PEMBAHASAN
A. ASAM
a) Sejarah
Sekitar tahun 1800, banyak kimiawan Prancis termasuk Antoine Lavoisier secara keliru
berkeyakinan bahwa semua asam mengandung oksigen. Lavoisier mendefinisikan asam sebagai
zat mengandung oksigen karena pengetahuannya akan asam kuat hanya terbatas pada asam-asam
okso dan karena is tidak mengetahui komposisi sesungguhnya dari asamasam halida, HCI, HBr,
dan HI.
Lavoisier-lah yang memberi nama oksigen dari dua kata bahasa Yunani yaitu oxus (asam)
dan gennan (menghasilkan) yang berarti “penghasil/pembentuk asam”. Setelah unsur klorin,
bromin, dan iodin teridentifikasi dan ketiadaan oksigen dalam asam – asam halida ditemukan
oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1810, definisi oleh Lavoisier tersebut kemudian
ditinggalkan. Kimiawan Inggris pada waktu itu, termasuk Humphry Davy berkeyakinan bahwa
semua asam mengandung hidrogen. Setelah itu pada tahun 1884, ahli kimia Swedia yang
bernama Svante August Arrhenius dengan menggunakan landasan ini, mengemukakan teori ion
dan kemudian merumuskan pengertian asam.
Basa dapat dikatakan sebagai lawan dari asam. Jika asam dicampur dengan basa, maka kedua zat
itu saling menetralkan sehingga sifat asam dan basa dihilangkan.
b. Pengertian asam
Asam itu asal ya dari bahasa latin, yaitu denfan ktaacidus yang artinya masam. Asam
menurut Arrhenius adalah senyawa yang menghasilkan ion hidrogen ketika larut dalam pelarut
air. Kekuatan asam ditentukan oleh banyak-sedikitnya ion hidrogen yang dihasilkan. Semakin
banyak ion H+ yang dihasilkan, semakin kuat sifat asam.
Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum merupakan senyawa
kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7.
Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat
lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu
asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. Contoh asam
adalah asam asetat (ditemukan dalam cuka) dan asam sulfat (digunakan dalam baterai
atau aki mobil). Asam umumnya berasa masam; walaupun demikian, mencicipi rasa asam,
terutama asam pekat, dapat berbahaya dan tidak dianjurkan.
c. Berbagai definisi asam
Istilah "asam" merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal yang sama
dalam bahasa-bahasa Eropa seperti acid (bahasa Inggris), zuur (bahasa Belanda),
atau Säure (bahasa Jerman) yang secara harfiah berhubungan dengan rasa masam. Dalam kimia,
istilah asam memiliki arti yang lebih khusus. Terdapat tiga definisi asam yang umum diterima
dalam kimia, yaitu definisi Arrhenius, Bronsted-Lowry dan Lewis.
Arrhenius: Menurut definisi ini, asam adalah suatu zat yang meningkatkan konsentrasi ion
hidronium (H3O+) ketika dilarutkan dalam air. Definisi yang pertama kali dikemukakan
oleh Svante Arrhenius ini membatasi asam dan basa untuk zat-zat yang dapat larut dalam air.
Menurut Svante Arrhenius : asam adalah zat yang dalam air dapat melepaskan ion [H+]. Asam
merupakan senyawa yang dapat menghasilkan ion Hidrogen [H+], larutan asam mempunyai rasa
asam dan bersifat korosif.
Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum merupakan senyawa
kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7.
Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat
lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu
asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. Contoh asam
adalah asam asetat (ditemukan dalam cuka) dan asam sulfat (digunakan dalam baterai
atau aki mobil). Asam umumnya berasa masam; walaupun demikian, mencicipi rasa asam,
terutama asam pekat, dapat berbahaya dan tidak dianjurkan. Brønsted-Lowry: Menurut definisi
ini, asam adalah pemberi proton kepada basa. Asam dan basa bersangkutan disebut sebagai
pasangan asam-basa konjugat. Brønsted dan Lowry secara terpisah mengemukakan definisi ini,
yang mencakup zat-zat yang tak larut dalam air (tidak seperti pada definisi Arrhenius).
Lewis: Menurut definisi ini, asam adalah penerima pasangan elektron dari basa. Definisi yang
dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat mencakup asam yang tak mengandung hidrogen
atau proton yang dapat dipindahkan, seperti besi(III) klorida. Definisi Lewis dapat pula
dijelaskan dengan teori orbital molekul. Secara umum, suatu asam dapat menerima pasangan
elektron pada orbital kosongnya yang paling rendah (LUMO) dari orbital terisi yang tertinggi
(HOMO) dari suatu basa. Jadi, HOMO dari basa dan LUMO dari asam bergabung
membentuk orbital molekul ikatan.
