Anda di halaman 1dari 32

BLEACHING

PEMUTIHAN GIGI
MODUL 3 RESTORASI TETAP
Kelompok 9
1. SITI RAHMAH MAULIDDINA A. (20190710019)
2. RYENITA AULIA FARADILA (20190710027)
3. FELIX MULIA (20190710038)
4. TIFFANY EUGENIA TJANDRA (20190710043)
5. NAFI’ DWIANA ROHADHATUL AISY’ (20190710044)
6. ALLMAS PUTRI NABILLA (20190710073)
7. CARINA HAMDALI (20190710090)
8. RICKY MARTIN (20190710093)
9. PUTRI ANGGUN LARASATI (20190710094)
Pendahuluan
Keinginan penderita untuk mendapatkan senyum yang lebih cerah dan lebih putih menyebabkan
kebutuhan pelayanan gigi kosmetik meningkat. Salah satu bentuk pelayanan gigi kosmetik adalah
memutihkan gigi. Tidak ada alat atau material kedokteran gigi yang sepenuhnya aman, termasuk bahan
pemutih gigi. Pemilihan serta penggunaan alat atau material kedokteran gigi didasarkan asumsi bahwa
keuntungan penggunaannya jauh melebihi risiko biologis yang diketahui. Mutu dan sifat material
kedokteran gigi harus mempunyai standar spesifikasi yang dapat diukur, perlu identifikasi persyaratan
sifat fisik dan kimia material, sehingga dapat digunakan dengan hasil yang memuaskan atau tepat guna.
American Dental Association (ADA) pada tahun 1994 mulai memformulasikan panduan
pengujian bahan pemutih gigi yang aman dan efektif. Aman menurut definisi ADA adalah aman secara
biologis bukan klinis. Tingkat keberhasilan dinilai sampai dengan 6 bulan setelah perawatan dimulai,
dengan cara memantau perubahan histologis pulpa, iritasi terhadap jaringan gingiva serta efek samping
penggunaannya untuk mendapatkan sertifikasi dari ADA.
Bleaching atau pemutihan gigi merupakan suatu prosedur perawatan gigi secara kimiawi pada
gigi yang mengalami perubahan warna dengan menggunakan bahan oksidator atau reduktor dan
bertujuan untuk mengembalikan estetik gigi. Prosedur untuk pemutihan gigi dapat dilakukan secara
eksternal untuk gigi vital dan internal untuk gigi non vital. Pemutihan gigi secara eksternal (external
bleaching) dapat dilakukan di klinik oleh dokter gigi secara langsung (in-office bleaching technique)
atau dilakukan di rumah dengan pengawasan dokter gigi (home bleaching technique).
Seorang perempuan usia 28 tahun, datang ke
RSGM Nala Husada ingin memutihkan gigi
depannya yang berubah warna sehingga
mengganggu estetik. Anamnesis didapatkan bahwa
waktu kecil sering sakit dan sering mengkonsumsi
antibiotika tetrasiklin. Pemeriksaan klinis pada gigi
depan rahang atas dan rahang bawah didapatkan
perubahan warna gigi derajat 2, dan gigi rahang

Pemicu
atas dan rahang bawah utuh/tidak ada karies serta
kondisi vital
1
Terminologi Istilah
11.mengobati
Antibiotik : obat - obatan yang digunakan untuk
atau mencegah penyakit infeksi oleh
6. perubahan warna gigi     :atau diskolorasi
merupakan perubahan warna yang disebabkan
bakteri proses pernodaan (staining), penuaan (aging), dan
2. Pemuithan gigi :  Prosedur untuk mencerahkan bahan bahan kimia.
gigi dengan menghilangkan noda pada permukaan 7. Perubahan warna derajat 2 : berwarna gelap ata
gigi abu-abu, tidak ada pita, lebih gelap dari derajat 1,
3. Anamnesis : proses komunikasi dokter dan perawatan dengan bleaching
pasien untuk mengetahui penyakit yang diderita 8. Kondisi Vital : yaitu dimana kondisi gigi masih
pasien vital atau gigi masih sehat dan masih dapat
4. Pemeriksaan klinis : Sebuah proses dari dipertahankan
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk 9. Karies : suatu penyakit jaringan gigi, yaitu
menemukan tanda klinis penyakit email,dentin, dan cementum, yang disebabkan oleh
5. Tetrasiklin : obat antibiotik yang digunakan aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat
untuk mengobati penyakit akibat infeksi bakteri, yang dapat diragikan
seperti anthrax, sifilis, gonore, infeksi saluran 10. Estetika : cabang filsafat yang menelaah dan
kemih, infeksi kulit, atau infeksi saluran membahas tentang seni dan keindahan serta
pencernaan. Obat ini bekerja dengan cara tanggapan manusia terhadapnya
mencegah pengikatan RNA transfer aminoasil dan
menghambat sintesis protein, sehingga
menghambat pertumbuhan sel bakteri.
Identifikasi Rumusan Hipotesis Masalah
Masalah 1 Masalah 1 1
1. Mengapa seorang perempuan 1. Karena mengganggu estetika dan
1. Seorang perempuan usia 28 usia 28 tahun, datang ke RSGM malu karena terjadi perubahan
tahun, datang ke RSGM Nala Nala Husada ingin memutihkan gigi warna pada giginya dan ingin
Husada ingin memutihkan gigi depannya yang berubah warna mengembalikan warna gigi
depannya yang berubah warna sehingga mengganggu estetik ? aslinya 
sehingga mengganggu estetik  2. Apa hubungan pasien sering 2. Penggunaan tetrasiklin dalam
2. Anamnesis didapatkan bahwa mengkonsumsi antibiotika tetrasiklin
jangka panjang memiliki efek
waktu kecil sering sakit dan sering samping yaitu dapat
dengan keadaan pasien saat ini? menyababkan
mengkonsumsi antibiotika 3. Apa arti pemeriksaan klinis ?   diskolorasi/perubahan warna gigi.
tetrasiklin  4. Apa hubungan gigi rahang atas ,molekul tetrasiklin tertimbun
3. Pemeriksaan klinis pada gigi dan rahang bawah utuh/tidak ada didalam jaringan dentin &email
depan rahang atas dan rahang karies serta kondisi vital? yang dapat memberikan warna
bawah didapatkan perubahan permanen pada gigi
warna gigi derajat 2 3. Warna gigi pada pasien berubah
warna menjadi kuning hingga
4. Gigi rahang atas dan rahang
keabuan karena antibiotika
bawah utuh/tidak ada karies serta tetrasiklin
kondisi vital. 4. Gigi memenuhi syarat untuk
dapat dilakukan perawatan
bleaching eksternal
Dokter gigi menjelaskan kepada pasien tentang
penyebab terjadinya perubahan warna atau
Pemicu diskolorasi pada giginya. Dokter gigi merencanakan
perawatan dengan bleaching eksternal tehnik in
2 office bleaching.
Terminologi Istilah
2 1. Diskolorasi : Perubahan warna gigi
2. Bleaching Eksternal : Suatu prosedur
perawatan gigi secara kimiawi pada gigi yang
mengalami perubahan warna dengan
menggunakan bahan oksidator/ reduktor dan
bertujuan untuk mengembalikan estetika pada
gigi yang masih vital.

3. Teknik in office bleaching : perawatan yang


dilakuka di klinik menggunakan bahan hidrogen
peroksida berkonsentrasi tinggi antar 15-40%.
Identifikasi Rumusan Hipotesis
Masalah 2 Masalah 2 Masalah 2
1. Dokter gigi menjelaskan 1. Apa hubungan perubahan 1. Karena mengganggu
kepada pasien tentang warna atau diskolorasi dengan estetika gigi pasien dan
penyebab terjadinya kebiasaan pasien? malu karena terjadi
perubahan warna atau perubahan warna pada
diskolorasi pada giginya  2. Mengapa dokter gigi giginya, serta ingin
merencanakan perawatan mengembalikan warna gigi
2. Dokter gigi dengan bleaching eksternal aslinya
merencanakan tehnik in office bleaching
perawatan dengan 2. Bleaching eksternal
bleaching eksternal dilakukan karena gigi
tehnik in office bleaching pasien masih vital, serta
teknik in office bleaching
dilakukan agar pasien
dapat memperoleh
perawatan pemutihan gigi
pada hari yang sama.
PETA KONSEP
Learning Issue
1. Diskolorasi 5. Bleaching
a. definisi a. Definisi
b. Etiologi b. Indikasi dan kontraindikasi
c. Klasifikasi c. Macam
d. Penatalaksanaan
2. Etiopatogenesis pada kasus
6. Bleaching eksternal
3. Klasifikasi diskolorasi akibat a. Indikasi dan kontraindikasi
tetrasiklin b. Kelebihan dan kekurangan
c. Bahan yang digunakan
4. Rencana perawatan diskolorasi d. Mekanisme
akibat tetrasiklin e. Efek samping

