Anda di halaman 1dari 14

KERACUNAN BAHAN KOROSIF

KELOMPOK III

APRILIA UMASANGAJI (14220190030)


HARIANTI (14220190035)
NILAWATI (14220190034)
NUR RAHMAH (14220190038)
Definisi
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui
saluran pencernaan, saluran napas, atau melalui kulit atau mukosa
yang menimbulkan gejala klinis. Menurut WHO (2012), keracunan
atau intoksikasi adalah kondisi yang mengikuti masuknya suatu
 zat  psikoaktif  yang  menyebabkan  gangguan  kesadaran,  kognisi,
persepsi, afek, perlaku, fungsi, dan repon psikofisiologis.

Keracunan korosif, yaitu keracunan yang disebabkan oleh zat korosif


yang meliputi produk alkalin (Lye, pembersih kering, pembersih
toilet, deterjen non pospat, pembersih oven, tablet klinitest, dan
baterai yang digunakan untuk jam, kalkulator, dan kamera) dan
produk asam (pembersih toilet, pembersih kolam renang, pembersih
logam, penghilang karat, dan asam baterai) (Brunner & Suddarth,
2001).
ETIOLOGI01

Keracunan dapat diklasifikasikan berdasarkan lima bahan


penyebabnya yaitu :
1. Makanan : singkong, jengkol, bongkrek
2. Gas toksin : karbon monoksida, gas toksin iritan.
3. Zat kimia industri : asam sianida, kaustik,hidrokarbon
4. Zat kimia rumah tangga : detergen, sabun cuci, dan parfum,
insektisida, desinfektan
5. Zat kimia pertanian : insektisida, pestisida
6. Hewan berbisa, contoh bisa ular
7. Obat-obatan : salisilat, asetaminofen, digitalis,aminofilin
Jenis-jenis Bahan Korosif

Keracunan korosif meliputi


1. keracunan alkali
2. asam klorida
3. asam oksalat
4. aseton,
5. Formaldehid
6. natrium hipoclorid.
PATOFOSIOLOGI
Beratnya lesi yang terjadi tergantung pada faktor-faktor berikut. 
1. Bahan yang tertelan: alkali atau asam, padat atau cair dan konsentrasi Produk padat sulit
untuk ditelan. Bahan ini akan melekat/menempel pada mukosa sehingga sering didapatkan
lesi pada kavum oris, orofaringeal dan lebih banyak lagi yang terlokalisasi, Produk cair,
biasanya hampir tak ada rasanya (tasteless) sehingga lebih mudah ditelan dan dengan satu
atau dua kali menelan akan dapat menimbulkan kerusakan pada sejumlah besar mukosa dari
rongga mulut ke bawah-duodenum. 
2. Jumlah yang tertelan, makin banyak yang ditelan makin berat. 
3. Ada tidaknya sisa makanan (residual food) dalam gaster. Pada orang yang puasa, bahan
asam akan secara difus memengaruhi mukosa gaster sepanjang kurvatura minor ke antrum
dengan menyisakan fundus. Bila gaster penuh isi, bahan korosif yang asam akan bercampur
dengan gaster dan menyebabkan lesi yang difus. Walaupun sering timbul spasme pilorus,
pada beberapa kasus larutan dapat masuk ke duodenum.
4. Durasi kontak dengan jaringan, makin lama terjadi kontak makin berat kerusakannya.
5. Adanya refluks akan menyebabkan bahan korosif dapat mengalir kembali dan
menyebabkan kerusakan tambahan.
Manifestasi klinis
a. Asam- Asam Inorganik Yang Bersifat Korosif

1. Asam Sulfat (H₂SO)


Gejala-gejala

- Asam sulfat mempunyai afinitas yang tinggi terhadap air (efek higroskopis) sehingga jaringan akan
mengalami dehidrasi. Karena kenaikan temperatur yang sangat tinggi akan menyebabkan luka bakar.
- Lidah bengkak dan ditutupi selaput yang putih. Kadang-kadang karena derajat keasaman yang tinggi
bisa mengakibatkan berbentuk seperti suatu massa jaringan.
- Gigi berwarna putih seperti putih kapur dan tidak berkilat.
- Bibir bengkak dan mengalami ekskoriasi
- Asam menetes dari sudut bibir menuju dagu, sehingga bekas tetesan akan berwarna hitam. Air liur
sangat berlebihan dalam beberapa hari.
- Urine mungkin akan berwarna biru.
Lanjutan
Asam Asetat (CH_3COOH)

Tanda dan gejala Asam asetat dengan konsentrasi 100% dikenal dengan nama asam asetat glasial.
Asam ini merupakan zat korosif keras pada selaput mukosa dan ketika masuk ke dalam mulut, akan
mengiritasi selaput mukosa mulut, lidah, esofagus dan lambung. Dijumpai muntah dan muntahannya
terdiri dari darah dan lendir. Aspirasi dari muntahan atau sisa asam pada laring akan menyebabkan
gagal nafas dan kemungkinan oedem paru. Bisa dijumpai adanya melena. Cuka terdiri dari 4-6 %
asam asetat dan tidak bersifat korosif, Asetic anhydrid ketika di gabungkan dengan air membentuk
asam asetat. Asetic anhydrid sebagai korosif yang paling tinggi.
Komplikasi
 
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti 
5. Syok
Penatalaksanaan
a. Stabilisasi
1. Jalan nafas (A)
2. Pernafasan (B)
3. Sirkulasi (C) 

b. Dekomentaminasi
1. Mata
Irigasi dengan air bersih suam-suam kuku / larutan NaCl 0,9 % selama 15-20 menit, jika
belum yakin bersih cuci kembali
2. Kulit, cuci (scrubbing) bagian kulit yang terkena larutan dengan air mengalir dingin
atau hangat selama 10 menit
3. Gastroinstestinal
Segera beri mi  num air atau susu secepat mungkin untuk pengenceran.​
Dewasa maksimal 250cc untuk sekali minum, anak-anak maksimal 100cc untuk sesekali
minum. Pasang NGT setelah pengenceran jika diperlukan.

c. Eliminasi
Indikasi melakukan eliminasi:
1. Tingkat keracuan berat
2. Terganggu rute elimiunasi normal (gagal ginjal)
3. Menelan zat dengan dodsis letal
4. Pasien dengan klinkis yang dapat memperpanjang koma
Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan


lengkap ( urin, gula darah, cairan lambung, analisa
gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum,
elektrolit, urea N, kreatinin, glukosa, transaminase
hati ), EKG, Foto toraks/ abdomen, Skrining
toksikologi untuk kelebihan dosis obat, Tes
toksikologi kuantitatif.
Pengkajian

1) Pengkajian primer
2) Secondary survey anamnesis
3) Pengumpulan data
4) Riwayat Keperawatan
5) Pemeriksaan
Diagnosis
● 1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya gangguan
integritas mukosa pada saluran cerna. 
● 2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kuarangnya
informasi
● 3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional dan
ancaman kematian.
● 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan efek tokxin pada pencernaan.
● 5. Konstipasi berhubungan dengan adanya penurunan
peristaltic usus oleh karena obstruksi saluran cerna
bagian bawah.
● 6. Kesulitan bernafas berhubungan dengan defresi
susunan saraf pusat.
● 7. Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan
dengan perubahan aliran darah.
● 8. Resiko penurunan volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan adanya perdarahan.
Intervensi Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan adanya gangguan integritas mukosa pada saluran cerna.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri klien terkontrol dan hilang dengan
Kriteria hasil:
a.Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang dan bahkan hilang
b.Pasien tampak rileks
Intervensi :
1. Catatan keluhan nyeri,termasuk lokasi, lamanya,intervensinya ( skala 1-10).
R : Nyeri tidak selalu ada, tetapi bila da harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya dimna dapat membantu mendiagnosa pendarahan dan adanya
komplikasi.
2.Kaji ulang factor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
R : Membantu dalam membuat diagnose dan kebutuhan therapy.
3.Catat petunjuk nyeri non-verbal seperti gelisah, menolak bergerak, takikardi berkeringat. Selidiki ketidak sesuaian antara petunjuk verbal dan non verbal
R : Petunjuk non verbal dapat berupa fisiologi dan patofisiologidan dapat digunakan dalam menghubungkan petunjuk verbal untuk mengidentifikasi berat
ringannya masalah.
4. Kolaborasidengan dokter dalam pemberian oabat analgetik, dan antasida.
R: Analgetik dapat menurunkan fase nyeri yang hebat dan dapat menurunkan peristaltic usus. Antasida dapat menurunkan keasaman lambung dengan acara
absorpsi dan dengan cara menetralisir kimia.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai