Anda di halaman 1dari 6

Bab V

a. Analisis Univariat Karies gigi pada TK Diponegoro 114 karangtengah


Karies gigi pada anak-anak dapat di ukur menggunakan indeks
def-t dapat dlihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Gamabar 4... indeks def-t pada TK Diponegoro 114


karangtengah

no Kategorik
Frequency Percent

baik 10 35.7

2.
buruk 17 60.7

Total 27 100.0

Berdasarkan Tabel 4. didapatkan data dari 27 orang responden,


sebagian besar siswa-siswi TK Diponegoro 114 Karangtengah memiliki
skor def-t sebanyak 17 dan dapat disimpulkan bahwa anak-anak di TK
diponegoro sangat rentan terkena karies, disebabkan karena kurangnya
kebersihan rongga mulut yang menyebabkan banyaknya akumulasi plak
yang dapat menyebabkan karies.
BAB 2

a. Karies Gigi
Karies gigi merupakan penyakit kronik dari jaringan keras
gigi yang disebabkan demineralisasi email oleh bakteri yang ada
pada plak, pada tahap akhir menyebabkan kerusakan gigi dan
terbentuk kavitas. Proses pelarutan email disebabkan adanya
asam yang dihasilkan oleh mikroorganisme plak pada fermentasi
karbohidrat dalam makanan. Tahap awal yang dapat terlihat dari
karies gigi adalah white spot yang merupakan tahap lesi
prekavitas yang dapat terjadi selama beberapa minggu jika
lingkungan di dalam rongga mulut memungkinkan untuk bisa
terjadi karies gigi (collinns dkk, 1999)..
Karies gigi merupakan penyakit kronis yang paling sering
terjadi pada anak. Anak pada usia sekolah dasar sangat rentan
terkena karies gigi yang tinggi, karena pada usia ini mereka
terbiasa mengkonsumsi makanan dan minuman yang kariogenik
(donals dkk, 2004). World Health Organization (WHO) tahun
2003 menyatakan bahwa angka kejadian karies gigi pada anak
usia sekolah dasar mencapai 60- 90%. Prevalensi tersebut akan
semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Anak usia 6
tahun telah mengalami karies gigi pada gigi tetapnya sebanyak
20%, meningkat 60% pada usia 8 tahun, dan 85% pada usia 12
tahun.
b. Etiologi Karies Gigi
Berkembangnya Ilmu Kedokteran Gigi yang banyak teori
menyebutkan penyebab terjadinya karies gigi. Saat ini, seluruh
ahli telah menyetujui bahwa karies merupakan penyakit yang
bersifat multifaktorial dimana banyak faktor yang berperan
dalam terjadinya karies. Penyebab karies gigi dapat kita jabarkan
menjadi tiga faktor yaitu tersedianya host (gigi), substrat dan
mikroorganisme, ketiga faktor ini akan juga dipengaruhi oleh
faktor waktu (Mc donalals, 2004).
1. Faktor Host (Tuan Rumah)
faktor yang dihubungkan gigi sebagai tuan rumah
terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan
bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan
kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat
rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah
menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang
dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat
menyebabkan plak mudah melekat dan membantu
perkembangan karies gigi. Enamel merupakan jaringan
tubuh dengan susunan kimia kompleks yang
mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat,
fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel
mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan
mengandung banyak fluor, fosfat dan sedikit karbonat
dan air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan
kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung
mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel
akan semakin resisten. Gigi pada anak-anak lebih mudah
terserang karies dari pada gigi orang dewasa. Hal ini
disebabkan karena enamel gigi mengandung lebih
banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah
mineralnya lebih sedikit. Selain itu, secara kristalografis
kristal-kristal gigi pada anak-anak tidak sepadat gigi
orang dewasa.
2. Faktor Agen (Mikroorganisme)
Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam
menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu
lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan
mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu
matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan
gigi yang tidak dibersihkan. Mikroorganisme yang
menyebabkan karies gigi adalah bakteri gram positif dan
16 jenis yang paling banyak dijumpai seperti
Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis,
Streptokokus mitis dan Streptokokus salivarius serta
beberapa bakteri lainnya. Selain itu, ada juga penelitian
yang menunjukkan adanya laktobasilus pada plak gigi.
Pada penderita karies, jumlah laktobasilus pada plak gigi
berkisar 10.000-100.000 sel/mg plak. Walaupun
demikian, Streptokokus mutans yang diakui sebagai
penyebab utama karies oleh karena Streptokokus mutans
mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten
terhadap asam)
3. Faktor Substrat (Diet )
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi
pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan
dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada
permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi
metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan
bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam
serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya
karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang
banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa
cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya
pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak
dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak
mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk
menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan
penting dalam terjadinya karies gigi
4. Faktor Waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit
kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu
beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang
dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu
kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan

Status karies gigi dan mulut dapat dinilai dengan


menggunakan indeks DMF-T atau def-t pada gigi sulung.
a. Indeks DMF-T Indeks DMF-T adalah indeks untuk
menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal karies
gigi permanen. Karies gigi umumnya disebabkan
karena kebersihan mulut yang buruk, sehingga
terjadilah akumulasi plak yang mengandung berbagai
macam bakteri. DMF-T merupakan singkatan dari
Decay Missing Filled-Teeth (Herijulianti, 2002). Nilai
DMF-T adalah angka yang menunjukkan jumlah gigi
dengan karies pada seseorang atau sekelompok orang.
Angka D (decay) adalah gigi yang berlubang karena
karies gigi, angka M (missing) adalah gigi yang dicabut
karena karies gigi, angka F (filled) adalah gigi yang
ditambal karena karies dan dalam keadaan baik
(Amaniah, 2009).
Nilai DMF-T adalah penjumlahan D+ F+ T.
Indikator utama pengukuran DMF-T menurut WHO
adalah pada anak usia 12 tahun, yang dinyatakan
dengan indeks DMF-T yaitu ≤ 3, yang berarti pada usia
12 tahun jumlah gigi yang berlubang (D), dicabut
karena karies gigi (M), dan gigi dengan tumpatan yang
baik (F), tidak lebih atau sama dengan 3 gigi per anak
(Amaniah, 2009). Rumus yang digunakan untuk
menghitung
DMF-T : DMF-T = D + M + F 25 DMF-T rata-rata =
Jumlah D + M + F/ Jumlah orang yang diperiksa
Kategori DMF-T menurut WHO :
1. 0,0 – 1,1 = sangat rendah
2. 1,2 – 2,6 = rendah
3. 2,7 – 4,4 = sedang
4. 4,5 – 6,5 = tinggi
5. 6,6 > = sangat tinggi
b. Indeks DEF-T Untuk Gigi Sulung
Indeks ini sama dengan DMF-T hanya saja indeks
def-t digunakan untuk gigi sulung. E disini maksudnya
eksfoliasi, yaitu jumlah gigi sulung yang hilang karena
karies atau harus dicabut karena karies. Namun dalam
beberapa penelitian eksofoliasi tidak digunakan (DF-T)
karena mencegah kemungkinan terjadinya kesalahan,
sebab pada eksfoliasi tersebut gigi responden benar-
benar hilang karena karies atau bukan. Pada gigi sulung
sering kali gigi hilang karena faktor resobsi fisiologis
atau trauma. Rumus untuk DEFT sama dengan yang
digunakan pada DMF-T (colilins , 1999).
Kategorik def-t :
1. 0-9 : Baik
2. 10> : buruk

Dapus
1. Collins W, Walsh TF, Figures KH. 1999. A Handbook
for Dental hygienist. 4th ed. Britain: Wright. h. 120.
2. McDonald R, David R, Avery, Jeffrey A. Dean.2004.,
Dentistry for the child and aldoscent. 8th ed. Missouri:
C.V. Mosby Co.
3. World Health Organization (WHO). 2003., Information
series on school health: creating an environment for
emotional and social well-being: an important
responsibility of a healthpromoting and child friendly
school. Geneva: Switzerland.

Anda mungkin juga menyukai