Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS BREAK EVEN IN HOSPITAL

Disusun oleh :
Sumarsono (18202111008)
Ronald JR Walakandou (18202111007)
Davit Ricardo Tandayu (18202111002)
Fidya Lestari Putri Abubakar (18202111018)
Pontoh Juan Champion Putera (18202111038)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PASCASARJANA


PEMINATAN KEBIJAKAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut Undang-undang republik indonesia Nomor 44 tahun 2009 Tentang

Rumah sakit bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Muhamad, K,(1995)Di Indonesia evolusi rumah sakit dimulai dengan

munculnya rumah sakit – rumah sakit milik misi keagamaan yang pelayanannya

bersiwat kedermawanan.Selanjutnya muncul rumah sakit – rumah sakit milik

perusahaan yang di bangun khusus untuk melayani karyawan perusahaan ( misalnya

perkebunan, pertambangan, dan lain-lain). Setelah itu muncul rumah sakit- rumah sakit

yang berasal dari praktik pribadi dokter, atau kadang-kadang praktik pribadi bidan,

yang mula-mula berkembang menjadi klinik. Beberapa dasasawaarsa terakhir

munculah rumah sakit – rumah sakit yang dibangun sepenuhnya oleh pemilik modal

bukan dokter dalam hal ini tidak dapat dipungkiri sejak awal rumah sakit sudah

berorientasi mencari keuntungan. (Bambang Hartono,2010)


Rumah sakit (RS) telah bermetamorfosis dari sebuah upaya sosial kepada

industri dibidang pelayanan jasa kepada orang sakit. Saat ini, RS dilengkapi dengan

dengan fasilitas, gedung dan jasa pelayanan. Selayaknya industri di bidang lain

semakin banyak RS, persaingan semakin ketat, sehingga menuntut rumah sakit untuk

lebih memperhatikan kualitas layanannya (Bode, 2019).

Dalam menghadapi persaingan bisnis di bidang perumahsakitan memerlukan

manajemen yang baik supaya rumah sakit bisa berkembang dan tetap bertahan.

Disamping mutu pelayanan yang baik yang harus diperhatikan ada juga aspek

pengelolaan keuangan pada pembiayaan rumah sakit harus dikelola dengan baik salah

satu cara dengan menggunakan analisa break even poin yang akan dibahas dalam

makalah ini.

B. Rumusan Masalah:

Bagaimana cara menganalisa dan menghitung break even point dalam

pengelolaan keuangan di rumah sakit.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Break-Even

Break even berarti suatu keadaan dimana rumah sakit tidak mengalami laba

(profit) dan juga tidak mengalami rugi (loss). Artinya seluruh biaya ( total cost) yang

dikeluarkan untuk kegiatan pelayanan dapat ditutup oleh pendapatan (revenue).

Total biaya yang terdiri dari total biaya tetap (total fixed cost) plus total biaya

variabel ( total variabel cost) sama dengan total pendapatan (cost revenue).

Total Fixed Cost (TFC) adalah biaya tetap yang jumlah totalnya todak dipengaruhi

oleh perubahan aktivitas pelayanan rumah sakit:

- Jumlah totalnya tidak berubah walaupun aktivitas pelayanan rumah saskit

berubah.

- Biaya per unit semakin kecil bila aktivitas pelayanan rumah sakit semalin

besar, sebaliknya biaya per unit semakin besar bila aktivitas rumah sakit

semakin kecil.

Yang termasuk biaya tetap adalah depresiasi aset tetap berwujud ( gedung dan

banngunan, peralataan dan mesin) dan amortisasi aset tetap tidak berwujud

(pendidikan, pemelitian/riset).
Variabel Cost Unit (VCU) adalah biaya variabel yang jumlah totalnya dipengaruhi

oleh perubahan aktivitas rumah sakit:

- Jumlah total berubah ketika aktivitas pelayanan rumah sakit berubah, jika

aktivitas pelayanan rumah sakit naik maka jumlah total variabel akan naik

demikian juga sebaliknya jika aktivitas pelayanan rumah sakit turu maka

jumlah total variabel juga turun.

- Biaya per unit tidak berubah walaupun aktivitas pelayana rumah sakir

berubah.

B. Menghitung Total Biaya Berdasarkan Target Volume

Contoh: Sebuah rumah sakit memiliki CT-scan dengan data biaya sebagai berikut :

- Biaya tetap per periode = Rp. 100.000.000,-

- Biaya variabel = Rp. 1.000.000,-

/volume kegiatan yang ingin dicapai 71 pemeriksaan per periode :

- Biaya vaiabel per unit ( variabel cost per unit/VCU) = Rp.1.000.000,-

- Biaya tetap per unit ( fixed cost per unit/FCU) = Rp.100.000.000/ 71 =

Rp. 1.408.451 per pemeriksaan.

- Biaya per unit (cost per unit/CU) = Rp.2. 408.451 per pemeriksaan.
C. Menghitung Marjin Kontribusi

Marjin kontribusi ( contribusion margin) adalah selisih antar tarif dengan biaya

variabel per unit.

Contoh:

- Pendapatan per unit ( tarif) sebesar Rp.2.400.000.

- Volume kegiatan 74 pemeriksaan per periode

- Biaya variabel per unit Rp, 1.000.000

- Total biaya tetap per peroider Rp.100.000.000 per periode.

