Anda di halaman 1dari 26

BAB II

PEMBAHASAN
A. ASAM
a) Sejarah
Sekitar tahun 1800, banyak kimiawan Prancis termasuk Antoine Lavoisier secara keliru
berkeyakinan bahwa semua asam mengandung oksigen. Lavoisier mendefinisikan asam sebagai
zat mengandung oksigen karena pengetahuannya akan asam kuat hanya terbatas pada asam-asam
okso dan karena is tidak mengetahui komposisi sesungguhnya dari asamasam halida, HCI, HBr,
dan HI.
Lavoisier-lah yang memberi nama oksigen dari dua kata bahasa Yunani yaitu oxus (asam)
dan gennan (menghasilkan) yang berarti “penghasil/pembentuk asam”. Setelah unsur klorin,
bromin, dan iodin teridentifikasi dan ketiadaan oksigen dalam asam – asam halida ditemukan
oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1810, definisi oleh Lavoisier tersebut kemudian
ditinggalkan. Kimiawan Inggris pada waktu itu, termasuk Humphry Davy berkeyakinan bahwa
semua asam mengandung hidrogen. Setelah itu pada tahun 1884, ahli kimia Swedia yang
bernama Svante August Arrhenius dengan menggunakan landasan ini, mengemukakan teori ion
dan kemudian merumuskan pengertian asam.
Basa dapat dikatakan sebagai lawan dari asam. Jika asam dicampur dengan basa, maka kedua zat
itu saling menetralkan sehingga sifat asam dan basa dihilangkan.

b. Pengertian asam
Asam itu asal ya dari bahasa latin, yaitu denfan ktaacidus yang artinya masam. Asam
menurut Arrhenius adalah senyawa yang menghasilkan ion hidrogen ketika larut dalam pelarut
air. Kekuatan asam ditentukan oleh banyak-sedikitnya ion hidrogen yang dihasilkan. Semakin
banyak ion H+ yang dihasilkan, semakin kuat sifat asam.
Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum merupakan senyawa
kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7.
Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat
lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu
asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. Contoh asam
adalah asam asetat (ditemukan dalam cuka) dan asam sulfat (digunakan dalam baterai
atau aki mobil). Asam umumnya berasa masam; walaupun demikian, mencicipi rasa asam,
terutama asam pekat, dapat berbahaya dan tidak dianjurkan.
c. Berbagai definisi asam
Istilah "asam" merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal yang sama
dalam bahasa-bahasa Eropa seperti acid (bahasa Inggris), zuur (bahasa Belanda),
atau Säure (bahasa Jerman) yang secara harfiah berhubungan dengan rasa masam. Dalam kimia,
istilah asam memiliki arti yang lebih khusus. Terdapat tiga definisi asam yang umum diterima
dalam kimia, yaitu definisi Arrhenius, Bronsted-Lowry dan Lewis.
Arrhenius: Menurut definisi ini, asam adalah suatu zat yang meningkatkan konsentrasi ion
hidronium (H3O+) ketika dilarutkan dalam air. Definisi yang pertama kali dikemukakan
oleh Svante Arrhenius ini membatasi asam dan basa untuk zat-zat yang dapat larut dalam air.
Menurut Svante Arrhenius : asam adalah zat yang dalam air dapat melepaskan ion [H+]. Asam
merupakan senyawa yang dapat menghasilkan ion Hidrogen [H+], larutan asam mempunyai rasa
asam dan bersifat korosif.
Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum merupakan senyawa
kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7.
Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat
lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu
asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. Contoh asam
adalah asam asetat (ditemukan dalam cuka) dan asam sulfat (digunakan dalam baterai
atau aki mobil). Asam umumnya berasa masam; walaupun demikian, mencicipi rasa asam,
terutama asam pekat, dapat berbahaya dan tidak dianjurkan. Brønsted-Lowry: Menurut definisi
ini, asam adalah pemberi proton kepada basa. Asam dan basa bersangkutan disebut sebagai
pasangan asam-basa konjugat. Brønsted dan Lowry secara terpisah mengemukakan definisi ini,
yang mencakup zat-zat yang tak larut dalam air (tidak seperti pada definisi Arrhenius).
Lewis: Menurut definisi ini, asam adalah penerima pasangan elektron dari basa. Definisi yang
dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat mencakup asam yang tak mengandung hidrogen
atau proton yang dapat dipindahkan, seperti besi(III) klorida. Definisi Lewis dapat pula
dijelaskan dengan teori orbital molekul. Secara umum, suatu asam dapat menerima pasangan
elektron pada orbital kosongnya yang paling rendah (LUMO) dari orbital terisi yang tertinggi
(HOMO) dari suatu basa. Jadi, HOMO dari basa dan LUMO dari asam bergabung
membentuk orbital molekul ikatan.
Walaupun bukan merupakan teori yang paling luas cakupannya, definisi Brønsted-Lowry
merupakan definisi yang paling umum digunakan. Dalam definisi ini, keasaman suatu senyawa
ditentukan oleh kestabilan ion hidronium dan basa konjugat terlarutnya ketika senyawa tersebut
telah memberi proton ke dalam larutan tempat asam itu berada. Stabilitas basa konjugat yang
lebih tinggi menunjukkan keasaman senyawa bersangkutan yang lebih tinggi.
Sistem asam/basa; tak ada perubahan bilangan oksidasi dalam reaksi asam-basa.
Istilah "asam" merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal yang sama dalam
bahasa-bahasa Eropa seperti acid (bahasa Inggris), zuur (bahasa Belanda), atau Säure (bahasa
Jerman) yang secara harfiah berhubungan dengan rasa masam. Dalam kimia, istilah asam
memiliki arti yang lebih khusus. Terdapat tiga definisi asam yang umum diterima dalam kimia,
yaitu definisi Arrhenius, Bronsted-Lowry dan Lewis.
Menurut definisi ini, asam adalah suatu zat yang meningkatkan konsentrasi ion hidronium
(H3O+) ketika dilarutkan dalam air. Definisi yang pertama kali dikemukakan oleh Svante
Arrhenius ini membatasi asam dan basa untuk zat-zat yang dapat larut dalam air. Menurut Svante
Arrhenius : asam adalah zat yang dalam air dapat melepaskan ion [H +]. Asam merupakan
senyawa yang dapat menghasilkan ion Hidrogen [H+], larutan asam mempunyai rasa asam dan
bersifat korosif.

d. Teori Dasar asam


Svante August Arrhenius pada tahun 1887 menyatakan bahwa : “ Molekul-molekul elektrolit
selalu menghasilkan ion-ion negatif dan positif jika dilarutkan dalam air “Selanjutnya pada tahun
1900 Svante Arrhenius mengemukakan teori yang dikenal samapi sekarang yaitu Teori Asam
Basa Arrhenius. “ asam merupakan suatu senyawa yagn dapat menghasilkan ion Hidrogen [H+]
bila dilarutkan dalam air dan Basa merupakan suatu senyawa yang dapat memberikan ion
Hidroksida (OH) bila dilarutkan dalam air.
1. Asam Nitrat dalam air
HNO3 H+ + NO3
2. Asam Klorida dalam air
HCl H+ + Cl-
Setiap molekul HNO3 dan HCl hanya dapat menghasilkan 1 ion H+ disebut Valensi Asam. Asam
semacam ini disebut juga asam monoprotik.
Asam yang setiap molekul cairnya menghasilkan 2 ion H+ disebut asam diprotik.
Asam yang setiap molekul cairnya menghasilkan 3 ion H+ disebut asam triprotik.
Asam diprotik dan asam triprotik dikelompokkan kedalam asam poliprotik.