7. Bagaimana perawatan post bleaching


1. Diskolorasi
b. Etiologi
Menurut (Walton dan Torabinejad, 2008) perubahan
a. Definisi warna pada gigi terjadi saat pembentukan maupun
Diskolorasi gigi secara umum diartikan sesudah pembentukan odontogenesis. Perubahan
sebagai perubahan warna gigi menjadi warna pada gigi dapat disebabkan oleh: 
lebih gelap daripada gigi aslinya yang
dipengaruhi oleh multifaktor, diantaranya: 1) Perubahan warna alamiah atau didapat 
faktor intrinsik dan ekstrinsik Perubahan warna ini dapat terjadi karena faktor
(Kermanshah, et al, 2013; Soeparmin, et ekstrinsik maupun intrinsik. Perubahan warna ini bisa
al, 2016). Warna gigi pada orang dewasa terjadi pada :
berwarna putih abu-abu, kuning, abu-abu, a) Nekrosis pulpa 
atau putih kekuningan. Orang dewasa Nekrosis pulpa terjadi karena beberapa faktor,
memiliki warna sedikit gelap karena diantaranya yaitu iritasi pada pulpa yang disebabkan
dentin bertambah tebal dengan oleh adanya bakteri, proses mekanik, ataupun proses
terbentuknya dentin tersier, sedangkan kimiawi. Keadaan tersebut menyebabkan pelepasan
emailnya bertambah tipis karena proses produk disintegrasi jaringan. Senyawa-senyawa
atrisi dan abrasi, sehingga menyebabkan tersebut masuk ke dalam tubulus dentinalis sehingga
dentin terlihat oleh email (Mulky, et al, terjadi perubahan warna gigi.
2014).
1. Diskolorasi
b. Etiologi
b) Perdarahan intrapulpa 
Perdarahan intrapulpa terjadi karena cedera pada gigi yang berkontak sehingga terjadi terputusnya
pembuluh darah pada mahkota dan terjadi lisisnya eritrosit. Produk disintegrasi darah berupa besi sulfida
masuk ke dalam tubulus dentinalis sehingga terjadi pewarnaan pada dentin dan sekelilingnya. 
c) Metamorfosis kalsium 
Metamorfosis kalsium pembentukan dentin tersier yang sangat luas di dalam kamar pulpa setelah adanya
cedera yang tidak mengakibatkan nekrosis pulpa. Keadaan ini, pasokan darah terputus sementara dan
disertai kerusakan sebagian odontoblas. Odontoblas yang rusak diganti oleh sel-sel yang secara cepat
membentuk dentin tersier pada dinding ruang pulpa. Akibatnya mahkota gigi lama kelamaan
translusensinya akan menurun dan mengakibatkan perubahan warna menjadi kekuning kuningan atau
coklat-kuning. 
d) Defek perkembangan 
   (1) Akibat obat-obatan sistemik
   (2) Defek dalam pembentukan gigi
   (3) Kelainan darah dan faktor-faktor lain

2) Perubahan warna iatrogenik 


Perubahan warna karena perawatan endodonsia: material obturasi, sisa-sisa jaringan pulpa, obat-obatan
intrakanal, dan restorasi korona.
1. Diskolorasi
c. Klasifikasi

1) Diskolorasi Ekstrinsik
Diskolorasi ekstrinsik yang bersifat lokal ini ditemukan pada permukaan luar gigi. Beberapa penyebab
dari diskolorasi ekstrinsik adalah noda tembakau, teh yang dapat melekat pada pelikel email dan
bergabung melalui lapisan permukaan. Diskolorasi ekstrinsik ini dapat dihilangkan dengan skaling dan
pemolesan pada gigi.

2) Diskolorasi Intrinsik
Diskolorasi intrinsik disebabkan karna akumulasi atau penumpukan suatu agen aktif yang menghasilkan
noda pada gigi yang terdapat di dalam email dan dentin. Penyebab diskolorasi intrinsik membuat email
menjadi translusensi karna stain sudah masuk ke dalam dentin. Penyebab lain pada gigi nonvital,
misalnya trauma selama ekstirpasi pulpa, material restorasi gigi, dan material perawatan saluran akar.
Dentinogenesis imperfekta dan amelogenesis imperfekta yang terjadi pada periode perkembangan gigi
menjadi salah satu penyebab diskolorasi  (Mulky, et al, 2014)
2. Etiopatogenesis pada kasus
Jika gigi terkena tetrasiklin (baik dalam kandungan atau melalui pemberian oral) pada saat
mineralisasi atau kalsifikasi gigi, tetrasiklin akan mengikat ion kalsium (kalsium ortofosfat) di gigi. Jika ini
terjadi sebelum erupsi gigi melalui gingiva (gusi), tetrasiklin yang terikat pada kalsium ortofosfat akan
menyebabkan perubahan warna kuning fluoresen. Namun, setelah erupsi gigi dan paparan cahaya,
tetrasiklin akan teroksidasi menyebabkan perubahan warna dari kuning fluorescent menjadi coklat
nonfluorescent selama beberapa bulan sampai tahun. Lokasi perubahan warna gigi berkorelasi
langsung dengan tahap perkembangan gigi pada saat paparan tetrasiklin. Selain itu, gigi permanen
cenderung menunjukkan perubahan warna yang kurang intens tetapi lebih menyebar dibandingkan gigi
sulung (Cohen, 2002). 
Mekanisme untuk menjelaskan Pewarnaan oleh tetrasiklin adalah kemampuannya untuk
membentuk kompleks dengan ion kalsium, yang disebut kelasi. Tetrasiklin berikatan dengan ion kalsium
untuk membentuk kalsium tetrasiklin  ortofosfat kompleks yang stabil. Kompleks ini disimpan ke dalam
tulang dan gigi. Dentin lebih rentan terhadap pewarnaan daripada email. Perubahan warna yang
diinduksi tetrasiklin bersifat permanen karena dentin dan email tidak dapat diperbarui. Perubahan warna
bervariasi, tergantung pada jenis antibiotik yang digunakan, dari kuning atau abu-abu hingga coklat
dengan atau tanpa pita (Scully, 2010). 
2. Etiopatogenesis pada kasus
Chlortetracycline dapat menyebabkan misalnya perubahan warna abu-abu, sedangkan
tetracycline, dimethyl chlortetracycline dan oxytetracycline memberikan warna kuning.
Oxytetracycline adalah yang paling sedikit mengubah warna. Gigi yang terkena cenderung menjadi
kuning saat erupsi dan setelah terpapar cahaya, fluorescent pewarnaan kuning berubah menjadi
warna coklat non-fluorescent seiring waktu. Terutama gigi yang terkena cahaya akan menjadi gelap,
mungkin, karena pemecahan tetrasiklin karena paparan cahaya. 

