Anda di halaman 1dari 8

INFORMASI AKUNTANSI PENUH DALAM

PENENTUAN HARGA TRANSFER

Definisi Harga Transfer :


▪ Yaitu : Harga produk atau jasa yang ditransfer antarpusat
pertanggungjawaban dalam perusahaan.
▪ Meliputi : semua alokasi biaya dari dept pembantu dan dept produksi
dan harga ”jual” barang/jasa yang ditransfer antar pusat laba dalam
perusahaan yang sama.
▪ Setiap manajer pusat laba diukur kinerjanya berdasarkan laba yang
diperoleh, maka setiap transfer barang/jasa antar pusat laba, selalu
memperhitungkan unsur laba di dalamnya.

Jenis keputusan yang harus dibuat dalam transfer pricing :


1. Sourcing decision : penentuan dimana produk akan di produksi,
apakah akan dibuat sendiri atau dibeli dari pemasok luar.
2. Transfer pricing decision : jika produk dibuat sendiri, pada harga
transfer berapa produk tersebut ditransfer dari divisi penjual ke divisi
pembeli.

Divisi yang terlibat dalam penentuan harga transfer :


▪ Divisi penjual → yang mentransfer barang/jasa.
▪ Divisi pembeli → yang menerima transfer barang/jasa.

Pertimbangan dalam penentuan harga transfer :


1. Harga transfer timbul jika divisi yang terkait diukur kinerjanya atas dasar
laba & harga transfer merupakan unsur yang membentuk biaya penuh
produk yang dibuat divisi pembeli. → Masing-masing manajer
berkepentingan terhadap unsur-unsur penentu harga transfer.
2. Harga transfer selalu mengandung unsur laba di dalamnya.
3. Harga transfer adalah alat untuk mempertegas diversifikasi &
mengintegrasikan divisi yang dibentuk. → Dengan harga transfer, divisi-
divisi yang dibentuk perusahaan (yang seolah-olah seperti perusahaan
independen), harus melakukan negosiasi untuk menetapkan harga
barang.

by : Ardiani Ika S 47
MASALAH YANG DIRUNDINGKAN DALAM
PENENTUAN HARGA TRANSFER

a. Dasar penentuan harga transfer


1. Harga pasar
2. Biaya, terdiri dari 2 macam biaya :
2.a. Biaya Penuh Sesungguhnya
(full costing, variable costing & abc)
2.b. Biaya Penuh Standar
(full costing, variable costing & abc)
b. Besarnya laba yang diperhitungkan dalam harga transfer
→ Harus memperhatikan faktor :
1. Dasar penentuan laba yang diperhitungkan dalam harga
transfer (yaitu biaya penuh atau aktiva penuh).
2. Besarnya laba yang diperhitungkan dalam harga transfer.
Jika dasar penentuan laba adalah biaya penuh, harga transfer tidak
memperhitungkan modal yang diperlukan untuk memproduksi barang
yang ditransfer.
Jika dasar penentu laba adalah aktiva penuh, harus memperhatikan :
▪ Jenis aktiva (aktiva lancar atau aktiva tetap)
▪ Cara penilaian aktiva
Jika dasar yang dipilih adalah aktiva lancar, hanya meliputi aktiva lancar
yang digunakan untuk operasi divisi penjual.
Sedang aktiva tetap yang dipilih, dasarnya adalah kondisi aktiva tetap
divisi penjual pada awal tahun berlakunya harga transfer → artinya jika
dalam tahun berjalan :
▪ Divisi penjual menambah jumlah aktiva tetap → diperhitungkan
pada penetapan harga transfer tahun berikutnya
▪ Menghentikan pemakaian aktiva tetap → diperhitungkan pada
penetapan harga transfer tahun berikutnya.

METODE PENENTUAN HARGA TRANSFER

A. Atas dasar biaya (Cost-Based Transfer Pricing)

Manajemen perlu mempertimbangkan 3 hal berikut :


1. Metode penentuan harga transfer harus mendorong divisi penjual
senantiasa melakukan perbaikan efisiensi dan produktivitasnya.
2. Metode penentuan harga transfer harus memisahkan tanggung jawab
masing-masing divisi yang terlibat. Ketidakefisienan yang terjadi di divisi
penjual tidak boleh dialihkan ke divisi pembeli melalui harga transfer.
3. Diperlukan aturan yang baik dalam penentuan harga transfer jika biaya
dipakai sebagai dasar, karena divisi yang terlibat harus melakukan
negosiasi atas dasar kondisi intern perusahaan.

by : Ardiani Ika S 48
Pendekatan Full Costing

Harga Transfer = Biaya Penuh + Laba

Unsur Biaya Penuh :


Biaya Produksi :
- By. Bhn Baku
- By. Tenaga Kerja
- BOP
Biaya Non Produksi :
- By. Adm. & Umum
- By. Pemasaran

Unsur Laba :
y% x Aktiva Penuh → (Aktiva Lancar & Aktiva Tidak Lancar)

Example – 1
PT Delta memiliki 2 divisi (A dan B) sebagai pusat laba. Divisi A
menghasilkan sparepart Q yang dijual di pasar luar sebanyak 10%, 90%nya
ditransfer ke Divisi B. Manajer Divisi A & B sedang mempertimbangkan
harga transfer sparepart Q. Menurut anggaran, Divisi A berencana akan
beroperasi pada kapasitas normal 1.000unit dengan estimasi biaya produksi
Rp.200juta, biaya administrasi & umum Rp.50juta dan Biaya pemasaran
Rp.20juta. Estimasi total aktiva Rp.1milyar, ROI 20%.

Ditanya : Berapa harga transfer sparepart Q ?


Jawab :
Perhitungan mark up :
By. adm & umum Rp. 50 juta
By. pemasaran 20 juta
Laba yang diharapkan : 20% x Rp.1 milyar 200 juta
Jumlah Rp. 270 juta
dibagi biaya produksi 200 juta
Mark up 135 %

Perhitungan harga transfer :


By. produksi Rp.200 juta
Mark up : 135% x Rp.200juta 270 juta
Jumlah harga jual Rp.470 juta
dibagi dg vol produk yang di transfer 1.000
Harga transfer per unit Rp.470 ribu
=========

by : Ardiani Ika S 49
Pendekatan Variable Costing

Harga Transfer = Biaya Penuh + Laba

Unsur Biaya Variabel :


- By. Bahan Baku
- By. Tenaga Kerja
- BOP variabel
- By. adm & umum variabel
- By. pemasaran variabel
Unsur Biaya Tetap :
- BOP tetap
- By. adm & umum tetap
- By. pemasaran tetap
Unsur Laba :
y% x Aktiva Penuh → (Aktiva Lancar & Aktiva Tidak Lancar)

Example – 2
Dengan melihat kasus PT Delta diatas, kapasitas normal menurut anggaran
sebanyak 1.000kg. Rincian biaya penuh sebesar Rp.260juta adalah sbb: by.
produksi variable Rp.150juta, by. adm & umum variabel Rp.10juta, by.
pemasaran variabel Rp.5juta. Sedang by. produksi tetap Rp.50juta, by. adm
& umum tetap Rp.40juta dan by. pemasaran tetap Rp.5juta.

Ditanya : Berapa harga transfer sparepart Q ?


Jawab :
Perhitungan mark up :
By. tetap Rp. 95 juta
Laba yg diharapkan 20% x Rp.1milyar 200 juta
Jumlah Rp.295 juta
dibagi dgn biaya variabel 165 juta
Mark up 179%

Perhitungan harga transfer :


Biaya variabel Rp. 165,00 juta
Mark up 179% x Rp.165juta 295,35 juta
Jumlah harga transfer Rp. 460,35 juta
dibagi dg volume produk 1 000
Harga transfer per unit (dibulatkan) Rp. 460.350
============

by : Ardiani Ika S 50
Pendekatan Activity Based Costing

Harga Transfer = Biaya Penuh + Laba

Unsur biaya penuh :


- Unit-level activity cost
- Batch-related activity cost
- Product-sustaining activity cost
- Facility-sustaining activity cost
Unsur Laba :
y% x Aktiva Penuh → (Aktiva Lancar & Aktiva Tidak Lancar)

Example – 3
PT Mega memiliki 2 divisi (A & B) sebagai pusat laba. Divisi A menghasilkan
suku cadang Q & R yang dijual ke pasar sebanyak 10%, sedang sisanya di
transfer ke divisi B. Kapasitas normal produksi sebanyak 1juta unit produk Q
& 2juta unit produk R.
Data-data biaya penuh adalah sebagai berikut :

Suku Cadang Q Suku Cadang R


Unit-level : by standar/unit Rp. 1.500 Rp. 2.000
Batch-level : by standar/unit Rp. 200.000 Rp. 150.000
Product-sustaining : by/unit Rp. 500 Rp. 300
Facility-sustaining : by/tahun Rp. 200 juta Rp. 400 juta

Pada bulan Januari, Divisi A mentransfer 100ribu unit suku cadang Q ke


Divisi B yang diproduksi dalam 2 production run (batch).
Total aktiva Divisi A Rp.1M & ROI sebesar 22%. Besarnya mark up →

Laba yang diharapkan 22% x Rp.1M Rp. 220 juta


dibagi dgn Unit level activity cost :
Produk Q : 1juta x Rp.1.500 1.500 juta
Produk R : 2juta x Rp.2.000 4.000 juta
Mark up 4%
Perhitungan harga transfer suku cadang Q :
Biaya Penuh :
Unit level : 100.000 unit x Rp.1.500 Rp.150.000.000
Batch level : 2batch x Rp.200.000 400.000
Procuct sustaining : 100.000 unit x Rp.500 50.000.000
Facility sustaining : 100.000 unit x Rp.200* 20.000.000
By. penuh suku cadang Q Rp.220.400.000
Mark up : 4% x Rp.150juta 6.000.000
Harga transfer suku cadang Q (100ribu unit) Rp.226.400.000
=============
*) Rp.200juta/1juta unit

by : Ardiani Ika S 51
Example – 4

Divisi X memproduksi suku cadang A yang dapat dijual ke luar atau


ditransfer ke Divisi Y untuk dirakit dengan suku cadang lain menjadi produk
yang dijual di pasar luar sebagai produk akhir divisi Y. Harga pasar produk A
adalah Rp.1.500 & biaya variabel/unit Rp.700 (laba kontribusi Rp.800),
volume produksi/tahun sebesar 20ribu (total laba kontribusi Rp.16juta).
Diketahui pula harga pasar produk akhir Divisi Y adalah Rp.1.700 dengan
tambahan biaya variabel/unit sebesar Rp.900. Berapa harga transfer yang
adil bagi Divisi X maupun Divisi Y?
→ tergantung pada keadaan berikut ini :

a) Jika Divisi X beroperasi pada kapasitas penuh, maka sebaiknya


menjual suku cadang A ke luar saja dengan harga Rp.1.500/unit. Divisi
Y tidak perlu membeli produk A seharga Rp.1.500 karena akan
menyebabkan kerugian sebagaimana berikut ini :
Harga jual pasar Rp.1.700
dikurangi dengan biaya variabel :
- Dari Divisi X Rp.1.500
- Yang ditambahkan Divisi Y 900
jumlah by. variabel Rp.2.400
Rugi Rp. 700
=======

b) Jika kapasitas produksi belum dipakai penuh, produk A sebaiknya di


transfer ke Divisi Y agar Divisi X dapat beroperasi pada kapasitas
penuh. Harga transfer produk A minimum sebesar biaya variabel Divisi
X. Misal, harga transfer yang disepakati adalah Rp.750/unit, laba
kontribusi yang dihasilkan sebesar Rp.50/unit baik bagi Divisi X maupun
Divisi Y.
Divisi X Divisi Y
Harga transfer Rp.750
Harga pasar Rp.1.700
(-) By. variabel :
Divisi X Rp.700
Dari Divisi X Rp. 750
Tambahan oleh Divisi Y Rp. 900
Laba kontribusi Rp. 50 Rp. 50
====== ========

Besarnya laba kontribusi yang sama bukan berarti bahwa metode penentuan
harga transfer tersebut adil. Laba kontribusi sebesar Rp.50/unit diperoleh
Divisi X hanya dari produk A saja, sedangkan bagi Divisi Y laba kontribusi
tersebut diperoleh dari penjualan produk akhir yang salah satu kiomponennya
adalah produk A yang berasal dari Divisi X.

by : Ardiani Ika S 52
B. Atas dasar harga pasar

Harga pasar produk merupakan opportunity cost :


- bagi divisi penjual → penghasilan yang akan dikorbankan di dalam transfer
produk kepada divisi pembeli.
- bagi divisi pembeli → biaya yang seharusnya dikeluarkan jika produk tersebut
dibeli dari pihak luar.

Umumnya harga transfer ditetapkan pada harga pasar minus (market-price


minus), dimana terdapat hal-hal berikut ini :
1. Jumlah produk yang ditransfer dari divisi penjual ke divisi pembeli cukup
besar sehingga menimbulkan penghematan biaya bagi divisi penjual karena
produksi yang besar tersebut. Oleh karena itu, potongan volume digunakan
sebagai pengurang harga pasar dalam penentuan harga transfer.
2. Di dalam transfer produk, divisi penjual tidak akan mengeluarkan biaya iklan,
promosi penjualan, komisi penjualan dan biaya penagihan sehingga biaya-
biaya tersebut harus dikurangkan dalam penentuan harga transfer.
3. Jika transfer produk dilakukan langsung dari departemen produksi divisi
penjual, biaya penggudangan tidak diperhitungkan dalam penentuan harga
transfer.
persen
Harga pasar 100,0
dikurangi :
- potongan volume 1,0
- biaya penjualan 12,0
- komisi penjualan 2,0
- biaya penagihan 0,5
- biaya penggudangan 5,5
jumlah pengurangan 21,0
Harga transfer dalam % dari harga pasar 79,0
======
Kebaikan metode harga pasar :
→ harga pasar merupakan opportunity cost bagi divisi penjual dan pembeli
sehingga harga pasar merupakan pengukur yang baik terhadap kinerja divisi
yang terlibat di dalam transfer produk/jasa di dalam suatu perusahaan.

Kelemahan metode harga pasar :


▪ Tidak semua produk memiliki harga pasar.
▪ Divisi penjual memiliki pasar yang sudah pasti (yaitu divisi pembeli)
sehingga penghematan biaya yang timbul tidak harus dinikmati oleh divisi
penjual saja, tetapi harus dinikmati juga oleh divisi pembeli.
▪ Harga pasar tidak selalu sama dengan harga yang tercantum di dalam
daftar harga. Kesulitan penentuan harga pasar ini akan lebih besar jika
harga pasar produk sangat berfluktuasi.

by : Ardiani Ika S 53
C. Atas dasar negosiasi antardivisi

▪ Jika pembentukan divisi disertai dengan desentralisasi wewenang


manajemen puncak, penentuan harga transfer tidak ditetapkan oleh staf
manajemen puncak, melainkan hasil negosiasi antar manajemen divisi yang
terlibat dalam transfer produk/jasa.
▪ Penentuan harga transfer seolah-olah pedang bermata dua. Jika harga
transfer menguntungkan divisi penjual, tentu di lain pihak akan merugikan
divisi pembeli (sebaliknya). Oleh karena itu harus dirundingkan antara divisi
pembeli dan penjual.

Kebaikan metode negosiasi :


▪ Merupakan sarana dilaluinya kesesuaian tujuan perusahaan secara
keseluruhan dapat dicapai.
▪ Jika metode ini telah barhasil membantu menciptakan kesamaaan tujuan,
tidak ada alasan top manajer untuk mencampuri masalah-masalah
divisional.
▪ Jika kemampuan & keterampilan negosiasi antar manajer divisi telah setara,
maka urusan yang berkaitan dengan motivasi & akurasi ukuran kinerja
dapat dihindari.

Kelemahan metode negosiasi :


▪ Manajer divisi yang menguasai suatu informasi khusus mungkin akan
mengambil keuntungan dari manajer divisi lainnya.
▪ Ukuran-ukuran kinerja mungkin diubah oleh ketrampilan negosiasi dari para
manajer.
▪ Negosiasi dapat menghasbiskan sejumlah besar waktu dan sumber daya.

D. Atas dasar arbitrase

Meskipun telah tersedia aturan rinci yang telah disepakati oleh divisi penjual
dan divisi pembeli, bukan tidak mungkin suatu saat akan terjadi jalan buntu
dalam menetapkan harga transfer. Sehingga perlu disusun prosedur untuk
menengahi perselisihan yang terjadi antar divisi, yang disebut dengan
lembaga arbitrase.

Tanggung jawab lembaga arbitrase :


▪ Menyelesaikan perselisihan yang timbul dalam penentuan harga
transfer.
▪ Menelaah perubahan sumber pengadaan.
▪ Mengubah aturan harga transfer jika diperlukan

by : Ardiani Ika S 54

Anda mungkin juga menyukai