Anda di halaman 1dari 17

ISLAM DAN UMAT ISLAM

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Hendri, S.Th.I, M.A

OLEH KELOMPOK 3:
Frizky Kurniawan (2106111214)
Muhammad Rizqi Armiah (2106113473)
Robby Ilham Alfayet (2106113627)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
PENDAHULUAN

Zaman modern ini yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata telah
banyak membawa perubahan bagi kehidupan manusia, baik dalam cara berfikir, sikap, gaya hidup, atau
tingkah laku. Peranan pengetahuan dan teknologi sangat dibutuhkan dalam proses modernisasi.
Kecanggihan dalam bidang teknologi dapat mengubah pola hidup masyarakat, sehingga semakin tinggi
tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki masyarakat, makin modernlah kehidupan
masyarakat yang bersangkutan.

Modernitas adalah pandangan hidup modern karena modernitas lebih menekankan pada sains dan
teknologi, daripada agama. Jadi modernitas pada intinya adalah cara berfikir atau state of mind yang
diaplikasikan ke dalam berbagai bidang kehidupan. Penerapan cara berfikir rasional ke dalam keseluruhan
aspek kehidupan pada akhirnya menjelma menjadi suatu idea yang lebih luas, yaitu menciptakan masyarakat
rasional, yaitu suatu masyarakat yang segala kegiatannya termasuk bidang sains dan teknologi serta
kehidupan politiknya dikontrol oleh rasio/akal. Karena rasionalitas adalah satu-satunya prinsip yang
mengatur kehidupan individu dan sosial, termasuk kehidupan keagamaan.

Ada beberapa alasan penting mengapa pandangan hidup (worldview) menjadi penting dalam era
globalisasi dan perang pemikiran pada saat ini.Pertama yakni ketika institusi agama-agama berhadapan
dengan proses globalisasi penegasan identitas diri secara komprehensif hanya dapat dilakukan dengan
worldview.Kedua,ditengah masyarakat yang pluralistis denomasi kultural perlu memiliki matriknya sendiri
atau pandangannya sendiri dalammelihat realitas sosial dan kultural sekitarnya.

Benturan peradaban ataupun benturan persepsi tidak lain adalah benturan pandangan
hidup(worldview),sebab setiap agama,bangsa dan peradaban memiliki pandangan hidup sendiri-sendiri
secara eksklusif dan untuk itu diperlukan sikap saling memahami .Bangunan konsep islam sebagai agama
dan peradaban ini mencerminkan sebuah pandangan hidup(worldview) yang memiliki struktur
konseptualnya sendiri yang ekslusif dan berbeda dari peradaban lain.

Islam tidak hanya sebagai aturan-aturan yang bersifat teoritis, namun juga dapat dijadikan sebagai
pandangan hidup yang sesuai dengan fitrah manusia untuk menjawab masalah-masalah atau problematika
umat saat ini. Islam sebagai pandangan hidup menyadari bahwa tiap aspek kehidupan tidak lepas dari aturan
dan nilai-nilai Islam, dengan menunjukkan ketakwaanya terhadap Allah SWT. Maka segala aspek yang
berkaitan dengan kehidupan seperti perkataan, perbuatan, perasaan (hati) seseorang, akan menampakkan
ciri-ciri keislamannya tersebut
PEMBAHASAN

1.Pengertian Pandangan Hidup (worldview)


Menurut KBBI pandangan hidup merupakan konsep yang dimiliki seseorang atau golongan di dalam
masyarakat yang bermaksud menggapai dan menerangkan segala masalah di dunia ini. Adapun pengertian
pandangan hidup dari segi istilah, banyak ahli yang mendefinisikannya. Menurut Prabowo pandangan hidup
adalah pendapat atau pertimbangan yang dijadikan sebagai pegangan, pedoman petunjuk, dan arahan hidup.
Pandangan hidup tidak bisa timbul dalam waktu yang singkat dan cepat, tetapi membutuhkan waktu yang
lama dan terus-menerus, sehingga nantinya dapat dibuktikkan kebenarannya. Namun, yang terpenting bahwa
nilainilai cenderung mengikat pandangan hidup dan pandangan hidup mempengaruhi cara berfikir dan
perilaku manusia. Jadi dalam melahirkan ide-idenya, manusia sangat ditentukan oleh nilai-nilai yang dianut
dan pandangan hidup yang dimiliki. Menurut koentjaraningrat dalam buku ilmu budaya dasar yang disusun
oleh Eddy Subandrijo pandangan hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat yang dipilih
secara selektif oleh individu dan golongan di dalam masyarakat. Menurut Manuel Kaisiepo dalam buku ilmu
budaya. dasar pandangan hidup mencerminkan citra diri seseorang karena pandangan hidup itu
mencerminkan cita-cita atau aspirasinya

2.Elemen-Elemen Pandangan Hidup (worldview)


Sebagai sebuah sistim yang secara definitif begitu jelas, worldview atau pandangan hidup memiliki
karakteristik tersendiri yang ditentukan oleh beberapa elemen yang menjadi asas atau tiang penyokongnya.
Antara satu pandangan hidup dengan pandangan hidup lain berbeda karena berbeda elemennya atau
karakteristiknya. Demikian pula perbedaan definisi tentang worldview juga mempengaruhi penentuan
elemen didalamnya. Disini akan dibandingkan secara singkat antara elemen pandangan hidup dalam
perspektif pemikir Barat dan pemikiran Muslim.
Menurut Thomas suatu pandangan hidup ditentukan oleh pemahaman individu terhadap enam bidang
pembahasan yaitu:

1) Tuhan,

2) Ilmu,

3) Realitas,

4) Diri,

5) Etika,
6) Masyarakat.
Seperti disebutkan diatas bagi Thomas elemen-elemen pandangan hidup diatas merupakan suatu suatu sistim
yang integral, dimana antara satu konsep berkaitan dengan konsep yang lain secara sistemik. Hal ini dapat
disimak dari pernyataan Thomas berikut ini:Kepercayaan terhadap Tuhan adalah sangat penting, mungkin
elemen yang terpenting dalam pandangan hidup manapun. Pertama jika kita percaya bahwa Tuhan itu
wujud, maka kita tentu percaya bahwa disana terdapat tujuan dan makna hidup….jika kita konsisten, kita
juga akan percaya bahwa sumber nilai moral bukanlah hanya sekedar kesepakatan manusia tapi kehendak
Tuhan, dan bahwa Tuhan adalah nilai Tertinggi. Selanjutnya kita akan percaya bahwa (makna) ilmu
pengetahuan itu lebih dari apa yang dapat diamati dan bahwa disana terdapat realitas yang lebih tinggi –
dunia supernatural.  …..jika sebaliknya, kita percaya bahwa disana tidak ada Tuhan dan bahwa yang ada
hanya satu dunia, maka demikian pulalah kira-kira yang akan kita percayai tentang makna hidup, hakekat
diri kita, kehidupan sesudah mati, asal usul standar moralitas, kebebasan, tanggung jawab dan lain-lain.

Jadi dengan pernyataan tersebut diatas maka keenam bidang pembahasan diatas yang merupakan elemen
suatu pandangan hidup mempunyai kaitan erat satu sama lain. Artinya kepercayaan individu terhadap
adanya atau tidak adanya Tuhan akan berkaitan secara konseptual dengan ilmu, realitas, diri, etika dan
masyarakat.

Namun bagi Ninian Smart, yang mengkaji worldview dalam konteks kepercayaan atau agama, elemen
pandangan hidup ditentukan oleh elemen-elemen dalam agama dan kepercayaan masyarakat. Oleh sebab itu
ia mengajukan enam elemen penting suatu pandangan hidup, yaitu:
1) Doktrin,

2) Mitologi,

3) Etika,

4) Ritus,

5) Pengalaman dan Kemasyarakatan.


Pandangan Smart terhadap agama nampaknya dipengaruhi oleh persepsinya tentang agama di Barat, sebab
disini konsep Tuhan, ilmu dan realitas nampak absen dari elemen pandangan hidup agama. Pandangan
Thomas, yang melihat worldview secara filosofis, nampaknya lehih komrehensif, meskipun, seperti yang
akan kita dipaparkan nanti, elemen-elemen itu tidak selengkap elemen-elemen dalam pandangan hidup
Islam. Meskipun demikian elemen pandangan hidup yang disampaikan oleh Thomas dan Ninian Smart
berguna bagi upaya mencari bidang-bidang pokok yang dapat digunakan untuk membandingkan antara satu
pandangan hidup atau agama dengan yang lainnya.
Tidak banyak cendekiawan Muslim yang menggambarkan elemen-elemen pandangan hidup Islam secara
terperinci. Shaykh Atif al-Zayn, misalnya, tidak merincikan elemen pandangan hidup Islam, namun hanya
mengajukan karakteristik yang membedakan antara pandangan hidup Islam dari pandangan hidup lain.
Karakteristik itu hanya tiga:

1) Ia berasal dari wahyu Allah,

2) Berdasarkan konsep (din) yang tidak terpisah dari Negara dan

3) Kesatuan antara spiritual dan material.


Sebagaimana Shaykh Atif al-Zayn, Sayyid Qutb juga melihat bahwa pandangan hidup Islam itu menyeluruh
dan tidak mempunyai elemen atau bagian (juz’). Ia adalah keseluruhan sisi dan sempurna karena
kesempuranaan sisi-sisinya. Bahkan pandangan hidup Islam bukan ciptaan manusia, akal manusia tidak
dapat menciptakannya, karena ia berasal dari Allah.Disini penekanan pada aspek keilahian cukup menonjol,
sedangkan aspek keilmuan tidak disebutkan. Seakan-akan pandangan hidup Islam sama saja dengan wahyu
yang tanpa penjelasan keilmuan.
Menurut Porf. Al-Attas elemen asas bagi worldview Islam sangat banyak dan yang ia merupakan jalinan
konsep-konsep yang tak terpisahkan. Diantara yang paling utama adalah

1) Konsep tentang hakekat Tuhan,


2) Konsep tentang Wahyu (al-Qur’an),
3) Konsep tentang penciptaan,
4) Konsep tentang hakekat kejiwaan manusia,
5) Konsep tentang ilmu,
6) Konsep tentang agama,
7) Konsep tentang kebebasan,
8) Konsep tentang nilai dan kebajikan,
9) Konsep tentang kebahagiaan.
10) Dsb.

Disini Prof. al-Attas menekankan pada pentingnya konsep sebagai elemen pandangan hidup Islam. Konsep-
konsep  ini semua saling berkaitan antara satu sama lain membentuk sebuah struktur konsep yang sistemik.
Elemen yang disampaikan para Shaykh Atif, Sayyid Qutb dan Syed Naquib al-Attas berbeda dalam
penekanannya, tapi ketiganya mempunyai kesamaan visi yaitu bahwa pandangan hidup Islam berbeda dari
pandangan hidup Barat. Namun apa yang membedakan pandangan hidup Islam dari pandangan hidup lain
mereka berbeda-beda. Shyakh Atif dan Sayyid Qutb perbedaannya adalah pada asal atau sumber pandangan
hidup tersebut, sedangkan al-Attas melihat secara lebih konseptual dan praktis. Secara praktis konsep-
konsep penting  yang diajukan al-Attas itu dapat berguna bagi penafsiran makna kebenaran (truth) dan
realitas (reality). Apa yang dianggap benar dan riel oleh pamdangan hidup Islam tidak selalu begitu bagi
pandangan hidup lain. Bagi al-Attas untuk menentukan sesuatu itu benar dan riel dalam setiap kebudayaan
berkaitan erat dengan sistim metafisika masing-masing yang terbentuk oleh worldview.Disini kita melihat
konsep pandangan hidup al-Attas yang menekankan aspek epistemologis cukup menonjol. Dan ini cukup
signifikan dalam era moderninasi dan globalisasi dimana disolusi konsep sangat menonjol dan bahkan
cenderung melemahkan pandangan hidup Islam yang kekuatannya tertelak pada struktur konsepnya yang
dipahami secara episemologis dan bukan ideologis.