Brønsted-Lowry: Menurut definisi ini, asam adalah pemberi proton kepada basa. Asam dan
basa bersangkutan disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat. Brønsted dan Lowry secara
terpisah mengemukakan definisi ini, yang mencakup zat-zat yang tak larut dalam air (tidak
seperti pada definisi Arrhenius).
Lewis: Menurut definisi ini, asam adalah penerima pasangan elektron dari basa. Definisi yang
dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat mencakup asam yang tak mengandung hidrogen
atau proton yang dapat dipindahkan, seperti besi(III) klorida. Definisi Lewis dapat pula
dijelaskan dengan teori orbital molekul. Secara umum, suatu asam dapat menerima pasangan
elektron pada orbital kosongnya yang paling rendah (LUMO) dari orbital terisi yang tertinggi
(HOMO) dari suatu basa. Jadi, HOMO dari basa dan LUMO dari asam bergabung
membentuk orbital molekul ikatan. senyawa tersebut telah memberi proton ke dalam larutan
tempat asam itu berada. Stabilitas basa konjugat yang lebih tinggi menunjukkan keasaman
senyawa bersangkutan yang lebih tinggi.

e. Sifat-sifat asam
Secara umum, asam memiliki sifat sebagai berikut:
 Rasa: masam ketika dilarutkan dalam air.
 Sentuhan: asam terasa menyengat bila disentuh, terutama bila asamnya asam kuat.
 Kereaktifan: asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap
logam.
 Hantaran listrik: asam, walaupun tidak selalu ionik, merupakan elektrolit.

f. Sifat kimia asam


Dalam air, reaksi kesetimbangan berikut terjadi antara suatu asam (HA) dan air, yang
berperan sebagai basa,
HA + H2O ↔ A- + H3O+
Asam kuat mempunyai nilai Ka yang besar (yaitu, kesetimbangan reaksi berada jauh di kanan,
terdapat banyak H3O+; hampir seluruh asam terurai). Misalnya, nilai Ka untuk
yang kecil (yaitu, sejumlah cukup banyak HA dan A- terdapat bersama-sama dalam larutan;
sejumlah kecil H3O+ ada dalam larutan; asam hanya terurai sebagian). Misalnya, nilai Ka untuk
asam asetat adalah 1,8 × 10-5.
Asam kuat mencakup asam halida - HCl, HBr, dan HI. (Tetapi, asam fluorida, HF, relatif lemah.)
Asam-asam okso, yang umumnya mengandung atom pusat ber-bilangan oksidasi tinggi yang
dikelilingi oksigen, juga cukup kuat; mencakup HNO3, H2SO4, dan HClO4.

g. Peranan Asam Dalam Kehidupan


h. dampak yang di timbulkan dari asam
Meskipun asam adalah senyawa yang sangat berguna, tetapi asam juga dapat menimbulkan
berbagai kerusakan pada bahan-bahan yang dikenainya karena asam bersifat korosif. Salah
satunya adalah peristiwa hujan asam. Berikut adalah beberapa dampak yang ditimbulkan oleh
hujan asam:
 mungubah pH tanah sehingga kondisinya tidak sesuai dengan tumbuhan dan mengakibatkan
pohon/tanaman mati.
 dapat menghilangkan unsur-unsur hara dalam tanah sehingga mengurangi kesuburan tanah.
 mengubah pH air sehingga dapat mematikan ikan-ikan dan biota-biota air.
 merusak bangunan, terutama yang terbuat dari batu pualam (karbonat dan logam).
i. Pengelompokan asam
Berdasarkan kekuatannya, asam itu terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Asam kuat
yaitu asam yang banyak menghasilkan ion yang ada dalam larutannya (asam yang
terionisasi sempurna dalam larutannya).
2. Asam lemah
adalah asam yang sedikit menghasilkan ion yang ada dalam larutannya (hanya
terionisasi sebagian).

j. Contoh asam

RUMUS NAMA REAKSI Valensi


Keterangan
ASAM ASAM IONISASI Asam

HF Asam Flurida HF H+ + F- Monoprotik


HCl Asam Clorida HCl H+ + Cl- Monoprotik 1
+
HBr Asam Bromida HBr H + Br Monoprotik 1
HI Asam Iodida HI H+ + I - Monoprotik 1
+ -
HCN Asam Sianida HCN H + CN Monoprotik 1
H2S Asam Sulfida H2S H+ + S2+ Diprotik 2
HNO3 Asam Nitrat HNO3 H+ + NO3 Monoprotik 1
+
H +
H2SO4 Asam Sulfat H2SO4 Diprotik 2
SO42+
H+ +
H3PO3 Asam Pospit H2PO3 Triprotik 3
PO33-
H+ +
H3PO4 Asam Pospat H2PO4 Triprotik 3
PO43-
H+ +
H2CO3 Asam Karbonat H2CO2 Diprotik 2
CO32-
H+ +
H2C2O4 Asam Oksalat H2C2O4 - 2
C2O4
ASAM ASETAT
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal
sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris
C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H.
Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan
memiliki titik beku 16.7°C. Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling
sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah,
artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat
merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan
dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun
berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai
pengatur keasaman.
Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam
setahun Asam asetat merupakan nama trivial atau nama dagang dari senyawa ini, dan merupakan
nama yang paling dianjurkan oleh IUPAC. Nama ini berasal dari kata Latin acetum, yang berarti
cuka. Nama sistematis dari senyawa ini adalah asam etanoat. Asam asetat glasial merupakan
nama trivial yang merujuk pada asam asetat yang tidak bercampur air. Disebut demikian karena
asam asetat bebas-air membentuk kristal mirip es pada 16.7°C, sedikit di bawah suhu ruang.
Singkatan yang paling sering digunakan, dan merupakat singkatan resmi bagi asam asetat
adalah AcOH atau HOAc dimana Ac berarti gugus asetil, CH3−C(=O)−.
Pada konteks asam-basa, asam asetat juga sering disingkat HAc, meskipun banyak yang
menganggap singkatan ini tidak benar. Ac juga tidak boleh disalahartikan dengan lambang
unsur Aktinium (Ac).
a. Penamaan

