F Akuntansi Internasional
221308483 A
Dalam arti sempit, harga transfer adalah harga perpindahan barang antara dua pusat laba
atau lebih. Untuk pembahasan lebih lanjut, maka harga transfer ini digunakan untuk kepentingan
penilaian kemampuan laba divisi.
Sedangkan dalam arti luasnya harga transfer dapat didefenisikan suatu penentuan harga
barang atau jasa yang ditransfer kepada antar pusat pertanggung-jawaban dalam satu organisasi
tanpa memandang bentuk pusat pertanggung jawabannya.
Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Richard Vancil, menunjukkan bahwa dari 291
perusahaan yang menggunakan system divisi 85% diantaranya yang melaksanakan transfer
barang, 55% melaksanakan pertukaran jasa dan 71% diantaranya menggunakan fasilitas
bersama.
PT Batu Halak dengan dua divisi yang saling melakukan transaksi, yaitu divisi Penjual
(A) dan divisi pembeli (B). Divisi A bekerja dengan full capacity dan menjual produknya
ke pasar luar. Juka divisi A tidak menjual kepada pasar luar atau dijual ke divisi B maka
divisi A dapat menghemat biaya pemasaran dan distribusi $ 700/unit. Perusahaan bekerja
selama 250 hari/tahun dan informasi kedua divisi adalah sebagai berikut :
Divisi A Divisi B
Kedua divisi sepakat melakukan harga transfer negosiasi dengan menjual produk dari
divisi A ke divisi B, maka divisi tidak perlu mengeluarkan biaya pemasaran dan distribusi
variabel.
Total aktiva yang diperkirakan pada awal tahun anggaran adalah sebesar Rp. 1.000.000.000 dan
laba yang diharapkan yang dinyatakan dalam ROI = 20%. Tentukan harga transfer untuk suku
cadang Q!
Penyelesaian full costing :
Perhitungan Mark up
Biaya administrasi dan umum Rp. 50.000.000
Biaya pemasaran Rp. 20.000.000
Laba yang diharapkan (20% x Rp. 1.000.000.000) Rp. 200.000.000 +
Jumlah Rp. 270.000.000
Biaya produksi Rp. 200.000.000
Mark up 1,35 = 135%
Perhitungan mark up
Biaya tetap Rp. 95.000.000
Laba yang diharapkan (20% x Rp. 1.000.000.000) Rp. 200.000.000 +
Jumlah Rp. 295.000.000
Biaya variabel Rp. 165.000.000
Mark up 1,79 = 179%
Prinsip dasar, harga transfer sebaiknya sama dengan harga yang dikenakan seandainya
produk tersebut dijual kekonsumen di luar atau dibeli dari pemasok luar. Situasi yang paling
ideal adalah berdasarkan harga pasar, hal ini akan tercapai jika dipenuhi kondisi-kondisi:
1. Competent People
Tenaga yang andal yang memperhitungkan tujuan jangka pendek maupun jangka
panjang dari pusat pertanggungjawaban.
2. Good athmosphere
Kondisi yang kondusif, dalam hal ini kinerja para pimpinan pusat laba betul-betul
diukur berdasarkan keuntungan yang dihasilkan oleh unit yang dipimpinnya
3. A market price
Adanya harga pasar yang bias dimanfaatkan untuk pembanding.
4. Freedom of source
Adanya kebebasan dari bagi pimpinan pusat laba untuk memilih sumber lainnya yang
diangap lebih menguntungkan.
5. Full flow of information
Tersedianya informasi bagi pimpinan pusat laba tentang alternative serta biaya yang
relevan atas barang yang akan dibeli.
Berikut ini ilustrasi penetapan harga transfer pada suatu perusahaan.
PT ABC menetapkan harga transfer berdasar biaya variable untuk pengalihan output dari
Divisi I ke Divisi II. Divisi I dapat mengalihkan biaya variable per unit outputnya ke divisi II Rp.
100 dan menjual outputnya kepasar eksternal sejumlah 75000 unit dengan harga Rp. 250 per unit
atau 100.000 unit dengan harga Rp. 200 per unit (asaseconomic of scale). Biaya variable untuk
output per unit di Divisi II Rp 300,- (belum termasuk transaksi intern dari Divisi I). Sejumlah
125.000 unit produk Divisi II bias dijual ke Pasar Eksternal dengan harga per unit Rp 900,- atau
160.000 unit dengan harga per unit Rp 800,- (asas Economic of Scale).
Adanya alternative menjual output lebih besar tetapi dengan harga lebih rendah ini, baik
di Divisi I maupun di Divisi II dikemukakan oleh Bagian Pemasaran dan Litbang, mengingat
perusahaan belum beroperasi pada tingkat kapasitas penuh (Full Capacity).
Berdasar usulan yang dikemukakan, kedua Divisi mencoba mengkajinya sebelum
memutuskan alternative mana yang diambil.
Divisi I
Contributions Margins (=Penjualan-Biaya variabel)
Alternatif:
1. 75.000 x (Rp 250- Rp 100)= Rp 11.250.000,-
2. 100.000 x (Rp 200- Rp 100)= Rp 10.000.000
Kalau begini kondisinya, tampak bahwa bagi Divisi I lebih besar Contribution Margin-nya pada
alternative I.
Divisi II
Alternatif:
1. 125.000 x (Rp 900 Rp300 Rp 250) = Rp 43.750.000,-
2. 160.000 x (Rp 800 Rp 300 Rp 250) = Rp 40.000.000
Tampak bahwa disini alternatif I juga lebih menguntungkan bagi Divisi II.
Usulan Litbang untuk Divisi II
Alternatif:
1. 125.000 x (Rp 900 Rp 300 Rp 100) = Rp 62.500.000
2. 160.000 x (Rp 800 Rp 300 Rp 100) = Rp 64.000.000
Jika kondisi ini yang dimaksud, memang mengahsilkan Contribution Margin yang lebih besar
Divisi II tetapi asas harga transfernya dianggap tidak berlaku bagi Divisi I, jadi hanya
memposisikan Divisi I sebagai bagian Entitan Perusahaan bukan pusat pertanggungjawaban yang
independen.
Karena itu Divisi II menawar kepada Divisi I agar Harga Transfer diturunkan dari Rp 250
menjadi Rp 226,56 sehingga usulan untuk menjual sejumlah 160.000 unit bias dipertimbangkan.
Dilain pihak, Divisi I dapat mentransfer 125.000 unit ke Divisi II dengan Harga Transfer
= Rp 250 per unit sehingga total Contribution Marginnya = 125.000 x (Rp250 Rp 100) = Rp
18.750.000 yang memang cenderung menguntungkan dirinya (Divisi I). Karena itu, jika Divisi I
diminta menjual sebanyak 160.000 unit, maka Contribution Margin yang diharapkan Rp
18.750.000 atau Rp 117,19 per unit, yang berarti Harga Transfernya (HT):
HT Rp 100 = Rp 117,19
HT= Rp 217,19
Dengan demikian terdapat peluang Negosiasi yang kondusif bagi Divisi I dan II jika
manajemen menghendaki usulan bagian Litbang diterima, yaitu:
Divisi I menetapkan Harga Transfer minimum = Rp217,19
Divisi II mengehendaki Harga Transfer minimum = Rp 226,56
Seandainya diputuskan besarnya Harga Transfer Rp 225, maka hal ini cukup kondusif
bagi Divisi I dan Divisi II.
E. HARGA TRANSFER BERDASARKAN BIAYA
Jika harga kompetitif tidak tersedia, maka Harga Transfer dapat ditentukan dengan jalan
menetapkan harga berdasarkan biaya ditambah dengan tingkat keuntungan tertentu, walaupun
cara ini mungkin agak rumit penetapannya dan hasilnya kurang memuaskan. Ada dua keputusan
yang harus diambil dalam system penentuan Harga Transfer berdasarkan biaya:
2. Tingkat laba (bagaimana cara menghitung tingkat keuntungan Profit Mark Up).
Merupakan cara untuk memutuskan bagaimana menghitung tingkat laba. Dasar
perhitungan yang paling sederhana adalah persentase biaya. Tetapi, cara ini
memperhitungkan modal yang diperlukan. Dasar yang lebih baik adalah dengan
menghitung besarnya investasi, tetapi ada kesulitan besar dalam menghitung besarnya
investasi ini. Jika menggunakan dasar biaya historis suatu aktiva, maka fasilitas baru
yang dirancang untuk mengurangi harga secara actual dapat meningkatkan biaya karena
aktiva yang lama menjadi dinyatakan terlalu rendah (Undervalued).
DAFTAR PUSTAKA
Studi kasus diambil dari dokumen Transfer Pricing yang diunduh pada website :
http://dion.staff.gunadarma.ac.id/Download/files/14153/TRANSFER+PRICE.doc
www.academia.edu/9122025/Transfer_Price
http://Responsitory.binus.ac.id