Maka :

Total Revenue (Rp.2.400.000x74) = Rp 177.600.000

Total Variabel Cost ( Rp.1.000.000x74) = RP 74.000.000

Total Contribusion Margin = Rp 103.600.000

Total Fixed Cost = Rp 100.000.000

Profit = Rp 3.600.000

Jika total contribusion margin lebih besar dari total fixed cost berarti laba

(profit)tetapi senbaliknya jika total contribusion lebih kecil dari total fixed cost berarti

rugi (loss).
D. Analisis Break Even

Analisis break even biasanya menentukan break even point (BEP) yaitu nilai suatu

variabel input tertentu ynang menghasilkan beberapa minimum yang dikehendaki.

Pada keadaan spesifik BEP untuk menentukan volume jadi BEP adalah volume yang

menghasilkan nol laba.

E. Rumus Break Even

Analisis break even dapat menggunakan berbagai cara seperti rumus aljabar, metode

sederhada dan metode grafik

 Metode Aljabar

TR-TVC-TFC=NI

TR = Total Revenue

NI = Target net income

Target laba dari operasional alat CT Scan per periode

TVC=Total Variabel Cost

TFC=Total Fixed Cost


(RUxQ) - (VCUxQ) – TFC = 0

(Rp 2.4000.000 x Q) – ( Rp 1.000.000 x Q) – Rp 100.000.000 = 0

(Rp 2.4000.000 x Q) – ( Rp 1.000.000 x Q) = Rp 100.000.000

(Rp 2.4000.000 – Rp 1.000.000) Q = Rp 100.000.000

Rp 1.4000.000 x Q = Rp 100.000.000

Q = Rp 100.000.000/ Rp 1.4000.000 = 71,43 kasus

Jadi jika pemeriksaan mencapai lebih dari 71,43 maka alat tersebut

menghasilkan laba, sebaliknya jika pemeriksaan mencapai kurang dari 71,43

maka alat tersebut mengalami rugi

Contoh analisis break even untuk mengetahui tarif :

RU x Q = TFC + ( VCU x Q )

RU = Revenue per Unit

Q = Quality

TFC= Total Fixed Cost

VCU= Variabel Cost per Unit

TFC : Rp 100.000.000

VCU: Rp 1.000.000

Q : 71,43

RUx71,43 = : Rp 100.000.000 + Rp 1.000.000(71,43)

RU = Rp 100.000.000 + Rp 71.430.000 / 71,43

RU = Rp 171.430.000 / 71,43
RU = Rp 2,399.972

Tarif dibulatkan Rp 2.400.000

 Metode Sederhana

Metode ini dengan menggunakan tabel :

Tarif pemeriksaan = Rp 2.400.000

Total biaya tetap = Rp 100.000.000

Biaya variabel per unit= Rp 1.000.000

Vol Revenue TFC TVC TC Profit/Loss


60 144.000.00 100.000.000 60.000.000 160.000.00 (16.000.000)

0 0
65 156.000.00 100.000.000 65.000.000 165.000.00 (9.000.000)

0 0
71,43 171.430.00 100.000.000 71.430.000 171.430.00 -

0 0
75,71 181.000.00 100.000.000 75.710.000 175.710.00 6000.000

0 0
80 192.000.00 100.000.000 80.000.000 180.000.00 12.000.000

0 0
85
90

Dari tabel diatas titik break even (impas) pada pemeriksaan sebesar 7,43
F. Contoh Menghitung BEP di RS.Keluarga Sehat Hospital Pati Jawa Tengah

Dalam perhitungan BEP menetapkan penyusutan alat dihitung 5tahun, untuk

penyusutan gedung 20tahun. Masing –masing unit setelah menentukan harga pokok

tiap jenis pelayana dikalikan 1,4 atau ditambah 40% untuk harga penjualan kecuali

unit farmasi ditambah 22%

Contoh Unit Laboratorium

Pemeriksaan Hematologi harga alat Rp 240.000.000

Penyusutan alat per tahun Rp 48.000.000

Penyusutan alat per bulan Rp 4.000.000

Target per bulan 100 kali pemeriksaan berarti 1x pemeriksaan biaya Rp 40.000

Biaya variabel terdiri dari gaji karyawan,listrik,air,alat habis pakai, dll Rp 10.000

Jasi harga pokok konsumsi Rp.50.000

Harga jual Rp.70.000

Jadi dengan harga pemeriksaan hematologi Rp 70.000 jika mencapai 100x

pemeriksaan akan BEP jika kurang dari 100x pemeriksaan itu rgi sebaliknya jika

lebih dari 100x rumah sakit mendapatkan keuntungan.


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam menghadapi persaingan bisnis di bidang perumahsakitan memerlukan

manajemen yang baik supaya rumah sakit bisa berkembang dan tetap bertahan.

Disamping mutu pelayanan yang baik yang harus diperhatikan ada juga aspek

pengelolaan keuangan pada pembiayaan rumah sakit harus dikelola dengan baik salah

satu cara dengan menggunakan analisa break even poin

Break even berarti suatu keadaan dimana rumah sakit tidak mengalami laba

(profit) dan juga tidak mengalami rugi (loss). Artinya seluruh biaya ( total cost) yang

dikeluarkan untuk kegiatan pelayanan dapat ditutup oleh pendapatan (revenue).


DAFTAR PUSTAKA:

Bode, I. (2019). Publicness in times of market accountability: Lessons from a


changing hospital industry in Germany. Public Policy and
Administration.

Hartono, B (2010), Manajemen Pemasaran untuk Rumah Sakit, Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Rachmat Suyanto, Dadang Kusnadi, Muhardi. Mamajemen Keuangan Rumah Sakit
Konsep da analisis. 2018. Bandung. PT.Rafika Aditama

Anda mungkin juga menyukai