Informasi
Asam etanoat
Nama sistematis
Asam asetat
Asam metanakarboksilat
Asetil hidroksida (AcOH)
Nama alternative
Hidrogen asetat (HAc)
Asam cuka
Rumus molekul CH3COOH
Massa molar 60.05 g/mol
1.049 g cm−3, cairan
Densitas dan fase
1.266 g cm−3, padatan
Titik lebur 16.5 °C (289.6 ± 0.5 K) (61.6 °F)[1]
Titik didih 118.1 °C (391.2 ± 0.6 K) (244.5 °F)[1]
Penampilan Cairan tak berwarna atau Kristal
Keasaman (pKa) 4.76 pada 25°C

b. Sejarah
Cuka telah dikenal manusia sejak dahulu kala. Cuka dihasilkan oleh
berbagai bakteria penghasil asam asetat, dan asam asetat merupakan hasil samping dari
pembuatan bir atau anggur.
Penggunaan asam asetat sebagai pereaksi kimia juga sudah dimulai sejak lama. Pada abat
ke-3 Sebelum Masehi, Filsuf Yunani kuno Theophrastos menjelaskan bahwa cuka bereaksi
dengan logam-logam membentuk berbagai zat warna, misalnya timbal putih (timbal karbonat),
dan verdigris, yaitu suatu zat hijau campuran dari garam-garam tembaga dan
mengandung tembaga (II) asetat. Bangsa Romawi menghasilkan sapa, sebuah sirup yang amat
manis, dengan mendidihkan anggur yang sudah asam. Sapa mengandung timbal asetat, suatu zat
manis yang disebut juga gula timbal dan gula Saturnus. Akhirnya hal ini berlanjut kepada
peracunan dengan timbal yang dilakukan oleh para pejabat Romawi.
Pada abad ke-8, ilmuwan Persia Jabir ibn Hayyan menghasilkan asam asetat pekat dari
cuka melalui distilasi. Pada masa renaisans, asam asetat glasial dihasilkan dari distilasi
kering logam asetat. Pada abad ke-16 ahli alkimia Jerman Andreas Libavius menjelaskan
prosedur tersebut, dan membandingkan asam asetat glasial yang dihasilkan terhadap cuka.
Ternyata asam asetat glasial memiliki banyak perbedaan sifat dengan larutan asam asetat dalam
air, sehingga banyak ahli kimia yang mempercayai bahwa keduanya sebenarnya adalah dua zat
yang berbeda. Ahli kimia Prancis Pierre Adet akhirnya membuktikan bahwa kedua zat ini
sebenarnya sama.
Pada 1847 kimiawan Jerman Hermann Kolbe mensintesis asam asetat dari
zat anorganik untuk pertama kalinya. Reaksi kimia yang dilakukan adalah klorinasi karbon
disulfida menjadi karbon tetraklorida, diikuti dengan pirolisis menjadi tetrakloroetilena dan
klorinasi dalam air menjadi asam trikloroasetat, dan
akhirnya reduksi melalui elektrolisis menjadi asam asetat.
Sejak 1910 kebanyakan asam asetat dihasilkan dari cairan piroligneous yang diperoleh
dari distilasi kayu. Cairan ini direaksikan dengan kalsium hidroksida menghasilkan kalsium
asetat yang kemudian diasamkan dengan asam sulfat menghasilkan asam asetat.

c. Sifat-sifat kimia

1. Keasaman
Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam karboksilat seperti
asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan sifat asam.
Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4.8. Basa konjugasinya
adalah asetat (CH3COO−). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama dengan
konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4

2. Dimer siklis
Dimer siklis dari asam asetat, garis putus-putus melambangkan ikatan hidrogen.
Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam asetat
berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen.
Dimer juga dapat dideteksi pada uap bersuhu 120 °C. Dimer juga terjadi pada larutan
encer di dalam pelarut tak-berikatan-hidrogen, dan kadang-kadang pada cairan asam
asetat murni.
Dimer dirusak dengan adanya pelarut berikatan hidrogen (misalnya air). Entalpi
disosiasi dimer tersebut diperkirakan 65.0–66.0 kJ/mol, entropi disosiasi sekitar 154–157
J mol–1 K–1. Sifat dimerisasi ini juga dimiliki oleh asam karboksilat sederhana lainnya.

3. Sebagai Pelarut
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol.
Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6.2, sehingga ia bisa melarutkan
baik senyawa polar seperi garam anorganik dan gula maupun senyawa non-polar seperti minyak
dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. Asam asetat bercambur dengan mudah
dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan
dan kemudahan bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam
industri kimia.
d. Reaksi-reaksi kimia
Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium, dan seng,
membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat). Logam asetat juga
dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa yang cocok. Contoh yang terkenal
adalah reaksi soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hapir semua garam asetat
larut dengan baik dalam air. Salah satu pengecualian adalah kromium (II) asetat. Contoh reaksi
pembentukan garam asetat:
 Mg(s) + 2 CH3COOH(aq) → (CH3COO)2Mg(aq) + H2(g)
 NaHCO3(s) + CH3COOH(aq) → CH3COONa(aq) + CO2(g) + H2O
Aluminium merupakan logam yang tahan terhadap korosi karena dapat membentuk
lapisan aluminium oksida yang melindungi permukaannya. Karena itu, biasanya asam asetat
diangkut dengan tangki-tangki aluminium.

Dua reaksi organik tipikal dari asam asetat


Asam asetat mengalami reaksi-reaksi asam karboksilat, misalnya menghasilkan garam asetat
bila bereaksi dengan alkali, menghasilkan logam etanoat bila bereaksi dengan logam, dan
menghasilkan logam etanoat, air dan karbondioksida bila bereaksi dengan garam karbonat atau
bikarbonat. Reaksi organik yang paling terkenal dari asam asetat adalah
pembentukan etanol melalui reduksi, pembentukan turunan asam karboksilat seperti asetil
klorida atau anhidrida asetat melalui substitusi nukleofilik. Anhidrida asetat dibentuk melalui
kondensasi dua molekul asam asetat. Ester dari asam asetat dapat diperoleh melalui
reaksi esterifikasi Fischer, dan juga pembentukan amida. Pada suhu 440 °C, asam asetat terurai
menjadi metana dan karbon dioksida, atau ketena dan air.
e. Deteksi
Asam asetat dapat dikenali dengan baunya yang khas. Selain itu, garam-garam dari asam
asetat bereaksi dengan larutan besi(III) klorida, yang menghasilkan warna merah pekat yang
hilang bila larutan diasamkan. Garam-garam asetat bila dipanaskan dengan arsenik trioksida
(AsO3) membentuk kakodil oksida ((CH3)2As-O-As(CH3)2), yang mudah dikenali
dengan baunya yang tidak menyenangkan.
f. Biokimia
Gugus asetil yang terdapat pada asam asetat merupakan gugus yang penting
bagi biokimia pada hampir seluruh makhluk hidup. Gugus asetil yang terikat pada koenzim
A (Asetil-KoA), merupakan enzim utama bagi metabolisme karbohidrat dan lemak. Namun
demikian, asam asetat bebas memiliki konsentrasi yang kecil dalam sel, karena asam asetat bebas
dapat menyebabkan gangguan pada mekanisme pengaturan pH sel. Berbeda dengan asam
karboksilat berantai panjang (disebut juga asam lemak), asam asetat tidak ditemukan
pada trigliserida dalam tubuh makhluk hidup. Sekalipun demikian, trigliserida buatan yang
memiliki gugus asetat, triasetin (trigliserin asetat), adalah zat aditif yang umum pada makanan,
dan juga digunakan dalam kosmetika dan obat-obatan.
Asam asetat diproduksi dan diekskresikan oleh bakteri-bakteri tertentu, misalnya
dari genus Acetobacter dan spesies Clostridium acetobutylicum. Bakteri-bakteri ini terdapat pada
makanan, air, dan juga tanah, sehingga asam asetat secara alami diproduksi pada buah-
buahan/makanan yang telah basi. Asam asetat juga
terdapat pelumas vagina manusia dan primata lainnya, berperan sebagai agen anti-bakteri.

g. Biosintesis asam asetat


Asam asetat merupakan produk katabolisme aerob dalam jalur glikolisis atau
perombakan glukosa. Asam piruvat sebagai produk oksidasi glukosa dioksidasi
oleh NAD+ terion lalu segera diikat oleh Koenzim-A. Pada prokariota proses ini terjadi
di sitoplasma sementara pada eukariota berlangsung pada mitokondria.

h. Produksi
Pabrik pemurnian asam asetat di tahun 1884Asam asetat diproduksi
secara sintetis maupun secara alami melalui fermentasi bakteri. Sekarang hanya 10% dari
produksi asam asetat dihasilkan melalui jalur alami, namun kebanyakan hukum yang mengatur
bahwa asam asetat yang terdapat dalam cuka haruslah berasal dari proses biologis. Dari asam
asetat yang diproduksi oleh industri kimia, 75% diantaranya diproduksi melalui
karbonilasi metanol. Sisanya dihasilkan melalui metode-metode alternatif.[6]
Produksi total asam asetat dunia diperkirakan 5 Mt/a (juta ton per tahun), setengahnya
diproduksi di Amerika Serikat. Eropa memproduksi sekitar 1 Mt/a dan terus menurun,
sedangkan Jepang memproduksi sekitar 0.7 Mt/a. 1.51 Mt/a dihasilkan melalui daur ulang,
sehingga total pasar asam asetat mencapai 6.51 Mt/a.[7][8] Perusahan produser asam asetat
terbesar adalah Celanese dan BP Chemicals. Produsen lainnya adalah Millenium
Chemicals, Sterling Chemicals, Samsung, Eastman, dan Svensk Etanolkemi.

i. Karbonilasi methanol
Kebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui karbonilasi. Dalam reaksi
ini, metanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat
CH3OH + CO → CH3COOH
Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu sendiri terjadi dalam tiga
tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua.
(1) CH3OH + HI → CH3I + H2O
(2) CH3I + CO → CH3COI
(3) CH3COI + H2O → CH3COOH + HI
Jika kondisi reaksi diatas diatur sedemikian rupa, proses tersebut juga dapat
menghasilkan anhidrida asetat sebagai hasil tambahan. Karbonilasi metanol sejak lama
merupakan metode paling menjanjikan dalam produksi asam asetat karena baik metanol maupun
karbon monoksida merupakan bahan mentah komoditi. Henry Dreyfus mengembangkan cikal
bakal pabrik karbonilasi metanol pada perusahaan Celanese di tahun 1925. Namun, kurangnya
bahan-bahan praktis yang dapat diisi bahan-bahan korosif dari reaksi ini pada tekanan yang
dibutuhkan yaitu 200 atm menyebabkan metoda ini ditinggalkan untuk tujuan komersial. Baru
pada 1963 pabrik komersial pertama yang menggunakan karbonilasi metanol didirikan oleh
perusahaan kimia Jerman, BASF dengan katalis kobalt (Co). Pada 1968, ditemukan katalis
kompleks Rhodium, cis−[Rh(CO)2I2]− yang dapat beroperasi dengan optimal pada tekanan
rendah tanpa produk sampingan. Pabrik pertama yang menggunakan katalis tersebut adalah
perusahan kimia AS Monsanto pada 1970, dan metode karbonilasi metanol berkatalis Rhodium
dinamakan proses Monsanto dan menjadi metode produksi asam asetat paling dominan. Pada
akhir 1990'an, perusahan petrokimia British Petroleum mengkomersialisasi katalis Cativa
([Ir(CO)2I2]−) yang didukung oleh ruthenium. Proses berbasis iridium ini lebih efisien dan lebih
"hijau" dari metode sebelumnya, sehingga menggantikan proses Monsanto.
j. Oksidasi asetaldehida
Sebelum komersialisasi proses Monsanto, kebanyakan asam asetat diproduksi
melalui oksidasi asetaldehida. Sekarang oksidasi asetaldehida merupakan metoda produksi asam
asetat kedua terpenting, sekalipun tidak kompetitif bila dibandingkan dengan metode karbonilasi
metanol. Asetaldehida yang digunakan dihasilkan melalui oksidasi butana atau nafta ringan, atau
hidrasi dari etilena. Saat butena atau nafta ringan dipanaskan bersama udara disertai dengan
beberapa ion logam, termasuk ion mangan, kobalt dan kromium, terbentuk peroksida yang
selanjutnya terurai menjadi asam asetat sesuai dengan persamaan reaksi dibawah ini.
C4H10 + 5 O2 → 4 CH3COOH + 2 H2O
Umumnya reaksi ini dijalankan pada temperatur dan tekanan sedemikian rupa sehingga
tercapai suhu setinggi mungkin namut butana masih berwujud cair. Kondisi reaksi pada
umumnya sekitar 150 °C and 55 atm. Produk sampingan seperti butanon, etil asetat, asam
format dan asam propionat juga mungkin terbentuk. Produk sampingan ini juga bernilai
komersial dan jika diinginkan kondisi reaksi dapat diubah untuk menghasilkan lebih banyak
produk samping, namun pemisahannya dari asam asetat menjadi kendala karena membutuhkan
biaya lebih banyak lagi.
Melalui kondisi dan katalis yang sama asetaldehida dapat dioksidasi
oleh oksigen udara menghasilkan asam asetat.
CH3CHO + O2 → 2 CH3COOH
Dengan menggunakan katalis modern, reaksi ini dapat memiliki rasio hasil (yield) lebih
besar dari 95%. Produk samping utamanya adalah etil asetat, asam format dan formaldehida,
semuanya memiliki titik didih yang lebih rendah daripada asam asetat sehingga dapat dipisahkan
dengan mudah melalui distilasi.
k. Penggunaan
Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai senyawa kimia.
Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai bahan untuk
memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM). Selain itu asam asetat juga
digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester. Penggunaan asam asetat lainnya,
termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil.
l. Keamanan
Asam asetat pekat bersifat korosif dan karena itu harus digunakan dengan penuh hati-
hati. Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata permanen, serta iritasi
pada membran mukosa. Luka bakar atau lepuhan bisa jadi tidak terlihat hingga beberapa jam
setelah kontak. Sarung tangan latex tidak melindungi dari asam asetat, sehingga dalam
menangani senyawa ini perlu digunakan sarung tangan berbahan karet nitril. Asam asetat pekat
juga dapat terbakar di laboratorium, namun dengan sulit. Ia menjadi mudah terbakar jika suhu
ruang melebihi 39 °C (102 °F), dan dapat membentuk campuran yang mudah meledak di udara
(ambang ledakan: 5.4%-16%).

Asam asetat adalah senyawa korosif

Konsentrasi
Molaritas Klasifikasi Frase-R
berdasar berat

10%–25% 1.67–4.16 mol/L Iritan (Xi) R36/38

25%–90% 4.16–14.99 mol/L Korosif (C) R34

>90% >14.99 mol/L Korosif (C) R10, R35

Larutan asam asetat dengan konsentrasi lebih dari 25% harus ditangani di sungkup asap (fume
hood) karena uapnya yang korosif dan berbau. Asam asetat encer, seperti pada cuka, tidak
berbahaya. Namun konsumsi asam asetat yang lebih pekat adalah berbahaya bagi manusia
maupun hewan. Hal itu dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan, dan perubahan
yang mematikan pada keasaman darah.

B. BASA
a) Pengertian
Basa menurut Arrhenius ialah senyawa yang terlarut dalam air yang sudah menghasilkan
ion hidroksida (OH). Semakin banyaknya jumlah ion OH yang dihasilkan, maka semakin kuat
lah sifat basanya. Basa juga dapat menetralisasikan asam (H+) dan menghasilkan air (H20).

b) Definisi basa
devinisiumum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika
dilarutkan dalam air.
Menurut Svante Arrhenius : Basa merupakan suatu senyawa yang dapat menghasilkan ion
Hidroksida [OH], bila dilarutkan dalam air mempunyai rasa pahit dan bersifat kaustik.
Basa adalah lawan (dual) dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/senyawa kimia yang
memiliki pH lebih dari 7. Kostik merupakan istilah yang digunakan untuk basa kuat. jadi kita
menggunakan nama kostik soda untuk natrium hidroksida (NaOH) dan kostik postas untuk
kalium hidroksida (KOH). Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah. Kekuatan basa
sangat tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam larutan dan
konsentrasi larutan basa tersebut.
Reaksi: Kalsium Hidroksida + Asam Sulfat ————> Kalsium Sulfat + Air
Ca(OH)2 (aq) + H2SO4 ————> CaSO4(aq) + 2H2O

c) Teori Dasar
Svante August Arrhenius pada tahun 1887 menyatakan bahwa : “ Molekul-molekul elektrolit
selalu menghasilkan ion-ion negatif dan positif jika dilarutkan dalam air “
Selanjutnya pada tahun 1900 Svante Arrhenius mengemukakan teori yang dikenal samapi
sekarang yaitu Teori Asam Basa Arrhenius. “Basa merupakan suatu senyawa yang dapat
memberikan ion Hidroksida (OH) bila dilarutkan dalam air.

Pada kimia modern basa dapat menghasilkan ion Hidroksida (OH-) dengan 2 cara :
1. Senyawa Basa dalam pelarut air menghasilkan ion Hidroksida (OH-) secara langsung.
NaOH Na+ + OH-
2. Senyawa Basa yang bereaksi dengan air menghasilkan ion Hidroksida (OH-).
NH3 + H2O NH4+ + OH-
Untuk menunjukan sifat basa, larutan NH3 sering ditulis NH4OH.Jumlah ion (OH-) yang dapat
menghasilkan oleh suatu molekul basa disebut Valensi Biasa.

d) Contoh basa
No Nama basa Terdapat dalam
1. Aluminium hidroksida Deodoran dan antasida
2. Kalsium hidroksida Mortar dan plester
3. Magnesium hidroksida Obat urus-urus dan antasida
4. Natrium hidroksida Bahan sabun
e. Karakteristik basa
Suatu zat dapat dikatakan basa jika zat tersebut punya sifat sebagai berikut.
 Rasanya itu Pahit dan terasa licin pada kulit.
 Apabila dilarutkan dalam air zat tersebut akan akan menghasilkan ion OH”.
 Memiliki pH di atas 7 (pH > 7).
 Bersifat elektrolit.
 Jika diuji menggunakan kertas lakmus akan memberikan hasil sebagai berikut.
o Lakmus merah -> berubah warnanya menjadi biru.
 Lakmus biru -> tetap berwarna biru
 Menetralkan sifat asam.

f. Pengelompokan basa
Berdasarkan kemampuan melepaskan ion OH”, basa dapat terbagi menjadi 2 yaitu :
 Basa kuat,
yaitu basa yang bisa menghasilkan ion OH dalam jumlah yang besar. Basa kuat
biasanya disebut dengan istilah kausatik. Contohnya kayak Natrium hidroksida, Kalium
hidroksida, dan Kalsium hidroksida.
 Basa lemah,
yaitu basa yang bisa menghasilkan ion OH” dalam jumlah kecil.Contohnya kayak
ammonia.

g. Penggunaan basa dalam suatu kehidupan sehari-hari


a. Bahan dalam pembuatan semen.
b. Pembuatan deterjen/sabun.
c. Baking soda dalam pembuatan kue.

h. Ciri-Ciri Basa
a. Pahit dan licin di kulit
b. Mempunyai pH lebih dari 7
c. Mengubah warna lakmus merah menjadi biru
d. Dapat menghantarkan listrik (termasuk larutan elektrolit)
e. Dapat menetralkan sifat asam
f. Bersifat kausatik atau dapat merusak kulit
Sabun merupakan salah satu contoh zat yang bersifat basa
i. Peranan Basa dalam Kehidupan
Beberapa Basa dan Fungsinya

C. GARAM
a. Pengertian
Natrium klorida (NaCl) adalah bahan utama garam dapurDalam ilmu kimia, garam
adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga
membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari
hasil reaksi asam dan basa. Natrium klorida (NaCl), bahan utama garam dapur adalah suatu
garam. Larutan garam dalam air merupakan larutan elektrolit, yaitu larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik. Cairan dalam tubuh makhluk hidup mengandung larutan garam,
misalnya sitoplasma dan darah.
Garam juga bisa berarti:
 Garam dapur, digunakan sebagai bumbu dan pengawet makanan
 Natrium klorida, bahan baku utama garam dapur
 Garam (kriptografi), vektor inisialisasi sandi rahasia blok
 Bisa juga merujuk pada tiap arti ganda penggaraman

b. Reaksi kimia penghasil garam


a) Reaksi antara asam dan basa, misalnya HCl + NH3 → NH4Cl.
b) Reaksi antara logam dan asam kuat encer, misalnya Mg + 2 HCl → MgCl2 + H2
c) Keterangan: logam mulia umumnya tidak bereaksi dengan cara ini.
Garam dapat melalui reaksi antara asam dan basa. Produk reaksi yang lain adalah air. Reaksi
asam dengan basa membentuk garam dan air, reaksi ini disebut Reaksi Netralisasi. Akan tetapi
kenyataannya larutan garam tidak selalu bersifar netral.
 bersifat netralNaCl
 NH4 bersifat asamCl
 NaCH3 bersifat basaCOO
Mengapa larutan garam ada yang bersifat asam, basa dan netral? Hal ini dapat dijelaskan dengan
konsep HIDROLIS.
Asam Klorida + Natrium Hidroksida Natrium Klorida + Air
Asam + Basa Garam + Air
Garam dipisahkan dari air dengan metode evaporasi.
 Beberapa garam yang dihasilkan melalui reaksi netralisasi antara lain :
Asam Klorida + Kalsium Hidroksida Kalsium Klorida + Air
Asam Sulfat + Kalium Hidroksida Kalium Sulfat + Air
Asam Nitrat + Lithium Hidroksida Lithium Nitrat + Air
 Pengertian Hidrolis
Garam adalah termasuk elektrolit kuat, maka jika garam dilarutkan didalam air akan
mengalami penguraian menjadi komponen-komponennya yaitu kation dan anionnya. Untuk
beberapa kasus, ion-ion tersebut merupakan asam atau baa yang lemah. Reaksi antara ion-ion
tersebut dengan air membentuk H3O+ atau OH disebut

Reaksi Hidrolisis (hidro = air dan lisis = penguraian)


Penentuan pH
Larutan garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah bersifat asam.
Larutan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat bersifat basa.
Larutan garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah dapat bersifat asam, basa dan
netral. Ini tergantung pada bergantung pada kekuatan relatif asam atau basa dari garam yang
terbentuk. Untuk jenis garam ini baik kation maupun anion dapat bereaksi dengan air (ter
hidrolis), maka dapat dikatakan bahwa garam jenis ini mengalami hidrolis total.
Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl– adalah sebuah proton, dan perubahan antar
keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut hubungan konjugat, dan pasangan HCl
dan Cl– juga disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat.
Larutan dalam air ion CO3 2– bersifat basa. Dalam reaksi antara ion CO32– dan H2O, yang
pertama berperan sebagai basa dan yang kedua sebagai asam dan keduanya membentuk
pasangan asam basa konjugat.
H2O + CO32– → OH– + HCO3–
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagai asam atau basa. Air adalah zat
amfoter. Reaksi antara dua molekul air menghasilkan ion hidronium dan ion hidroksida
adalah contoh reaksi zat amfoter
H2O + H2O → OH– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Untuk menentukan pH larutan garam yang bersal dari Asam lemah dan Basa lemah, secara
kuantitaif sukar dikaitkan dengan harga Ka dan Kb maupun dengan konsentrat garamnya. pH
yang tepat hanya dapat ditentukan dengan cara pengukuran. Namun pH garam dapat
diperkirakan dengan menggunakan rumus
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal garam dapur yang biasa digunakan untuk bumbu
masak. Garam dapur merupakan salah contoh dari garam menurut ilmu kimia.
Seperti halnya asam dan basa, garam juga memiliki peranan yang sangat penting dalam
kehidupan.
C. ciri-ciri dari garam
1. Dalam bentuk leburan (cairan) atau lelehan dapat menghantarkan listrik
2. Sifat larutannya dapat berupa asam, basa, atau netral tergantung jenis asam (kuat
atau lemah) dan basa (kuat atau lemah) pembentuknya.
3. asam kuat dan basa kuat akan terbentuk garam yang bersifat netral
4. asam kuat dan basa lemah akan terbentuk garam yang bersifat asam
5. asam lemah dan basa kuat akan terbentuk garam yang bersifat basa

D. ASAM-BASA DAN GARAM


a. Teori Asam Basa
Menurut Arrhenius pada tahun 1903, asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan
ion hidrogen (atau ion hidronium, H3O+) sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion
hidronium (H3O+).

Basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida sehingga dapat
meningkatkan konsentrasi ion hidroksida.
Konsep asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan air, sehingga tidak dapat diterapkan
pada larutan non-air, fasa gas dan fasa padatan dimana tidak ada H+ dan OH-
.Teori BrΦnsted dan Lowry
Di tahun 1923, kimiawan Denmark Johannes Nicolaus BrΦnsted (1879-1947) dan
kimiawan Inggris Thomas Martin Lowry (1874-1936) secara independen mengusulkan teori
asam basa baru, yang ternyata lebih umum.
asam: zat yang mendonorkan proton (H+) pada zat lain
basa : zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain.
Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai reaksi asam basa,
yakni
HCl(g) + NH3(g) →NH4Cl(s)
simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen khlorida mendonorkan
proton pada amonia dan berperan sebagai asam.
Menurut teori BrΦnsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam maupun basa. Bila zat
tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan sebagai asam dan lawannya sebagai
basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah menerima proton, zat ini akan berperan sebagai
basa.
Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa.
HCl + H2O → Cl– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Basa konjugat dari suatu asam adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton pindah dari asam
tersebut.
Asam konjugat dari suatu basa adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton ditambahkan ke
basa tersebut.
Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl– adalah sebuah proton, dan perubahan antar
keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut hubungan konjugat, dan pasangan HCl
dan Cl– juga disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat.
Larutan dalam air ion CO3 2– bersifat basa. Dalam reaksi antara ion CO32– dan H2O, yang
pertama berperan sebagai basa dan yang kedua sebagai asam dan keduanya membentuk
pasangan asam basa konjugat.
H2O + CO32– → OH– + HCO3–
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagai asam atau basa. Air adalah zat
amfoter. Reaksi antara dua molekul air menghasilkan ion hidronium dan ion hidroksida adalah
contoh reaksi zat amfoter
H2O + H2O → OH– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Dari uraian di atas, salah satu ciri dari asam adalah senyawa yang berasa asam dan memerahkan
lakmus biru sedangkan basa adalah senyawa berasa pahit dan licin di kulit serta dapat
membirukan lakmus merah. Ciri tersebut belum dapat menjelaskan mengapa asam atau basa
dapat menghantarkan listrik atau dikenal dengan istilah elektrolit. Untuk itu, Svante August
Arrhenius mengajukan suatu konsep asam-basa yang di kenal sebagai teori asam-basa Arrhenius.
Asam adalah senyawa yang jika dilarutkan ke dalam air menghasilkan ion hidrogen (H+).
Semakin banyak ion H+, semakin kuat sifat asamnya. Dengan demikian, dikenal asam kuat dan
asam lemah. Asam kuat dalam air terionisasi sempurna (semua terurai menjadi ion), sedangkan
asam lemah terionisasi sebagian (tidak semua terurai menjadi ion). Perhatikan tabel berikut.
Dari uraian di atas, salah satu ciri dari asam adalah senyawa yang berasa asam dan memerahkan
lakmus biru sedangkan basa adalah senyawa berasa pahit dan licin di kulit serta dapat
membirukan lakmus merah. Ciri tersebut belum dapat menjelaskan mengapa asam atau basa
dapat menghantarkan listrik atau dikenal dengan istilah elektrolit. Untuk itu, Svante August
Arrhenius mengajukan suatu konsep asam-basa yang di kenal sebagai teori asam-basa Arrhenius.
Asam adalah senyawa yang jika dilarutkan ke dalam air menghasilkan ion hidrogen (H+).
Semakin banyak ion H+, semakin kuat sifat asamnya. Dengan demikian, dikenal asam kuat dan
asam lemah. Asam kuat dalam air terionisasi sempurna (semua terurai menjadi ion), sedangkan
asam lemah terionisasi sebagian (tidak semua terurai menjadi ion). Perhatikan tabel berikut.

Asam Kuat dan Reaksi Ionisasinya


Beberapa Asam Lemah dan Reaksi Ionisasinya
Basa adalah senyawa yang jika dilarutkan ke dalam air menghasilkan ion hidroksida (OH-).
Semakin banyak ion OH-, semakin kuat sifat basanya. Dengan demikian, dikenal basa kuat dan
basa lemah. Basa kuat dalam air terionisasi sempurna (semua terurai menjadi ion), sedangkan
basa lemah terionisasi sebagian (tidak semua terurai menjadi ion). Perhatikan tabel berikut.