Walaupun bukan merupakan teori yang paling luas cakupannya, definisi Brønsted-Lowry
merupakan definisi yang paling umum digunakan. Dalam definisi ini, keasaman suatu senyawa
ditentukan oleh kestabilan ion hidronium dan basa konjugat terlarutnya ketika senyawa tersebut
telah memberi proton ke dalam larutan tempat asam itu berada. Stabilitas basa konjugat yang
lebih tinggi menunjukkan keasaman senyawa bersangkutan yang lebih tinggi.
Sistem asam/basa; tak ada perubahan bilangan oksidasi dalam reaksi asam-basa.
Istilah "asam" merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal yang sama dalam
bahasa-bahasa Eropa seperti acid (bahasa Inggris), zuur (bahasa Belanda), atau Säure (bahasa
Jerman) yang secara harfiah berhubungan dengan rasa masam. Dalam kimia, istilah asam
memiliki arti yang lebih khusus. Terdapat tiga definisi asam yang umum diterima dalam kimia,
yaitu definisi Arrhenius, Bronsted-Lowry dan Lewis.
Menurut definisi ini, asam adalah suatu zat yang meningkatkan konsentrasi ion hidronium
(H3O+) ketika dilarutkan dalam air. Definisi yang pertama kali dikemukakan oleh Svante
Arrhenius ini membatasi asam dan basa untuk zat-zat yang dapat larut dalam air. Menurut Svante
Arrhenius : asam adalah zat yang dalam air dapat melepaskan ion [H +]. Asam merupakan
senyawa yang dapat menghasilkan ion Hidrogen [H+], larutan asam mempunyai rasa asam dan
bersifat korosif.
Brønsted-Lowry: Menurut definisi ini, asam adalah pemberi proton kepada basa. Asam dan
basa bersangkutan disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat. Brønsted dan Lowry secara
terpisah mengemukakan definisi ini, yang mencakup zat-zat yang tak larut dalam air (tidak
seperti pada definisi Arrhenius).
Lewis: Menurut definisi ini, asam adalah penerima pasangan elektron dari basa. Definisi yang
dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat mencakup asam yang tak mengandung hidrogen
atau proton yang dapat dipindahkan, seperti besi(III) klorida. Definisi Lewis dapat pula
dijelaskan dengan teori orbital molekul. Secara umum, suatu asam dapat menerima pasangan
elektron pada orbital kosongnya yang paling rendah (LUMO) dari orbital terisi yang tertinggi
(HOMO) dari suatu basa. Jadi, HOMO dari basa dan LUMO dari asam bergabung
membentuk orbital molekul ikatan. senyawa tersebut telah memberi proton ke dalam larutan
tempat asam itu berada. Stabilitas basa konjugat yang lebih tinggi menunjukkan keasaman
senyawa bersangkutan yang lebih tinggi.
e. Sifat-sifat asam
Secara umum, asam memiliki sifat sebagai berikut:
Rasa: masam ketika dilarutkan dalam air.
Sentuhan: asam terasa menyengat bila disentuh, terutama bila asamnya asam kuat.
Kereaktifan: asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap
logam.
Hantaran listrik: asam, walaupun tidak selalu ionik, merupakan elektrolit.
j. Contoh asam
Informasi
Asam etanoat
Nama sistematis
Asam asetat
Asam metanakarboksilat
Asetil hidroksida (AcOH)
Nama alternative
Hidrogen asetat (HAc)
Asam cuka
Rumus molekul CH3COOH
Massa molar 60.05 g/mol
1.049 g cm−3, cairan
Densitas dan fase
1.266 g cm−3, padatan
Titik lebur 16.5 °C (289.6 ± 0.5 K) (61.6 °F)[1]
Titik didih 118.1 °C (391.2 ± 0.6 K) (244.5 °F)[1]
Penampilan Cairan tak berwarna atau Kristal
Keasaman (pKa) 4.76 pada 25°C
b. Sejarah
Cuka telah dikenal manusia sejak dahulu kala. Cuka dihasilkan oleh
berbagai bakteria penghasil asam asetat, dan asam asetat merupakan hasil samping dari
pembuatan bir atau anggur.
Penggunaan asam asetat sebagai pereaksi kimia juga sudah dimulai sejak lama. Pada abat
ke-3 Sebelum Masehi, Filsuf Yunani kuno Theophrastos menjelaskan bahwa cuka bereaksi
dengan logam-logam membentuk berbagai zat warna, misalnya timbal putih (timbal karbonat),
dan verdigris, yaitu suatu zat hijau campuran dari garam-garam tembaga dan
mengandung tembaga (II) asetat. Bangsa Romawi menghasilkan sapa, sebuah sirup yang amat
manis, dengan mendidihkan anggur yang sudah asam. Sapa mengandung timbal asetat, suatu zat
manis yang disebut juga gula timbal dan gula Saturnus. Akhirnya hal ini berlanjut kepada
peracunan dengan timbal yang dilakukan oleh para pejabat Romawi.
