LEMBAGA USAHA
Oleh:
Sri Siswani, SE, M.Kes
KONSEP BIAYA DAN APLIKASINYA DI RUMAH SAKIT
Rumah sakit dianggap sebagai sebuah firma karena
rumah sakit dapat dianggap sebagai tempat yang
memproduksi jasa pelayanan kesehatan dari berbagai
macam input.
Rumah sakit tersebut sangat kompleks dengan proses
yang rumit dan berada pada lingkungan yang selalu
berubah.
Untuk memahami proses ini dapat dilihat pada kasus
penenganan kasus Sectio Caesaria (SC) yang dapat
dianggap sebagai suatu garis produksi dalam rumah sakit.
Dengan nama medik, garis produk ini disebut sebagai
clinical pathways.
Proses produk jasa SC dimulai dari masuknya pasien ke IGD, karena
merupakan tindakan emergency, berati harus mengumpulkan
berbagai profesi lain diluar keahlian kebidanan dan kandungan.
Diperlukan spesialis anatesi, spesialis anak dan laboratoriurn untuk
pemeriksaan darah, petugas farmasi-apotek, serta perawat. Dalam
hal jni IGD menjadi lempat produksi pertama untuk tindakan SC.
Dan pasein diteruskan ke bangsal perawatan, anak baru lahir masuk
ke instalasi parinatal.
Sebagai sebuah firma yang mempruduksi jasa pelayanan kesehatan
rumah sakit tentunya mempunyai pertanyaan mendasar terkait
dengan jasa SC tersebut:
Bagaimana Rumah sakit menghasilkan Jasa SC
Apakah sudah efisien atau belum
Berapa biaya dan jumlah pelayanan SC yang harus diproduksi
Berapa harga jual yang harus dibayar oleh pasien
Apakah pasien membayar penuh ataukah ada subsidi dari RS atau
pihak lain
Untuk menjawab pertanyaan tersebut RS harus mempunyai data
mengenai berapa biaya memproduksi pelayanan jasa bedah SC
tersebut.
Biaya merupakan pengeluaran keuangan yang diperlukan dalam
melakukan kegiatan bisnis lembaga pemerintah atau swasta yang
tertibat dalam transaksi keuangan.
Pertanyaan berikutnya adalah apakah sudah ada informasi
mengenai biaya untuk menghitung pelayanan bedah SC, Jika ya
bagaimana cara menghitungya ?
Dengan menggunakan konsep produksi maka tujuan
penghitungan biaya dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Memberikan pemahaman mengenai pelayanan dan prosedur
klinik yang diberikan pada tiap garis produksi.
2. Memberikan alat untuk monitoring dan mengendafikan biaya.
3. Menentukan tempat produksi yang memberi keuntungan atau
menimbulkan kerugian
4. Dengan tersedianya data biaya produksi tersebqt maka dapat
membandingkan biaya produksi dengan pesaing yang berbasis
pada perbedaan mutu pelayanan, biaya, cara pemberian dan
penetapan harga.
Disamping itu informasi biaya produksi dapat dipergunakan
sebagai petunjuk untuk keperluan perencanaan berupa
penyusunan anggaran, penyusunan kebijakan dan kebutuhan
peramaan.
Dengan adanya data mengenai biaya maka berbagai pertanyaan
manajerial lebih mudah dianalisis untuk mencari
pemecahannya.
1. Struktur organisasi rumah sakit yang baik.
2. Sistem Akuntasi yang tepat.
3. Adanya informasi statistik yang cukup baik
Tampak jelas pada gambar tersebut diatas bahwa biaya total atau
Total Cost (TC) merupakan penjumlahan Total Fixed Cost dan
Total Variabef Cost
5. Pusat Biaya Pada Rumah Sakit
Pusat biaya yang signifikan dalam analisis dan penetapan biaya rumah
sakit adalah :
1. Instalasi dan bagian-bagian di rumah sakit:
a. Bangsal bangsal
b. Instalasi Radiologi
c. Laboratorium
d. Rumah Tangga
e. Pemeliharaan
f. Dan tain-lain
2. Unit pelayanan yang merupakan sumber biaya produksi rumah
sakit yang dapat diidetifikasi:
a. Biaya Kamar mayat
b. Biaya rata-rata untuk pemeriksaan laboratorium
c. Biaya Rata-rata pasien di Potiklinik
d. Biaya rata-rata obat pasien rawat inap dan
e. Dan lain-lain
3. Pusat biaya berbasis pada diagnosis penyakit, cara ini
diperkenalkan di Amirika Serikat dalam bentuk Diagnostic Related
Groups (DRG).
2. Berapa keuntungan yang ada bila 1.500 hari tempat tidur terpakai selama 1 tahun?
profit dapat dimasukkan sebagai salah satu komponen yang mempengaruhi
pendapatan seperti yang tertulis di bawab ini!
S - FC + VC + P
F - S - FC - VC
-(1.500 x Rp. 40.000) - Rp. 24.000.000 - (1.500 v Rp. 16.000)
-Rp. 12.000.000
Jika hanya 600 hari tempal tidur yang terisi dalam satu tahun (BOR lebih kurang
15%) berapa larif yang harus dipakai untuk mencajiai breakeven point
S-FC + VC
S - Rp. 24.000.000 + (600 x Rp. 16.000) - 33.600.000
Penerimaan minima) liarus scbcsar 33.600.000 Dengan demikian tarif per tempat
tidur sebesar Rp. 33.600.000di bagi 600 - Rp. 56.000 pehari
Analisis break even point tersebut sangat sederhana. Kasus-
kasus yang terjadi di lapangan lebih rumit dan sulit karena
pembagian fixed cost dan variabcl cost mungkin tidak jelas.
Deseconomies of scale
Sebaliknya kenaikan jumlah produksi setelah melewati titik tertentu
justru dapat memperbesar biaya per unit. Keadaan ini disebakan oleh
berkurangnya efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi.
1. Menurunya efisiensi manajerial.
2.Semakin formalnya hubungan dengan karyawan yang berdampak pada
biaya
3. Naiknya biaya berbagai faktor teknis.
Sekian Terima Kasih