Basa Kuat dan Reaksi Ionisasinya

Beberapa Basa Lemah dan Reaksi Ionisasinya

b. Tingkat Keasaman (pH)


Tingkat keasaman merupakan ukuran besar kecilnya pH yang menunjukkan skala keasaman
dan kebasaan suatu larutan, angkanya sekitar 0 sampai dengan 14 dengan ketentuan sebagai
berikut.
Larutan asam memiliki pH<7
Larutan basa memiliki pH>
Larutan netral memiliki pH=7

c. Macam-macam Indikator:
Indikator adalah bahan/alat yang digunakan untuk mengenali sifat suatu senyawa (asam, basa
atau netral).
a. Indikator alami
Indikator alami diperoleh dari bagian tumbuhan berwarna dapat berupa bunga,
daun, buah, biji, atau akarnya. Contohnya, kunir, bunga sepatu merah, kulit manggis, dan
lain-lain.
Misalkan kulit manggis, kulitnya digerus sampai halus kemudian dituangi pelarut
(alkohol) dan selanjutnya airnya dipisahkan melalui penyaringan. Ekstrak kulit manggis
tersebut di teteskan pada senyawa yang bersifat asam atau basa, contohnya adalah larutan
asam (HCl) atau basa (NaOH), maka:
 Pada larutan asam : terjadi perubahan warna dari ungu menjadi coklat kemerahan
 Pada larutan basa: terjadi perubahan warna dari ungu menjadi biru kehitaman

b. Indikator buatan
 Kertas lakmus
 Kertas indikator universal
 Larutan Beberapa Indikator Larutan dan Perubahan Warnanya pH meter/pH digital

E. Reaksi Asam, Basa, dan Garam


1. Logam + asam -------> gas hidrogen + garam
Contoh: besi + larutan asam asetat ----------> gas hidrogen + besi(II) asetat
Fe(s) +2CH3COOH ----------> H2(g) +Fe( CH3COO)2(aq)
2. Asam kuat + basa kuat ---------> garam (bersifat netral) + air
Contoh: Larutan asam klorida + larutan natrium hidroksida ---> larutan natrium klorida + air
HCl(aq) + NaOH(aq) ---> NaCl(aq) + H2O(l)
3. Asam lemah + basa kuat ---> garam (bersifat basa) + air
Contoh: Larutan asam phosfat + larutan natrium hidroksida --> larutan natrium phosfat + air
H3PO4(aq) + 3NaOH(aq) --> Na3PO4(aq) + 3H2O(l)

4. Basa lemah + asam kuat --> garam (bersifat asam) + air


Contoh: Larutan ammonium hidroksida + larutan asam sulfat --> larutan ammonium sulfat +
air
2NH4OH(aq) + H2SO4(aq) --> (NH4)2 SO4(aq) + 2H2O(l)

5. Oksida logam (oksida basa) + asam --> garam + air


Contoh: natrium oksida + larutan asam nitrat --> larutan natrium nitrat + air
Na2O(s) + HNO3(aq) ---> NaNO3(aq) + H2O(l)

6. Oksida nonlogam (oksida asam) + basa ---> garam + air


Contoh: gas karbon dioksida + larutan kalsium hidroksida --> endapan kalsium karbonat + air
CO2(g) + Ca(OH)2(aq) ---> CaCO3(s) + H2O(l)

F. Kekuatan Asam, Basa dan garam


Pada dasarnya skala/tingkat keasaman suatu larutan bergantung pada konsentrasi ion H+
dalam larutan. Makin besar konsentrasi ion H+ makin asam larutan tersebut. Umumnya
konsentrasi ion H+ sangat kecil, sehingga untuk menyederhanakan penulisan, seorang kimiawan
dari Denmark bernama Sorrensen mengusulkan konsep pH untuk menyatakan konsentrasi ion
H+. Nilai pH sama dengan negatif logaritma konsentrasi ion H+ dan secara matematika
diungkapkan dengan persamaan :

G. Derajat keasaman
Untuk air murni pada temperatur 25 °C :
[H+] = [OH-] = 10-7 mol/L
Sehingga pH air murni = – log 10-7 = 7.
Jika pH = 7, maka larutan bersifat netral
Jika pH < 7, maka larutan bersifat asam
Jika pH > 7, maka larutan bersifat basa
Pada temperatur kamar : pKw = pH + pOH = 14
a) Asam Kuat
Disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Untuk
menyatakan derajat keasamannya, dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asamnya dengan
melihat valensinya.

b) Asam Lemah
Disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya, α ≠ 1,
(0 < α < 1). Penentuan besarnya derajat keasaman tidak dapat ditentukan langsung dari
konsentrasi asam lemahnya (seperti halnya asam kuat). Penghitungan derajat keasaman
dilakukan dengan menghitung konsentrasi [H+] terlebih dahulu dengan rumus :

di mana, Ca = konsentrasi asam lemah


Ka = tetapan ionisasi asam lemah

c) Basa Kuat
Disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Pada
penentuan derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai pOH dari konsentrasi
basanya.

d) Basa lemah
Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya, α ≠ 1,
(0 < α < 1). Penentuan besarnya konsentrasi OH- tidak dapat ditentukan langsung dari
konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat), akan tetapi harus dihitung dengan
menggunakan rumus :

di mana, Cb = konsentrasi basa lemah


Kb = tetapan ionisasi basa lemah

H. PEMBEDAAN ASAM DAN BASA


Asam dan Basa dapat Dibedakan dari Rasa dan Sentuhan
Asam mempunyai rasa masam. Rasa masam yang kita kenal misalnya pada beberapa jenis
makanan seperti jeruk, jus lemon, tomat, cuka, minuman ringan (soft drink) dan beberapa produk
seperti sabun yang mengandung belerang dan air accu (Gambar 13). Sebaliknya, basa
mempunyai rasa pahit. Tetapi, rasa sebaiknya jangan digunakan untuk menguji adanya asam dan
basa, karena beberapa asam dan basa dapat mengakibatkan luka bakar dan merusak jaringan.

Seperti halnya rasa, sentuhan bukan merupakan cara yang aman untuk menguji basa, meskipun
kita telah terbiasa dengan sentuhan sabun saat mandi atau mencuci. Basa (seperti sabun) bersifat
alkali, bereaksi dengan protein di dalam kulit sehingga sel-sel kulit akan mengalami pergantian.
Reaksi ini merupakan bagian dari rasa licin yang diberikan oleh sabun, yang sama halnya dengan
proses pembersihan dari produk pembersih saluran.

I. Asam dan Basa dalam Kehidupan


Beberapa Asam dan Basa Yang Telah Dikenal

Asam merupakan kebutuhan industri yang vital. Empat macam asam yang paling penting dalam
industri adalah asam sulfat, asam fosfat, asam nitrat dan asam klorida. Asam sulfat (H2SO4)
merupakan cairan kental menyerupai oli. Umumnya asam sulfat digunakan dalam pembuatan
pupuk, pengilangan minyak, pabrik baja, pabrik plastik, obat-obatan, pewarna, dan untuk
pembuatan asam lainnya. Asam fosfat (H3PO4) digunakan untuk pembuatan pupuk dan deterjen.
Namun, sangat disayangkan bahwa fosfat dapat menyebabkan masalah pencemaran di danau-
danau dan aliran sungai.
Asam nitrat (HNO3) banyak digunakan untuk pembuatan bahan peledak dan pupuk. Asam nitrat
pekat merupakan cairan tidak berwarna yang dapat mengakibatkan luka bakar pada kulit
manusia. Asam klorida (HCl) adalah gas yang tidak berwarna yang dilarutkan dalam air. Asap
HCl dan ion-ionnya yang terbentuk dalam larutan, keduanya berbahaya bagi jaringan tubuh
manusia.
Dalam keadaan murni, pada umumnya basa berupa kristal padat. Beberapa produk rumah tangga
yang mengandung basa, antara lain deodorant, antasid, dan sabun. Basa yang digunakan secara
luas adalah kalsium hidroksida, Ca(OH)2 yang umumnya disebut soda kaustik suatu basa yang
berupa tepung kristal putih yang mudah larut dalam air. Basa yang paling banyak digunakan
adalah amoniak. Amoniak merupakan gas tidak berwarna.
dengan bau yang sangat menyengat, sehingga sangat mengganggu saluran pernafasan dan paru-
paru bila gas terhirup. Amoniak digunakan sebagai pupuk, serta bahan pembuatan rayon, nilon
dan asam nitrat.
J. PH KELARUTAN ASAM & BASA

