Anda di halaman 1dari 5

FILSAFAT PANCASILA

 PENGERTIAN FILSAFAT

Istilah ‘filsafat’ berasal dari bahasa Yunani philosophia,

 kata philos yang berarti cinta atau philia yang berarti persahabatan, tertarik
kepada dan kata sophos yang berarti kebijaksanaan, pengetahuan, ketrampilan,
pengalaman praktis, inteligensi (Bagus, 1996: 242).

 Dengan demikian philosophia secara harfiah berarti mencintai kebijaksanaan.


Maka mempelajari filsafat berarti upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan
hidup yang nantinya bisa menjadi konsep yang bermanfaat bagi peradaban
manusia. (Dikti, 2013).

 Adapun istilah ‘philosophos’ pertama kali digunakan oleh Pythagoras (572 -497
SM) untuk menunjukkan dirinya sebagai pecinta kebijaksanaan (lover of wisdom),
bukan kebijaksanaan itu sendiri.

Pengertian filsafat menurut beberapa filsuf, yaitu antara lain :

a. Plato : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran


yang asli.

b. Aristoteles : Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang


terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan
estetika (filsafat keindahan).

c. Al Farabi : Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud bagaimana


hakekat yang sebenarnya.

d. Rene Descartes : Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam
dan manusia menjadi pokok penyelidikan.

e. Immanuel Kant : Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pokok pangkal dari
segala pengetahuan, yang didalamnya tercakup masalah epistemologi (filsafat
pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.

f. Langeveld : Filsafat adalah berpikir tentang masalah-masalah yang akhir dan yang
menentukan, yaitu masalah-masalah yang mengenai makna keadaan, Tuhan, keabadian
dan kebebasan.

g. Hasbullah Bakry : Ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan
mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai
akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai
pengetahuan itu. (Abbas Hamami M., 1976;2-3)

h. N. Driyarkara : Filsafat adalah permenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-


sebab ‘ada’ dan ‘berbuat’ permenungan tentang kenyataan (reality) yang sedalam-
dalamnya, sampai ke ‘mengapa’ yang penghabisan.

i. Notonagoro : Filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi obyeknya dari sudut intinya
yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan yang tidak berubah, yang disebut
hakekat.

j. IR. Poedjawijatna : Filsafat ialah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang
sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.

 PENGERTIAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Pancasila merupakan filsafat bangsa Indonesia sebagai hasil perenungan


mendalam dari para tokoh pendiri negara (the founding fathers). Hasil perenungan itu
disahkan bersama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) tahun
1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus 1945
sebagai Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia.

Nilai filsafat Pancasila, baik sebagai pandangan hidup atau filsafat hidup
(Weltanschauung) bangsa maupun sebagai jiwa bangsa atau jati diri (Volksgeist)
nasional, memberikan identitas dan integritas serta martabat bangsa dalam
menghadapi budaya dan peradaban dunia.

Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat atau yang dinamakan filsafat Pancasila,
artinya refleksi filosofis mengenai Pancasila sebagai dasar negara. Sastrapratedja
(2001) dalam Dikti (2016; 147) menjelaskan makna filsafat Pancasila sebagai berikut:

Pengolahan filsofis Pancasila sebagai dasar negara ditujukan pada beberapa aspek:

1. Pertama, agar dapat diberikan pertanggungjawaban rasional dan mendasar


mengenai sila-sila dalam Pancasila sebagai prinsip-prinsip politik.

2. Kedua, agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam
bidang-bidang yang menyangkut hidup bernegara.
3. Ketiga, agar dapat membuka dialog dengan berbagai perspektif baru dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

4. Keempat, agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang
bersangkut paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat,
serta memberikan perspektif pemecahan terhadap permasalahan nasional.

Tujuan filsafat adalah mencari hakekat dari sesuatu obek/gejala secara


mendalam. Jadi dalam filsafat itu harus refleksi, radikal , dan integral.

 Refleksi : manusia menangkap obyeknya secara intensional dan sebagai hasil


dari proses tersebut yakni keseluruhan nilai dan makna yang diungkapkan
manusia dari obyek-obyek yang dihadapinya.

 Radikal : berasal dari kata radix berarti akar. Radikal berarti filsafat harus mencari
pengetahuan sedalam-dalamnya. Radikalitas disini berarti dalam pengertian
sejauh akal manusia mampu menemukannya, sebab filsafat tidak akan
membicarakan yang jelas berada di luar jangkauan akal budi yang sehat.

 Integral : mempunyai kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan yang utuh


sebagai suatu keseluruhan. Jadi filsafat ingin memandang obyeknya secara
integral.

Sistem filsafat menurut Louis of Kattsoff adalah kumpulan ajaran yang


terkoordinasikan. Suatu sistem filsafat harus komprehensif, dalam arti tidak ada
sesuatu hal yang di luar jangkauannya.

Karena sedemikian luas jangkauan filsafat, maka sesuatu sistem filsafat dengan
sendirinya mencakup pemikiran teoritis tentang realitas baik itu tentang Tuhan, alam,
maupun manusia itu sendiri. Realitas yang bersifat spiritual (kerokhanian), misalnya
hakikat atau esensi sesuatu hal tidak dapat ditangkap dengan indera akan tetapi hanya
dapat dimengerti atau difahami dengan perantaraan akal.

Filsafat memiliki empat cabang keilmuan yang utama (dalam Dikti, 2013), yaitu:

1) Metafisika; cabang filsafat yang mempelajari asal mula segala sesuatu yang-ada
dan yang mungkin-ada. terdiri atas metafisika (ontologi, yaitu ilmu yang membahas
segala sesuatu yang-ada) dan metafisika khusus (teodesi membahas adanya Tuhan
,kosmologi membahas adanya alam semesta, antropologi metafisik yang membahas
adanya manusia).
2) Epistemologi; cabang filsafat mempelajari seluk beluk pengetahuan.

3) Aksiologi; cabang filsafat yang menelusuri hakikat nilai. Dalam aksiologi terdapat
etika yang membahas hakikat nilai baik-buruk, dan estetika yang membahas nilai-nilai
keindahan.

4) Logika; cabang filsafat yang memuat aturan-aturan berpikir rasional.

 PANCASILA SEBAGAI KESATUAN NILAI

Susunan Pancasila adalah hierarkhis dan mempunyai bentuk piramidal. Jadi


diantara lima sila ada hubungan yang mengikat satu dengan yang lain, sehingga
Pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat. Jika ditiadakan satu sila saja, maka
Pancasila tidak dapat dipergunakan lagi sebagai suatu dasar filsafat atau ideology
bangsa dan Negara Indonesia. (Miftahuddin Zuhri, 1985).

Rumusan hierarchies piramidal Pancasila tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Sila Pertama: Ke-Tuhanan yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai sila-sila
kedua, ketiga, keempat, dan kelima.

2. Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah diliputi dan dijiwai oleh
sila Ketuhanan yang Maha Esa, meliputi dan menjiwai sila-sila persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Sila ketiga: Persatuan Indonesia adalah diliputi dan dijiwai oleh sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, meliputi dan menjiwai
silsila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

4. Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan / perwakilan adalah diliputi dan dijiwai oleh sila-sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
meliputi dan menjiwai sila Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

5. Sila Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah dijiwai dan
diliputi oleh sila-sila Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.

Anda mungkin juga menyukai