Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SMALL GROUP DISCUSSION

ANGKA MORBIDITAS DAN MORTALITAS ANAK, PENYAKIT INFEKSI


DAN NON INFEKSI YANG SERING TERJADI PADA ANAK
SUB TOPIK: DIARE
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak I

Dosen Pengajar: dr. Harapan Parlindungan R, Sp.A (K)


Disusun Oleh Kelompok 1
Adinda Chofifah Mazaya 1910913220008
Ario Prawiro Harjono 1910913210017
Dahlia 1710913220005
Dwi Lestari 1910913120007
Fajrian Nor 1910913310003
Gilang Putra Ramadhan 1610913310012
Idza Nur Rayyan Ukhti Sholehah 1910913220032
Nazwa Habibah 1910913120006
Norjehan Rihadatul Aisy 1910913220007
Nur Tias Setianingsih 1910913220001
Rismayanti 1910913220037

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga Makalah
Angka Morbiditas Dan Mortalitas Anak, Penyakit Infeksi Dan Non Infeksi Yang
Sering Terjadi Pada Anak dengan sub topik Diare untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Keperawatan Anak I ini dapat selesai tepat dengan waktu. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dr. Harapan Parlindungan
R, Sp.A (K) pada mata kuliah Keperawatan Anak I.
Terimakasih kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga Makalah ini dapat tersusun dengan baik dan
rapi. Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya Makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
2.1 Angka Morbiditas Pada Anak.........................................................................3
2.2 Angka Mortalitas Pada Anak..........................................................................3
2.3 Penyakit Infeksi dan Non Infeksi pada Anak.................................................4
2.4 Diare pada Anak.............................................................................................5
2.5 Angka Morbiditas dan Mortalitas Pada Anak dengan Penyakit Diare.........10
BAB III PENUTUP.....................................................................................................12
3.1 Kesimpulan...................................................................................................12
3.2 Saran.............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare merupakan suatu masalah yang masih sering terjadi diberbagai negara
terutama negara berkembang. Anak dengan usia kurang dari tahun sering mengalami
diare dengan insidensi diare tertinggi terdapat pada umur 6-11 bulan. Diare
merupakan pengularan feses yang tidak normal ditandai dengan peningkatan volume
dan keenceran feses serta frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari (pada
neonatus lebih dari 4 kali sehari) dengan atau tanpa lendir darah. Anak yang terkena
diare akan mengalami dehidrasi dan akan mengakibatkan zat-zat makanan yang
masih diperlukan oleh tubuh dapat terbuang sehingga pertumbuhannya tidak dapat
optimal. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak, yaitu
faktor lingkungan, faktor sosiodemografi, dan faktor perilaku. Faktor lingkungan
yaitu kebersihan lingkungan,meliputi perumahan, pembuangan kotoranmanusia
(tinja), penyediaan air bersih, pembuangansampahdan saluran pembuangan air limbah
(SPAL). Faktor sosiodemografi terdiri dari pendidikan dan pekerjaan orang tua serta
umur anak. Faktor perilaku yaitu pemberian ASI eksklusif, dan kebiasaan mencuci
tangan serta mencuci buah dan sayur sebelum dikonsumsi.
Penyakit diare menjadi masalah global di berbagai negara, terutama di negara
berkembang. Diare merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan
dan kematian anak di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) diare
adalah penyakit kedua yang menyebabkan kematian pada anak-anak. Sekitar 1,7 juta
kasus diare ditemukan setiap tahunnya di dunia. Survei morbiditas yang dilakukan
Departemen Kesehatan di Indonesia dari tahun 2000–2010 menunjukkan insidensi
diare cenderung naik.Pada tahun 2000, penduduk yang terkena penyakit diare adalah
301 per 1000 pendudukdan tahun 2010 naik menjadi 411 per 1000. Diare adalah
pengeluaran feses yang konsistensinya lembek sampai cair dengan frekuensi
pengeluaran feses sebanyak 3 kali atau lebih dalam sehari. Diare dapat
mengakibatkan demam, sakit perut, penurunan nafsu makan, rasa lelah dan
penurunan berat badan. Diare dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit
secara mendadak, sehingga dapat terjadi berbagai macam komplikasi yaitu dehidrasi,
renjatan hipovolemik, kerusakan organ bahkan sampai koma.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana angka morbiditas pada anak?
2. Bagaimana angka mortalitas pada anak?
3. Apa saja penyakit infeksi dan non infeksi pada anak?
4. Bagaimana penjelasan terkait diare pada anak?
5. Bagaimana angka morbiditas dan mortalitas pada anak dengan penyakit
diare?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetaui morbiditas pada anak.
2. Untuk mengetaui mortalitas pada anak.
3. Untuk mengetaui penyakit infeksi dan non infeksi pada anak.
4. Untuk mengetaui penjelasan terkait diare pada anak.
5. Untuk mengetahui angka morbiditas dan mortalitas pada anak dengan
penyakit diare.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Angka Morbiditas Pada Anak
Morbiditas (kesakitan), merupakan salah satu indikator yang
digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk selain
mortalitas/angka kematian serta umur harapan hidup dari penduduk. Semakin
tinggi angka morbiditas, berarti tingkat kesehatan penduduk semakin buruk.
Sebaliknya semakin rendah angka morbiditas (kesakitan) menunjukkan
tingkat kesehatan penduduk yang semakin baik. Angka Morbiditas merupakan
angka yang menunjukan tingkat kesakitan akibat gangguan struktur maupun
fungsi tubuh seseorang yang merupakan derajat sakit, cedera maupun
gangguan pada populasi yang merupakan penyimpangan dari status sehat atau
kesejahteraan suatu masyarakat (Rachman K, 2020).
Morbiditas suatu wilayah merupakan indikator penting dalam
penilaian dan perencanaan program kesehatan. Anak-anak dibawah umur 5
tahun merupakan kelompok yang rentan terserang penyakit. Lima besar
morbiditas pada anak usia 1-3 tahun di Indonesia adalah ISPA, pneumonia,
demam, diare dan gastroenteritis (Elvandari et al., 2017). Terutama pada
penyakit diare biasanya menyerang bayi dan balita, jika tidak diatasi lebih
lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang bisa menyebabkan kematian. Pada
tahun 2015 terjadi 18 kali KLB diare yang terjadi di 11 provinsi, 18
kabupaten/kota dengan jumlah kasus 1.213 dan kasus kematian 30 orang
(CFR 2.47%) (Kirana, 2018).

2.2 Angka Mortalitas Pada Anak


Mortalitas atau kematian adalah merupakan keadaan hilangnya semua
tanda - tanda kehidupan secara permanen yang dapat terjadi setiap saat setelah
kelahiran hidup (World Health Organization). Kematian dapat menimpa siapa
saja, tua, muda, kapan saja dan dimana saja. Kasus kematian terutama dalam
jumlah banyak berkaitan dengaan masalah sosial, ekonomi, adat istiadat
maupun masalah kesehatan lingkungan (Ainy et al., 2019).
Tingginya kematian anak pada usia hingga satu tahun, yaitu
sepertiganya terjadi dalam satu bulan pertama setelah kelahiran dan sekitar 80
persen kematian neonatal ini terjadi pada minggu pertama, menunjukkan
masih rendahnya status kesehatan ibu dan bayi baru lahir; rendahnya akses

3
dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya pada masa
persalinan dan segera sesudahnya; serta perilaku (baik yang bersifat preventif
maupun kuratif) ibu hamil dan keluarga serta masyarakat yang bersifat negatif
bagi perkembangan kehamilan sehat, persalinan yang aman dan
perkembangan dini anak. Sebab kematian pada anak. Tiga penyebab utama
kematian bayi menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 adalah
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), komplikasi perinatal, dan diare.
Gabungan ketiga penyebab ini memberi andil bagi 75 persen kematian bayi
(Bappenas, 2017).

2.3 Penyakit Infeksi dan Non Infeksi pada Anak


Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi
tidak saja di indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Ada beberapa jenis
bakteri dan jamur patogen yang mampu bereproduksi untuk menginfeksi
manusia. Staphylococcus aureus, Streptococcus pyrogens, Pseudomonas
aeruginosa, Candida albicans, dan Microsporum, merupakan beberapa contoh
mikrobia patogen yang menyebabkan infeksi pada kulit (Leboffe, 2011).
Penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh S. aureus dan S. pyrogens seperti
selulit, erysipelas, impetigo, foliculitis, furuncle, carbuncle ( radang kulit), dan
bisul. Sedangkan dari jenis fungi seperti Candida albicans menyebabkan
radang rongga mulut, vulvovaginitis, dan penyakit candidiasis dan
Microsporum menyebabkan penyakit kulit edemik pada anak-anak (Leboffe,
2011). Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang sebagian
besar ditemukan pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan
makanan manusia. Bakteri ini juga ditemukan di udara dan lingkungan
sekitar. S. Aureus yang patogen bersifat invasif, menyebabkan hemolisis,
membentuk koagulase, dan mampu meragikan manitol (Warsa, 1994). Dapus
jurnal Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Dan Buah Ginje (Thevetia
peruviana) Terhadap Staphylococcus aureus Dan Candida albicans Secara In
Vitro”.
Radang (inflammation) adalah reaksi setempat/lokal dari jaringan
hidup terhadap semua bentuk jejas (injury) atau suatu proses yang kompleks
menyebabkan perubahan dalam jaringan tubuh. Tanda utama radang yaitu:
1. Rubor (merah) : Hiperemia aktif dan vaskularisasi di daerah
tersebut
2. Kalor (panas) : Hiperemia aktif
3. Tumor (bengkak) : Hiperemia aktif, oedem, statis darah

4
4. Dolor (sakit) : Rangsang serabut saraf, mungkin karena
oedem dan adanya zat kimia bradikinin
5. Galen (Functiolaesa) : Karena sakit tidak digerakkan, juga karena
oedema

2.4 Diare pada Anak


a. Pengertian Diare pada Anak
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya
bentuk tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan (lebih
dari 3 kali dalam kurun waktu satu hari). Penanganan cepat sangat
dibutuhkan untuk mengatasi penyakit diare karena apabila terlambat
maka akan dapat menyebabkan kekurangan cairan yang dapat
menyebabkan kematian. Dalam negara berkembang penyakit diare ada
balita menjadi penyebab kedua angka sakit dan kematian.
Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama di Indonesia, ini ditunjukkan dengan tingginya
angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit tersebut,
khususnya yang terjadi pada anak dibawah 5 (lima) tahun. Saat usia
anak dibawah lima tahun, sistem kekebalan tubuh yang terbentuk
belum sempurna, akibatnya, anak bisa dengan mudah terserang
penyakit. Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga
merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering
disertai dengan kematian. Menurut World Health Organization
(WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair
dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa,
yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai
dengan muntah atau tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering
dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan,
dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat.
b. Jenis Diare pada Anak
Diare terdiri dari 2 jenis yaitu diare akut dan diare kronik
1. Diare akut
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba
dan berlangsung kurang dari 14 hari. Pada umumnya diare akut
di Indonesia disebabkan oleh masalah kebersihan lingkungan,
kebersihan makanan, dan juga infeksi mikroorganisme. Anak