3. Pandangan Hidup Menurut Islam


Pandangan hidup merupakan bagian hidup manusia yang selalu menjadi penggerak dan pengukur
dari segala macam aktivitas dalam mewujudkan cita-cita yang diidam-idamkan, kebajikan yang akan
dilakukan terhadap diri sendiri maupun orang lain serta mengamalkan sikap yang baik dalam hidup.Dalam
Islam, pandangan hidup harus berdampingan dengan keimanan, aqidah, dan amal saleh yang ditunjukkan
dengan kebaikan atau kebajikan, karena ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang memang
menghasilkan seorang manusia berkualitas dihadapan Rabbnya. Islam sebagai agama sekaligus ideologi
yang baik dan diridhai Allah, mempunyai nilai lebih dari yang lainnya. Manusia di dunia dengan
berpandangan hidup yang dilandasi dengan dorongan dan kemantapan aqidah (keimanan) menjadikan ia
tidak tersesat dalam menuntun kehidupan bahagia dunia dan akhirat. Sedangkan akhlak dan kebajikan
merupakan hasil dan mengikuti keimanan yang sudah tertancap baik. Secara philosopis, dapat dibagi tiga
pokok, yaitu:
1. Hidup berkeseimbangan
Doktrin Islam mengajarkan, bahwa kehidupan di dunia ini adalah untuk sementara. Pada saatnya pasti
akan kembali pada kehidupan yang lebih kekal, yaitu “hari akhir” (alam akhirat). Ada empat alam yang
mesti dilalui oleh setiap manusia, yaitu:
a. Alam arwah
Yakni ketika manusia masih di alam rohani, belum diturunkan ke dunia. Dikatakan alam ruh karena pada
waktu itu manusia berada di alam yang tidak diketahui keberadaannya, seperti tercantum dalam Al-Qur’an
surat al-A’raf ayat 172
ُ ‫َواِ ْذ اَ َخ َذ َربُّكَ ِم ۢ ْن بَنِ ْٓي ٰا َد َم ِم ْن ظُهُوْ ِر ِه ْم ُذ ِّريَّتَهُ ْم َواَ ْشهَ َدهُ ْم ع َٰلٓى اَ ْنفُ ِس ِه ۚ ْم اَلَس‬
َ‫ْت بِ َربِّ ُك ۗ ْم قَالُوْ ا بَ ٰل ۛى َش ِه ْدنَا ۛاَ ْن تَقُوْ لُوْ ا يَوْ َم ْالقِ ٰي َم ِة اِنَّا ُكنَّا ع َْن ٰه َذا ٰغفِلِ ْي ۙن‬

Artinya: (Dan ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka. Dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka. (seraya berfirman): “Bukanlah aku ini Tuhanmu?”
mereka menjawab: “betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: sesungguhnya kam (Bani Adam)adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (Ke-Esaan Tuhan).
b. Alam rahim
Perjalanan kedua setelah manusia hidup di alam ruh adalah alam Rahim. Ruh merupakan potensi
manusia yang sangat berharga dalam hidupnya untuk memenuhi sifat dasar manusia, yaitu mengambil
manfaat dan menolak madharat. Ruh ditiupkan kepada jasad manusia (embrio) sejak ia berumur 4 bulan
dalam kandungan ibunya. َ
ُ ‫فَا ِ َذا َس َّو ْيتُهٗ َونَفَ ْخ‬
َ‫ت فِ ْي ِه ِم ْن رُّ وْ ِح ْي فَقَعُوْ ا لَهٗ ٰس ِج ِد ْين‬
Artinya: Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ruh kedalamnya
ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepada-Nya dengan bersujud. (Q.S al-Hijr 15: 29).

c.Alam dunia
Yakni alam dimana manusia akan menunaikan tugas dan janjinya dihadapan Allah ketika masih di alam
rohani. Seluruh perbuatan manusia di alam dunia ini akan dipertanggungjawabkan kembali nanti di hari
akhirat. Karena itu Nabi Muhammad Saw. memerintahkan kepada manusia untuk mempersiapkan diri
menghadapi kematian.
‫هّٰللا‬
َ ‫َو ُ اَ ْخ َر َج ُك ْم ِّم ۢ ْن بُطُوْ ِن اُ َّم ٰهتِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُموْ نَ َش ْيـ ًۙٔا َّو َج َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْم َع َوااْل َ ْب‬
َ‫صا َر َوااْل َ ْفـِٕ َدةَ ۙ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬
Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.S AnNahl: 78).
d. Alam barzah (alam kubur).
Alam ini bukan kuburan, tetapi alam menanti datangnya hari hisab, hari perhitungan terakhir, yaitu hari
akhirat. ِ
ٌ ‫َواَل تَقُوْ لُوْ ا لِ َم ْن يُّ ْقتَ ُل فِ ْي َسبِ ْي ِل هّٰللا ِ اَ ْم َو‬
َ‫ات ۗ بَلْ اَحْ يَ ۤا ٌء و َّٰل ِك ْن اَّل تَ ْش ُعرُوْ ن‬
Artinya: Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah,(bahwa
mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (Q.S Al-Baqarah:
154).
e.Alam akhirat
Yakni alam di mana manusia akan dihisab dan dibalas menurut perbuatannya ketika di dunia. Karena itu
alam akhir ini sering disebut yaumul jazaa artinya hari pembalasan. Sementara ulama berpendapat, bahwa
kehidupan dunia ini diibaratkan orang peladang. Siapa menanam pasti akan mengetam. Ulama lain
berpendapat, bahwa kehidupan dunia ini diibaratkan seperti orang bepergian. Sejauh-jauh bepergian, pasti
akan kembali ke tempat asalnya.
ۗ‫َوااْل ٰ ِخ َرةُ خَ ْي ٌر َّواَب ْٰقى‬
Artinya: Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Q.S Al-A’laa: 17).

2.Senantiasa berbuat baik


Berbuat baik, sering disebut berbuat ihsan. Perkataan ihsan menurut pengertian yang sebenarnya,
jauh lebih luas daripada berbuat baik menurut pengertian biasa. Ihsan disini meliputi tiga hal pokok yaitu:
a. Ihsan terhadap Tuhan (Hablum minallah). Memelihara hubungan baik dengan Tuhan, dengan melakukan
perintah Nya, dan mencegah larangan-Nya
b. Ihsan terhadap sesama manusia. Ini meliputi beberapa hal, yaitu: ibu bapak kaum kerabat (keluarga) anak-
anak yatim, orang-orang miskin, tetangga terdekat, tetangga jauh, teman sepekerjaan, orang-orang musafir,
pembantu-pembantu. Dengan singat disebut hablum minan naas.
c. Ihsan terhadap makhluk-makhluk lain dan alam sekitarnya. Seluruh alam dan seisinya pada hakikatnya
diserahkan kepada manusia untuk memimpinnya. Manusia adalah pemimpin di muka bumi. Makin tinggi
kecintaan manusia terhadap makhluk dan alam itu, makin tinggi pula manfaatnya kepada manusia.

3. Tidak berbuat kerusakan


Artinya, tidak menimbulkan bencana dan kerusakan di muka bumi, dengan perbuatan-perbuatan
yang merugikan atau mendatangkan kerusakan dan bencana, baik di darat, laut maupun udara. Seperti
kecurangan, kebohongan, kebejatan moral, kemunafikan dan sebagainya.Agama Islam mempunyai
pandangan (konsep) yang sangat jelas tentang hubungan manusia dengan alam ini. Islam merupakan agama
yang memandang lingkungan sebagai bagian tak terpisahkan dari keimanan seseorang terhadap Tuhan.
Dengan kata lain, perilaku manusia terhadap alam lingkungannya merupakan manifestasi dari keimanan
seseorang. Keimanan kepada Allah membebaskan manusia dari ketundukan kepada hawa nafsu dan
penghambaan diri kepada manusia. Keimanan menjadikan seseorang selalu merasa aman dan optimis, dan
ini mengantarkannya hidup tenang dan dapat berkonsentrasi dalam usahanya.Manusia diciptakan oleh Allah
dengan sempurna. Ia diberi kelengkapan berupa akal pikiran, hati dan perasaan serta kelengkapan fisik
biologis supaya dapat menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai wakil
Allah, maka manusia harus bisa merepresentasikan peran Allah terhadap alam semesta termasuk bumi
seisinya antara lain memelihara (al-rabb) dan menebarkan rahmat (rahmatan) di alam semeta.

4.Memahami konsep Islam tentang iptek, ekonomi, politik, sosial budaya dan pendidikan.
Dalam pandangan islam, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat urgen bagi kehidupan
umat manusia. Tanpa menguasai IPTEK manusia akan tetap dalam lumpur kebodohan, keterbelakangan dan
kemiskinan. Penguasaan manusia terhadapIPTEK dapat mengubah eksistensi manusia dari yang semula
manusia sebagaiabdullah menjadikhalifatullah. Oleh karena itu islam menetapkan bahwa hukum
mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi adalah wajib. Tanpa menguasai iptek umat manusia
akanmengalami banyak hambatan dan kesuliatan dalam menjalani kehidupan di jagatini.Pada zaman modern
seperti sekarang ini, ukuran maju tidaknya suatu bangsa justrudiukur dari penguasaan bangsa itu terhadap
iptek. Jika suatu bangsa itu menguasai iptek,maka bangsa tersebut dikategorikan sebagai bangsa yang maju.
Sebaliknya, jika suatu bangsa itu tertinggal dalam penguasaan iptek, maka bangsa itu dipandang sebagai
bangsa yang belum maju atau biasa disebut bangsa tertinggal atau disebut bangsa berkembang.Supaya
bangsa Indonesia masuk ke dalam kelompok bangsa yang maju, maka kita
wajib berusaha sekuat tenaga untuk menguasai iptek.
Seni merupakan salah satu contoh perkembangan iptek. Seni merupakan ekspresi kesucian hati. Hati
yang bening melahirkan karya seni yang beradap, sedangkan hati yang kotor tentu melahirkan karya seni
yang tidak beradap. Hidup dengan seni menjadikan hidup menjadi indah, damai, dan nyaman. Adapun hidup
tanpa seni, menyebabkan hidup menjadi kering, gersang,dan tidak nyaman. Seni itu indah dan keindahan
adalah sifat Tuhan. Cinta kepada keindahan berarti cinta kepada Tuhan. Dengan cintanya kepada Tuhan,
manusia dapat mewujudkan keindahan dalam kehidupannya.
Orang yang berusaha membumikan sifat Tuhan dalam kehidupan adalah manusia yang dipuji Tuhan
dan dia disebut insan kamil. Dalam dunia modern, seni menjadi bagian penting dari modernitas. Dengan
dukungan perangkat canggih, refleksi dan produk kesenian merambah ruang- ruangkeluarga dan masyarakat,
termasuk dalam dunia pendidikan tinggi denganmembawa berbagai nilai baru.
Dalam bidang ekonomi, segala bentuk transaksi yang berkaitan dengan produksi, distribusi, dan
pemasaran barang dan jasa yang mendatangkan keuntungan finasial itu merupakan kegiatan ekonomi.Prinsip
ekonomi konvensional berbeda dengan prinsip ekonomi islam. Ekonomi konvensional berprinsip
“berkorban sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya”. Prinsip ekonomi
tersebut dipergunakan oleh pedagang dan pengusaha semata-mata untuk mencari keuntungan. Dengan
modal seadanya pedagang dan pengusaha berusaha memenuhi kebutuhan yang sebesar-besarnya atau
dengan alat sekecil-kecilnya. Pedagang dan pengusaha berusaha memenuhi kebutuhan secara
maksimal.Dalam islam, ekonomi ialah berkorban secara tidak kikir dan tidak boros dalam rangka
mendapatkan keuntungan yang layak. Dengan demikian, pengorbanan tidak boleh sekecil- kecilnya ataupun
tertentu saja, melainkan pengorbanan yang tepat harus sesuai dengan dengan keperluan yang sesungguhnya
sehingga mutu produksi dapat terjamin.
Dalam bidang politik. Politik dalam  Islam disebut siyāsah, merupakan bagian integral (tak
terpisahkan) dari fikih Islam. Salah satu objek kajian fikih Islam adalah siyāsah atau disebut fikih politik.
Fikih politik secara global membahas masalah-masalah ketatanegaraan (siyāsah dusturiyyah), hukum
internasional (siyāsah dauliyyah), dan hukum yang mengatur politik keuangan negara (siyāsah māliyyah).
a.       Siyāsah dusturiyah (hukum tata negara). Materi yang dikaji tentang cara dan metode suksesi
kepemimpinan, kriteria seorang pemimpin, hukum mewujudkan kepemimpinan politik, pembagian
kekuasaan (eksekutif, legislatif dan yudikatif), institusi pertahanan keamanan, institusi penegakan hukum
(kepolisian) dan lain-lainnya.
b.      Siyāsah dauliyyah (hukum politik yang mengatur hubungan internasional). Objek kajiannya adalah
hubungan antar-negara Islam dengan sesama negara Islam, hubungan negara Islam dengan negara non-
muslim, hubungan bilateral dan multilateral, hukum perang dan damai, genjatan senjata, hukum kejahatan
perang dan lain-lain.
c.       Siyāsah māliyah (hukum politik yang mengatur keuangan negara). Kontens yang dibahas adalah
sumber-sumber keuangan negara, distribusi keuangan negara, perencanaan anggaran negara dan
penggunaannya, pengawasan dan pertanggungjawaban penggunaan keuangan negara dan pilantropi Islam.
Kesalahpahaman terhadap islam sering muncul dari ranah politik. Tidak sedikit orang menilai bahwa
islam disebarkan tiada lain dengan politik kekerasan bukan dengan cara dakwah dan kultural. Perang, jihad,
negara Islam disalahpahamisebagai metodologi dan tujuan akhir.
Dalam bidang pendidikan, Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadisnya, “Tuhanku telah mendidik
aku, dan Tuhanku memberikan pendidikan dengan cara yang amat baik kepadaku”. Sehingga tujuan
pendidikan dalam Islam adalah merealisasikan ubudiah kepada Allah baik secara individu maupun
masyarakat dan mengimplementasikan khilafah dalam kehidupan untuk kemajuan umat manusia.
Tujuan pendidikan dikatakan berhasil manakala proses pendidikan dilakukan dengan cara yang benar
secara Qurani dan menyentuh ketiga ranah yang ada dalam diri manusia yaitu akal, hati, dan
jasmani.Pendidikan harus menyentuh tiga ranah tersebut yakni akal, hati dan fisik. Jika akal saja yang didik
dan hati diabaikan, maka akan lahir manusia cerdas secara intelektual, tetapi tidak mempunya hati, alias
tidak memiliki moral religius. Sebaliknya, jika hatinya saja yang dididik, tentu akan lahir manusia
berkarakter dan bermoral, tetapi miskin secara intelektual. Demikian juga, kalau hanya jasmani yang didik,
maka akan lahir manusia superman secara fisik, tetapi miskin secara intelektual dan spiritual. Jika ketiga
ranah yang didik, maka akan lahir insan kamil.

5.Perlunya perspektif Islam dalam implementasi iptek, ekonomi, politik, sosial budaya dan
pendidikan.
Kemajuan teknologi modern yang begitu pesat telah memasyarakatkan produk-produk teknologi
canggih seperti radio, televisi, internet, alat-alat komunikasi dan barang-barang mewah lainnya serta
menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang. Namun tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas
apa yang diakibatkannya. Justru manusia lah yang akan bertanggungjawab. Sebab manusia lah yang
mengatur alat tersebut. Adakalanya menjadi manfaat yaitu manakala manusia menggunakan dengan baik
dan tepat. Tetapi dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka manakala manusia menggunakannya untuk
mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata. Produk dari sains dan teknologi dalam pandangan Islam
boleh. Pandangan islam terhadap teknologi saat ini merupakan sebuah hal yang lumrah, yang sudah ada
pada masa-masa dahulu, dan memang islam mengajarkan kita sebagai umatnya untuk selalu mencari tahu
semua kebenaran yang ada didunia ini sesuai dengan syariat islam yang berlaku. Dan islam tidak pernah
menutup diri untuk menerima modernsiasi dari sebuah perkembangan jaman. Sehingga dengan adanya
perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini merupakan hal yang wajar yang dapat kita terima sebagai
umat islam, selama masih sesuai dengan ajaran-ajaran islam yang berlaku.
Dalam bidang ekonomi terdapat riba yang harus di perhatikan oleh masyarakat islam. Seorang pakar
ekonomi islam yaitu Syafi’i Antonio menjelaskan jenis- jenis riba, yaitu:
1.      Riba qardh adalah Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang
berutang (muqtaridh).
2.      Riba Jāhiliyah adalah utang dibayar lebih dari pokokknya karena si peminjam tidak mampu membayar
utangnya pada waktu yang ditetapkan.
3.      Riba Nasī`ah. Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan
jenis barang ribawi lainnya
4.      Riba dalam nasī`ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan
satu waktu dan yang diserahkan waktu berbeda.
Dalam masalah politik, perlu Anda sadari bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
memang bukan negara agama, tetapi juga bukan negara sekuler. Sungguhpun demikian, negara menjamin
penduduknya untuk memeluk suatu agama dan melaksanakan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari.
NKRI adalah negara demokrasi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan
konstitusionalnya. Sistem demokrasi menjadi pilihan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam bidang sosial budaya. Harus diakui bahwa memang ada permasalahan yang dihadapi oleh umat
Islam dalam membedakan antara agama dan budaya. Secara teoritis perbedaan antara keduanya dapat
dijelaskan, tapi dalam praktek kehidupan kedua hal tersebut seringkali rancu, kabur, dan tidak mudah untuk
dibedakan.
Mengenai agama dan budaya, secara umum dapat dikatakan bahwa agama bersumber dari Allah,
sedangkan budaya bersumber dari manusia. Agama adalah “karya” Allah, sedangkan budaya adalah karya
manusia. Dengan demikian, agama bukan bagian dari budaya dan budaya pun bukan bagian dari agama. Ini
tidak berarti bahwa keduannya terpisah sama sekali, melainkan saling berhubungan erat satu sama lain.
Melalui agama, yang dibawa oleh para nabi dan rasul, Allah Sang Pencipta menyampaikan ajaran-ajaran-
Nya mengenai hakekat Allah, manusia, alam semesta dan hakekat kehidupan yang harus dijalani oleh
manusia. Ajaran-ajaran Allah, yang disebut agama itu, mewarnai corak budaya yang dihasilkan oleh
manusia-manusia yang memeluknya.
Di tengah masyarakat, kita melihat praktek-praktek keberagamaan yang bagi sebagian orang tidak
terlalu jelas apakah ia merupakan bagian dari agama atau budaya. Ambil contoh tradisi tahlilan. Tidak
sedikit di kalangan umat Islam yang beranggapan bahwa upacara tahlilan adalah kewajiban agama, yang
harus mereka selenggarakan meskipun untuk itu harus berhutang. Mereka merasa berdosa kalau tidak
mengadakan tahlilan ketika ada anggota keluarga yang meninggal dunia.
Padahal yang diperintahkan oleh agama berkaitan dengan kematian adalah “memandikan, mengkafani,
menyalatkan, mengantar ke makan, memakamkan, dan mendoakan”. Sangat simple dan hampir tidak
memerlukan biaya. Ini berarti bahwa upacara tahlilan pada dasarnya adalah tradisi, bagian dari budaya
bangsa, yang mungkin telah ada sebelum datangnya Islam, yaitu tradisi kumpul-kumpul di rumah duka,
yang kemudian diislamkan atau diberi corak Islam. Yang perlu dilakukan dalam hal ini adalah membenahi
pemahaman dan penyikapan umat terhadap praktek-praktek keberagamaan seperti itu secara proporsional.
Dalam bidang pendidikan, secara sadar ataupun tidak, pendidikan kita selama ini kerap mengabaikan
faktor agama. Agama atau sisi spiritual kehidupan manusia cenderung dilupakan atau malam diupayakan
untuk disingkirkan. Padahal agama adalah hal penting dan harus diutamakan. Konsepsi pendidikan Islam,
yang meletakkan adab dan akhlak sebagai fondasinya, sangat tepat dikemukakan. Sebelum melangkah lebih
jauh, segera harus digarisbawahi bahwa adab dan akhlak hendaknya tidak dipahami sebagai dasar-dasar
moral tanpa bentuk-bentuk praktis dalam kehidupan keseharian. Sebagaimana adab dan akhlak juga tidak
boleh dipahami sebatas tata krama dan etika praktis, sehingga tidak menyentuh nilai-nilai kecendikiawanan
dan tradisi keintelektualan yang menjadi basis bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Apa yang dimaksud
dengan adab dan akhlak di sini adalah kualitas-kualitas mental, spiritual, sikap dan perilaku dan yang
mencakup itu semua.

  6.Sumber historis, sosiologis, dan filosofi tentang konsep islam mengenai iptek, politik, sosial budaya,
dan pendidikan.
Kemajuan dalam pendidikan dan penguasaan Iptek berimplikasi terhadap kemajuan politik, ekonomi,
dan budaya. Hal ini secara historis dapat Anda lacak ketika dunia Islam unggul dalam Iptek. Pada masa
keemasan Islam, kekuasaan politik umat Islam semakin luas dengan ekspansinya ke berbagai wilayah dan
penguasaan dalam politik ini membawa kemajuan dalam kehidupan ekonomi umat Islam saat itu.
Kesejahteraan yang merata juga mendorong kemajuan umat Islam dalam penguasaan Iptek. Akibatnya,
dunia Islam menjadi sangat kuat secara politik dan ekonomi yang didasari penguasaan terhadap Iptek secara
sempurna pada saat itu. Zaman keemasan Islam itu terjadi pada masa kekuasaan Dinasti Umayyah yang
berpusat di Damaskus, Syria (dan kemudian berkembang pula di Spanyol) serta zaman kekuasaan Dinasti
Abbasiyyah yang berpusat di Baghdad, Irak.
Akar-akar kemajuan yang dicapai umat Islam memang telah diletakan dasar-dasarnya oleh Rasulullah.
Beliau mengajarkan kepada para sahabat bahwa menguasai ilmu itu adalah wajib. Kewajiban yang tidak
membedakan laki-laki dan perempuan. Kalau perlu, menurut Nabi Muhammad, kita belajar untuk dapat
menguasai ilmu, meskipun harus pergi ke negeri Cina. Secara teologis, Allah telah menetapkan bahwa yang
akan mendapat kemajuan pada masa depan adalah bangsa yang menguasai ilmu pengetahuan yang dilandasi
dengan iman. Dalam sejarah, kita dapat menyaksikan kemajuan Iptek umat Islam membawa kemajuan bagi
umat Islam dalam bidang ekonomi, politik, budaya, dan pendidikan. Umat Islam makmur secara materi dan
rohani, juga makmur dalam keadilan dan adil dalam kemakmuran.
Dalam realitas sekarang, bangsa-bangsa muslim tertinggal dalam Iptek sehingga yang menguasai
dunia secara ekonomi, politik, dan budaya adalah bukan bangsa muslim. Mereka maju karena menguasai
Iptek, walaupun sebagian besar mereka tidak beriman. Kemajuan yang dicapai hanyalah kemajuan materi.
Karena kemajuan materi itu dapat dikejar dan diraih oleh semua orang dengan modal penguasaan Iptek tadi.
Bangsa yang hanya menguasai Iptek saja dapat maju meskipun tidak beriman, apalagi bangsa yang
menguasai Iptek dan beriman dengan iman yang benar, tentu akan lebih maju daripada mereka.
Ibnu Athailah menyatakan: “Sesungguhnya Allah memberikan kemajuan materi kepada orang-orang
yang Allah cintai dan kepada orang-orang yang tidak Allah cintai, tetapi Allah tidak memberikan iman
kecuali kepada orang yang Allah cintai”. Sikap Anda sebagai mahasiswa tidak boleh menutup diri.
Sebenarnya, kemajuan yang dicapai umat Islam pada zaman silam, antara lain, disebabkan adanya interaksi
antara sesama ilmuwan muslim, dan antara ilmuwan muslim dan tradisi intelektual non-muslim, misalnya
para filsuf Yunani. Filsafat Islam berkembang dengan sangat cepat karena interaksi dan adaptasi dengan
pemikiran rasional di kalangan mereka. Begitu juga ilmu-ilmu lainnya saling mempengaruhi bagi
pembentukan dan penguatan perkembangan ilmu-ilmu di tengah masyarakat Islam.

7.Membangun argumen tentang kompatibel islam dan tantangan modernisasi.


Modern mengandung arti maju dan berkemajuan dalam segala aspek kehidupan: ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Modern adalah perubahan sikap dan pandangan dari tradisional ke
rasional, dari primordial ke logis dan nalar. Modernisasi merupakan proses terjadinya pemoderenan untuk
kemajuandalam segala bidang kehidupan melalui akselerasi pendidikan dan aktualisasi teknologi.
Modernisasi telah mengubah wajah dunia dari kusam menjadi bersinar, dari yang lamban menjadi serba
cepat, dari yang tradisional menjadi rasional, dari yang primordial menjadi nalar. Terdapat beberapa
karakteristik dalam ajaran islam, yaitu:

1.      Rasional
Ajaran Islam adalah ajaran yang sesuai dengan akal dan nalar manusia. Dalam ajaran Islam nalar
mendapat tempat yang tinggi sehingga salah satu cara untuk mengetahui sahih atau tidaknya sebuah hadis
dari sisi matan dan sanad adalah sesuai dengan akal. Hadis yang sahih pasti rasional. Sebaliknya, hadis yang
tidak rasional itu menjadi indikator bahwa hadis itu tidak sahih. Betapa banyak ayat-ayat Al-Quran yang
menyuruh kepada kita untuk menggunakan akal dalam sikap beragama. Demikian pula, hadis nabi
menyuruh umat Islam menggunakan akal.
2.      Sesuai dengan Fitrah Manusia
Tidak ada satu pun ajaran Islam yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Orang beragama (ber-Islam)
berarti ia hidup sesuai dengan fitrah. Sebaliknya, orang yang tidak beragama berarti menjalani hidup tidak
sesuai dengan fitrah. Orang yang menjalani hidup tidak sesuai dengan fitrah, maka ia hidup dalam
ketakutan, kegalauan, ketidakpastian, dan kebimbangan. Akhirnya, dalam menjalani hidup tidak ada
kenikmatan dan kenyamanan. Jika orang masih beribadah kepada selain Allah, minta tolong dan
perlindungan kepada selain Allah, maka akan terjadi kegalauan dalam batinnya, kecemasan, keraguan dan
kemunafikan, dan sakit secara rohani. Orang yang hidup dalam kondisi tidak sehat rohaninya, maka ia tidak
akan mendapatkan ketenangan dan kenikmatan.

3.      Tidak Mengandung Kesulitan


Ajaran Islam itu mudah dan masih dalam batas-batas kekuatan kemanusiaan. Tidak ada aspek ajaran Islam
yang dalam pelaksanaannya di luar kemampuan manusia. Allah sendiri menyatakan, “Allah menghendaki
kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan dalam beragama.” (QS Al-Baqarah/2: 185).

4.      Tidak mengandung banyak Taklif


Ajaran Islam tidak mengandung banyak taklif (beban). Kerangka dasar ajaran Islam hanya tiga pilar, yaitu:
akidah, syariat dan hakikat (atau biasa disebut akhlak). Landasan ketiga pilar tadi adalah iman, Islam, dan
ihsan. Ketiga pilar tersebut dalam aktualisasinya tidak bisa dipisahkan, tetapi harus terintegrasi.

5.      Bertahap
Ajaran Islam diturunkan Allah kepada Rasulullah secara bertahap. Demikian juga, proses pembumiannya di
tengah masyarakat pada saat itu juga bertahap.

8.Esensi dan urgensi kontekstualisasi pemahaman islam dalam menghadapi tantangan modernisasi.
Perlu untuk disadari bahwa modernisasi akibat kemajuan Iptek telah mengubah pola pikir, pola
pergaulan, dan pola kehidupan secara masif. Industrialisasi dalam memproduksi barang dan jasa di satu sisi
meningkatkan kualitas dan kuantitas barang dan jasa yang diperlukan masyarakat, tetapi di sisi lain
membawa dampak terhadap wujudnya stratifikasi sosial yang tidak seimbang, yakni kapitalis (pemodal) dan
pekerja atau buruh. Dalam proses modernisasi ini, sering kali kaum buruh menjadi lemah ketika berhadapan
dengan kaum pemodal. Ketidakharmonisan antara dua pihak ini sering kali menjadi pemicu terjadinya
adagium di masyarakat yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.
 Industrialisasi membuka lapangan kerja yang sangat signifikan bagi masyarakat yang memiliki
kualifikasi pedidikan yang memadai, tetapi industrialisasi juga menyingkirkan sebagian masyarakat yang
minus pendidikan atau memiliki pendidikan yang tidak memadai. Terlepas dari dampak negatif yang
ditimbulkannya, industrialisasi telah menambah tumbuhnya kelas masyarakat menengah ke atas secara
ekonomi. Petumbuhan kelas menengah ini berdampak pula terhadap perbaikan ekonomi secara global dan
tumbuh suburnya sektor riil di tengah masyarakat. Kemajuan dalam bidang teknologi-komunikasi, misalnya,
telah mengubah pola hidup masyarakat dalam segala aspeknya termasuk pola keberagamaannya. Perilaku
keagamaan masyarakat, yang semula menganggap bahwa silaturahmi penting dan harus bertatap muka,
bersua bertemu, dan berhadapan secara fisik, berubah menjadi silaturahmi cukup hanya melalui mendengar
suara lewat telepon, sms, facebook, atau twitter. Gelombang informasi ini sangat deras dan pengaruhnya
begitu terasa dalam segala aspek kehidupan manusia. Gelombang informasi telah menandai lahirnya
generasi baru dalam masyarakat. Kemajuan seseorang diukur dari seberapa cepat ia menerima informasi
yang belum diketahui orang lain. Semakin cepat ia menerima informasi itu semakin besar peluang yang akan
ia dapatkan untuk kemajuan dirinya. Jelas sebaliknya, orang yang tertinggal dalam mendapatkan informasi,
maka tertinggal pula kesempatan yang dapat ia raih untuk kemajuan dirinya.
Secara riil Islam harus menjadi solusi dalam menghadapi dampak kemajuan industrialisasi dan
derasnya gelombang komunikasi dan informasi. Islam sebagai agama rasional adalah agama masa depan,
yaitu agama yang membawa perubahan untuk kemajuan seiring dengan kemajuan kehidupan modern.
Sebaliknya, Islam yang dipahami secara tekstual dan dogmatis akan sulit eksis dan sulit beradaptasi dengan
lingkungan kemajuan yang semakin cepat perubahannya. Islam yang dipahami secara kontekstual akan
menjadi solusi dan pemandu dalam memecahkan berbagai problem kehidupan umat manusia. Islam yang
dipahami secara tekstual akan menjadi penghambat kemajuan, padahal Islam merupakan ajaran yang
berkarakter rasional, fleksibel, adaptable, dan berwawasan ke masa depan.
KESIMPULAN

Pembahasan tentang teori pandangan hidup bertujuan untuk menggambarkan bahwa Islam adalah agama dan
pandangan hidup yang secara konseptual dapat dibedakan daripandangan hidup lain. Dengan mengkaji
konsep-konsep kunci dalam pandangan hidup Islam dan kemudian membingkai konsep-konsep tersebut
dalam susunan yan gsistemik dan saling berkaitan antara satu dengan lainnya dehingga membentuk suatu
keseluruhan yang integral. Jika hal ini telah dilakukan maka ia akan menjadi framework pemikiran yang
mempunyai peran epistemologis dalam mekanisme penerimaan atau penolakan konsep-konsep asing yang
bersentuhan dengan pemikiran Islam. Artinya pada dataran praktis dalam konteks perang pemikiran dewasa
ini, pandangan hidup Islam yang telah menjadi framework pemikiran seorang Muslim dapat menjadi filter
bagi penguji apakah suatu pemikiran itu bersal dari tradisi Islam atau berasal dari tradisi asing; dan apakah
konsep-konsep yang berasal dari pandangan hidup asing itu dapat di adapsi kedalam pandangan hidup Islam
atau tidak. Inilah sebenarnya peran epistemologis pandangan hidup Islam dan relevansi memahaminya pada
zaman sekarang ini.
DAFTAR PUSTAKA

 Alparslan Acikgence. The Framework for A History of Islamic Philosophy. Al-Shajarah, Journal of
The International Institute of Islamic Thought and Civilization. (ISTAC : 1996. Vol.1)
 Fahmy Zarkasyi, Dr.H.Hamid. Membangun Pondasi Peradaban Islam. (Semarang : Unissula Press.
2008).
 Haningsih, S., Habibi, M. M., Yusuf, S., & Atmaja, F. F. (2021). Buku Panduan MKWU Pendidikan
Agama Islam Untuk Program Sarjana (S1).
 Sarjuni, S. (2019). ISLAMIC WORLDVIEW DAN LAHIRNYA TRADISI ILMIAH DI INSTITUSI
PENDIDIKAN ISLAM. TA'DIBUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2(2), 11-28
 Zarkasyi, H. F. (2013). Worldview Islam dan Kapitalisme Barat. Tsaqafah, 9(1), 15-38..
 Sudrajat, T., Ruswandi, U., & Arifin, B. S. Tantangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Perguruan Tinggi Umum: Kebijakan dan Implementasi.
 Aini, A. N. (2020). Islam Sebagai Pandangan Hidup (Studi Pemikiran Hamka Dalam Buku Falsafah
Hidup) (Doctoral dissertation, IAIN PONOROGO).

Anda mungkin juga menyukai