Kegiatan Prostitusi
oleh :
Annisa Dian Afsary 145090701111013
Mia Khairunnisa’ 155090720111001
Khorida Selly Oktavianti 165090300111008
Faiq Dzihnan 165090700111009
Juniar Elsya Fadillah 165090301111014
Melvien Maulidhan P. 165090800111004
Muhammad Ichsan P. 165090800111005
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berkaitan dengan prostitusi, KUHP mengaturnya dalam dua pasal, yaitu pasal 296
dan pasal 506. Pasal 296 menyatakan 'barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau
memudahkan perbuatan cabul oleh orang lain, dan menjadkannya sebagai pencaharian atau
kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau denda
paling banyak lima belas ribu rupiah'. Sedangkan pasal 506 menyatakan 'barang siapa
menarik keuntungan dari perbuatan cabul seseorang wanita dan menjadikannya sebagai
pelacur, diancam dengan pidana kurungan paling lama satu tahun [2].
Prositusi dalam agama Islam juga disebut sebagai zina, yang merupakan salah satu
dosa besar. Hal ini dapat dilihat urutan penyebutannya setelah dosa musyrik dan membunuh
tanpa alasan yang haq (benar) dalam surat Al-Furqan ayat 68. Islam melarang dengan tegas
perbuatan zina karena perbuata tersebut adalah kotor dan keji. Allah SWT berfirman dalam
surat Al-Isra’ ayat 32: “Dan janganlah kamu mendekati perbuatan zina. Sesungguhnya zina
itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. Islam telah menetapkan hukuman
yang tegas bagi pelaku zina dengan hukuman cambuk seratus kali bagi yang belum nikah dan
hukuman rajam sampai mati bagi orang yang sudah menikah. Selain hukuman fisik, hukuman
moral atau sosial juga diberikan bagi mereka yaitu berupa diumumkan aibnya, diasingkan
(taqhrib), tidak boleh dinikahi dan ditolak persaksiannya [3].
Saat ini, di Indonesia, kegiatan prostitusi tidak hanya dilakukan oleh para artis atau
model-model saja, tetapi juga melibatkan para pelajar di Indonesia, dan mahasiswi. Para
pelajar ini diketahui masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Sekolah
Menengah Atas (SMA) yang diantaranya masih belum cukup umur. Tempat-tempat yang
sering digunakan dalam kegiatan ini antara lain, hotel berbintang lima, penginapan, dan
rumah kos-kosan. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kegiatan ini di lingkungan
remaja adalah lingkungan pergaulan, media dan elektronik seperti, handphone, internet, dan
lain sebagainya. Untuk itu, kami mewawancarai salah satu PSK untuk mengetahui latar
belakang pelaku PSK dalam melakukan hal-hal yang zina.
Rumusan Masalah
HASIL WAWANCARA
Identitas Interview
Nama : DRP
Usia : 21
Status : Single/Pelajar
Tujuan Wawancara
Tujuan dilakukannya kegiatan wawancara ini adalah untuk mengetahui kegiatan seorang
PSK, dan latar belakang pelaku kegiatan prostitusi tersebut.
Metode Wawancara
Metode yang digunakan sebagai wawancara adalah wawancara terbuka atau tidak terstruktur
secara online melalui chatting.
Wawancara ini dilakukan pada hari Jumat, 14 April 2017 pukul 11.00 WIB. Bertempat di
Malang melakukan wawancara secara online melalui chatting.
Pedoman Wawancara
Hasil Wawancara
Pada saat wawancara ini dilakukan secara online DRP sedang magang PSK di Surabaya. Dari
hasil wawancara ini juga dapat diketahui bahwa DRP ini masih berumur 21 tahun.
Pendidikan terakhir yang ditempuh adalah pelajar (pondok) / santriwati dan merupakan anak
yang baik. Agama yang diyakini adalah Agama Islam. Latar belakang DRP menjadi pelaku
prostitusi adalah DRP keluar dari pondok dan ikut dengan teman-temannya kerja sebagai
PSK. Selama menjadi PSK, DRP sudah ketagihan dengan menjadi seorang PSK dan tidak
bisa berhenti, dari wawancara mengatakan bahwa DRP sudah menjadi penggila seks. DRP
akan berhenti menjadi seorang PSK jika dia mendapatkan pekerjaan dengan gaji di atas Rp
3.000.000,-. Dalam satu hari DRP memasang tarif sebesar Rp 400.000,-, penentuan tarif ini
juga berdasarkan teman-temannya. DRP sendiri sudah tidak lagi berkomunkasi dengan
keluarganya, dan orang tua DRP sudah cerai. Saat ini DRP sudah memiliki rumah yang
berada di Boreng.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa DRP terjun ke dunia malam atau
bekerja sebagai PSK dikarenakan ajakan teman-temannya dan mendapatkan gaji yang cukup
besar selama sebulan jika tarif dalam sehari adalah Rp 400.000,-, serta DRP adalah salah satu
korban perceraian orang tuanya. Untuk saat ini, DRP belum ada niat untuk berhenti bekerja
menjadi PSK, dan akan berhenti jika mendapatkan pekerjaan dengan gaji di atas Rp
3.000.000,.
Solusi
Solusi yang dapat diberika kepada pelaku prostitusi antara lain dengan mengingatkan
kembali bahwa hukum prostitusi adalah haram, dan termasuk dosa besar. Lalu kita dapat
mengajak pelaku prostitusi ke panti-panti rehabilitasi agar mereka dapat kembali ke
masyarakat serta mendapatkan pekerjaan yang layak. Tindakan prostitusi dapat dicegah
dengan melakukan seminar-seminar tentang bahayanya seks bebas, HIV/AIDS, dan lain
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Fuad Usfa. 2012. Prostitusi Dalam Tinjauan Hukum Pidana Positif Indonesia.
http://www.bawean.net/2012/02/prostitusi-dalam-tijnjauan-hukum-pidana.html. Diakses
pada tanggal 23 April 2017.
Siregar, Kondar. 2015. Model Pengaturan Hukum Tentang Pencegahan Tindak Prostitusi
Berbasis Masyarakat Adat Dalihan Na Tolu. Medan: Perdana Mitra Handalan.
Lampiran