Pada abad ke-8, ilmuwan Persia Jabir ibn Hayyan menghasilkan asam asetat pekat dari
cuka melalui distilasi. Pada masa renaisans, asam asetat glasial dihasilkan dari distilasi
kering logam asetat. Pada abad ke-16 ahli alkimia Jerman Andreas Libavius menjelaskan
prosedur tersebut, dan membandingkan asam asetat glasial yang dihasilkan terhadap cuka.
Ternyata asam asetat glasial memiliki banyak perbedaan sifat dengan larutan asam asetat dalam
air, sehingga banyak ahli kimia yang mempercayai bahwa keduanya sebenarnya adalah dua zat
yang berbeda. Ahli kimia Prancis Pierre Adet akhirnya membuktikan bahwa kedua zat ini
sebenarnya sama.
Pada 1847 kimiawan Jerman Hermann Kolbe mensintesis asam asetat dari
zat anorganik untuk pertama kalinya. Reaksi kimia yang dilakukan adalah klorinasi karbon
disulfida menjadi karbon tetraklorida, diikuti dengan pirolisis menjadi tetrakloroetilena dan
klorinasi dalam air menjadi asam trikloroasetat, dan
akhirnya reduksi melalui elektrolisis menjadi asam asetat.
Sejak 1910 kebanyakan asam asetat dihasilkan dari cairan piroligneous yang diperoleh
dari distilasi kayu. Cairan ini direaksikan dengan kalsium hidroksida menghasilkan kalsium
asetat yang kemudian diasamkan dengan asam sulfat menghasilkan asam asetat.
c. Sifat-sifat kimia
1. Keasaman
Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam karboksilat seperti
asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan sifat asam.
Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4.8. Basa konjugasinya
adalah asetat (CH3COO−). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama dengan
konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4
2. Dimer siklis
Dimer siklis dari asam asetat, garis putus-putus melambangkan ikatan hidrogen.
Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam asetat
berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen.
Dimer juga dapat dideteksi pada uap bersuhu 120 °C. Dimer juga terjadi pada larutan
encer di dalam pelarut tak-berikatan-hidrogen, dan kadang-kadang pada cairan asam
asetat murni.
Dimer dirusak dengan adanya pelarut berikatan hidrogen (misalnya air). Entalpi
disosiasi dimer tersebut diperkirakan 65.0–66.0 kJ/mol, entropi disosiasi sekitar 154–157
J mol–1 K–1. Sifat dimerisasi ini juga dimiliki oleh asam karboksilat sederhana lainnya.
3. Sebagai Pelarut
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol.
Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6.2, sehingga ia bisa melarutkan
baik senyawa polar seperi garam anorganik dan gula maupun senyawa non-polar seperti minyak
dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. Asam asetat bercambur dengan mudah
dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan
dan kemudahan bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam
industri kimia.
d. Reaksi-reaksi kimia
Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium, dan seng,
membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat). Logam asetat juga
dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa yang cocok. Contoh yang terkenal
adalah reaksi soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hapir semua garam asetat
larut dengan baik dalam air. Salah satu pengecualian adalah kromium (II) asetat. Contoh reaksi
pembentukan garam asetat:
Mg(s) + 2 CH3COOH(aq) → (CH3COO)2Mg(aq) + H2(g)
NaHCO3(s) + CH3COOH(aq) → CH3COONa(aq) + CO2(g) + H2O
Aluminium merupakan logam yang tahan terhadap korosi karena dapat membentuk
lapisan aluminium oksida yang melindungi permukaannya. Karena itu, biasanya asam asetat
diangkut dengan tangki-tangki aluminium.
h. Produksi
Pabrik pemurnian asam asetat di tahun 1884Asam asetat diproduksi
secara sintetis maupun secara alami melalui fermentasi bakteri. Sekarang hanya 10% dari
produksi asam asetat dihasilkan melalui jalur alami, namun kebanyakan hukum yang mengatur
bahwa asam asetat yang terdapat dalam cuka haruslah berasal dari proses biologis. Dari asam
asetat yang diproduksi oleh industri kimia, 75% diantaranya diproduksi melalui
karbonilasi metanol. Sisanya dihasilkan melalui metode-metode alternatif.[6]
Produksi total asam asetat dunia diperkirakan 5 Mt/a (juta ton per tahun), setengahnya
diproduksi di Amerika Serikat. Eropa memproduksi sekitar 1 Mt/a dan terus menurun,
sedangkan Jepang memproduksi sekitar 0.7 Mt/a. 1.51 Mt/a dihasilkan melalui daur ulang,
sehingga total pasar asam asetat mencapai 6.51 Mt/a.[7][8] Perusahan produser asam asetat
terbesar adalah Celanese dan BP Chemicals. Produsen lainnya adalah Millenium
Chemicals, Sterling Chemicals, Samsung, Eastman, dan Svensk Etanolkemi.
i. Karbonilasi methanol
Kebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui karbonilasi. Dalam reaksi
ini, metanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat
CH3OH + CO → CH3COOH
Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu sendiri terjadi dalam tiga
tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua.
(1) CH3OH + HI → CH3I + H2O
(2) CH3I + CO → CH3COI
(3) CH3COI + H2O → CH3COOH + HI
Jika kondisi reaksi diatas diatur sedemikian rupa, proses tersebut juga dapat
menghasilkan anhidrida asetat sebagai hasil tambahan. Karbonilasi metanol sejak lama
merupakan metode paling menjanjikan dalam produksi asam asetat karena baik metanol maupun
karbon monoksida merupakan bahan mentah komoditi. Henry Dreyfus mengembangkan cikal
bakal pabrik karbonilasi metanol pada perusahaan Celanese di tahun 1925. Namun, kurangnya
bahan-bahan praktis yang dapat diisi bahan-bahan korosif dari reaksi ini pada tekanan yang
dibutuhkan yaitu 200 atm menyebabkan metoda ini ditinggalkan untuk tujuan komersial. Baru
pada 1963 pabrik komersial pertama yang menggunakan karbonilasi metanol didirikan oleh
perusahaan kimia Jerman, BASF dengan katalis kobalt (Co). Pada 1968, ditemukan katalis
kompleks Rhodium, cis−[Rh(CO)2I2]− yang dapat beroperasi dengan optimal pada tekanan
rendah tanpa produk sampingan. Pabrik pertama yang menggunakan katalis tersebut adalah
perusahan kimia AS Monsanto pada 1970, dan metode karbonilasi metanol berkatalis Rhodium
dinamakan proses Monsanto dan menjadi metode produksi asam asetat paling dominan. Pada
akhir 1990'an, perusahan petrokimia British Petroleum mengkomersialisasi katalis Cativa
([Ir(CO)2I2]−) yang didukung oleh ruthenium. Proses berbasis iridium ini lebih efisien dan lebih
"hijau" dari metode sebelumnya, sehingga menggantikan proses Monsanto.
j. Oksidasi asetaldehida
Sebelum komersialisasi proses Monsanto, kebanyakan asam asetat diproduksi
melalui oksidasi asetaldehida. Sekarang oksidasi asetaldehida merupakan metoda produksi asam
asetat kedua terpenting, sekalipun tidak kompetitif bila dibandingkan dengan metode karbonilasi
metanol. Asetaldehida yang digunakan dihasilkan melalui oksidasi butana atau nafta ringan, atau
hidrasi dari etilena. Saat butena atau nafta ringan dipanaskan bersama udara disertai dengan
beberapa ion logam, termasuk ion mangan, kobalt dan kromium, terbentuk peroksida yang
selanjutnya terurai menjadi asam asetat sesuai dengan persamaan reaksi dibawah ini.
C4H10 + 5 O2 → 4 CH3COOH + 2 H2O
Umumnya reaksi ini dijalankan pada temperatur dan tekanan sedemikian rupa sehingga
tercapai suhu setinggi mungkin namut butana masih berwujud cair. Kondisi reaksi pada
umumnya sekitar 150 °C and 55 atm. Produk sampingan seperti butanon, etil asetat, asam
format dan asam propionat juga mungkin terbentuk. Produk sampingan ini juga bernilai
komersial dan jika diinginkan kondisi reaksi dapat diubah untuk menghasilkan lebih banyak
produk samping, namun pemisahannya dari asam asetat menjadi kendala karena membutuhkan
biaya lebih banyak lagi.
Melalui kondisi dan katalis yang sama asetaldehida dapat dioksidasi
oleh oksigen udara menghasilkan asam asetat.
CH3CHO + O2 → 2 CH3COOH
Dengan menggunakan katalis modern, reaksi ini dapat memiliki rasio hasil (yield) lebih
besar dari 95%. Produk samping utamanya adalah etil asetat, asam format dan formaldehida,
semuanya memiliki titik didih yang lebih rendah daripada asam asetat sehingga dapat dipisahkan
dengan mudah melalui distilasi.
k. Penggunaan
Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai senyawa kimia.
Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai bahan untuk
memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM). Selain itu asam asetat juga
digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester. Penggunaan asam asetat lainnya,
termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil.
l. Keamanan
Asam asetat pekat bersifat korosif dan karena itu harus digunakan dengan penuh hati-
hati. Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata permanen, serta iritasi
pada membran mukosa. Luka bakar atau lepuhan bisa jadi tidak terlihat hingga beberapa jam
setelah kontak. Sarung tangan latex tidak melindungi dari asam asetat, sehingga dalam
menangani senyawa ini perlu digunakan sarung tangan berbahan karet nitril. Asam asetat pekat
juga dapat terbakar di laboratorium, namun dengan sulit. Ia menjadi mudah terbakar jika suhu
ruang melebihi 39 °C (102 °F), dan dapat membentuk campuran yang mudah meledak di udara
(ambang ledakan: 5.4%-16%).
Konsentrasi
Molaritas Klasifikasi Frase-R
berdasar berat
Larutan asam asetat dengan konsentrasi lebih dari 25% harus ditangani di sungkup asap (fume
hood) karena uapnya yang korosif dan berbau. Asam asetat encer, seperti pada cuka, tidak
berbahaya. Namun konsumsi asam asetat yang lebih pekat adalah berbahaya bagi manusia
maupun hewan. Hal itu dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan, dan perubahan
yang mematikan pada keasaman darah.
B. BASA
a) Pengertian
Basa menurut Arrhenius ialah senyawa yang terlarut dalam air yang sudah menghasilkan
ion hidroksida (OH). Semakin banyaknya jumlah ion OH yang dihasilkan, maka semakin kuat
lah sifat basanya. Basa juga dapat menetralisasikan asam (H+) dan menghasilkan air (H20).
b) Definisi basa
devinisiumum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika
dilarutkan dalam air.
Menurut Svante Arrhenius : Basa merupakan suatu senyawa yang dapat menghasilkan ion
Hidroksida [OH], bila dilarutkan dalam air mempunyai rasa pahit dan bersifat kaustik.
Basa adalah lawan (dual) dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/senyawa kimia yang
memiliki pH lebih dari 7. Kostik merupakan istilah yang digunakan untuk basa kuat. jadi kita
menggunakan nama kostik soda untuk natrium hidroksida (NaOH) dan kostik postas untuk
kalium hidroksida (KOH). Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah. Kekuatan basa
sangat tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam larutan dan
konsentrasi larutan basa tersebut.
Reaksi: Kalsium Hidroksida + Asam Sulfat ————> Kalsium Sulfat + Air
Ca(OH)2 (aq) + H2SO4 ————> CaSO4(aq) + 2H2O
c) Teori Dasar
Svante August Arrhenius pada tahun 1887 menyatakan bahwa : “ Molekul-molekul elektrolit
selalu menghasilkan ion-ion negatif dan positif jika dilarutkan dalam air “
Selanjutnya pada tahun 1900 Svante Arrhenius mengemukakan teori yang dikenal samapi
sekarang yaitu Teori Asam Basa Arrhenius. “Basa merupakan suatu senyawa yang dapat
memberikan ion Hidroksida (OH) bila dilarutkan dalam air.
Pada kimia modern basa dapat menghasilkan ion Hidroksida (OH-) dengan 2 cara :
1. Senyawa Basa dalam pelarut air menghasilkan ion Hidroksida (OH-) secara langsung.
NaOH Na+ + OH-
2. Senyawa Basa yang bereaksi dengan air menghasilkan ion Hidroksida (OH-).
NH3 + H2O NH4+ + OH-
Untuk menunjukan sifat basa, larutan NH3 sering ditulis NH4OH.Jumlah ion (OH-) yang dapat
menghasilkan oleh suatu molekul basa disebut Valensi Biasa.
d) Contoh basa
No Nama basa Terdapat dalam
1. Aluminium hidroksida Deodoran dan antasida
2. Kalsium hidroksida Mortar dan plester
3. Magnesium hidroksida Obat urus-urus dan antasida
4. Natrium hidroksida Bahan sabun
e. Karakteristik basa
Suatu zat dapat dikatakan basa jika zat tersebut punya sifat sebagai berikut.
Rasanya itu Pahit dan terasa licin pada kulit.
Apabila dilarutkan dalam air zat tersebut akan akan menghasilkan ion OH”.
Memiliki pH di atas 7 (pH > 7).
Bersifat elektrolit.
Jika diuji menggunakan kertas lakmus akan memberikan hasil sebagai berikut.
o Lakmus merah -> berubah warnanya menjadi biru.
Lakmus biru -> tetap berwarna biru
Menetralkan sifat asam.
f. Pengelompokan basa
Berdasarkan kemampuan melepaskan ion OH”, basa dapat terbagi menjadi 2 yaitu :
Basa kuat,
yaitu basa yang bisa menghasilkan ion OH dalam jumlah yang besar. Basa kuat
biasanya disebut dengan istilah kausatik. Contohnya kayak Natrium hidroksida, Kalium
hidroksida, dan Kalsium hidroksida.
Basa lemah,
yaitu basa yang bisa menghasilkan ion OH” dalam jumlah kecil.Contohnya kayak
ammonia.
h. Ciri-Ciri Basa
a. Pahit dan licin di kulit
b. Mempunyai pH lebih dari 7
c. Mengubah warna lakmus merah menjadi biru
d. Dapat menghantarkan listrik (termasuk larutan elektrolit)
e. Dapat menetralkan sifat asam
f. Bersifat kausatik atau dapat merusak kulit
Sabun merupakan salah satu contoh zat yang bersifat basa
i. Peranan Basa dalam Kehidupan
Beberapa Basa dan Fungsinya
C. GARAM
a. Pengertian
Natrium klorida (NaCl) adalah bahan utama garam dapurDalam ilmu kimia, garam
adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga
membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari
hasil reaksi asam dan basa. Natrium klorida (NaCl), bahan utama garam dapur adalah suatu
garam. Larutan garam dalam air merupakan larutan elektrolit, yaitu larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik. Cairan dalam tubuh makhluk hidup mengandung larutan garam,
misalnya sitoplasma dan darah.
Garam juga bisa berarti:
Garam dapur, digunakan sebagai bumbu dan pengawet makanan
Natrium klorida, bahan baku utama garam dapur
Garam (kriptografi), vektor inisialisasi sandi rahasia blok
Bisa juga merujuk pada tiap arti ganda penggaraman
Basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida sehingga dapat
meningkatkan konsentrasi ion hidroksida.
Konsep asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan air, sehingga tidak dapat diterapkan
pada larutan non-air, fasa gas dan fasa padatan dimana tidak ada H+ dan OH-
.Teori BrΦnsted dan Lowry
Di tahun 1923, kimiawan Denmark Johannes Nicolaus BrΦnsted (1879-1947) dan
kimiawan Inggris Thomas Martin Lowry (1874-1936) secara independen mengusulkan teori
asam basa baru, yang ternyata lebih umum.
asam: zat yang mendonorkan proton (H+) pada zat lain
basa : zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain.
Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai reaksi asam basa,
yakni
HCl(g) + NH3(g) →NH4Cl(s)
simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen khlorida mendonorkan
proton pada amonia dan berperan sebagai asam.
Menurut teori BrΦnsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam maupun basa. Bila zat
tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan sebagai asam dan lawannya sebagai
basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah menerima proton, zat ini akan berperan sebagai
basa.
Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa.
HCl + H2O → Cl– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Basa konjugat dari suatu asam adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton pindah dari asam
tersebut.
Asam konjugat dari suatu basa adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton ditambahkan ke
basa tersebut.
Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl– adalah sebuah proton, dan perubahan antar
keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut hubungan konjugat, dan pasangan HCl
dan Cl– juga disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat.
Larutan dalam air ion CO3 2– bersifat basa. Dalam reaksi antara ion CO32– dan H2O, yang
pertama berperan sebagai basa dan yang kedua sebagai asam dan keduanya membentuk
pasangan asam basa konjugat.
H2O + CO32– → OH– + HCO3–
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagai asam atau basa. Air adalah zat
amfoter. Reaksi antara dua molekul air menghasilkan ion hidronium dan ion hidroksida adalah
contoh reaksi zat amfoter
H2O + H2O → OH– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Dari uraian di atas, salah satu ciri dari asam adalah senyawa yang berasa asam dan memerahkan
lakmus biru sedangkan basa adalah senyawa berasa pahit dan licin di kulit serta dapat
membirukan lakmus merah. Ciri tersebut belum dapat menjelaskan mengapa asam atau basa
dapat menghantarkan listrik atau dikenal dengan istilah elektrolit. Untuk itu, Svante August
Arrhenius mengajukan suatu konsep asam-basa yang di kenal sebagai teori asam-basa Arrhenius.
Asam adalah senyawa yang jika dilarutkan ke dalam air menghasilkan ion hidrogen (H+).
Semakin banyak ion H+, semakin kuat sifat asamnya. Dengan demikian, dikenal asam kuat dan
asam lemah. Asam kuat dalam air terionisasi sempurna (semua terurai menjadi ion), sedangkan
asam lemah terionisasi sebagian (tidak semua terurai menjadi ion). Perhatikan tabel berikut.
Dari uraian di atas, salah satu ciri dari asam adalah senyawa yang berasa asam dan memerahkan
lakmus biru sedangkan basa adalah senyawa berasa pahit dan licin di kulit serta dapat
membirukan lakmus merah. Ciri tersebut belum dapat menjelaskan mengapa asam atau basa
dapat menghantarkan listrik atau dikenal dengan istilah elektrolit. Untuk itu, Svante August
Arrhenius mengajukan suatu konsep asam-basa yang di kenal sebagai teori asam-basa Arrhenius.
Asam adalah senyawa yang jika dilarutkan ke dalam air menghasilkan ion hidrogen (H+).
Semakin banyak ion H+, semakin kuat sifat asamnya. Dengan demikian, dikenal asam kuat dan
asam lemah. Asam kuat dalam air terionisasi sempurna (semua terurai menjadi ion), sedangkan
asam lemah terionisasi sebagian (tidak semua terurai menjadi ion). Perhatikan tabel berikut.
c. Macam-macam Indikator:
Indikator adalah bahan/alat yang digunakan untuk mengenali sifat suatu senyawa (asam, basa
atau netral).
a. Indikator alami
Indikator alami diperoleh dari bagian tumbuhan berwarna dapat berupa bunga,
daun, buah, biji, atau akarnya. Contohnya, kunir, bunga sepatu merah, kulit manggis, dan
lain-lain.
Misalkan kulit manggis, kulitnya digerus sampai halus kemudian dituangi pelarut
(alkohol) dan selanjutnya airnya dipisahkan melalui penyaringan. Ekstrak kulit manggis
tersebut di teteskan pada senyawa yang bersifat asam atau basa, contohnya adalah larutan
asam (HCl) atau basa (NaOH), maka:
Pada larutan asam : terjadi perubahan warna dari ungu menjadi coklat kemerahan
Pada larutan basa: terjadi perubahan warna dari ungu menjadi biru kehitaman
b. Indikator buatan
Kertas lakmus
Kertas indikator universal
Larutan Beberapa Indikator Larutan dan Perubahan Warnanya pH meter/pH digital
G. Derajat keasaman
Untuk air murni pada temperatur 25 °C :
[H+] = [OH-] = 10-7 mol/L
Sehingga pH air murni = – log 10-7 = 7.
Jika pH = 7, maka larutan bersifat netral
Jika pH < 7, maka larutan bersifat asam
Jika pH > 7, maka larutan bersifat basa
Pada temperatur kamar : pKw = pH + pOH = 14
a) Asam Kuat
Disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Untuk
menyatakan derajat keasamannya, dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asamnya dengan
melihat valensinya.
b) Asam Lemah
Disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya, α ≠ 1,
(0 < α < 1). Penentuan besarnya derajat keasaman tidak dapat ditentukan langsung dari
konsentrasi asam lemahnya (seperti halnya asam kuat). Penghitungan derajat keasaman
dilakukan dengan menghitung konsentrasi [H+] terlebih dahulu dengan rumus :
c) Basa Kuat
Disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Pada
penentuan derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai pOH dari konsentrasi
basanya.
d) Basa lemah
Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya, α ≠ 1,
(0 < α < 1). Penentuan besarnya konsentrasi OH- tidak dapat ditentukan langsung dari
konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat), akan tetapi harus dihitung dengan
menggunakan rumus :
Seperti halnya rasa, sentuhan bukan merupakan cara yang aman untuk menguji basa, meskipun
kita telah terbiasa dengan sentuhan sabun saat mandi atau mencuci. Basa (seperti sabun) bersifat
alkali, bereaksi dengan protein di dalam kulit sehingga sel-sel kulit akan mengalami pergantian.
Reaksi ini merupakan bagian dari rasa licin yang diberikan oleh sabun, yang sama halnya dengan
proses pembersihan dari produk pembersih saluran.
Asam merupakan kebutuhan industri yang vital. Empat macam asam yang paling penting dalam
industri adalah asam sulfat, asam fosfat, asam nitrat dan asam klorida. Asam sulfat (H2SO4)
merupakan cairan kental menyerupai oli. Umumnya asam sulfat digunakan dalam pembuatan
pupuk, pengilangan minyak, pabrik baja, pabrik plastik, obat-obatan, pewarna, dan untuk
pembuatan asam lainnya. Asam fosfat (H3PO4) digunakan untuk pembuatan pupuk dan deterjen.
Namun, sangat disayangkan bahwa fosfat dapat menyebabkan masalah pencemaran di danau-
danau dan aliran sungai.
Asam nitrat (HNO3) banyak digunakan untuk pembuatan bahan peledak dan pupuk. Asam nitrat
pekat merupakan cairan tidak berwarna yang dapat mengakibatkan luka bakar pada kulit
manusia. Asam klorida (HCl) adalah gas yang tidak berwarna yang dilarutkan dalam air. Asap
HCl dan ion-ionnya yang terbentuk dalam larutan, keduanya berbahaya bagi jaringan tubuh
manusia.
Dalam keadaan murni, pada umumnya basa berupa kristal padat. Beberapa produk rumah tangga
yang mengandung basa, antara lain deodorant, antasid, dan sabun. Basa yang digunakan secara
luas adalah kalsium hidroksida, Ca(OH)2 yang umumnya disebut soda kaustik suatu basa yang
berupa tepung kristal putih yang mudah larut dalam air. Basa yang paling banyak digunakan
adalah amoniak. Amoniak merupakan gas tidak berwarna.
dengan bau yang sangat menyengat, sehingga sangat mengganggu saluran pernafasan dan paru-
paru bila gas terhirup. Amoniak digunakan sebagai pupuk, serta bahan pembuatan rayon, nilon
dan asam nitrat.
J. PH KELARUTAN ASAM & BASA
Indikator Universal
Ungu tua pH 14
Ungu kurang tua pH 13
Ungu muda pH 12
Ungu lebih muda pH 11
Ungu sangat muda pH 10
Indigo pH 9
Biru pH 8
Hijau pH 7
Kuning pH 6
Jingga pH 5
Merah sangat muda pH 4
Merah lebih muda pH 3
Merah pH 2
Merah agak tua pH 1
Dalam air murni harga [H+] sama dengan [OH-] yaitu 10-7, harga pH asam dan basa mulai
dari 1 sampai 14. Untuk meyederhanakan penulisan seorang ahli kimia Denmark, S.P.L
Sorensen (1868 – 1939) pada tahun 1909 menggunakan skala untuk menyatakan konsentrasi H+
suatu larutan. Skala tersebut diberi nama skala pH. Nilai pH sama dengan negatif Logaritma
konsentrasi Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai reaksi
asam basa, yakni
HCl(g) + NH3(g) →NH4Cl(s)
simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen khlorida mendonorkan
proton pada amonia dan berperan sebagai asam. Menurut teori BrΦnsted dan Lowry, zat dapat
berperan baik sebagai asam maupun basa. Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini
akan berperan sebagai asam dan lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah
menerima proton, zat ini akan berperan sebagai basa.
Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa.
HCl + H2O → Cl– + H3O+ asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Basa konjugat dari suatu asam adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton pindah dari asam
tersebut.
Asam konjugat dari suatu basa adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton ditambahkan ke
basa tersebut.
Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl– adalah sebuah proton, dan perubahan antar
keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut hubungan konjugat, dan pasangan HCl
dan Cl– juga disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat. Larutan dalam air ion CO3 2– bersifat
basa. Dalam reaksi antara ion CO32– dan H2O, yang pertama berperan sebagai basa dan yang
kedua sebagai asam dan keduanya membentuk pasangan asam basa konjugat.
H2O + CO32– → OH– + HCO3–
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagai asam atau basa. Air adalah zat
amfoter. Reaksi antara dua molekul air menghasilkan ion hidronium dan ion hidroksida
adalah contoh reaksi zat amfoter
H2O + H2O → OH– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Larutan asam memiliki pH kurang dari 7
Larutan basa memiliki pH lebih dari 7
Larutan Netral pH = 7
pH dapat ditentukan dengan menggunakan indicator universal atau dengan pH meter. Batas-
batas pH ketika indicator mengalami perubahan warna disebut Trayek Perubahan Warna.
Trayek Perubahan Warna warna lakmus adalah 5,5 – 8,8.
Kesimpulan
Larutan kembang sepatu dapat digunakan untuk menentukan asam basa. Kalau ditambahkan ke
alrutan asam sitrat (asam) warnanya merah cerah. Kalau ditambahkan ke larutan soda kue (basa)
warnanya mula-mula hijau, lalu berubah menjadi ungu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asam basa dan garam mempunyai peran sangat penting dalam kelangsungan hidup
Kekurangan atau kelebihan asam basa dan garam dapat menyebabkan penyakit. Asam basa dan
garaml merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping
karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu.
garam merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian pengendalian komposisi garam
tubuh 5%.Untuk pemeliharaan fungsi tubuh, manusia memerlukan garam dalam jumlah tertentu.
garam yang dibutuhkan tubuh hingga saat ini dikenal dengan nama mineral makro dan mineral
mikro.Intake (asupan) makanan sehari-hari, membantu manusia mendapatkan zat yang
diperlukan tubuh. Dinamakan mineral mikro, karena tubuh hanya memerlukan dalam jumlah
kurang dari 100 mg saja.Jumlah yang memang sangat kecil, tapi sudah mencukupi bagi tubuh .
garam yaitu mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk
membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh
terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro.
B. Saran
1. Bagi seluruh mahasiswa untuk terus menambah wawasan pengetahuan mengenai asam basa dan
garam.
2. Sebagai manusia, kita bukan perlu menjaga keseimbangan asupan nutrisi dan selalu menjaga
kesehatan. Tetapi juga harus mengetahui apa yang di perlukan tubuh.
3. garam walaupun sedikit asupannya bagi tubuh,tetapi perlu terus di jaga agar tubuh tidak
mengalami defisiensi mineral.
4. Semoga dengan adanya Makalah ini baik penyusun maupun pembaca dapat memahami akan
pentingnya asam basa dan garam dalam kehiduan sehari-hari.