Anda di halaman 1dari 43

ANALISIS BIAYA-

VOLUME-LABA

Present by KELOMPOK 2
Nama kelompok:
1. Pinkan Kandi Andante (1700012071)
2. Fahri Alfian (1700012072)
3. Evi Yulianti (1700012073)
4. Aryati Cahyaningrum (1700012074)
5. Iga Afrillia (1700012076)
6. Ena Dayang Faitar (17000122077)
7. Adyatma (1700012078)
8. Gina Salsabila (1700012236)
 PEMBAHASAN:
1. Pengertian
2. Asumsi yang mendasari analisis impas dan biaya volume laba
3. Cara penentuan impas
4. Manfaat analisis impas dan biaya volume laba untuk pengambilan
keputusan
A. PENGERTIAN
Analisis biaya volume laba mencakup
studi tentang saling hubungan diantara
faktor-faktor berikut ini:
1. Harga jual produk
2. Volume atau tingkat aktivitas
3. Biaya variabel per unit
4. Total biaya tetap
5. Komposisi produk yang dijual
Analisis impas (Break event aanalysis) adalah teknik
analisis yang digunakan untuk menentukan tingkat
penjualan dan komposisi produk yang diperlukan
hanya untuk menutup semua biaya yang terjadi
selama periode tertentu. Titik impas adalah titik
dimana total biaya sama dengan total penghasilan.
Dengan demikian, pada titik impas tidak ada laba
maupun rugi yang diterima oleh perusahaan.
Analisis biaya-volume-laba adalah untuk
menentukan tingkat penjualan dan komposisi
produk yang diperlukan untuk mencapai laba
yang ditargetkan, maka analisis impas
merupakan kasus khusus dari analisis biaya-
volume-laba, yaitu penentuan tingkat penjualan
dan komposisi produk yang diperlukan untuk
menjadi tingkat laba nol.
2. ASUMSI DAN KETERBATASAN
1. Analisis ini berasumsi bahwa biaya- biaya yang
berkaitan dengan tingkat penjualan saat ini, secara cukup
akurat dapat dipisahkan ke dalam elemen biaya variabel
dan biaya tetap.

2. Analisis ini berasumsi bahwa biaya tetap akan


senantiasa tetap selama periode yang dipengaruhi oleh
keputusan yang telah diambil.

3. Analisis ini berasumsi bahwa biaya variabel berubah


secara langsung (proporsional) dengan penjualan selama
periode yang dipengaruhi oleh keputusan yang telah
diambil.
4. Analisis ini dibatasi pada situasi dimana kondisi
ekonomi dan kondisis lainnya diasumsikan relatif
stabil. Pada kondisis inflansi yang tinggi, misalnya,
apabila sulit untuk memprediksi penjualan dan/atau
biaya lebih dari beberapa minggu ke depan, maka
akan sangat beresiko menggunakan analisis implasi
untuk pengambilan keputusan.
5. Analisisimplasi dan biaya-volume-laba hanya
merupakan pedoman untuk pengambilan keputusan.
Analisis ini dapat menunjukan keputusan tertentu,
akan tetapi faktor-faktor lain, seperti hubungan
pelanggan dan karyawan dapat mengarahkan pada
suatu keputusan yang mungkin berlawan dengan hasil
analisis.
CONTRIBUTION MARGIN
PT. CITRA ANINDA
Laporan Rugi-Laba
Untuk Tahun Yang berakhir per 31 desember 2010

Total Per Unit

Penjualan Rp 100.000,00

Biaya Variabel Rp 60.000

Biaya Tetap Rp 3.500

Total Biaya Rp 95.000,00

Laba Rp 5.000,00

Dalam analisis Impas dan biaya –volume-laba, laporan rugi laba


disajikan dalam format contribution margin (yang disebut
Contribution Income Statement) . ini sangat bermanfaat bagi
manager dalam rangka melihat pengaruh perubahan
harga,jual,biaya, dan volume aktivitas terhadap laba perusahaan
 Berikut ini adalah laporan Rugi Labar PT CITRA Aninda yang disusun dalam
Contribution Income Statement.
PT Citra Aninda
Contribution Income Statement
Untuk Tahun yang berakhir per 31 desember 2010
total Per unit
Penjualan (400 unit) Rp100.000 Rp250
Biaya variabel Rp60.000 Rp150

Contribution margin Rp40.000 Rp100


Total biaya tetap Rp35.000

Laba Rp5000
 Perbedaan cara pelaporan ini tidak mengubah besarnya laba perusahaan pada
contoh ini, PT Citra Aninda menyajikan penjualan, biaya variabe;l, dan
contribution margin baik secara total maupun perunit. Ini sangat membantu
analisis profitabilitas.
 Selain dinyatakan dalam satuan rupiah per unit, penjualan, biaya variable, dan
contribution margin juga dapat dinyatakan dalam satuan persentase (%) ,
sebagai berikut.

Total Per unit %


Penjualan Rp100.000.000 Rp250 100%
Biaya Variabel Rp60.000 Rrp150 60%

Contribution Rp 40.000.000 Rp100 40%


margin
Total biaya Rp35.000
tetap

Laba Rp5000
NEXT

 Persentase contribution margin atas penjualan disebut


contribution margin ratio (C/M ratio) atau profit – (P/V
ratio). Rasio ini sangat berguna untuk menunjukan
bagaimana contribution margin akan dipengaruhi oleh
perubahan total penjualan, pada contoh ini contribution
margin sebesar 40% berarti bahwa setiap kenaikan
Rp.1,00 penjualan akan menaikkan contribution margin
sebesar Rp0,40 (40% x Rp.1,00).
PENENTUAN IMPAS

Laba = Total Penghasilan – ( total biaya variabel + total biaya tetap)

Total Penghasilan = total biaya Variabel + total biaya tetap + laba

Bentuk persamaan linier

TR = FC + ( V x TR) + L

TR = Total penghasilan
FC = Total biaya tetap
V = Biaya variabel per Rp1,00 penghasilan ( total biaya varabel dibagi
total penghasilan )
L = Total laba
Dengan menggunakan persamaan linier tersebut, tingkat penjualan
diperlukan untuk mencapai laba yan ditargetkan dapat ditentukan sebagai
berikut :

FC + L = Total biaya tetap + Laba


TR =
(1-V) = Contribution margin per rupiah penjualan

Dengan demikian untuk laba sama dengan nol yang berarti tercapai
kondisi impas, maka titik impas dalam satuan rupiah penjualan sebgaai
berikut :

TR = FC = Total biaya tetap


(1-V) = Contribution margin per rupiah penjualan
Untuk lebih memperjelas menentuan titik impas, berikut ini disajikan data
yang diperoleh dari fleksibel PT intan putri sejati untuk tahun 2010 :
Total penjualan pada kapasitas normal Rp6.000.000
Total biaya tetap Rp1.600.000
Total biaya variabel pada kapasitas normal Rp3.600.000
Harga jual perunit Rp400
Biaya variabel per unit Rp240

TR (BE) Rp1.600.000
1 - (Rp240/Rp400)
Sebagai contoh apabila laba yang ditargetkan Rp400.000 maka diperlukan
penjualan sebesar Rp1.000.000 atas penjualan impas. Dengan demikian
diperlukan total penjualan sebesar Rp5.000.000 untuk mencapai laba
Rp400.000

TR = Rp1.600.000 + Rp400.000
1 – ( Rp240/Rp400)
Oleh karena total penjualan sama dengan harga jual per unit dikalikan
dengan total unit yang dijual dan karena total biaya variabel sama dengan
biaya variabel per unit dikalikan dengan total unit yang dijual, maka
persamaan tersebut menjadi sebagai berikut:
P x Q = FC + (VC x Q) + L
P = Harga jual per unit
Q = Kuantitas produk yang dijual
FC = Total biaya tetap
VC = Biaya variabel per unit
L = Laba
Pada persamaan yang baru ini, variabel yang tidak diketahui adalah Q.
Yaitu jumlah unit produk yan dijual. Maka dihitung dengan cara sebagai
berikut :
FC + L = Total biaya tetap + Laba
Q
(P-V) = Contribution margin per unit
Dengan menggunakan contoh dimuka, tingkat penjualan dalam unit yang
diperlukan untuk mencapai laba nol (impas) dihitung dengan cara sebagai
berikut :

Q (BE) FC + L = Rp6.000.000 + Rp0,00


( P-V) = (Rp400 – Rp240)

Q FC + L = Rp6.000.000 + Rp400.000
(P-V) = (Rp400 – Rp240)
MANFAAT ANALISIS IMPAS DAN BIAYA VOLUME
LABA UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Dengan menggunakan analisis biaya-


volume-laba, manajemen harus dapat
memahami beberapa hal berikut ini :
1. Perubahan pada biaya variabel per unit
akan mengakibatkan perubahan
contribution margin ratio dan titik
impas (break even point)
2. Perubahan pada harga jual per unit
akan mengakibatkan perubahan
contribution margin ratio dan titik
impas (break even point)
Manajemen merencanakan laba untuk tiap
periode, akan tetapi mereka umumnya juga
sangat memperhatikan titik impas.
Manajemen harus menentukan titik impas
untuk dapat menghitung margin of safety,
yang menunjukan berapa banyak penjualan
boleh turun dari tingkat penjualan sebelum
menderita kerugian.
3. Perubahan pada biaya tetap akan mengubah
titik impas, akan tetapi tidak mengubah
contribution margin ratio
4. Perusahaan pada biaya tetap dan biaya
variabel secara simultan dengan arah yang sma,
akan mengakibatkan perubahan yang sangat
tajam pada titik impas
Untuk memperjelas manfaat analisis impas dan biaya volume laba dalam
penambilan keputusan, digunakan contoh kasus hotel “Citra Yogya” yang
memiliki 30 kamar, yang menyajikan laporan laba rugi untuk tahun 2010
sebagai berikut :
Total Per kamar/hari
penjualan Rp306.000.000 Rp40,00
Biaya variabel Rp113.000.000 Rp14,77

Contribution margin Rp193.000.000 Rp25,23


Total biaya tetap Rp181.000.000

Laba Rp12.000
Total biaya variabel
x 100%
total penjualan

Rp113.000.000
X 100%= 63%
Rp306.000.000
SOAL LAPORAN KEUANGAN

1.Pada tingkat penjualan (rupiah) berapakah hotel akan


mencapai kondisi impas ?
2. Pada tingkat penjualan (rupiah) berapakah hotel akan dapat
mencapai laba yang ditargetkan ?
3. Berapa rupiah penjualan harus dinaikan untuk dapat
menutup tambahan biaya tetap?
4. Berapakah tambahan rupiah penjualan diperlukan untuk
dapat menutup perubahan biaya variable?
5. Bagaimana pengaruh perubahan berbagai variable yang
terjadi secara simultan terhadap laba yang diperoleh hotel?
6. Berapakah maksimum tingkat penjualan ditargetkan boleh
turun agar hotel tidak menderita kerugin?
7. Bagamaina cara mengkonversi penjualan rupiah
menjadi tingkat penjualan dalam unit?
8. Apabila tarif kamar mengalami perubahan,
bagaimanakah perubahan ini akan memperngaruhi
jumlah kamar yang dijual ?
9. Bagaimanakah menilai usulan investasi baru ?
10. Kapan sebaiknya hotel menutup usahanya ?
11. Bagaimanakah pengaruh adanya pajak terhadap
penentuan impas ?
1. Pada tingkat penjualan (rupiah) berapakah hotel akan mencapai
kondisi impas ?

Total biaya tetap + laba


Target penjualan
Contirbution margin ratio

Dengan demikian, hotelcitra yogya memiliki total biaya tetap


Rp181.000.000 per tahun dan contribution margin ratio 63% harus
mampu memperoleh tital penjualan sebesar Rp287.000.000
2. Pada tingkat penjualan (rupiah) berapakah hotel akan dapat
mencapai laba yang ditargetkan ?
𝑅𝑝181.000.000 −𝑅𝑝39.000.000
Target penjualan =
0,63

= Rp349.206.000
Untuk mengetahui tingkat penjualan yang
diperlukan untuk mencapai kondisi impas, yang
berarti tidak memperoleh laba dan tidak menderita
kerugian (laba nol)digunakan formula sebagai
berikut:
Target penjualan = Total biaya tetap + Laba
Contribution Margin Ratio
3. Bila pengelola hotel bermaksud menaikan biaya iklan sebesar Rp
5.000.000,00 pertahun, dan tetap ingin mempertahankan target laba sebesar Rp
12.000.000,00.
Berapa rupiah penjualan harus dinaikan untuk dapat menutup tambahan biaya
tetap?

Target penjualan = Rp 181.000.000,00 + Rp 5000.000+ Rp 12.000.000


0.63
=Rp 314.286.000,00

Penjualan Rp 314.000,00

Biaya Sewa Variabel 37% X Penjualan Rp 116.000,00

Biaya Tetap 186.000,00

Total Biaya Rp 302.000,00

Laba Rp 12.000,00
4. Biaya variable Hotel “Citra Yogya” saat ini adalah 37% yaitu ratio
antara total biaya variable dan total penjualan. Apabila biaya variable
mengalami kenaikan menjadi 39% maka contribution margin ratio
menjadi 61%. Apabila dengan maka contribution margin ratio
sebesar 39% pengelola hotel masih menginginkan target laba sebesar
Rp 12.000.000,00 (biaya tetap tidak berubah).
Berapakah tambahan rupiah penjualan diperlukan untuk dapat
menutup perubahan biaya variable?
 Target Penjualan = Rp 181.000.000,00 + Rp 12.000.000,00
0,61
= Rp 316.393.000.000,00
5. Selama tahun 2009 pengelola hotel merencanakan untuk menaikan biaya
iklan sebesar Rp 5.000.000,00. Biaya gaji (yang mengakibatkan contribution
margin ratio menjadi 61%) dan target laba menjadi Rp 20.000.000,00.
Bagaimana pengaruh perubahan berbagai variable yang terjadi secara simultan
terhadap laba yang diperoleh hotel?
Target Penjualan = Rp 181.000.000,00 + Rp 5.000.000,00 + Rp 20.000.000,00
0,61
= Rp 337.705.000,00

Penjualan Rp 338.000,00

Biaya Sewa Variabel 39% X Penjualan Rp 132.000,00

Biaya Tetap 186.000,00

Total Biaya Rp 318.000,00

Laba Rp 20.000,00
6. Pada uraian sebelumnya diketahui bahwa penjualan impas
untuk hotel “Citra Yogya” adalah Rp 287.000.000,00. Apabila
pengelola hotel mentargetkan laba sebesar Rp 360.000.000,00.
Berapakah maksimum tingkat penjualan ditargetkan boleh
turun agar hotel tidak menderita kerugin?
Traget Penjualan = Penjualan Dianggarkan + Penjualan Impas
Penjualan Dianggarkan (Ditargetkan)
= Rp 360.000.000,00 + Rp 287.000.000,00
Rp 360.000.000,00
= 20,28%
7. Hotel “ Citra Yogya” yang memiliki jumlah kamar sebanyak 30 kamar,
untuk tahun 2010 menargetkan laba sebesar Rp 20.000.000,00. Biaya tetap per
tahun Rp 186.000.000,00 (Termasuk tambahan biaya iklan sebesar Rp
5000.000,00). Tarip kamar yang dikenakan adalah Rp 40.000,00 per
kamar/hari dengan biaya variable sebesar Rp 15.600,00 (39%tarip kamar).
Bagamaina cara mengkonversi penjualan rupiah menjadi tingkat penjualan
dalam unit?
Target Penjualan = Rp 186.000.000,00 + Rp 20.000.000,00
(Rp 40.000,00 – Rp 15.600,00
= 8443 hari kamar

Penjualan (8.443 x Rp 40,00) Rp 337.000,00

Biaya Sewa Variabel 37% X Penjualan Rp 131.700,00

Biaya Tetap 186.000,00

Total Biaya Rp 317.700,00

Laba Rp 20.000,00
Hotel “Citra Yogya” harus mampu menjual 7.650 hari kamar Rp 306.000.000,00 dibagi
Rp 40.000,00 yang apabila dinyatakan dalam tingkat hunian menjadi:
Jumlah hari kamar terjual per tahun X 100%
Jumlah hari kamar tersedia per tahun
7. 650 Hari kamar x 100% = 70%
( 30 x 365 ) hari kamar

Pada tahun 2010, untuk mencapai target laba sebesar Rp 20.000,00 hotel “ Citra
Yogya” harus mampu menjual sebanyak 8.443 hari kamar, yang bila dihitung tingkat
huniannya menjadi sebagai berikut:
Jumlah hari kamar terjual pertahun X 100 %
Jumlah hari kamar tersedia per tahun
8.443 hari kamar X 100%
(30 x 365) hari kamar X 100% = 77%

Dari perhitungan ini tampak bahwa untuk meningkatkan penjualan dari Rp


306.000.000,00 menjadi Rp 337.700,00 hotel harus mampu meningkatkan tingkat
hunian rata-rata sebesar 7% atau kurang lebih dua kamar lebih per hari ( 7% x 30 hari)
8. Hotel “Citra Yogya” memiliki total biaya tetap Rp 186.000.000,00,
biaya variabel Rp 15.600,00 per kamar/hari, dan menargetkan laba
sebesar Rp 20.000.000,00, selama tahun 2010 bermaksud menurunkan
tarif kamar sebesar 10%, dengan kata lain tarif rata-rata menjadi Rp
36.000,00 per hari/kamar.
= Rp 186.000.000 + Rp 20.000.000
(Rp 36.000 – Rp 15.600)
= 10.098 per kamar

Jika dinyatakan dalam tingkat hunian menjadi :

= Rp 186.000.000 + Rp 20.000.000 X 100%


(Rp 36.000 – Rp 15.600)
= 92 %
9. Penjelasan yang sebelumnya dapat
menunjukan bahwa informasi historis dapat
digunakan dalam pengambilan keputusan.
Namun walau tidak ada histroris, analisis juga
dapat dijadikan alat pengambilan keputusan
dengan mengambil usulan pembangunan hotel
baru atau ekspansi dengan membuat taksiran
biaya tetap dan variabel, dan kemudian
menaksir potensi laba yang akan dicapai.
10. Titik penutupan usia adalah titik potong antara
garis total biaya dan garis total penghasilan. Titik
penutupan berada di sebelah titik impas. Yang
dihitung dengan formula :
SDP = Total biaya tetap tunai
Contribution margin ratio atau contribution margin (Rp)

SDP = 60% X Rp 181.000.000


(Rp 40.000- Rp 15.600)
= 4.450,82 hari kamar atau dibulatkan
menjadi 4.451 hari kamar
Alternatif perhitungan laba-rugi (menutup atau
melanjutkan)
Melanjutkan usaha Menutup usaha
Penjualan ( 4.451x Rp Rp 178.040,00 Rp 0,00
40,00
Biaya Variabel ( 4.451xRp Rp 69.436,00 Rp 0,00
15,00)
Biaya Tetap Rp 181.000,00 Rp 181.000,00
Total biaya Rp 250.436,00 Rp 181.000,00
Laba bersih Rp (72.396,00) Rp (181.000,00)
11.Pada contoh, laba ditargetkan sebesar Rp 39.000.000,00,
hotel “Citra Yogya” harus memperoleh penjualan sebesar Rp
349.000.000,00. Apabila tarif pajak yang dikenakan pada hotel
ini adalah 45% (income tax) berapakah totalpenjualan yang
harus diperoleh agar laba setelah pajak sebesar Rp
39.000.000,00 ?

Untuk menjawab tentukan laba sebelum pajak dahulu, kemudian


ditentukan tingkat penjualan yang harus dicapai. Formula :

Laba sebelum Laba setelah pajak


Pajak = (1-0,45)
Dengan tarif pajak sebesar 45% dan laba setelah pajak
sebesar Rp 39.000.000,maka laba sebelum pajak :

Laba sebelum Rp 39.000.000


pajak = (1-0,45)

= Rp 70. 909.000
dibulatkan menjadi
Rp 71.000.000
Dengan demikian, dengan total biaya tetap sebesar Rp
181.000.00,00 dan contribution margin ratio 63%, maka untuk
mencapai laba sebelum pajak sebesar Rp 71.000.000,00, hotel
“Citra Yogya” harus mencapai penjualan sebagai berikut :

= Rp 181.000.000 + Rp 71.000.000
0,63
= Rp 400.000.000
Untuk membuktikan perhitungan
sebelumnya, berikut laba-ruginya
Penjualan Rp 400.000.000
Biaya Variabel Rp 148.000.000
37% x penjualan
Biaya Tetap Rp 181.000.000
Total Biaya Rp 329.000.000
Laba sebelum Rp 71.000.000
pajak
Pajak 45% Rp 32.000.000
Laba setelah pajak Rp 39.000.000
KOMPOSISI PENJUALAN DAN
ANALISIS IMPAS
Regular Deluxe Super

Harga jual per unit Rp 200,00 Rp 300,00 Rp 500,00

Biaya variabel per unit Rp 120,00 Rp 150,00 Rp200,00

Contribution margin/unit Rp 80,00 Rp 150,00 Rp 300,00

Contribution margin ratio 40% 50% 60%

Total biaya per bulan adalah Rp 9.225.000. Komposisi penjualan yang selama ini
dicapai oleh perusahaan masing-masng adalah 60% untuk jenis Regular, 30% untuk
Deluxe dan 10% untuk Super. Sebelum menghitung titik impas, terlebih dahulu harus
dihitung contribution margin ratio (atau contribution margin) rata-rata tertimbang,
dengan cara sebagai berikut :
Produk Contribution margin Komposisi CM Rata-rata

Regular Rp 80,00 60% Rp 48,00

Deluxe Rp 150,00 30% Rp 45,00

Super Rp 300,00 10% Rp 30,00

Contribuiton margin rata-rata tertimbang Rp 123,00

Titik impas perusahaan (dalam unit) dihitung dengan cara sebagai berikut :
Titik Impas = Total biaya tetap/Contribution margin rata-rata tertimbang
= Rp 9.225.000/Rp 123,00
= 75.000 Unit
 Komposisi penjualan untuk masing-masing produk pada
kondisi impas inii adalah 45.000 unit untuk produk
Regular (60%), 22.500 unit produk Deluxe (30%) dan
7.500 unit untuk produk Super (10%). Titik impas
sebesar Rp 75.000 unit ini hanya berlaku sepanjang
komposisi produk yang dijual tidak berubah. Apabila
komposisi tersebut berubah, maka titik impas juga akan
berubah. Sebagai contoh, apabila komposisi penjualan
berubah menjadi 10% untuk produk Regular, 30%
produk Deluxe dan 60% untuk produk Super, maka titik
impas menjadi sebagai berikut
Produk Contribution margin Komposisi CM Rata-rata

Regular Rp 80,00 10% Rp8,00

Deluxe Rp 150,00 30% Rp 45,00

Super Rp 300,00 60% Rp 180,00

Contribution Margin rata-rata tertimbang Rp 233,00

Titik impas = Rp 9.225.000/Rp 233,00


= 39.592,27 unit atau dibulatkan menjadi kurang lebih 40.000 unit

Dari perhitungan ini tampak bahwa apabila komposisi penjualan produk yang
dijual berubah dari produk yang mempunyai margin rendah (mula-mula
Regular yang mempunyai margin paling rendah komposisinya 60%) menjadi
produk yang mempunyai margin tinggi (Super dengan margin paling tinggi
komposisinya 60%), maka titik impas mengalami penurunan dari 75.000 unit
menjadi 40.000 unit. Ini berarti bahwa laba perusahaan akan mengalami
kenaikan (Perusahaan makin mudah mencapai laba yang ditargetkan).
TERIMAKASIH
Ada Pertanyaan ?

Anda mungkin juga menyukai