 x 10-5
CH3CH2CO2H Asam propionat Propanoat 1,35 x 10-5
CH3(CH2)2CO2H Asam butirat Butanoat 1,48 x 10-5
CH3(CH2)16CO2H Asam stearat Oktadekanoat
CH3(CH2)7CH=
Asam oleat 9-oktadekonoat
CH(CH2)7CO2H
C6H5CO2H Benzoat Benzoat 6,4 x 10-5
O2NC6H4CO2H p-nitrobenzoat 4-nitrobenzozat 3,8 x 10-4
(Ka1)3,5 x 10-2
HO2CCO2H oksalat Etanodioat
(Ka2)6,1 x 10-5
IV - 15
Asam alifatik tersubstitusi dapat diberi nama baik menurut nama IUPAC atau dengan
menggunakan huruf Yunani ditambah dengan nama biasa. Asam aromatik diberi nama sebagai
turunan asam benzoat.
CO2H CO2H
O OH
𝛾 𝛽 𝛼 ||
CH3CHCH2C – OH
|
Cl CH3
asam 3-klorobutanoat asam 3-metil benzoat asam 2-hidroksilbenzoat
asam 𝛽 -klorobutirat asam m-metilbenzoat asam o-hidroksilbenzoat
(atau asam m-toluat) (atau asam salisilat)
Karena kebanyakan turunan asam karboksilat terjadi dari penggantian gugus hidroksil,
dikembangkan nama-nama khusus untuk sebagian molekul, . Gugus COR diberi nama
umum asli. Beberapa contoh penggunaannya ialah
O
||
O O O C-
|| || ||
H–C- CH3C- CH2CH2C-
formil asetil 𝛽-kloropropionil benzoil
4.8 Amina
Amina adalah senyawa organik turunan dari ammonia dengan satu atau lebih gugus
organik (R) yang mensubtitusi atom H. Penggolongannya didasarkan pada jumlah atom H yang
terikat pada atom nitrogen. Amina primer mempunyai dua atom hidrogen, amina sekunder
mempunyai satu sedangkan amina tersier tidak mempunyai atom hidrogen. Bagan
penggolongan ini dijelaskan pada Gambar 4.7.
: NH3 NH4 X-
amonia garam amonium
IV - 16
RNH2 R2NH R 3N : R 4 N+ X-
amina primer amina sekunder amina tersier garam kuartener
H CH2CH3
| |
CH3CH2NH2 CH3NCH2CH3 CH3NCH2CH2CH3 (CH3)4N+Cl-
Etilamina etilmetilamina etil metil propil amina tetra metil ammonium klorida
H CH3
|
NH2 N N
CH3
anilina difenilamina N,N-dimetilanilina
Dimetilanilina digunakan sebagai pemicu lepasnya bulu mata rambut pada proses
penyamakan kulit. Butil- amilamina digunakan sebagai antioksidan, inhibitor pengkaratan, dan
dalam pembuatan sabun yang larut minyak. Dimetil dan trimetilamina digunakan dalam
pembuatan resin penukar ion (ion exchange resin). Penggunaan lain ialah dalam bidang
pembuatan disinfektan, insektisida, obat-obatan, zat celup, fungisida, sabun, kosmetik, dan obat
cetak film.
Beberapa metode dapat digunakan untuk mensintesis amina, tetapi di sini uraian hanya
dibatasi pada yang terpenting, ialah reduksi dari senyawa nitrogen.
Fe NaOH
NO2 NH3 Cl- NH (4.43)
HCl
IV - 17
4.9 Sintesis Senyawa Organik
Mula-mula senyawa organik diisolasi dari sumber alam. Tetapi, karena pengetahuan
mengenai sifat-sifat kimia senyawa-senyawa ini makin baik, kimiawan berusaha
mensintesisnya dari bahan-bahan yang lebih sederhana. Sekarang sintesis organik merupakan
satu segi penting dalam kimia organik. Dibekali dengan pengetahuan mengenai jenis-jenis
reaksi, bersama-sama dengan pengetahuan mekanisme reaksi organik, kimiawan organik dapat
membuat bagan penggabungan molekul-molekul sederhana menjadi struktur yang lebih
kompleks. Contoh yang sederhana sebagai berikut:
kalor
CaCO3 CaO + CO2 (g) (4.44)
tangki listrik
CaO + 3 C 2000oC CaC2 + CO (g) (4.45)
Pt atau Pd
HC ≡ CH + H2 H2C = CH2
kalor/tekanan
H2SO4
H2C = CH2 + H2O CH3CH2OH
K2Cr2O4
CH3CH2OH CH3CO2H
H+
IV - 18
ternyata lebih melimpah dibanding minyak bumi. Hasil-hasil nabati (biomassa) mungkin
dikembangkan sebagai sumber pada masa yang akan datang.
Batu bara. Batu bara adalah bahan organik seperti batuan, yang dicirikan dengan
tingginya nisbah karbon terhadap nitrogen dan unsur lainnya. (Rumus “molekul” batu bara
pernah dirumuskan sebagai C153H115N3O13S2.) Untuk mensintesis hidrokarbon atau senyawa
lain dari batu bara, nisbah C/H perlu diturunkan.
Dalam metode pirolisis, batu bara (biasanya batu bara bitumen) dipanaskan pada suhu
tinggi (350 sampai 1000oC) tanpa udara. Hasil volatil terbentuk dari residu karbon yang
dinamakan kokas tertinggal. Kondensasi dari volatil melalui penyulingan destruktif ini
menghasilkan tar batu bara yang hitam kental.
kalor
Batu bara tanpa udara kokas + tar batu bara + gas batu bara
Satu ton (1000 kg) batu bara bitumen menghasilkan sekitar 750 kg kokas, 30 liter tar batu
bara, dan 28 m3 gas batu bara. Gas batubara adalah campuran dari H2, CH4, CO, C2H6, NH3,
CO2, H2S, dan komponen lainnya. Dahulu, gas batu bara pernah digunakan sebagai bahan
bakar. Tar batu bara dapat disuling menghasilkan fraksi yang tertera pada Tabel 4.6. Dari fraksi-
fraksi tersebut, dapat dihasilkan bahan kimia organik lainnya.
Tabel 4.6. Fraksi Tar Batu Bara
Selang Didih (oC) Nama Masa Tar (%) Penyusun Utama
Di bawah 200 Minyak ringan 5 Benzena, toluena, ksilena
Minyak sedang
200-250 17 Naftalena, fenol, piridin
(minyak karbolat)
Minyak berat (minyak Naftalena dan metilnaftalena,
250-300 7
kreosot) kreosol, kuinolin
300-350 Minyak hijau 9 Antrasena, karbazol
Residu 62 Tar
Pirolisis dapat dipikirkan sebagai proses pemisahan karbon. Kokas terbentuk, sedangkan
hasil sisanya akan hidrogen dan unsur lainnya. Penggasan (gasification) atau pencairan batu
bara selalu melibatkan adesi hidrogen (dan kadang-kadang oksigen juga). Pada umumnya,
proses ini didasarkan pada reaksi-reaksi kimia yang telah diketahui sejak 75 tahun yang lalu,
yang telah lebih canggih berkat teknologi baru, terutama dengan sistem katalis. Salah satu
pendekatan misalnya membakar lumpur batu bara air untuk mendapatkan campuran CO (g) dan
H2 (g). Campuran gas ini dikonversi menjadi metanol, dan dengan katalis yang sesuai, metanol
dikonversi menjadi asam asetat. Kalor yang dilepaskan selama pembakaran batu bara
digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalor pada bagian proses yang lain. Belerang dipisahkan
dari batu bara dan dikonversi menjadi H2SO4 (aq). Proses ini tidak mengakibatkan pencemaran,
efisien dalam pemanfaatan energi, dan hanya menghasilkan produk akhir (dengan sedikit CO2)
dari bahan baku batu bara dan air.
Minyak Bumi. Penyusun utama dari minyak mentah adalah hidrokarbon. Beberapa
hidrokarbon berbobot-molekul-rendah ternyata larut dalam minyak mentah, atau dihasilkan
dalam manufaktur bensin. Senyawa-senyawa ini dipisahkan dan ditekan menjadi bentuk cair
dalam tabung. Propana dan butana yang dijual dalam bentuk ini dikenal dengan gas minyak
bumi cair (liquefied petroleum gas, LPG).
Minyak mentah sebenarnya adalah campuran yang kompleks. Sampai titik didih 200oC
diperkirakan ada paling sedikit 500 senyawa terdiri dari alifatik, alisiklik, dan aromatik. Minyak
bumi dikilang melalui penyulingan menjadi beberapa fraksi. Hasil pemisahan menjadi fraksi
dan hasil-hasilnya tertera pada Tabel 4.7.
IV - 19
Tabel 4.7. Fraksi Utama Minyak Bumi
Selang Didih (oC) Komposisi Fraksi Kegunaan
0-30 C1-C4 Gas Bahan bakar gas
30-60 C5-C7 Eter petroleum Pelarut
60-100 C6-C8 Ligroin Pelarut
70-150 C6-C9 Bensin Minyak motor
175-300 C10-C16 Minyak tanah Bahan bakar jet, minyak diesel
Di atas 300 C16-C18 Minyak-gas Minyak diesel, bahan “cracking”
Minyak pelumas, minyak mineral,
- C18-C20 Minyak lilin
bahan “cracking”
- C21-C40 Lilin paraffin Lilin, kertas minyak
Di atas C40 Tar atap, bahan pembuat jalan, zat
- Residu
ditambah C penolak air
TUGAS
1. Kenalilah gugus fungsi pada setiap senyawa (alkohol atau amina, dan lain-lain).
(a) CH3HBrCH2CH3
(b) CH3CH2COOH
(c) C6H5CH2CHO
(d) (CH3)2CHCH2OCH3
(e) CH3COCH2CH3
(f) CH3CH(NH2)CH2CH3
(g)
CH2CH3
(h) CH3CO2CH3
2. Gambarkan rumus struktur untuk
(a) 3-bromo-2-metilpentana
(b) 3-isopropiloktana
(c) 2-pentena
(d) Etil n-propil eter
3. Tuliskan rumus singkat untuk setiap senyawa kimia ini.
(a) Isopropil alkohol (alkohol gosok)
(b) Tetraetiltimbal (komponen antiknock dalam bensin)
(c) 1,1,1-klorodifluoroetana (pendingin)
(d) 2-metil-1,3-butadiena (digunakan dalam pembuatan elastomer)
(e) 2-butenal (krotonaldehida, digunakan dalam sintesis organik)
(f) 1,3-siklopentadiena (digunakan dalam sintesis organik)
4. Gambarlah rumus struktur semua isomer dari C5H11Br dan berilah nama-namanya.
5. Berikan nama (a dan b) dan struktur (c, d, e) yang benar untuk senyawa aromatik berikut.
(a) (b)
(c) 1,3,5-trimetilbenzena (d) p-nitrofenol
(e) asam 3-amino-2,5-diklorobenzoat (amiben, pengatur tumbuh tanaman)
IV - 20