Indikator Universal
Ungu tua pH 14
Ungu kurang tua pH 13
Ungu muda pH 12
Ungu lebih muda pH 11
Ungu sangat muda pH 10
Indigo pH 9
Biru pH 8
Hijau pH 7
Kuning pH 6
Jingga pH 5
Merah sangat muda pH 4
Merah lebih muda pH 3
Merah pH 2
Merah agak tua pH 1

Dalam air murni harga [H+] sama dengan [OH-] yaitu 10-7, harga pH asam dan basa mulai
dari 1 sampai 14. Untuk meyederhanakan penulisan seorang ahli kimia Denmark, S.P.L
Sorensen (1868 – 1939) pada tahun 1909 menggunakan skala untuk menyatakan konsentrasi H+
suatu larutan. Skala tersebut diberi nama skala pH. Nilai pH sama dengan negatif Logaritma
konsentrasi Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai reaksi
asam basa, yakni
HCl(g) + NH3(g) →NH4Cl(s)
simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen khlorida mendonorkan
proton pada amonia dan berperan sebagai asam. Menurut teori BrΦnsted dan Lowry, zat dapat
berperan baik sebagai asam maupun basa. Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini
akan berperan sebagai asam dan lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah
menerima proton, zat ini akan berperan sebagai basa.
Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa.
HCl + H2O → Cl– + H3O+ asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Basa konjugat dari suatu asam adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton pindah dari asam
tersebut.
Asam konjugat dari suatu basa adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton ditambahkan ke
basa tersebut.
Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl– adalah sebuah proton, dan perubahan antar
keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut hubungan konjugat, dan pasangan HCl
dan Cl– juga disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat. Larutan dalam air ion CO3 2– bersifat
basa. Dalam reaksi antara ion CO32– dan H2O, yang pertama berperan sebagai basa dan yang
kedua sebagai asam dan keduanya membentuk pasangan asam basa konjugat.
H2O + CO32– → OH– + HCO3–
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagai asam atau basa. Air adalah zat
amfoter. Reaksi antara dua molekul air menghasilkan ion hidronium dan ion hidroksida
adalah contoh reaksi zat amfoter
H2O + H2O → OH– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Larutan asam memiliki pH kurang dari 7
Larutan basa memiliki pH lebih dari 7
Larutan Netral pH = 7
pH dapat ditentukan dengan menggunakan indicator universal atau dengan pH meter. Batas-
batas pH ketika indicator mengalami perubahan warna disebut Trayek Perubahan Warna.
Trayek Perubahan Warna warna lakmus adalah 5,5 – 8,8.

K. Indikator Asam Basa


Zat yang bersifat asam basa banyak terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Yaitu :
 Asam Sitrat
 Vitamin C tidak lain dari asam Askorbat
 Asam Asesat yaitu cuka
 Asam karonat memberikan rasa segar dalam minuman ringan.
 Asam Sulfat untuk akumular
 Contoh Basa :
 Amoniak untuk pelarut disinfektan
 Soda api (natrium Hidroksida) untuk membersihkan cairan bak cuci
 Alumunium Hidrosida dan Magnesium Hidrosida untuk membuat obat nyeri lambung
 Sifat-sifat Asam :
 Rasanya asam
 Korosif (bersifat merusak)
 Merubah warna lakmus biru menjadi merah
 Sifat-sifat Basa :
 Rasanya pahit
 Kaustik (bersifat licin)
 Merubah warna lakmus merah menjadi biru
Tabel Indikator untuk menunjukan Asam dan Basa
Warna dalam Larutan
Nama Indikator
Asam Basa
Lakmus Merah Merah Biru
Lakmus Biru Merah Biru
Fenolftalein Tidak berwarna Merah
Fenol Merah Kuning Merah
Metil Merah Merah Kuning
Metil Kuning Merah Kuning
Metil Jingga Merah Jingga Kuning
Asam Kuat atau Basa Kuat : asam atau basa yang dalam air sebagian besar atau seluruh
molekulnya terurai menjadi ion-ion

L. KEMBANG SEPATU SEBAGAI PENENTU ASAM BASA


Bahan
1. Kembang Sepatu
2. Alkohol
3. Saringan
4. Asam Sitrat
5. Soda Kue
6. Air
7. Botol Plastik
8. Pipet
Langkah percobaan
A. Pembuatan Larutan Kembang Sepatu
1. Potong kecil-kecil kembang sepatu,
2. Tuang alkohol sampai kembang sepatu terendam semua,
3. Biarkan selama 30 menit, lalu saring.
B. Pemeriksaan Asam Basa
1. Satu sendok asam sitrat dilarutkan dalam setengah gelas air. Tuang ke
dalam botol plastik, beri tanda A,
2. Satu sendok soda kue dilarutkan dalam setengah gelas air. Tuang ke dalam
botol plastik, beri tanda B,
3. Tuang air ke dalam botol plastik, beri tanda C,
4. Teteskan masing-masing 10 tetes larutan kembang sepatu ke dalam botol
A, B, dan C,
5. Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
Hasil Pengamatan
 Warna larutan kembang sepatu adalah merah keungu-unguan.
 Warna larutan hijau menunjukkan adanya alkali. Amoniak adalah alkali (basa)
yaitu unsur logam yang bergabung dengan hidroksida. Amoniak adalah racun bila di
minum. Larutan asam dapat menetralkan racun itu.

Kesimpulan
Larutan kembang sepatu dapat digunakan untuk menentukan asam basa. Kalau ditambahkan ke
alrutan asam sitrat (asam) warnanya merah cerah. Kalau ditambahkan ke larutan soda kue (basa)
warnanya mula-mula hijau, lalu berubah menjadi ungu.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asam basa dan garam mempunyai peran sangat penting dalam kelangsungan hidup
Kekurangan atau kelebihan asam basa dan garam dapat menyebabkan penyakit. Asam basa dan
garaml merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping
karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu.
garam merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian pengendalian komposisi garam
tubuh 5%.Untuk pemeliharaan fungsi tubuh, manusia memerlukan garam dalam jumlah tertentu.
garam yang dibutuhkan tubuh hingga saat ini dikenal dengan nama mineral makro dan mineral
mikro.Intake (asupan) makanan sehari-hari, membantu manusia mendapatkan zat yang
diperlukan tubuh. Dinamakan mineral mikro, karena tubuh hanya memerlukan dalam jumlah
kurang dari 100 mg saja.Jumlah yang memang sangat kecil, tapi sudah mencukupi bagi tubuh .
garam yaitu mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk
membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh
terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro.

B. Saran
1. Bagi seluruh mahasiswa untuk terus menambah wawasan pengetahuan mengenai asam basa dan
garam.
2. Sebagai manusia, kita bukan perlu menjaga keseimbangan asupan nutrisi dan selalu menjaga
kesehatan. Tetapi juga harus mengetahui apa yang di perlukan tubuh.
3. garam walaupun sedikit asupannya bagi tubuh,tetapi perlu terus di jaga agar tubuh tidak
mengalami defisiensi mineral.
4. Semoga dengan adanya Makalah ini baik penyusun maupun pembaca dapat memahami akan
pentingnya asam basa dan garam dalam kehiduan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai