Anda di halaman 1dari 35

LARUTAN ASAM & BASA

Oleh Kelompok 2
Kelompok 2

Amelia Wulandari

Diah Ayu Kurnia I

Melisa Saputri
Meilyza Rimasari

Reasy Cahya

Yulianti
PENGERTIAN ASAM & BASA

Asam dan Basa didefinisikan oleh ahli kimia


berabad- abad yang lalu dalam sifat- sifat larutan air mereka.
Istilah asam (acid) berasal dari bahasa Latin “Acetum” yang
berarti cuka. Dalam pengertian ini suatu zat yang larutan airnya
berasa asam, memerahkan lakmus, bereaksi dengan logam aktif
untuk membentuk hidrogen, dan menetralkan basa.

Sedangkan, Basa (alkali) berasal dari


ahasa arab yang berarti abu. Dengan mengikuti
pola yang serupa, suatu basa didefinisikan sebagai
suatu zat yang larutan airnya berasa pahit,
membirukan lakmus merah, terasa licin sabun, dan
menetralkan asam.
TEORI ASAM & BASA ARRHENIUS

Svante Arrhenius mempostulatkan bahwa bila


molekul elektrolit dilarutkan dalam air, akan
terbentuk ion- ion negatif dan positif.

Asam merupakan zat yang di


dalam air dapat melepaskan ion
hidrogen (H+).

Sedangkan basa merupakan zat yang


di dalam air dapat
melepaskan ion hidroksida (OH–).
Basa Arrhenius : senyawa OH- dalam air
Dalam tahun 1887 Svante Arrhenius mempostulatkan bahwa bila molekul elektrolit dilarutkan dalam air, akan
terbentuk ion- ion negatif dan positif. Menjelang akhir abad sembilan belas definisi asam dan basa dinyatakan dalam
teori pengionan Arrhenius.

HCI+ H2O → H3O+ + CI-

Jadi, Basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion
hidroksida sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion
hidroksida.
Asam Arrhenius : senyawa penghasil H+ (H3O+) dalam air

Menurut Arrhenius pada tahun 1903, asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion
hidrogen (atau ion hidronium, H3O+) sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion hidronium (H3O+).

HCI + 𝐻2 O 𝐻3 𝑂+ + C𝐼 −

Secara umum :
ASAM + BASA GARAM + AIR

Konsep asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan air,


sehingga tidak dapat diterapkan pada larutan non-air, fasa gas dan
fasa padatan dimana tidak ada H+ dan OH-.
Berbagai Jenis Asam
Berbagai Jenis Basa
Teori Asam dan Basa Bronsted- Lowry

Johannes N. Bronsted adalah seorang ahli kimia dari Denmark.


Teori Asam dan Basa Bronsted- Lowry

Teori asam basa yang lebih luas, tidak hanya


terbatas pada senyawa asam basa dalam pelarut air
dikemukakan oleh Johannes N. Bronsted dan
Thomas M. Lowry yang bekerja secara terpisah pada
tahun 1923.
Keduanya menyatakan bahwa reaksi asam
basa melibatkan transfer proton (H+).

Menurut Bronsted-Lowry,
 Asam adalah senyawa yang dapat memberikan
proton (H+) kepada basa (donor proton),
 Basa adalah senyawa yang dapat menerima
proton (H+) dari asam (akseptor proton).
Teori Asam dan Basa Bronsted- Lowry

Perhatikan reaksi berikut.

CH3COOH(aq) + H2O(l) → CH3COO(aq) + H3O+(aq)

Dari reaksi di atas terlihat bahwa CH3COOH


memberi 1 proton (H+) kepada H2O, sehingga
CH3COOH bersifat sebagai asam dan H2O bersifat
sebagai basa.

Bronsted-Lowry menyatakan :
Jika suatu asam memberikan proton (H+),
maka sisa asam tersebut berkemampuan
untuk bertindak sebagai basa. Sisa asam
tersebut dinyatakan sebagai basa konjugasi.
Demikian pula untuk basa, jika suatu basa
dapat menerima proton (H+), maka zat
yang terbentuk berkemampuan sebagai
asam disebut asam konjugasi.
Pasangan Asam & Basa Kojugasi

HA + 𝐻2 O 𝐻3 𝑂+ + 𝐴−
𝐴𝑠𝑎𝑚1 𝐵𝑎𝑠𝑎1 𝐴𝑠𝑎𝑚2 𝐵𝑎𝑠𝑎2

Konjugat

Konjugat
Pasangan Asam & Basa Kojugasi

Perhatikan reaksi di bawah ini.


Pasangan asam basa konjugasi

HCOOH(aq) + H2O(l) → HCOO–(aq) + H3O+(aq)


Asam basa basa konjugasi asam
konjugasi
Pasangan asam basa konjugasi

Pasangan asam basa konjugasi

NH3(aq) + H2O(l) → NH4+(aq) + OH-(aq)


basa asam asam konjugasi basa konjugasi

Pasangan asam basa konjugasi


Pasangan Asam & Basa Kojugasi

Asam Brønsted-Lowry : pendonor proton


Basa Brønsted-Lowry : aseptor proton

Basa Asam Asam Basa


terkonjugasi terkonjugasi

NH3 +H2O → NH4+ + OH-


Teori Asam Basa Lewis

- Ikatan kimia baru dibentuk dengan menggunakan pasangan elektron dari basa Lewis.
- Ikatan kimia yg terbentuk : ikatan kovalen koordinasi
- Contoh : Pembentukan ion hidronium (H3O+) dari H2O + H+

Menurut Lewis:
1. Asam: zat/senyawa yang dapat menerima
pasangan elektron bebas darizat/senyawa
lain untuk membentuk ikatan baru.
2. Basa: zat/senyawa yang dapat
mendonorkan pasangan elektron bebas dari
zat/senyawa lain untuk membentuk ikatan
baru.
Teori Asam Basa Lewis

Definisi Lewis taat-azas dengan pandangan Bronsted-Lowry, Karena proton dapat


dipandang sebagai suatu penerima pasangan-electron. Suatu zat yang menerima proton dapat
dipandang sebagai suatu donor pasangan-electron. Ini digambarkan oleh reaksi Berikut :

•• ••
O—H ••
H O—H
H+
H
H
ACID BASE
Atau

𝐻 + + O𝐻2 O 𝐻3 𝑂+
Reaksi Asam-Basa Lewis

Berikutlah contoh reaksi nya


Berbagai contoh asam-basa Lewis

• H+ + OH- H2O
asam basa

• H+ + H2 O H3O+
asam basa

• H+ + NH3 NH4+
asam basa

• H+ + CN- HCN
asam basa
Kekuatan Asam Basa

A. Kekuatan Asam
Kekuatan asam dipengaruhi oleh banyaknya
ion – ion H+ yang dihasilkan oleh senyawa
asam dalam larutannya. Berdasarkan banyak
sedikitnya ion H+ yang dihasilkan, larutan
asam dibedakan menjadi dua macam sebagai
berikut.

ASAM KUAT

ASAM LEMAH
ASAM KUAT

Asam kuat yaitu senyawa asam yang dalam larutannya terion seluruhnya menjadi ion-ionnya.
Reaksi ionisasi asam kuat merupakan reaksi berkesudahan. Secara umum, ionisasi asam kuat
dirumuskan sebagai berikut.
HA(aq) → H+(aq) + 𝐴− (aq)
ASAM LEMAH

Asam lemah yaitu senyawa asam yang dalam larutannya hanya sedikit terionisasi menjadi
ion-ionnya. Reaksi ionisasi asam lemah merupakan reaksi kesetimbangan. Secara umum,
ionisasi asam lemah valensi satu dapat dirumuskan sebagai berikut.
Makin kuat asam maka reaksi kesetimbangan
asam makin condong ke kanan, akibatnya Ka
bertambah besar. Oleh karena itu, harga Ka
merupakan ukuran kekuatan asam, makin besar
Ka makin kuat asam. Berdasarkan persamaan di
atas, karena pada asam lemah [H+] = [A–],
maka persamaan di atas dapat diubah menjadi:
ASAM LEMAH

dengan Ka = tetapan ionisasi asam


Konsentrasi ion H+ asam lemah juga dapat dihitung jika derajat
ionisasinya (α) diketahui.
Kekuatan Asam Basa

B. Kekuatan Basa
Kekuatan basa dipengaruhi oleh banyaknya ion –
ion OH– yang dihasilkan oleh senyawa basa dalam
larutannya. Berdasarkan banyak sedikitnya ion OH
yang dihasilkan, larutan basa juga dibedakan
menjadi dua macam sebagai berikut.

BASA KUAT

BASA LEMAH
BASA KUAT

Basa kuat yaitu senyawa basa yang dalam larutannya terion seluruhnya menjadi ion-ionnya.
Reaksi ionisasi basa kuat merupakan reaksi berkesudahan. Secara umum, ionisasi basa kuat
dirumuskan sebagai berikut.
M(OH)x(aq) ⎯⎯→ Mx+(aq) + x OH–(aq)
BASA LEMAH

Basa lemah yaitu senyawa basa yang dalam larutannya hanya sedikit terionisasi menjadi ion-
ionnya. Reaksi ionisasi basa lemah juga merupakan reaksi kesetimbangan. Secara umum,
ionisasi basa lemah valensi satu dapat dirumuskan sebagai berikut.
Makin kuat basa maka reaksi kesetimbangan basa
makin condong ke kanan, akibatnya Kb
bertambah besar. Oleh karena itu, harga Kb
merupakan ukuran kekuatan basa, makin besar Kb
makin kuat basa. Berdasarkan persamaan di atas,
karena pada basa lemah [M+] = [OH–], maka
persamaan di atas dapat diubah menjadi:
BASA LEMAH
Titrasi Asam–Basa

Reaksi penetralan dapat digunakan untuk menetapkan kadar


atau konsentrasi suatu larutan asam atau basa. Penetapan kadar suatu
larutan ini disebut titrasi asam-basa. Titrasi adalah penambahan larutan
baku (larutan yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya) ke
dalam larutan lain dengan bantuan indikator sampai tercapai titik
ekuivalen. Titrasi dihentikan tepat pada saat indikator menunjukkan
perubahan warna. Saat perubahan warna indikator disebut titik akhir
titrasi (James E. Brady, 1990).
Perubahan pH pada reaksi asam–basa
Suatu asam yang mempunyai pH kurang dari 7 jika ditambah
basa yang pH–nya lebih dari 7, maka pH asam akan naik,
sebaliknya suatu basa jika ditambah asam, maka pH basa akan
turun. Apabila penambahan zat dilakukan tetes demi tetes
kemudian dihitung pH–nya akan diperoleh kurva titrasi, yaitu
grafik yang menyatakan pH dan jumlah larutan standar yang
ditambah.
Titrasi Asam–Basa

1. Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat


Kurva titrasi asam kuat oleh basa kuat ditunjukkan pada gambar

Indikator-indikator yang perubahan


warnanya berada dalam bagian terjal
kurva titrasi ini, yaitu indikator yang
mempunyai trayek pH antara 4 sampai 10
cocok digunakan untuk titrasi tersebut.
Indikator yang dapat digunakan pada
titrasi ini adalah metil merah, brom timol
biru, dan fenolftalein. Untuk titrasi asam
kuat oleh basa kuat, besarnya pH saat titik
ekuivalen adalah 7. Pada pH ini asam kuat
tepat habis bereaksi dengan basa kuat,
sehingga larutan yang terbentuk adalah
garam air yang bersifat netral.
Titrasi Asam–Basa
2. Titrasi Asam Lemah oleh Basa Kuat
Penetralan asam lemah oleh basa kuat agak berbeda dengan penetralan asam kuat oleh basa
kuat.. Kurva titrasi asam lemah oleh basa kuat dapat ditunjukkan pada gambar

Sifat penting yang perlu diingat pada titrasi


asam lemah oleh basa kuat adalah: a. pH awal
lebih tinggi daripada kurva titrasi asam kuat
oleh basa kuat
(karena asam lemah hanya mengion sebagian).
b. Terdapat peningkatan pH yang agak tajam
pada awal titrasi. Ion asetat yang dihasilkan
dalam reaksi penetralan bertindak sebagai ion
senama
dan menekan pengionan asam asetat.
c. Sebelum titik ekuivalen tercapai, perubahan
pH terjadi secara bertahap.
Larutan yang digambarkan dalam bagian kurva
ini mengandung CH3COOH dan CH3COO– yang
cukup banyak. Larutan ini disebut larutan
penyangga.
Titrasi Asam–Basa

