Tabel 8.1. Perbedaan Kepentingan antara Divisi Penjual dan Divisi Pembeli
Dalam Transaksi Intern.
PT. Prembun Indah
Divisi A (Penjual) Divisi C (Pembeli)
Memproduksi komponen dan Membeli komponen dari divisi A
mentransfer ke divisi C dengan dengan harga transfer Rp600.000.000
harga transfer Rp600.000/unit /unit dan menggunakan komponen ini
untuk memproduksi produk final
83
BAB VIII –Penentuan Harga Transfer
Merupakan pendapatan bagi divisi Merupakan harga pokok bagi divisi C
A
Menaikkan laba operasi Menurunkan laba operasi
Menaikkan ROI Menurunkan ROI
Pendapatan harga transfer = Biaya harga transfer
Tidak berpengaruh terhadap PT Prembun Indah
84
BAB VIII –Penentuan Harga Transfer
(1) Penentuan Harga Transfer dengan Pendekatan Biaya Kesempatan
Salah satu penentuan harga transfer dengan menggunakan pendekatan biaya
kesempatan (opportunity cost approach). Pedoman penentuan harga transfer
diarahkan kepada divisi penjual dan divisi pembeli secara adil. Pendekatan
biaya kesempatan mengakomodasi kebutuhan tersebut dengan
mengidentifikasi harga minimum yang dapat diterima unit penjual dan harga
maksimum yang harus dibayar oleh pembeli, sebagai berikut:
1) Harga transfer minimum adalah harga transfer yang tidak merugikan unit
penjual apabila barang dijual kepada divisi intern (berkaitan dengan divisi
penjual)
2) Harga transfer maksimum adalah harga transfer ayng tidak merugikan
divisi pembeli apabila barang dibeli dari divisi intern. (berkaitan dengan
divisi pembeli)
85
BAB VIII –Penentuan Harga Transfer
untuk memperoleh marjin kontribusi ini karena tidak ada lagi kapasitas yang
menganggur, karena seluruh kapasitas sudah digunakan oleh divisi penjual.
Ilustrasi 2: Ada kelebihan kapasitas (kapasitas menganggur)
2.1) Diasumsi divisi penjual memiliki kapasitas produksi menganggur. Hal ini
berarti total permintaan pasar terhadap produk tersebut lebih kecil dari total
kapasitas produksi yang dimiliki oleh divisi penjual, maka harga transfer
berikut: Harga transfer = Rp145.000 + Rp0 = Rp145.000
Tambahan biaya per unit bagi divisi penjual tetap sebesar Rp145.000 karena
biaya ini tidak tergantung pada ada tidaknya kapasitas menganggur. Namun,
biaya kesempatan bagi perusahaan jika produk ditransfer ke divisi pembeli
sekarang sama dengan nol. Dengan kata lain tidak ada biaya kesempatan bagi
perusahaan jika produk ditransfer ke divisi pembeli karena divi spenual tetap
dapat memenuhi permintaan pasar.
2.2) Jika diasumsikan divisi pembeli menerima pesanan dari konsumen local
yang ingin membeli produk dengan harga per kotak Rp192.000 maka divisi
pembeli akan memperoleh marjin kontribusi sebesar Rp47.000 seperti
perhitungan:
Harga khusus per kotak Rp192.000
Harga transfer yang dibayarkan oleh divisi pembeli 145.000
Marjin kontribusi 47.000
Dengan keputusan tersebut, perusahaan secara keseluruhan akan memperoleh
tambahan laba sebesar Rp47.000 per kotak yang dijual kepada konsumen
local.
86
BAB VIII –Penentuan Harga Transfer
Harga transfer yang berbasis harga pasar konsisten dengan konsep akuntansi
pertanggungjawaban gabi pusat laba dan pusat investasi. Harga pasar
membantu manajer memfokuskan pada kemampulabaan divisi, menunjukkan
kontribusi setiap divisi kepada perolehan laba perusahaan secara keseluruhan.
Dengan data di atas, marjin kontribusi setiap divisi dihitung sebagai berikut:
87
BAB VIII –Penentuan Harga Transfer
jika harga transfer lebih rendah dari harga pasar maka divisi suku cadang akan
mengalami kerugian.
Analisis harga maksimum: jika divisi motor menerima pesanan khusus dengan
Rp600.000 per unit, divisi ini akan mengalami rugi sebesar Rp20.000. Jika
pesanan khusus ini diterima, maka pemanfaatan kapasitasproduksi divisi
motor naik dari 70% menjadi 85% dan terjadi penghematan biaya sebesar
Rp100.000 karena dimanfaatkannya karyawan ahli, sekaligus membuka
peluang pasar, tentunya biaya overhead tetap bukan merupakan biaya relevan,
sehingga biaya produksi yang diperhitungkan untuk pesanan khusus di luar
komponen seharusnya hanya Rp260.000 (bahan baku Rp200.000 + tenaga
kerja langsung sebesar Rp40.000 + overhead variabel Rp20.000), sehingga
kontribusi sebesar memperhitungkan komponen adalah sebesar Rp340.000
(harga pesanan khusus Rp600.000 – Rp260.000). Dengan demikian,
kemampuan divisi motor untuk membeli komponen adalah sebesar
Rp340.000.
Apabila divisi motor membeli komponen dari luar seharga Rp160.000, maka
harga tersebut merupakan harga maksimum, yang tidakmerugikan, bahkan
menguntungkan, divisi ini sebanyak Rp180.000 (Rp340.000 – Rp160.000).
Pesanan khusus tersebut diterima dan manajemen pusat tidak puerlu
melakukan intervensi dengan menurunkan harga transfer. Maka disimpulkan
harga transfer Rp160.000 atau sama dengan harga pasar. Perusahaan
menerima tambahan keuntungan sebesar Rp180.000 per unit atau
Rp18.000.000.000 (Rp180.000 x 100.000 unit)
(3) Harga Transfer yang Dinegosiasi
Metode ini dipakai apabila pasaruntuk produk yang ditransfer tidak sempurna,
artinya produsen mempunyai pengaruh yang besar dalam penetapan harga
jual. Dalam metode ini pendekatan biaya kesempatan berperan dengan
menetapkan batas, yaitu batas atas berupa harga maksimum dan batas bawah
berupa harga minimum. Harga yang dinegosiasi harus disetujui jika biaya
kesempatan untuk penjual lebih kecil dari biaya kesempatan untuk pembeli,
artinya pada harga berapapun asal harga tersebut tidak melewati batas atas dan
batas bawah, maka transaksi internal harus terjadi.
Contoh: PT. Candisari memiliki dua divisi yang akan saling melakukan
tansaksi. Divisi A bekerja pada kapasitas penuh dan menjual komponen ke
pasar ekstern. Jika divisi A tidak menjual komponen ke pasar ekstern, maka
divisi ini dapat menghemat biaya distribusi sebesar Rp40.000 per unit karena
divisi ini tidak perlu mengirimkan produk yang terjual kepada pembeli ekstern.
Berikut informasi tentang biaya produk per unit sebagai berikut: (kedua divisi
memiliki hari efektif dalam satu tahun sebanyak 260 hari).
88
BAB VIII –Penentuan Harga Transfer
Divisi A Divisi B
Div.penjual Div.pembeli
Unit terjual
per hari 1.000 unit 350 unit
per tahun 260.000 unit 91.000 unit
Data per unit:
harga jual Rp 440.000 Rp 900.000
biaya manufaktur variabel 240.000 640.000
biaya distribusi variabel 40.000 60.000
Biaya tetap/tahun 29.600.000.000 12.200.000.000
Berapa harga transfer yang disepakati?
Penyelesaian:
Jika produk dijual kepada pihak entern perusahaan (divisi B) divisi A tidak
perlu mengeluarkan biaya distribusi variabel, maka harga minimum bagi divisi
A adalah sebesar Rp400.000 (Rp440.000 – Rp40.000). Dengan harga ini divisi
A tidak memperoleh tambahan laba dan tidak menerima rugi, namun divisi B
memperoleh maksimum bagi divisi B adalah Rp440.000 karena divisi B
biasanya memperoleh produk ini dari pasar ekstern dengan harga Rp440.000.
Dengan harga ini divisi B tidak memperoleh tambahan laba sekaligus tidak
menerima rugi, namun divisi A memperoleh tambahan laba sebesar Rp40.000
x 350 = Rp14.000.000 per hari. Dapat disimpulkan bahwa harga minimum
sebesar Rp400.000 dan harga maksimum sebesar Rp440.000. Dengan batasan
ini, sepanjan harga transfer tidak lebih besar dari Rp440.000 dan tidak lebih
kecil dari Rp400.000 seharusnya transaksi internal ini terjadi. Pada kisaran
harga tersebut tidak ada satudivisipun yang dirugikan. Jika transaksi intern
tidak terjadi, maka perusahaan secara keseluruhan akan menderita rugi sebesar
Rp40.000 per unit atau sebesar Rp14.000.000 per hari.
Setelah melakukan negosiasi, ternyata kedua divisi menyepakai harga transfer
sebesar Rp422.000. Dengan harga ini, maka tambahan laba bagi masing-
masing divisi dan tambahan laba bagi perusahaan secara keseluruhan sebagai
berikut:
89
BAB VIII –Penentuan Harga Transfer