Harga transfer di satu pihak merupakan pendapatan bagi pusat pertanggung jawaban yang
menyerahkan produk atau jasa, dan dilain pihak merupakan biaya bagi pusat pertanggunga
jawaban yang menerima produk atau jasa.
Harga transfer harus ditentukan secara adil, agar tidak merugikan pusat pertanggung
jawabanyang mengadakan transaksi.
Produk atau jasa yang dipertukarkan mungking dihasilkan juga oleh pihak eksternal perusahaan,
sehingga dalam halini suatu pusat pertanggungj awaban mempunyai alternative untuk
membeli produk atau jasa dari pihak eksternal perusahaan, atau dari pusat pertanggung
jawaban penghasil produk atau jasa tersebut. Demikian pula bagi pusat Pertanggung jawaban
yang menghasilkan produk atau jasa, mempunyai alternative untuk
menjual kepada pihak eksternal perusahaan atau pusat pertanggung jawaban yang
memerlukan produk atau jasa tersebut.
B.Metode Penentuan Harga Transfer
Harga transfer dapat ditentukan dengan menggunakan empat metode sebagai
berikut:
1. Metode harga pasar (market-based transfer prices).
2. Metode harga pokok (cost-based transfer prices).
3. Metode negosiasi (negotiation-based transfer prices).
4. Metode arbitrasi (arbitration-based transfer prices).
C.metode Harga Pasar
Metode harga pasar dianggap sebagai metode yang paling baik untuk mengatasi masalah
penentuan harga transfer, karena harga pasar lebih bersifat independen dan dapat
menunjukkan perolehan laba yang layak untuk setiap divisi. Setiap manajer divisi dapat
melakukan transaksi dengan bebas (open-market bargaining) dengan divisi yang lain atau
dengan pihak lain di luar perusahaan.
Harga pasar yang digunakan sebagai dasar penentuan harga transfer umumnya adalah harga pasar
yang dimodifikasi atau disebut juga harga pasar minus, yaitu harga pasar setelah dikurangi
dengan biaya penjualan yang dapat dihindari jika perusahaan tidak melakukan transaksi
dengan pihak eksternal. Biaya yang dapat dihindari tersebut antara lain: potongan penjualan,
biaya iklan, biaya angkut penjualan,komisi penjualan, dan biaya penagihan.
Harga pasar Rp xxxx
Divisi M Divisi N
Penjualan :
5.000 x 40% x Rp.200,00 =
Rp.400.000,00
5.000 x 40% x Rp.180,00 =
Rp.540.000,00
Rp 940.000,00
3.000 x Rp.700,00 Rp.2.100.000,00
Biaya Produksi :
(5.000 x Rp.80,00) + Rp.250.000,00
Rp.540.000,00 + (3.000 x Rp.300,00) (Rp 650.000,00)
(1.440.000,00)
Biaya penjualan :
2.000 x Rp.20,00)
3.000 x Rp.50,00 (Rp 40.000,00)
(150.000,00)
Penentuan harga transfer atas dasar harga pasar mempunyai kelemahan sebagai
berikut :
1. Tidak semua produk atau jasa yang dipertukarkan mempunyai harga pasar.
2. Mungkin saja terdapat beberapa macam harga pasar dari produk atau jasa yang
dipertukarkan.
3. Pengurangan harga pasar dengan biaya yang dapat dihindari menguntungkan bagi
divisi pembeli.
D.Metode Harga Pokok
Contoh 10.2 menggunakan Contoh 10.1
Devisi M Devisi N
Produk yang dihasilkan/ 5.000 unit 3.000 unit
dibeli
Produk yang dijual:
- Kepada Divisi N 3.000 unit -
- Kepada pihak luar 2.000 unit 3.000 unit
Biaya produksi:
Variabel per unit Rp 80,00 ?
Tetap Total 250.000,00 -
Tambahn biaya produksi per unit - Rp 300,00
Biaya penjualan (yang dapat dihindari) 200,00 50,00
per unit
Harga jual per unit 200,00 700,00
Harga transfer Harga pokok ditambah laba
30% dari harga pokok
Devisi M Devisi N
Penjualan
2.000 x Rp 200,00 = Rp 400.000,00
3.000 x Rp 160,00 = Rp 507.000,00
Rp 907.000
3.000 x Rp 700,00 Rp 2.100.000
Biaya produksi:
(5.000 x Rp 80,00) = Rp 250.000,00 (650.000
Rp 507.000,00 + (3.000 x Rp 300,00) (1.407.000)
Biaya Penjualan
2.000 x Rp 20,00 (40.000)
3.000 x Rp 50,00 (150.000)
Laba Rp 217.000 Rp 343.000
Keterangan:
Perhitngan harga transfer adalah sebagai berikut:
Biaya produksi variabel per unit Rp 80
Biaya tetap per unit (Rp 250.000 : 5.000) Rp 50
Harga pokok per unit Rp130
Laba (30% x Rp 130) Rp 39
Harga transfer per unit Rp 169
Dari hasil perhitungan dalam Tabel 10.2 tersebut tampak bahwa laba divisi M adalah Rp 217.000
dan laba divisi N Rp 543.000 sehingga laba tota perusahaan Rp 760.000 (Rp 217.000,00 +
Rp 543.000). Dibandingan dengan hasil perhitungan dalam Tabel 10.1 , laba divisi M lebih
kecil sebesar Rp 33.000 (Rp 250.000 – Rp 217.000) dan laba divisi N lebih besar Rp 33.000
(Rp 510.000 – Rp 543.000) sedangkan laba total perusahaan sama besarnya yaitu Rp
760.000 oleh divisi pembeli, biasanya akan cenderung terlalu rendah bagi divisi penjual.
E.Metode Negosiasi
Alternatif yang lain dalam penentuan harga transfer adalah metode negosiasi, yaitu
penentuan harga transfer atas dasar tawar-menawar antara devisi penjualan dengan devisi pembeli.
Metode ini umumnya diterapkan dalam hal, yaitu:
1. Tidak tersedianya harga pasar dari produk atau jasa yang dipertukarkan.
2. Timbul Masalah dalam penentuan besarnya laba untuk produk atau jasa yang
dipertukarkan.
3. Produk atau jasa yang dipertukarkan tidak dihasilkan oleh pihak eksternal perusahaan
Metode negosiasi tersebut dapat diterapkan dengan baik, jika para manajer divisi
mempunyai wewenang penuh untuk mengambil keputusan mengenai harga transfer.
Disamping itu, setiap manajer devisi harus memiliki informasi mengenai harga pasar atau
harga pokok dari produk atau jasa yang dipertukarkan, dan kemampuan untuk melakukan
negosiasi dengan baik. Jika kondisi tersebut di atas tidak terpenuhi, umumnya penentuan
harga transfer atas dasar negosiasi akan memakan waktu yang relative lama dan cenderungmenimbulkan
konflik antar manajer divisi yang bernegosiasi.
Contoh 10.3
Misalnya dengan menggunakan contoh data data diatas, harga transfer tidak
ditentukan atas dasar harga pasar yang dimodivikasikan atau atas dasar harga pokok
ditambah laba, melainkan ditentukan atas dasar negosiasi antara manajer divisi M dan divisi N.
Berdasarkan kesepakatan kedua manajer divisi tersebut, harga transfer produk A yang diserahkan ke
divisi N adalah RP 175,- per unit
Devisi M Devisi N
Penjualan :
2.000 x Rp 200 = Rp 400.000
3.000 x Rp 104 = Rp 312.000 Rp 712.000
3.000 x Rp 700 Rp 2.100.000
Biaya Produksi :
(5.000 x Rp 80) + Rp 250.000 (650.000)
Rp 312.000 + (3.000 x Rp 300) (1.212.000)
Biaya Penjualan :
2.000 x Rp 20 (40.000)
3.000 x Rp 50 (150.000)
Laba Rp 22.000 Rp 738.000
Keterangan :
Perhitungan harga trasfer adalah sebagai berikut :
Biaya produksi variabel per unit Rp 80
Laba (30% x Rp 80) Rp 24
Harga Transfer per unit Rp 104
Metode Arbitrasi
Menurut metode ini, harga transfer ditentukan oleh direksi atau pihak lain yang
ditugaskan sebagai arbitrator dalam penentuan harga transfer. Metode ini digunakan, jika
timbul konflik antarmanajer dalam negosiasi harga transfer. Arbitrator, dalam hal ini
mengadakan dialog dengan para manajer yang bersangkutan. Dialog tersebutdiharapkan
dapat menentukan harga transfer yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.
Contoh 10.4.
Misalnya dengan menggunakan contoh data di muka (Contoh 10.1 atau Contoh 10.2),
semula harga transfer ditentukan atas dasar negosiasi antara divisi M dengan manajer divisi
N. Akan tetapi negosiasi tersebut mengalami jalan buntu, sehingga direksi perlu campur
tangan sebagai arbitrator. Dari hasil dialog antara direksi dengan manajer divisi M dan
manajer divisi N, diperoleh keputusan mengenai harga produk A yang ditransfer dari divisi M
ke divisi N, yaitu sebesar RP142,00 per unit.
Tabel 10.5.
Perhitungan Laba Divisi Harga Transfer
Atas Dasar Arbitrasi
Devisi M Devisi N
Penjualan:
2000*Rp200,00 = Rp400.000,00
3000*Rp142,00 = Rp426.000,00 (Rp 826.000,00)
3000*Rp700,00 Rp 2.100.000,00
Biaya produksi:
(5.000*Rp80,00) + Rp250.000,00 (650.000,00)
Rp426.000,00 + (3.000*Rp300,00) (1.326.000,00)
Biaya penjualan:
2.000*Rp20,00 (40.000,00)
3.000*Rp50,00 (150.000,00)
Laba Rp 136.000,00 Rp 624.000,00