Tingkat keparahan pewarnaan berhubungan dengan waktu pemberian, dosis, frekuensi, durasi
pemberian dan tahap odontogenesis. Gigi sulung memulai tahap kalsifikasi sekitar akhir bulan
keempat kehamilan dan berakhir pada 11-14 usia bulan. Kalsifikasi gigi permanen dimulai setelah
lahir, karena itu tidak terpengaruh oleh pemberian tetrasiklin prenatal. Gigi permanen melanjutkan
kalsifikasi mereka sampai usia 8 tahun, kecuali untuk gigi geraham ketiga. Oleh karena itu, tetrasiklin
harus dihindari untuk wanita hamil selama yang kedua dan ketiga trimester kehamilan dan untuk
anak-anak sampai usia delapan tahun. Pewarnaan terjadi lebih sering pada gigi yang sedang
berkembang ketika dosis total lebih dari 3g, atau administrasi melebihi 10 hari (Tewari et al., 2021).
3. Klasifikasi diskolorasi akibat
tetrasiklin

Menurut Jordan dan Boksman pada tahun 1984, diskolorasi akibat tetrasiklin diklasifikasikan menjadi
empat derajat yaitu:
Derajat 1
Gigi dengan noda kuning hingga abu-abu tanpa pita dan dengan penyebaran warna yang seragam
pada seluruh gigi .
Derajat 2
Gigi dengan noda kuning-coklat hingga abu-abu gelap tanpa pita.
Derajat 3
Gigi dengan warna biru-abu-abu atau noda hitam dan garis melintang yang signifikan permukaan.
Derajat 4
Gigi dengan noda begitu parah bahwa pemutihan gigi tidak efektif.
3. Klasifikasi diskolorasi akibat
tetrasiklin

Pewarnaan  yang  disebabkan  tetrasiklin  dibedakan menjadi 4 derajat (Vennila et al., 2020): 
• Derajat 1 berwarna abu-abu  muda,  kuning,  coklat,  warna  merata  di  permukaan gigi, tidak ada
pita, hampir semua gigi, perawatan dengan bleaching
• Derajat 2 berwarna gelap atau abu-abu, tidak ada pita, lebih gelap dari derajat 1, perawatan
dengan bleaching
• Derajat 3 berwarna abu-abu  gelap,  kadang-kadang  terdapat  pita.  Hasil kurang  bagus  dengan
bleaching,  perlu  perawatan dengan veneer. 
• Derajat 4 berwarna gelap, perawatan dengan veneer.
4. Rencana perawatan diskolorasi akibat
tetrasiklin
Perubahan warna pada gigi bisa disebabkan banyak hal, salah satunya karena pengaruh tetrasiklin.
Pewarnaan yang disebabkan tetrasiklin dibedakan menjadi 4 derajat. Derajat 1 berwarna abu-abu muda,
kuning, coklat, warna merata di permukaan gigi, tidak ada pita, hampir semua gigi, perawatan dengan
bleaching. Derajat 2 berwarna gelap atau abu-abu, tidak ada pita, lebih gelap dari derajat 1, perawatan
dengan bleaching. Derajat 3 berwarna abu-abu gelap, kadang-kadang terdapat pita. Hasil kurang bagus
dengan bleaching, perlu perawatan dengan veneer. Derajat 4 berwarna gelap, perawatan dengan veneer
(Setyawati et al., 2011). Teknik bleaching gigi vital yang paling banyak diminati adalah home bleaching
atau disebut juga sebagai nightguard vital bleaching. Bahan bleaching yang paling banyak digunakan
pada teknik ini adalah karbamid peroksida 10% yang berbentuk gel. Karbamid peroksida 30-35% bersifat
kaustik dan dapat mengiritasi gingiva. Karbamid peroksida 10% relatif lebih aman dan tidak mengiritasi
gingiva, direkomendasikan sebagai bahan bleaching. Bleaching ekstrakoronal dengan pemanasan biasa
dilakukan pada gigi vital yang mengalami perubahan warna. Teknik ini biasanya menggunakan hidrogen
peroksida 35 % yang dioleskan di permukaan gigi diikuti dengan pemanasan. Teknik ini lebih sulit
daripada teknik bleaching pada gigi non vital karena kondisi gigi yang masih vital memungkinkan pasien
merasakan perubahan suhu yang terjadi. Nightguard vital bleaching merupakan prosedur bleaching yang
aman untuk digunakan dan efektif pada perubahan warna gigi akibat tetrasiklin. Teknik ini menggunakan
mouthguard dengan bahan yang digunakan biasanya adalah karbamid peroksida 10 % berbentuk gel
(Setyawati et al., 2011). 
5. Bleaching
a.Definisi b. Indikasi dan kontraindikasi
Bleaching atau pemutihan gigi Indikasi perawatannya untuk penderita
merupakan suatu prosedur perawatan gigi dengan perubahan warna yang disebabkan
secara kimiawi pada gigi yang mengalami proses penuaan, konsumsi makanan,
perubahan warna dengan menggunakan minuman, obat antara lain tetrasiklin, serta
bahan oksidator atau reduktor dan bertujuan fluorosis.
untuk mengembalikan estetik gigi seseorang Kontra indikasi penggunaan bahan
(Andang dan Hidayat, 2002 dalam Syafriadi pemutih gigi, adalah penderita yang alergi
dan Noh, 2014). terhadap komponen bahan pemutih gigi atau
Prosedur untuk pemutihan gigi dapat bahan sendok cetak, penderita dengan gigi
dilakukan secara eksternal untuk gigi vital sangat sensitif, penderita dengan gangguan
dan internal untuk gigi non vital. Pemutihan temporomandibular joints (TMJ), penderita
gigi secara eksternal (external bleaching) hamil, penderita dengan restorasi geligi
dapat dilakukan di klinik oleh dokter gigi anterior yang berubah warna. Penderita yang
secara langsung (in-office bleaching terlalu berharap akan hasil pemutihan gigi juga
technique) atau dilakukan di rumah dengan tidak dianjurkan melakukan hal ini, karena
pengawasan dokter gigi (home bleaching kemungkinan hasilnya akan mengecewakan
technique) (Goldstein, 1955 dalam secara psikis (Matis,2004)
Suprastiwi, 2005).
5. Bleaching
c. Macam
Ada 2 macam teknik bleaching yaitu (Walton, 1997): 
1. Teknik eksternal 
- In office bleaching dilakukan di praktek dokter gigi. Digunakan untuk menghilangkan stain pada gigi
(contoh; stain tetrasiklin atau karena penuaan), atau untuk pemutihan satu gigi (seperti: gigi setelah
perawatan endodontik). Gel hidrogen peroksida diaplikasikan pada permukaan gigi yang diaktivasi
melalui penyinaran atau foto oksidasi. Bahan kemudian masuk atau berdifusi melalui perantara
enamel ke tubuli dentin dan mengoksidasi pigmen pada dentin. Mekanisme pemutihan dalam hal ini
terjadi oleh degradasi kimiawi dari struktur hidrokuinon tak jenuh yang ditemukan dalam tetrasiklin,
yang menyebabkan lebih sedikit molekul berwarna sehingga gigi menjadi lebih putih.
- At home bleaching merupakan teknik yang sangat simpel, setelah konsultasi awal dengan dokter
gigi, tray yang dibuat untuk pasien untuk memutihkan gigi dirumah. 
2. Teknik internal 
- Teknik termokatalitik melibatkan peletakan bahan oksidator di dalam kamar pulpa dan penggunaan
panas. Panas ini diperoleh dari lampu, alat yang dipanaskan, atau alat pemanas listrik yang dibuat
khusus untuk memutihkan gigi.
- Teknik walking bleach sebaiknya dipakai dalam semua keadaan yang memerlukan teknik pemutihan
secara internal.
5. Bleaching
d. Penatalaksanaan

Bahan yang digunakan sebagai pemutih


gigi dapat berupa reduktor dan oksidator,
namun yang banyak digunakan adalah
oksidator (Walton dan Torabinejad, 2008)
Mekanisme bahan oksidator dalam
memutihkan gigi adalah bahan oksidator akan
mengoksidasi pigmen pada gigi dengan cara H2O yang terbentuk melalui rangkaian
melepas oksigen sebagai radikal bebas. proses kimiawi di atas akan bereaksi dengan
(Suprastiwi (2005) menyatakan, peroksida ikatan jenuh sehingga menyebabkan penyerapan
sebagai bahan oksidator mempunyai radikal energi pada molekul organik email. Hasil dari
bebas yang tidak memiliki pasangan elektron reaksi tersebut akan membentuk molekul organik
yang akan lepas dan kemudian diterima oleh email yang lebih kecil dengan warna yang lebih
email sehingga terjadi proses oksidasi. terang (Suprastiwi, 2005).
Elektron-elektron ini akan teroksidasi oleh
bahan organik yang menyebabkan perubahan
warna gigi.
6. Bleaching Eksternal
b. Kelebihan dan kekurangan
Kelebihan dan Kekurangan Bleaching Eksternal 
1. Home Bleaching  Kelebihan 
a. Indikasi dan kontraindikasi a. Metodenya mudah untuk dilakukan oleh pasien 
Di bawah ini adalah Indikasi dari perawatan b. Mudah bagi dokter gigi untuk mengawasi 
bleaching internal menurut ( Walton dkk, 2014) :  c. Waktu di dental chair lebih sedikit dan lebih murah 
1.  Dilakukan pada gigi non vital  d. Pasien dapat melakukan bleaching sesuai kenyamanan
2.  Gigi masih utuh dan tidak ada karies besar  pasien  
3. Memiliki ketebalan dentin yang cukup Kekurangan 
4. Mengalami perubahan warna karena faktor a. Dibutuhkan kepatuhan pasien 
intrinsik meliputi diskolorasi kamar pulpa, b. Perubahan warna tergantung pada waktu penggunaan
tray 
diskolrasi dentin dan diskolorasi yang tidak
c. Kemungkinan penggunaan bleach yang lebih dari satu jam
dapat dirawat dengan bleaching  eksternal
perhari 
5. Tidak ada keluhan periodontal 2. In Office Bleaching  Kelebihan 
6. Tidak dilakukan perawatan saluran akar a. Preferensi pasien 
Kontraindikasi dari bleaching eksternal ( Walton b. Waktu keseluruhan lebih sedikit dibandingkan home
dkk, 2014 ) bleaching 
7. Diskolorasi email bagian superficial c. Motivasi pasien 
8. kerusakan pada bentuk email d. Perlindungan jaringan lunak  Kekurangan 
9. Kehilangan jaringan dentin berat a. Waktu di dental chair lebih lama 
10. Terdapat karies b. Lebih mahal 
11. Diskolorasi komposit bagian proksimal (kecuali c. Perubahan warna lebih cepat 
d. Kontrol lebih sering dan lama 
bagian tersebut diganti setelah proses
e. Dehidrasi gigi 
bleaching)
f. Belum banyak penelitian yang mendukung ( Garg, Nisha
dan Garg, Amit. 2010 )
6. Bleaching Eksternal
c. Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan untuk bleaching  adalah yang mengandung peroksida. Bahan ini dapat
digunakan secara eksternal maupun internal, dan untuk gigi vital maupun non vital. bahan yang
digunakan untuk bleaching eksternal adalah bahan yang bekerja dengan konsentrasi rendah, dan
dapat dikerjakan di rumah oleh pasien dengan pengawasan dokter gigi. Kandungan utama bahan
pemutih gigi, diantaranya hidrogen peroksida, natrium perborat, karbamid peroxide. bahan pemutih
gigi yang paling sering digunakan adalah karbamid peroxide dan hydrogen peroxide sebagai bahan
aktif bleaching eksternal.
6. Bleaching Eksternal
d. Mekanisme
a. In - Office bleaching 5. gel pemutih yang kuat dicampur dengan pabrikan dan
1. Sebelum melakukan prosedur bleaching, harus dioleskan pada permukaan labial gigi dengan ketebalan 2 - 3
dipastikan dulu apakah perubahan warna dapat diatasi mm dengan sikat sekali pakai
6. Bergantung pada sumber cahaya, setiap gigi diekspos
dengan bleaching eksternal atau tidak, dan pasien hingga tiga kali selama 3 hingga 10 detik, sesuai dengan
harus diberitahu terlebih dahulu tentang prosedurnya. rekomendasi pabrikan. Gel dapat tinggal di gigi selama 3
2. pemeriksaan klinis, untuk mendeteksi karies, sampai 5 menit tanpa aktivasi cahaya.
penyakit endodontik atau periodontal, kondisi patologis 7. Gel harus dihilangkan dengan kasa basah dan air, kemudian
rongga mulut lainnya, dan restorasi yang sudah rusak. dibersihkan dengan batu apung untuk kedua kalinya, dan
3. pasien harus membersihkan rongga mulut dahulu dibilas lagi untuk memastikan semua sisa gel pemutih telah
hilang.
sebelum bleaching eksternal agar drg dapat 8. Rubber dam dan sisa gulungan kapas dan retraktor
memeriksa jaringan gingiva yang sehat  dan disingkirkan. Pembilasan air digunakan lagi, dan semua
memastikan bahwa area yang akan diputihkan bebas jaringan diperiksa.
dari kalkulus atau plak. 9. Gigi harus dipoles dan dioleskan gel natrium fluoride pH
4. Gigi harus dibersihkan lagi dengan cangkir karet dan netral.
batu apung. Pipi harus ditarik dengan foto retraktor 10. Pasien harus diberitahu tentang prosedurnya. Tergantung
pada situasi individu, hasil dapat bervariasi. Pasien harus
atau gulungan kapas. Gulungan kapas berfungsi diinstruksikan bahwa peningkatan sensitivitas gigi dapat terjadi
sebagai fitur keamanan tambahan jika ada hidrogen selama 2 sampai 3 hari.
peroksida yang bocor. Isolasi rubber dam adalah wajib. 11. Pasien harus diinstruksikan untuk menahan diri dari
tembakau, kopi, teh, cola selama 2 minggu
6. Bleaching Eksternal
d. Mekanisme
b. At Home bleaching
4. Pasien yang memakai tray pada siang hari dapat
1. At-home bleaching secara profesional melibatkan
memilih untuk mengganti gel setiap 2 jam. Jika ada
pembuatan tray khusus yang disesuaikan dengan
gangguan (misalnya sensitivitas termal, rasa
baik setelah cetakan diambil dan model dituangkan.
abnormal, atau iritasi jaringan) terjadi, pasien harus
Pasien akan memakai gel yang dimuat dalam tray
menghentikan prosedur dan mencari saran dari dokter
yang secara perlahan melepaskan zat pemutih
gigi. 
selama beberapa jam atau semalaman setiap hari
5. Pasien yang menggunakan tray di siang hari harus
selama 2 sampai 6 minggu sampai hasil yang
diperiksa seminggu sekali selama 3 minggu;
memuaskan tercapai.
pengguna malam hari harus dilihat setiap minggu
2. Tray dibuat menggunakan cetakan alginat. Setelah
selama 6 minggu.
pengiriman, tray harus diperiksa kesesuaiannya
6. Keberhasilan bleaching eksternal dengan metode
dengan keadaan pasien, kehalusan pada margin,
at-home bleaching sebagian besar tergantung pada
dan oklusi. 
kerja sama pasien. Risiko yang dapat terjadi adalah
3. Pasien harus meletakkan beberapa tetes gel
potensi masalah kepatuhan pasien dan kemungkinan
pemutih ke dalam tray sebelum diaplikasikan. Bahan
penggunaan bahan pemutih yang berlebihan. Hasil
pemutih yang paling umum untuk at-home bleaching
dengan teknik pemutihan di rumah cenderung tetap
adalah 10% sampai dengan 22% karbamid peroksida
stabil selama 1 hingga 10 tahun.
dengan hasil efektif hidrogen peroksida 4% hingga
7,5%.
6. Bleaching Eksternal
1. Gigi sensitif
e. Efek samping Kemungkinan efek samping paling banyak yang
Terdapat 2 efek samping yang paling sering orang sadari pada saat proses bleaching adalah
terjadi yaitu gigi sensitif dan iritasi pada gingiva. gigi sensitif. Beberapa pasien mempunyai riwayat
Selain itu, sakit tenggorokan, rasa perih pada gigi sensitif setelah sekali pengaplikasian dari
jaringan rongga mulut dan sakit kepala bahan bleaching. Gigi menjadi sensitif terhadap
merupakan efek samping tetapi jarang udara, air panas dan dingin dan sensitif terhadap
dilaporkan. Ketika efek samping pada makanan dan minuman yang manis. Bahan
seseorang terjadi secara kebetulan selama bleaching ini merusak prisma rod enamel,
proses bleaching, proses ini harus dihentikan. kerusakan prisma rod enamel ini dapat
Bagi kebanyakan orang efek samping yang menyebabkan tersingkapnya dentin secara
mereka rasakan tidak pernah terlalu signifikan mikroskopis. Hidrogen peroksida dalam bentuk gel
dibandingkan dengan proses bleachingnya. atau pasta, secara kimia memiliki sifat hipertonik
Umumnya efek samping ringan pada dibandingkan cairan pada struktur gigi dan
seseorang yang dapat ditoleransi selama jaringan sekitarnya. Kondisi tersebut
proses bleaching akan menurun dalam menyebabkan terjadinya proses penyerapan air
beberapa hari setelah mereka menyelesaikan dari tekanan yang lebih rendah. Dalam hal ini dari
perawatannya (Farahanny, 2009). email, tubulus dentin dan lapisan epitel mukosa
atau gusi. Proses dehidrasi tersebut menyebabkan
rasa ngilu dan sensitif.
6. Bleaching Eksternal
2. Iritasi gingiva Terdapat satu laporan kasus mengenai perusakan
Selama proses bleaching jaringan gingiva dapat non reversible yang signifikan pada struktur gigi
menjadi iritasi. Iritasi gingiva dapat meluas yang sebelumnya sehat setelah penggunaan asam
dihubungkan dengan konsentrasi peroxide yang yang berlebihan pada sistem home bleaching
ditemukan pada bahan bleaching. Bisa juga selama 2 bulan.
dikarenakan tray mendorong melawan gingiva
selama proses bleaching yang menyebabkan trauma 4. Mengurangi perlekatan
mekanis. Larutan bleaching dengan konsentrasi Carbamide peroxide juga dapat mempengaruhi gigi
tinggi dapat menyebabkan trauma khemis. Hal-hal ini secara signifikan dengan mengurangi kekuatan
dapat menyebabkan resesi gingiva secara perlekatan sistem RK untuk perawatan enamel dan
permanen. dentin. Telah diketahui bahwa sisa peroksida pada
3. Perubahan morfologi enamel permukaan dentin dan enamel menghambat
Carbamide peroxide menyebabkan sedikit polimerisasi sistem resin bonding. Dari hasil
perubahan morfologi dari permukaan enamel pada scanning electron microscope memperlihatkan
level pH yang beragam. Menurut penelitian Rosalina adanya perubahan topografi permukaan email
Tjandrawinata merendam sampel email dalam terutama dengan Carbamide peroxide yang pHnya
Carbamide peroxide dan Hydrogen peroxide rendah yaitu berupa pitting atau erosi.
menunjukkan hasil yang sama yaitu adanya
perubahan gambaran email menjadi lebih kasar,
berpori-pori dan adanya bercak berwarna putih
akibat penggunaan bahan tersebut dilihat secara
6. Bleaching Eksternal
6. Sakit pada tenggorokan
5. Masalah dengan material restorasi gigi
Bahan bleaching dapat tertelan. Hal ini tidak dapat
Pemeriksaan laboratorium membuktikan efek
dihindari selama proses bleaching. Ketika bahan
bahan bleaching pada material gigi
tersebut tertelan, dapat menyebabkan iritasi pada
menunjukkan perubahan yang secara klinis
jaringan mukosa pada tenggorokan.
tidak signifikan terhadap kebanyakan
material restorasi gigi setelah bleaching. Gel
Carbamide peroxide meningkatkan
pelepasan merkuri dari amalgam gigi dan
menyebabkan perubahan warna menjadi
lebih buram.
7. Bagaimana perawatan post bleaching

• Hindari merokok selama 48 jam


• Hindari makanan dan minuman yang bernoda (saus merah, blueberry, jus, kopi, teh, dll)
• Sensitivitas ringan terhadap cairan panas atau dingin dapat terjadi. Ini biasanya berlalu dalam
1 – 2 hari. Jika sensitivitas berlanjut, kami sarankan untuk minum obat pereda nyeri yang
dijual bebas. Kami merekomendasikan menggabungkan dua Ibuprofens (seperti Motrin)
dengan dua Acetaminophen (seperti Tylenol).
• Jika mengalami sensitivitas gusi, jangan menyikat area yang sakit saat menyikat gigi.
• Perawatan perbaikan mungkin diperlukan setiap 6-12 bulan untuk mempertahankan warna
(Nogueira, 2019)
Kesimpulan
Terdapat pasien usia 28 tahun ingin memutihkan gigi
depannya yang berubah warna yang mana mengganggu
estetik. Anamnesis : waktu kecil pasien sering sakit dan
sering mengkonsumsi antibiotika tetrasiklin. Pemeriksaan
klinis : pada gigi depan rahang atas dan rahang bawah
didapatkan perubahan warna gigi derajat 2, dan gigi
rahang atas dan rahang bawah utuh/tidak ada karies
serta kondisi vital. Dokter gigi menjelaskan kepada
pasien tentang penyebab terjadinya perubahan warna
atau diskolorasi pada giginya diakibatkan oleh konsumsi
antibotika tetrasiklin saat pasien masih kecil, kemudian
dokter gigi merencanakan perawatan dengan bleaching
eksternal tehnik in office bleaching dengan bahan
bleaching yang paling banyak digunakan pada teknik ini
adalah karbamid peroksida 10% yang berbentuk gel
karena relatif lebih aman dan tidak mengiritasi gingiva,
direkomendasikan sebagai bahan bleaching. Bleaching
ekstrakoronal dengan pemanasan biasa dilakukan pada
gigi vital yang mengalami perubahan warna.
Daftar Pustaka
● Cohen S, Burns RC. Pathways of the pulp. 6 th edition. Mosby: St. Louis;2002.586-587.
● Farahanny, W., 2009. Efek Samping Office Bleaching dan Home Bleaching Terhadap Gigi. Universitas Sumatera
Utara.
● Garg, Nisha dan Garg, Amit. 2010. Textbooks of Endodontics. 2nd Edition. New Dehli: Jaypee Brothers Medical
Publishers.
● Jordan RE, Boksman L. Conservative vital bleaching treatment of discolored dentition. Compend Contin Educ
Dent. 1984; 5: 803-7
● Matis BA. 2004. The question-at-home or in-office bleaching: Evidence based concepts to empower dental
professionals. Available at: bmatis@iupui.edu. 
● Nogueira, Jhones-Suelone-Pontes., P.C., Lins-Filho, M.F.D. and Marianna-Falcão Silva, R.P.G., 2019. Does
comsumption of staining drinks compromise the result of tooth whitening?. Journal of Clinical and Experimental
Dentistry, 11(11), p.e1012.
● Scully, C., Medical problems in dentistry. 6th ed. ed. 2010, Edinburgh: Churchill Livingstone. ix, 746 p
● Setyawati, A., 2011. BLEACHING KASUS DISKOLORASI TETRASIKLIN DERAJAT 3: BLEACHING OF
THE THIRD DEGREE TETRACYCLINE DISCOLORATION. Dentika: Dental Journal, 16(2), pp.180-183.
● Suprastiwi, Endang. Penggunaan karbamid peroksida sebagai bahan pemutih gigi. Indonesia Journal of Dentistry.
2005;12(3):139-45.
● Syafriadi, M., Noh, T. C., 2014. Pengukuran Kadar Saliva Terlarut Pada Gigi Yang Dilakukan Eksternal Bleaching
dan Dipapar Dengan Streptococcus Mutans, Jurnal PDGI. 63 (2): 63-65
● Tewari P, Nikhil V, Sajjanhar I et.al. A minimally invasive management approach to tetracycline staining of adult
dentition. International Journal of .Research and Review. 2021; 8(4): 26-30. DOI:https://doi.org/10.52403/ijrr
● Walton R.E, Torabinejad M. Prinsip dan Praktikum Ilmu Endodonsi. Alih Bahasa Narlan S, Winiarti S, Bambang
N. Edisi Kedua. Jakarta. 1997:502-26
● Walton RE, Torabinejad M. 2008. Prinsip dan Praktek ilmu endodonsi. Alih bahasa: Narlan S, Winiati S, Bambang
N. ed ke-3.Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai