Oleh:
KELOMPOK 2
I Kadek Reza Pramana Dwi Saputra (1806122010023) Kadek Agus Juni Saputra (1806122010033)
Ida Ayu Putu Meilya Citra Saraswati (1806122010029) Kadek Yoga Bagaskara (1806122010039)
DENPASAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmatNya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya Kami juga menyampaikan terima kasih
Makalah ini telah kami susun dengan baik dan dengan sedemikian rupa dan kami berharap
bahwa makalah ini dapat membantu para pembaca dalam mengerti mengenai “Bleaching Gigi Vital” ini.
Kami juga menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan dari makalah yang telah kami susun ini baik
dari segi kalimat maupun dari bahasanya. Untuk itu, kami dengan sangat terbuka menerima segala kritik
dan saran yang membangun agar kami dapat mengembangkan dan memperbaikinya menjadi lebih baik.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan kami berharap semoga makalah mengenai Kelainan
Kelenjar Saliva ini dapat membantu dan bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Pemutihan gigi atau yang biasa dikenal dengan istilah (Bleaching) adalah suatu tindakan
untuk memutihkan gigi secara kimia dengan menggunakan bahan oksidator kuat yaitu peroksida.
Pemutihan gigi sudah mulai populer sejak abad ke 19. Teknik pemutihan gigi (bleaching) terdiri
dari penerapan agen pengoksida yang kuat sebagai bahan aktif pada permukaan gigi untuk
mencapai efek pemutih.
Indikasi perawatannya untuk penderita dengan perubahan warna yang disebabkan proses
penuaan, konsumsi makanan, minuman, obat antara lain tetrasiklin, serta fluorosis.Kontra
indikasi penggunaan bahan pemutih gigi adalah penderita yang alergi terhadap komponen bahan
pemutih gigi atau bahan sendok cetak, penderita dengan gigi sangat sensitif, penderita dengan
gangguan temporomandibular joints (TMJ), wanita hamil, penderita dengan restorasi geligi
anterior yang berubah warna. Penderita yang terlalu berharap akan hasil pemutihan gigi juga
tidak dianjurkan melakukan hal ini, karena kemungkinan hasilnya akan mengecewakan secara
psikis.
Bleaching ekstra koronal biasa dilakukan terhadap gigi vital yang mengalami
perubahan warna (baik kongenital maupun perkembangan). Pemutihan pada gigi vital
dapat dilakukan pada keadaan :
a) pewarnaan tetrasiklin yang ringan pada gigi yang saluran akarnya telah menutup
sempurna
b) fluorosis ringan
c) gigi dengan saluran akar yang telah menutup sempurna dengan tujuan fungsi estetis
d) Dapat pula digunakan pada saat sebelum prosedur restorasi gigi
Gigi vital yang tidak dapat dilakukan pemutihan adalah gigi vital dengan kondisi :
Bahan kimia untuk pemutihan gigi (bleaching) dalam kedokteran gigi, perawatan medis yang
tepat untuk memutihkan warna gigi dapat dilakukan dengan pemutihan gigi (bleaching). Bahan
kimiawi yang diindikasikan sebagai bahan untuk pemutihan gigi (bleaching) adalah hidrogen
peroksida dan karbamid peroksida (Riani et al. 2015).
Karbamid Peroksida juga dikenal sebagai hidrogen peroksida urea yang dapat
diperoleh dalam berbagai konsentrasi antara 3 dan 15%. Biasanya juga mengandung
gliserin atau propilen glikol, natrium stannat, asam fosfat atau asam sitrat, dan aroma.
Dalam beberapa preparat, biasanya ditambahkan carbopol. Karbamid peroksida 10%
akan terurai menjadi urea, amonia, karbondioksida, dan sekitar 3,5% hidrogen peroksida
(Walton & Torabinejad 2008). Karbamid peroksida merupakan kombinasi hidrogen
peroksida dan urea dengan konsentrasi 10% (mengandung 3,6% hirogen peroksida dan
6,4% urea) umum digunakan pada prosedur home bleaching, konsentrasi ini telah
disetujui sebagai bahan yang aman dan efektif oleh American Dental Assosiation (ADA)
untuk penggunaan di luar klinik gigi. Karbamid peroksida lebih sering digunakan pada
prosedur home Bleaching dibandingkan hidrogen peroksida, karena karbamid peroksida
lebih aman dan lebih sedikit menimbulkan efek samping (Fauziah et al. 2012). Bahan
karbamid peroksida ini harus dipakai dengan sangat hati-hati dan di bawah pengawasan
dokter gigi untuk menghindari adanya efek samping yang ditimbulkan pada bahan
tersebut (Walton & Torabinejad 2008).
SIMPULAN
Dapat ditarik kesimpulan bahwa pemutihan gigi (bleaching) merupakan suatu tindakan
untuk memutihkan gigi secara kimia dengan menggunakan bahan oksidator kuat yaitu peroksida.
Terdapat dua teknik yaitu teknik in-office yang menggunakan bahan pemutih gigi hydrogen
peroxide 25-40% dan teknik home bleaching yang menggunakan bahan pemutih gigi
konsentrasi rendah 10-20% carbamide peroxide, konsentrasi 10% direkomendasikan untuk
pemakaian 8 jam per hari, sedangkan konsentrasi 15-20% carbamide peroxide untuk pemakaian
3-4 jam per hari. Indikasi bleaching pada gigi vital dapat dilakukan pada keadaan pewarnaan
tetrasiklin yang ringan pada gigi yang saluran akarnya telah menutup sempurna, fluorosis ringan,
gigi dengan saluran akar yang telah menutup sempurna dengan tujuan fungsi estetis, dapat pula
digunakan pada saat sebelum prosedur restorasi gigi sedangkan kontraindikasinya ruang pulpa
besar dimana mengakibatkan gigi sensitive, saluran akar yang masih terbuka, adanya pengikisan
email, restorasi yang luas, alergi peroksida , gigi yang mengalami karies yang tidak direstorasi,
restorasi yang rusak, sensitivitas gigi yang sudah dirasakan sebelumnya. Untuk bahan kimiawi
yang diindikasikan sebagai bahan untuk pemutihan gigi (bleaching) adalah hidrogen peroksida
dan karbamid peroksida. Serta manfaat dari bleaching pada gigi vital yaitu mengembalikan nilai
estetika gigi vital, mengembalikan warna asli gigi karena faktor ekstrinsik ataupun instrinsik,
menambah pasien/seseorang untuk lebih percaya diri, perubahan penampilan, lebih menjaga dan
merawat kesehatan gigi
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/50880/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y diakses pada hari Senin,11 April 2021 pukul 11.00 WITA
Idrus, I. U. Perubahan Struktur Email Gigi Setelah Menggunakan Pemutih Gigi (Bleaching)
Hidrogen Peroksida.
Melaniwati, M. (2020). Bleaching Gigi Vital pada Gigi Anterior sampai Premolar Pertama
Maksila dan Mandibula (Laporan Kasus). Jurnal Kedokteran Gigi Terpadu, 1(2).