5
dengan diare akut mengeluarkan tinja cair yang mengandung
sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air
dan elektrolit ini meningkat bila disertai muntah dan panas. Hal
ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan
hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling
berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps
kardiovaskuler, dan kematian.
2. Diare Kronik
Diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak
bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut.
Penyebab diare yang kronik lazim disebabkan oleh penyebab
non infeksi seperti allergi dan lain-lain.
c. Penyebab Diare pada Anak
Diare pada umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri
penyebab diare berbeda-beda berdasarkan umur, tempat, dan waktu
atau musim. Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada
anak. Faktor higiene dan sanitasi merupakan faktor yang dominan
karena kebanyakan agen penyebab diare baik bakteri, virus maupun
protozoa ditularkan melalui perantaraan vektor mekanik seperti lalat
yang banyak terdapat pada seseorang dengan higiene dan sanitasi yang
jelek. Higienitas anak balita sangat tergantung pada orang tuanya,
sedangkan pada usia yang lebih besar apalagi usia sekolah, higienitas
selain orang tua juga tergantung lingkungan sekitarnya termasuk
lingkungan sekolah karena pada fase tersebut anak telah mendapatkan
informasi yang lebih banyak dari sekolah termasuk informasi tentang
kebersihan perorangan.
Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung
dapat menjadi faktor pendorong terjadinya diare. Penyebab tidak
langsung atau faktor-faktor yang mempermudah atau mempercepat
terjadinya diare seperti : status gizi, pemberian ASI eksklusif,
lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), kebiasaan
mencuci tangan, perilaku makan, imunisasi dan sosial ekonomi.
Penyebab langsung antara lain infeksi bakteri virus dan parasit,
malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun keracunan oleh
racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan sayur-sayuran.

6
Selain itu, faktor sosial ekonomi juga mempunyai pengaruh
langsung terhadap faktor- faktor penyebab diare. Kebanyakan anak
yang mudah menderita diare berasal dari keluarga yang besar dengan
daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai
sediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, pendidikan
orang tuanya yang rendah dan sikap serta kebiasaan yang tidak
menguntungkan. Karena itu edukasi dan perbaikan ekonomi sangat
berperan dalam pencegahan dan penanggulangan diare.
d. Gejala Diare pada Anak
Gejala diare ditandai dengan frekuensi defekasi meningkat
bersamaan dengan meningkatnya kandungan cairan dalam feses.
Pasien mengeluh kram perut, distensi, gemuruh usus (borborigimus),
anoreksia, dan haus. Kontraksi spasmodik yang nyeri dan peregangan
yang tidak efektif pada anus (tenesmus), dapat terjadi pada setiap
defekasi. Diare dapat eksplosif atau bertahap dalam sifat dan awitan.
Gejala yang berkaitan langsung dalam diare, diantaranya dehidrasi dan
kelemahan. Feses berair adalah karakteristik dari penyakit usus halus,
sedangkan feses semi padat lebih sering di hubungkan dengan
gangguan kolon. Feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan
malabsorpsi usus, dan adanya mukus dan pus dalam feses
menunjukkan enteritis inflamasi atau atau kolitis. Droplet minyak
dalam air toilet menegakkan diagnosa insufiensi pankreas.
e. Cara Mengatasi Diare pada Anak
Dari Kemenkes RI (2011) menjelaskan prinsip tata laksana penderita
diare pada anak sebagai berikut.
1. Pemberian Oralit
 Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit
setiap kali buang air besar.
 Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit
setiap kali buang air besar.
2. Pemberian Zinc 10 Hari Berturut-turut
 Balita umur < 6 bulan : ½ tablet(10 mg)/hari.
 Balita umur > 6 bulan : 1 tablet(20 mg)/hari.
3. Teruskan ASI dan Pemberian Makan
Bayi dibawah usia 6 bulan sebaiknya hanya mendapat
ASI untuk mencegah diare dan meningkatkan sistem imunitas
tubuh bayi. Jika anak menderita diare teruskan pemberian ASI

7
sebanyak yang anak inginkan. Pemberian makan selama anak
diare juga harus ditingkatkan sampai dua minggu setelah anak
berhenti diare, karena lebih banyak makan akan membantu
mempercepat penyembuhan, pemulihan dan mencegah
malnutrisi.
4. Berikan Antibiotik Secara Selektif
Pemberian antibiotik tidak diberikan kepada semua
kasus diare. Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi,
seperti diare berdarah atau diare karena kolera, atau diare
dengan disertai penyakit lain. Tanpa indikasi tersebut tidak
perlu pemberian antibiotik.
f. Pencegahan Diare pada Anak
1. Perilaku Sehat
 Pemberian ASI
ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu
lain seperti susu formula atau cairan lain yang
disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang dapat
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI
saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa
menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya
bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan
diare. Keadaan seperti ini disebut disusui secara penuh
(memberikan ASI Eksklusif). Bayi harus di susui secara
penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan
dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan
sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses
menyapih).
 Makanan Pendamping ASI
Kemenkes RI (2011) menjelaskan bahwa
beberapa hal yang dapat meningkatkan cara pemberian
makanan pendamping ASI yang lebih baik, yaitu:
a) Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak
berumur 6 bulan dan dapat teruskan pemberian
ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak
berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan
lebih sering (4x sehari).

8
b) Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua
makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x
sehari, serta teruskan pemberian ASI. 2)
Tambahkan minyak, lemak dan gula kedalam
nasi/bubur dan biji-bijian untuk energi.
Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan,
daging, kacang- kacangan, buah-buahan dan
sayuran berwarna hijau kedalam makanannya.
c) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan
menyuapi anak. Suapi anak dengan sendok yang
bersih.
d) Masak makanan dengan benar, simpan sisanya
pada tempat yang dingin dan panaskan dengan
benar sebelum diberikan kepada anak.
 Menggunakan Air Bersih
Beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
a) Ambil air dari sumber air yang bersih.
b) Simpan air dalam tempat yang bersih dan
tertutup serta gunakan gayung khusus untuk
mengambil air.
c) Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran
oleh binatang dan untuk mandi anak-anak.
d) Minum air yang sudah matang.
e) Cuci semua peralatan masak dan makan dengan
air yang bersih dan cukup.
 Mencuci Tangan
Mencuci tangan dengan sabun, terutama
sesudah buang air besar, sesudahmembuang tinja anak,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi
makan anak dan sebelum makan.
2. Penyehatan Lingkungan
 Pengelolaan Sampah
Tempat sampah harus disediakan, sampah harus
dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat
penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh
pelayanan pembuangan sampah ke tempat pembuangan

9
akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara
ditimbun atau dibakar.
 Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah
rumah tangga harus dikelola sedemikian rupa agar tidak
menjadi sumber penularan penyakit.

2.5 Angka Morbiditas dan Mortalitas Pada Anak dengan Penyakit Diare
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang seperti di Indonesia, hal ini terjadi karena morbiditas dan
mortalitasnya yang masih tinggi. 1 Secara global terjadi peningkatan kejadian
diare dan kematian akibat diare pada balita dari tahun 2015-2017.
Berdasarkan data WHO, pada tahun 2015, diare menyebabkan sekitar 688 juta
orang sakit dan 499.000 kematian di seluruh dunia terjadi pada anak-anak
dibawah 5 tahun. Hampir 1,7 miliar kasus diare terjadi pada anak dengan
angka kematian sekitar 525.000 pada anak balita tiap tahunnya. Berdasarkan
Riskesdas tahun 2018, prevalensi diare di Indonesia mengalami penurunan
dari 18,5% menjadi 12,3%. Namun di Provinsi Lampung, prevalensi diare
mengalami peningkatan dari 7,5% pada tahun 2013 menjadi 10% pada tahun
2018.
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya
yang masih tinggi. Menurut data World Health Organization (WHO) pada
tahun 2013 di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dan setiap 100.000 balita meninggal
karena diare. Prevalensi diare dalam Riskesdas 2013, diare tersebar di semua
kelompok umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4
tahun) yaitu 16,7%. Sedangkan menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan
perempuan hampir sama yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan.
1. Angka Mordibilitas
Survei morbiditas yang dilakukan Subdit Diare,
Departemen Kesehatan RI tahun 2000 s/d 2013 terlihat
kecenderungan insiden naik. Target nasional angka kematian
Case Fatality Rate (CFR) pada KLB diare pada tahun 2014
sebanyak 1,14%. Sedangkan di Jawa Tengah Case Fatality
Rate (CFR) yaitu < 1%, secara nasional belum mencapai

10
target. Diare juga merupakan penyebab kematian nomor tiga
pada semua usia (Kemenkes RI, 2014).
2. Angka Mortalitas
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT),
Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun
diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama
kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat
diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah
maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian
karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat (Depkes
RI, 2011). Kejadian Luar Biasa (KLB) diare terjadi di 11
propinsi dengan jumlah penderita sebanyak 4.204 orang.
Jumlah kematian sebanyak 73 orang dengan Case Fatality Rate
(CFR) sebesar 1,74% (Depkes RI, 2013:63). Jawa Tengah
merupakan salah satu propinsi dengan KLB diare balita pada
tahun 2013 dengan 35 kasus, 1 diantaranya meninggal (Depkes
RI, 2013).

11
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk
tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan (lebih dari 3 kali
dalam kurun waktu satu hari). Penyakit diare merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, ini ditunjukkan dengan
tingginya angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit
tersebut, khususnya yang terjadi pada anak dibawah 5 (lima) tahun. Saat usia
anak dibawah lima tahun, sistem kekebalan tubuh yang terbentuk belum
sempurna, akibatnya, anak bisa dengan mudah terserang penyakit. Diare
merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit
potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian.
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 di
Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut) dan setiap 100.000 balita meninggal karena diare.
Pada tahun 2015 terjadi 18 kali KLB diare yang terjadi di 11 provinsi, 18
kabupaten/kota dengan jumlah kasus 1.213 dan kasus kematian 30 orang
(CFR 2.47%). Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, prevalensi diare di
Indonesia mengalami penurunan dari 18,5% menjadi 12,3%. Diare tersebar di
semua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita
(1-4 tahun) yaitu 16,7%. Tiga penyebab utama kematian bayi menurut Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 adalah infeksi saluran pernafasan
akut (ISPA), komplikasi perinatal, dan diare. Gabungan ketiga penyebab ini
memberi andil bagi 75 persen kematian bayi.
Diare sendiri terdiri dari 2 jenis yaitu diare akut dan diare kronik.
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang
dari 14 hari, hal ini sering disebabkan oleh infeksi mikroorganisme.
Sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Penyebab diare yang kronik lazim disebabkan oleh penyebab non infeksi
seperti alergi dan lain-lain.
Diare pada umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Staphylococcus
aureus merupakan bakteri gram positif yang sebagian besar ditemukan pada
saluran pencernaan makanan manusia. S. Aureus yang patogen bersifat
invasif, menyebabkan hemolisis, membentuk koagulase, dan mampu

12
meragikan mannitol. Sedangkan penyebab diare non infeksi yaitu seperti
alergi dan lain-lain.
Gejala diare ditandai dengan frekuensi defekasi meningkat bersamaan
dengan meningkatnya kandungan cairan dalam feses, serta adanya keluhan
kram perut, distensi, gemuruh usus (borborigimus), anoreksia, dan haus.
Kemenkes RI (2011) menjelaskan prinsip tata laksana penderita diare
pada anak dapat dilakukan dengan cara pemberian oralit, pemberian Zinc 10
hari berturut-turut, meneruskan pemberian ASI dan pemberian makanan
dengan catatan bayi dibawah usia 6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI
untuk mencegah diare terkecuali diatas 6 bulan, dan berikan antibiotik secara
selektif.

3.2 Saran
Kasus diare pada anak di Indonesia menunjukkan angka terinfeksi
yang relatif tinggi. Hal ini banyak disebabkan oleh kurangnya kesadaran
masyarakat dengan perilaku hidup bersih dan sehat, kurangnya pengetahuan
dan perhatian masyarakat terhadap kesehatan, serta kurang memperhatikan
kesehatan lingkungan. Dalam hal ini ada beberapa langkah yang dapat kita
lakukan untuk mencegah penyakit diare pada anak, yaitu menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat di lingkungan masyarakat setempat, memberikan
penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya pengetahuan dan perhatian
terhadap kesehatan, serta bersama-sama dapat mengelola kesehatan
lingkungan dan mengelola sarana pembuangan air limbah. Upaya lainnya
yang dapat kita lakukan yaitu bekerja sama dengan pemerintah setempat
untuk membangun jangkauan pelayanan kesehatan yang mudah diakses oleh
masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ainy, H., Nurrochmah, S., & Katmawanti, S. (2019). Hubungan Antara Fertilitas,
Mortalitas, Dan Migrasi Dengan Laju Pertumbuhan Penduduk. Preventia : The
Indonesian Journal Of Public Health, 4(1), 15.
Https://Doi.Org/10.17977/Um044v4i1p15-22
Almanfaluthi, M. L., & Budi, M. H. (2017). Hubungan Antara Konsumsi Jajanan
Kaki Lima Terhadap Penyakit Diare Pada Anak Sekolah Dasar. Medisains,
13(3).
Anzani Bp, Saftarina F. Penatalaksanaan Diare Pada Anak Usia 2 Tahun Dengan
Pendekatan Kedokteran Keluarga Management Of Diarrhea In Childern 2 Years
With Family Medicine Approach. Majority. 2019;8(2):24–31.
Bappenas. (2017). Menurunkan Angka Kematian Anak Tujuan 4 : Menurunkan
Angka Kematian Anak. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Milenium Indonesia, 8(3), 51–56.
Datarkar, Abhay N. 2007. Exodontia Practice. New Delhi : Jaypee Brothers Medical
Publishers
Elvandari, M., Briawan, D., & Tanziha, I. (2017). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Morbiditas Pada Anak Usia 1-3 Tahun Di Daerah Suplementasi
Vitamin A Tinggi Dan Rendah Di Jawa Tengah. Ipb University Scientific
Respository, 1(1), 23–50.
Fahrunnisa, Fibriana Ai. Jurnal Of Health Education. J Heal Education.
2017;2(1):66–72.
Fatmawati, F., Arbianingsih, A., & Musdalifah, M. (2017). Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Diare Anak Usia 3-6 Tahun Di Tk Raudhatul Athfal
Alauddin Makassar. Journal Of Islamic Nursing, 1(1), 21-32.
Kirana, N. (2018). Hubungan Antara Faktor Predisposisi Pada Ibu Dengan Kejadian
Diare Pada Balita Di Kelurahan Wonokusumo. Journal Unair, 1(1), 1–12.
Maryanti, E., Lesmana, S. D., Mandela, H., & Herlina, S. (2017). Profil Penderita
Diare Anak Di Puskesmas Rawat Inap Pekanbaru. Jurnal Ilmu Kedokteran, 8(2),
101-105.

14
Norhapifah, H. (2020). Peningkatan Keterampilan Masyarakat Dalam Memberikan
Pertolongan Pertama Pada Diare Akut Pada Anak. Pengabdian Masyarakat,
1(1).
Prawati, D. D. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Di Tambak Sari
Kota Surabaya. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal Of Health Promotion
And Health Education, 7(1), 34-45.
Rachman, Khaidar. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Anak A Dengan Diagnosa
Medis Diare Di Ruang Asoka Rsud Bangil Pasuruan. Kti Program Diii
Keperawatan: Akper Kerta Cendekia Sidoarjo.
Rosidi, A., Handarsari, E., & Mahmudah, M. (2020). Hubungan Kebiasaan Cuci
Tangan Dan Sanitasi Makanan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Sd Negeri
Podo 2 Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Indonesia, 6(1).
Tata, Y. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada
Anak Balita (1-4 Tahun) Di Gampong Puja Mulya Kecamatan Bandar
Kabupaten Bener Meriah Tahun 2019 (Doctoral Dissertation).
Wantoro, A. (2020). Penerapan Logika Fuzzy Dan Profile Matching Pada Teknologi
Informasi Kesesuaian Antibiotic Berdasarkan Diare Akut Anak. In Senaster"
Seminar Nasional Riset Teknologi Terapan" (Vol. 1, No. 1).

15

Anda mungkin juga menyukai