3. Titrasi Basa Lemah oleh Asam Kuat


Jika 25 mL NH4OH 0,1 M (basa lemah)
dititrasi dengan HCl 0,1 M (asam kuat), maka
besarnya pH semakin turun sedikit demi
sedikit, kemudian mengalami penurunan
drastis pada pH antara 4 sampai 7. Titik
ekuivalen terjadi pada pH kurang 7. Oleh
sebab itu, indikator yang paling cocok adalah
indikator metil merah.
Derajat Keasaman (pH)
A. Konsep pH
Besarnya [H+] dalam suatu
larutan merupakan salah satu ukuran untuk
menentukan tingkat keasaman suatu larutan.
Untuk menyatakan tingkat atau derajat
keasaman suatu larutan, pada tahun 1910,
seorang ahli dari Denmark, Soren Lautiz
Sorensen memperkenalkan suatu bilangan
yang sederhana. Bilangan ini diperoleh dari
hasil logaritma konsentrasi H+. Bilangan ini
kita kenal dengan skala pH. Harga pH
berkisar antara 1 – 14 dan ditulis:
Derajat Keasaman (pH)

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa:


a. Larutan bersifat netral jika [H+] = [OH–] atau pH = pOH = 7.
b. Larutan bersifat asam jika [H+] > [OH–] atau pH < 7.
c. Larutan bersifat basa jika [H+] < [OH–] atau pH > 7.
Karena pH dan konsentrasi ion H+ dihubungkan dengan tanda negatif, maka
makin besar konsentrasi ion H+ makin kecil pH, dan karena bilangan dasar
logaritma adalah 10, maka larutan yang nilai pH-nya berbeda sebesar n
mempunyai perbedaan ion H+ sebesar 10n.
Jadi dapat disimpulkan:
• Makin besar konsentrasi ion H+ makin kecil pH
• Larutan dengan pH = 1 adalah 10 kali lebih asam daripada larutan dengan
pH = 2.
Derajat Keasaman (pH)

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa:


a. Larutan bersifat netral jika [H+] = [OH–] atau pH = pOH = 7.
b. Larutan bersifat asam jika [H+] > [OH–] atau pH < 7.
c. Larutan bersifat basa jika [H+] < [OH–] atau pH > 7.
Karena pH dan konsentrasi ion H+ dihubungkan dengan tanda negatif, maka
makin besar konsentrasi ion H+ makin kecil pH, dan karena bilangan dasar
logaritma adalah 10, maka larutan yang nilai pH-nya berbeda sebesar n
mempunyai perbedaan ion H+ sebesar 10n.
Jadi dapat disimpulkan:
• Makin besar konsentrasi ion H+ makin kecil pH
• Larutan dengan pH = 1 adalah 10 kali lebih asam daripada larutan dengan
pH = 2.
Pengukuran Keasaman (pH)

Untuk menentukan pH suatu larutan


dapat dilakukan dengan beberapa
cara,
antara lain sebagai berikut.
1. Menggunakan Beberapa Indikator
Indikator adalah asam organik lemah
atau basa organik lemah yang dapat
berubah warna pada rentang harga
pH tertentu (James E. Brady, 1990).
Harga pH suatu larutan dapat
diperkirakan dengan menggunakan
trayek pH indikator. Indikator
memiliki trayek perubahan warna
yang berbeda-beda. Dengan
demikian dari uji larutan dengan
beberapa indikator akan diperoleh
daerah irisan pH larutan.
Pengukuran Keasaman (pH)

Adapun cara-cara menggunakan alat ph meter dengan benar,


3. Menggunakan pH–meter
diantaranya:
pH–meter adalah alat 1. Sediakan larutan yang akan di ukur keasamannya. Siapkan
pengukur pH dengan ketelitian sesuai kebutuhan, jangan terlalu banyak jangan pula terlalu
yang sangat tinggi. sedikit, secukupnya saja.
2. Sebelum di ukur, terlebih dahulu perhatikan kadar suhu larutan
yang akan di ukur dengan suhu larutan yang sudah dikalibrasi
sebelumnya. Pastikan keduanya harus sama, misalnya jika suhu
larutan yang sudah dikalibrasi sebesar dua puluh derajat
celcius,makasuhu cairan yang akan diukur juga harus sama.
3. Buka penutup elektroda pada alat ph dengan menggunakan air
khusus, kemudian bersihkan dengan tisu sampai kering.
4. Hidupkan alat ph,lalu celupkan elektroda ke dalam cairan yang
akan diukur, kemudian putar-putar elektroda larut menjadi
homogen.
5. Kemudian tekan tombol yang bertuliskan MEAS lantas akan
muncul kata HOLD di layar. Lalu tunggu beberapa saat hingga
muncul angka PH yang menunjukan kadar ph pada cairan
tersebut. Setelah itu matikan alat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai