DI SUSUN OLEH :
Disusun Oleh :
1) Ainia Nurul Izzah / 02
2) Ananda Nabillah Firdaus / 07
3) Annisa Rizqia / 12
4) Chelsea Anggraini / 17
5) Dwi Aurilya Izzilyn / 22
6) Errina Wijayanti / 27
7) Inayah Nuur Azizah / 32
8) Lusi Cahya Murniati / 37
9) Mulinda Rahma Wulandika / 42
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah- Nya, sehingga makalah berjudul “Perkembangan Hubungan Dengan Teman
Sebaya“ dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan Remaja. Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu
karena dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb., selaku dosen pengajar mata kuliah
Konsep Kebidanan
2. Tim PJMK Asuhan Kebidanan Remaja
3. Seluruh teman-teman kelompok 2 Reguler A
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan menuju kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah kelompok tentang perkembangan hubungan dengan teman sebaya ini
disusun guna menyelesaikan tugas kelompok Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Remaja
Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Kampus Surabaya Politeknik Kesehatan
Kemenkes Surabaya.
Disusun oleh seluruh anggota kelompok 2 dari Mahasiswa Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan Kampus Surabaya Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
Mengetahui,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.2.1 Tujuan Umum 2
1.2.2 Tujuan Khusus 2
1.3 Manfaat 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Pengertian Remaja 3
2.2 Pengertian Teman Sebaya 4
2.3 Pengertian Interaksi Teman Sebaya 4
2.4 Perkembangan Perilaku Psikososial 5
2.5 Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya 6
2.6 Ruang Lingkup Bidan Terhadap Remaja 7
BAB III. PENUTUP 10
3.1 Kesimpulan 10
3.2 Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dalam suatu kelompok sosial
dengan tingkat usia dan kedewasaan yang kurang lebih sama satu dengan yang lainnya.
Sedangkan kelompok teman sebaya adalah sekumpulan atau sekelompok orang yang
memiliki usia dan tingkat kedewasaan yang sama dan didukung oleh minat atau hobi
yang sama dengan rasa saling pengertian, serta simpati pada keadaan satu sama lain.
Interaksi teman sebaya adalah hubungan yang terjadi dalam suatu lingkungan sosial
tertentu dalam berinteraksi antar individu maupun individu dengan kelompok karena
adanya kesamaan usia dan minat dalam mengembangkan kemampuan bersama yang
didukung dengan penilaian timbal balik oleh lingkungan untuk meningkatkan minat
tertentu. Hubungan atau interaksi yang terjadi antara remaja dengan orangtua berbeda
dengan interaksi yang terjadi antara remaja dengan teman sebaya.
Dalam perkembangan sosial remaja maka remaja mulai memisahkan diri dari orang
tua dan mulai memperluas hubungan dengan teman sebaya. Pada umumnya remaja
menjadi anggota kelompok usia sebaya (peer group), remaja menjadi sangat bergantung
kepada teman sebagai sumber kesenangannya dan keterikatannya dengan teman sebaya
begitu kuat. Remaja juga sudah mulai menjalin hubungan-hubungan khusus dengan
lawan jenisnya yang dapat diwujudkan dengan kencan dan pacaran.
1
1.2 TUJUAN
1.2.1.2 Sebagai salah satu syarat pemenuhan tugas mata kuliah Asuhan
Kebidanan Remaja Prodi D4 Kebidanan Sutomo Politeknik Kesehatan
Kemenkes Surabaya
1.2.2.6 Untuk mengetahui lebih jauh ruang lingkup bidan terhadap remaja
1.3 MANFAAT
Adapun manfaat yang ingin dicapai melalui makalah ini antara lain: Merupakan
bahan pembelajaran, sumber pengetahuan dan pengalaman bagi penulis utamanya
mengenai Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya. Diharapkan dengan
penyusunan makalah ini, penulis nantinya menjadi lebih siap dalam menghadapi materi
sebenarnya selama pembelajaran di kampus.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Masa remaja adalah masa peralihan dan merupakan masa perubahan yang
ditandai dengan pertumbuhan pada dimensi fisik, dan juga pertumbuhan dalam
kompetensi kognitif, sosial, otonomi, harga diri, dan keintiman (Offer, 1987; Offer,
Kaiz, Ostrov & Albert, 2002; Offer, Offer & Ostrov, 2004; Offer & Schonert Reichl,
1992, dalam Papalia dkk., 2009). Masa remaja awal biasanya ditandai dengan
konflik antara orang tua dengan remaja di mana konflik tersebut diawali pada masa
kanak-kanak dan meningkat pada masa remaja (Montemayor, 1982, dalam Santrock,
2014) dan akan berkurang pada masa remaja akhir (Laursen & Ferreira, dalam
Santrock, 2014).
Huelock (1990) membagi fase remaja menjadi masa remaja awal dengan usia
antara 13-17 tahun dan masa remaja akhir usia antara 17-18 tahun.Masa remaja awal
dan akhir menurut Hurlock memiliki karakteristik yang berbeda dikarenakan pada
masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih
mendekati dewasa.
4
perubahan kognitif dan perkembangan sosial individu secara paralel atau
berhubungan dan reflektif terhadap perkembangan kognitif dalam berinteraksi
(Piaget, 1952, dalam Rardin & Moan, 1971). Berdasarkan pendekatan sosial budaya
dan psikososial, terbentuknya interaksi karena terjadinya hasutan pada instrumen
kognitif yang baru yaitu instrumen yang mendorong individu untuk secara aktif
bekerjasama dalam menyelesaikan suatu permasalahan, untuk memahami asumsi
yang mendasar dan membangun pengertian antara satu sama lain pada situasi dan
tugas tertentu.
Remaja mengenal hubungan timbal balik atau interaksi satu sama lain yang
berpengaruh positif maupun negatif yaitu melalui interaksi dengan teman sebaya
(Piaget, 1932 & Sullivan, 1953, dalam Santrock, 2003). Hubungan atau interaksi
yang terjadi antara remaja dengan orangtua berbeda dengan interaksi yang terjadi
antara remaja dengan teman sebaya. Interaksi antara remaja dengan orangtua terdiri
dari kewenangan yang searah yaitu orangtua yang mempunyai kewenangan terhadap
remaja, sedangkan interaksi antar remaja dengan teman sebaya terdiri dari partisipan
atau kerjasama yang berhubungan satu sama lain dengan kedudukan atau
kewenangan yang sama antara remaja dengan teman sebaya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa interaksi teman sebaya adalah hubungan yang secara partisipan
atau kerjasama antar individu dalam suatu kelompok teman sebaya dengan
mempunyai kedudukan atau kewenangan yang setara (Piaget, 1932, dalam Santrock,
2003). Walgito pun mengatakan hal yang sama bahwa interaksi teman sebaya
merupakan hubungan atau keterikatan antar individu untuk saling berinteraksi dalam
lingkungan sosial tertentu karena mempunyai usia yang relatif sama atau yang
disebut sebaya (Walgito, 2011, dalam Puspitasari, Adi & Supriyono, 2013).
5
psikologi sosial adalah sebagai berikut.
2. Menurut Abu Ahmadi (2007:5), psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah
tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya
dengan situasi sosial.
3. Bimo Walgito (2003: 8), Senada dengan Abu Ahmadi, Bimo Walgito
mengemukakan bahwa berkaitan dengan psikologi sosial ini ada beberapa hal
yang dapat dikemukakan, yaitu bahwa psikologi sosial fokusnya pada perilaku
individu dan dalam kaitannya dengan situasi sosial.
Masa remaja bisa disebut sebagai masa sosial karena sepanjang masa remaja
hubungan sosial semakin tampak jelas dan sangat dominan. Kesadaran akan
kesunyian menyebabkan remaja berusaha mencari kompensasi dengan mencari
hubungan dengan orang lain atau berusaha mencari pergaulan. Penghayatan
kesadaran akan kesunyian yang mendalam dari remaja merupakan dorongan
pergaulan untuk menemukan pernyataan diri akan kemampuan kemandiriannya
(Mohammad Ali dkk., 2010:91).
Dalam perkembangan sosial remaja maka remaja mulai memisahkan diri dari
orang tua dan mulai memperluas hubungan dengan teman sebaya. Pada umumnya
6
remaja menjadi anggota kelompok usia sebaya (peer group). Kelompok sebaya
menjadi begitu berarti dan sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial
remaja.Kelompok sebaya juga merupakan wadah untuk belajar kecakapan-
kecakapan sosial, karena melalui kelompok remaja dapat mengambil berbagai peran.
Pada usia ini, remaja juga sudah mulai menjalin hubungan-hubungan khusus
dengan lawan jenisnya yang dapat diwujudkan dengan kencan dan pacaran. Pada
akhir usia remaja, ikatan dengan kelompok sebaya menjadi berkurang, dan nilai-nilai
dalam kelompok menjadi kurang begitu penting karena pada umumnya remaja lebih
merasa senang dengan nilai-nilai dan identitas dirinya(Soetjiningsih, 2007:51).
a) Remaja Putri
7
memberikan penyuluhan tentang dampak hubungan seksual.
1. Anak-anak perempuan
2. Remaja putri
4. Wanita hamil
5. Ibu bersalin
2. Rasa Empati
Adanya kemampuan menghayati pikiran, sikap dan perasaan orang
lain, bersedia membagi pengalaman atau emosi dengan orang lain.
8
Terjadi positif jika di dalamnya terdapat kasih sayang sehingga
tercipta hubungan hangat dan negative jika ada penolakan, permusuhan
sehingga hubungan menjadi dingin dan tidak saling mengasihi.
Penerimaan dan menghargai segala kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki remaja.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa
yang ditandai dengan perubahan berbagai aspeknya, yaitu aspek fisik dan psikologis.
Perubahan tersebut berdampak terhadap perkembangan mental dan sosial anak. Pola interaksi
sosial menjadikan remaja mampu mengadakan penyesuaian diri dengan lingkungan sosial
maupun dengan dirinya sendiri. Terutama dengan lingkungan teman sebaya. Lingkungan
teman sebaya ini banyak remaja membentuk kelompok-kelompok baik kelompok kecil
maupun kelompok besar. Dalam hal positif kelompok teman sebaya dapat membawa
seseorang dalam pembentukan kepribadian menjadi lebih sempurna. Tanpa teman sebaya
individu, tidak atau kurang dapat mengenal kehidupan sosial lebih luas. Melalui teman
sebaya individu bisa belajar menghargai orang-orang disekitarnya. Sedangkan pengaruh
negatif dalam pergaulan kelompok teman sebaya yang salah atau kurang baik, maka akan
mengakibatkan perkembangan kepribadian individu akan salah atau kurang baik pula. Oleh
karena itu individu perlu memilih
kelompok teman sebaya secara selektif agar tidak terjerumus dalam hal yang tidak baik.
Kelompok teman sebaya memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan remaja baik
secara emosional maupun secara sosial. Dari penjelasan tersebut di atas, dapat dikatakan
bahwa teman sebaya dapat menjadi media dalam usaha pengarahan konsep diri remaja,
sehingga penerimaan kelompok teman sebaya memungkinkan untuk berpengaruh pada
pembentukan sikap atau perilaku remaja.
3.2 Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Setitit, Maria Wilhelmina. 2017. Hubugan Antara Interaksi Teman Sebaya dengan
Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja Di Kabupaten Merauke. Skripsi.Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
https://core.ac.uk/download/pdf/229330108.pdf
11