Anda di halaman 1dari 10

PANCASILA SEBAGAI

DASAR NILAI
PENGEMBANG ILMU
Problema Etika Ilmu
Penerapan dari ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan dimensi
etis sebagai pertimbangan dan kadang-kadang mempunyai pengaruh pada
proses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tanggung jawab etis, merupakan hal yang menyangkut kegiatan maupun
penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini berarti
ilmuwan dalam mengemban ilmu pengetahuan dan teknologi harus
memerhatikan kodrat dan martabat manusia, menjaga keseimbangan
ekosistem, bertanggung jawab kepada kepentingan umum, dan generasi
mendatang, serta bersifat universal
karena pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk
mengembangkan dan memperkokoh eksistensi manusia bukan untuk
menghancurkan eksistensi manusia.
Tanggung jawab etis tidak hanya menyangkut upaya penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara tepat dalam kehidupan manusia. Akan
tetapi, menyadari juga apa yang seharusnya dikerjakan atau tidak
dikerjakan untuk memperkokoh kedudukan serta martabat manusia, baik
dalam hubungan sebagai pribadi, dengan lingkungannya maupun sebagai
makhluk yang bertanggung jawab terhadap khalik-Nya.
Problema Etika Ilmu
Penerapan dari ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan dimensi
etis sebagai pertimbangan dan kadang-kadang mempunyai pengaruh pada
proses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tanggung jawab etis, merupakan hal yang menyangkut kegiatan maupun
penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini berarti
ilmuwan dalam mengemban ilmu pengetahuan dan teknologi harus
memerhatikan kodrat dan martabat manusia, menjaga keseimbangan
ekosistem, bertanggung jawab kepada kepentingan umum, dan generasi
mendatang, serta bersifat universal
karena pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk
mengembangkan dan memperkokoh eksistensi manusia bukan untuk
menghancurkan eksistensi manusia.
Tanggung jawab etis tidak hanya menyangkut upaya penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara tepat dalam kehidupan manusia. Akan
tetapi, menyadari juga apa yang seharusnya dikerjakan atau tidak
dikerjakan untuk memperkokoh kedudukan serta martabat manusia, baik
dalam hubungan sebagai pribadi, dengan lingkungannya maupun sebagai
makhluk yang bertanggung jawab terhadap khalik-Nya.
Tugas terpenting ilmu pengetahuan dan teknologi adalah menyediakan
bantuan agar manusia dapat bersungguh-sungguh mencapai pengertian
tentang martabat dirinya. Ilmu pengetahuan dan teknologi bukan saja
sarana untuk mengembangkan diri manusia. Tetapi juga merupakan hasil
perkembangan dan kreatifitas manusia itu sendiri.

terdapat tiga faktor sebagai indikator bahwa ilmu pengetahuan itu bebas
nilai, yaitu:
 ilmu harus bebas dari pengaruh eksternal seperti fokus politis, ideologis,
agama, budaya, dan unsur kemasyarakatan lainnya

 perlunya kebebasan ilmiah, yang mendorong terjadinya otonomi ilmu


pengetahuan. Kebebaasan itu menyangkut kemungkinan untuk
menentukan diri sendiri.

 penelitian ilmiah tidak luput dari perkembangan etis ( yang sering


dituding menghambat kemajuan ilmu), karena nilai etis itu sendiri
bersifat universal.
Pancasila sebagai dasar nilai dalam strategi
pengembangan ilmu dan teknologi

Melalui teori relativitas Einstein paradigma kebenaran ilmu sekarang


sudah berubah dari paradigma lama yang dibangun oleh fisika Newton
yang ingin selalu membangun teori absolut dalam kebenaran ilmiah.
Paradigma sekarang ilmu bukan sesuatu entitas yang abadi, bahkan ilmu
tidak pernah selesai meskipun ilmu itu didasarkan pada kerangka objektif,
rasional, metodologis, sistematis, logis dan empiris. Dalam
perkembangannya ilmu tidak mungkin lepas dari mekanisme keterbukaan
terhadap koreksi. Itulah sebabnya ilmuwan dituntut mencari alternatif-
alternatif pengembangannya melalui kajian, penelitian eksperimen, baik
mengenai aspek ontologis, epistemologis, maupun ontologis
 Pilar Ontologi (ontology)
Selalu menyangkut problematika tentang keberadaan (eksistensi). Ada
dua aspek dalam hal ini yaitu :
a) Aspek kuantitas : Apakah yang ada itu tunggal, dual atau plural
(monisme, dualisme, pluralisme).
b) Aspek kualitas (mutu, sifat) : bagaimana batasan, sifat, mutu dari
sesuatu (mekanisme, teleologisme, vitalisme dan organisme).

 Pilar epistemologi (epistemology)


Selalu menyangkut problematika tentang sumber pengetahuan,
sumber kebenaran, cara memperoleh kebenaran, kriteria kebenaran,
proses, sarana, dasar-dasar kebenaran, sistem, prosedur, strategi.
Pengalaman epistemologis dapat memberikan sumbangan bagi kita :
 sarana legitimasi bagi ilmu/menentukan keabsahan disiplin ilmu tertentu
 memberi kerangka acuan metodologis pengembangan ilmu
 mengembangkan ketrampilan proses
 mengembangkan daya kreatif dan inovatif.
 Pilar aksiologi (axiology)
Selalu berkaitan dengan problematika pertimbangan nilai (etis, moral,
religius) dalam setiap penemuan, penerapan atau pengembangan ilmu.
Pengalaman aksiologis dapat memberikan dasar dan arah pengembangan
ilmu, mengembangkan etos keilmuan seorang profesional dan ilmuwan
(Iriyanto Widisuseno, 2009). Landasan pengembangan ilmu secara
imperative mengacu ketiga pilar filosofis keilmuan tersebut yang bersifat
integratif dan prerequisite.
Visi Ilmu di Indonesia

Visi adalah wawasan ke depan yang ingin dicapai dalam kurun waktu
tertentu. Visi bersifat instuitif yang menyentuh hati dan menggerakkan jiwa
untuk berbuat. Visi tersebut merupakan sumber inspirasi,motivasi,dan
kreativitas yang mengarahkan proses penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara menuju masa depan yang dicita-citakan.
Bagi bangsa Indonesia strategi pengemban ilmu pengetahuan yang
paling tepat menurut Koento Wibisono (1994) ada dua hal pokok yaitu: Visi
dan orientasi filosofiknya diletakkan pada nilai-nilai pancasila di dalam
menghadapi masalah-masalah yang harus dipecahkan sebagai data/fakta
objektif dalam suatu kesatuan integrative.
Visi dan orientasi operasionalnya diletakkan pada dimensi-dimensi :

 Teleologis,dalam arti bahwa ilmu pengetahuan hanya sekedar sarana


yang memang harus kita pergunakan untuk mencapai suatu
teleos(tujuan), yaitu sebagaimana merupakan ideal kita dalam
pembukaan UUD1945.

 Etis, dalam arti bahwa ilmu pengetahuan harus kita operasionalisasikan


untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Manusia harus
berada pada tempat yang sentral. Sifat etis ini menuntut penerapan
ilmu pengetahuan secara bertanggung jawab.

 Integral/Integratif, dalam arti bahwa penerapan ilmu pengetahuan


untuk meningkatkan kualitas manusia, sekaligus juga diarahkan untuk
meningkatkan kualitas struktur masyarakatnya, sebab manusia selalu
hidup dalam relasi baik dengan sesama maupun dengan masyarakat
yang menjadi ajangnya. Peningkatan kualitas manusia harus
terintegrasikan ke dalam masyarakat yang juga harus harus
ditingkatkan kualitas strukturnya.
Kesimpulan

 Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-silanya harus merupakan


sumber nilai, kerangka berpikir serta asas moralitas bagi pembangunan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembang ilmu dan teknologi
terlebih yang menyangkut manusia haruslah selalu menghormati
martabat manusia,
 Kekuatan bangunan ilmu terletak pada sejumlah pilar-pilarnya, yaitu
pilar ontology, epistomologi, dan aksiologi. Ketiga pilar tersebuat
dinamakan pilar-pilar filosofis keilmuan yang berfungsi sebagai
penyangga dan penguat.
 Bagi bangsa Indonesia strategi pengembangan ilmu pengetahuan yang
paling tepat adalah dua hal pokok yaitu visi dan orientasi filosofiknya
diletakkan pada nilai-nilai pancasila. Visi dan orientasi filosofiknya
diletakkan pada dimensi teologis, etis dan integral atau integrative

Anda mungkin juga menyukai