Anda di halaman 1dari 7

BAB VIII

PENENTUAN HARGA TRANSFER (TRANSFER PRICING)

8.1. Kebutuhan Transfer Pricing


Transfer Pricing digunakan ketika divisi organisasi membutuhkan barang dan
jasa dari divisi lain di organisasi yang sama. Divisi perusahaan sering memasok
barang dan jasa ke divisi lainnya di perusahaan yang sama. Jika divisi-divisi
tersebut dievaluasi berdasarkan lava, imbal hasil atas investasi, atau laba
residunya, harga harus ditetapkan untuk transfer seperti itu dan sebaliknya,
divisi yang memproduksi barang atau jasa tidak akan menerima piutang. Harga
dalam kondisi seperti itu di sebut harga transfer.

8.2. Harga Transfer


Dalam sebuah organisasi perusahaan yang telah didesentralisasi, terjadi
ketergantungan antar divisi. Output sebuah divisi menjadi input divisi lain.
Dengankata lain, terjadi transfer barang antar divisi. Dari sisi penilaian kinerja,
adanya transfer intern tersebut semakin memperumit proses penilaian kinerja
pusat pertanggungjawaban. Har yang disepakati dari transfer intern antar divisi
disebut dengan harga transfer (transfer price). Harga ini akan berpengaruh
terhadap laba divisi, baik divisi penjual maupun divisi penbeli. Jika harga
terlalu tinggi, maka laba yang diperoleh oleh divisi penjual tinggi, namun laba
yang diperoleh divisi pembeli lebih rendah. Harga transfer yang rendah akan
berpengaruh sebaliknya.
Pengaruh harga transfer sebagai berikut:
a) Pengaruh penentuan harga transfer, terhadap divisi yang melakukan
transfer dan perusahaan secara keseluruhan, karena transfer antar divisi
akan berpengaruh terhadap laba masing-masing divisi, laba perusahaan,
dan otonomi divisi.
b) Pengaruh terhadap ukuran kinerja, mempengaruhi biaya divisi pembeli
dan pendapatan divisi penjual. Dengan demikian, laba kedua divisi
tersebut akan terpengaruh oleh harga transfer.

Tabel 8.1. Perbedaan Kepentingan antara Divisi Penjual dan Divisi Pembeli
Dalam Transaksi Intern.
PT. Prembun Indah
Divisi A (Penjual) Divisi C (Pembeli)
Memproduksi komponen dan Membeli komponen dari divisi A
mentransfer ke divisi C dengan dengan harga transfer Rp600.000.000
harga transfer Rp600.000/unit /unit dan menggunakan komponen ini
untuk memproduksi produk final

83
BAB VIII –Penentuan Harga Transfer
Merupakan pendapatan bagi divisi Merupakan harga pokok bagi divisi C
A
Menaikkan laba operasi Menurunkan laba operasi
Menaikkan ROI Menurunkan ROI
Pendapatan harga transfer = Biaya harga transfer
Tidak berpengaruh terhadap PT Prembun Indah

c) Pengaruh terhadap laba perusahaan secara keseluruhan.


Harga transfer bersih akan keluar dari perusahaan, oleh karena itu
penentuan harga transfer dapat mempengaruhi tingkat laba yang diperoleh
perusahaan, karena penentuan harga transfer tersebut mempengaruhi
perilaku divisi. Sebuah divisi yang bertindak secara independen, dapat
memaksimumkan laba divisi yang bersangkutan, namun mengurangi laba
peruahaan. Berikut contoh:
Harga pokok di divisi A (penjual) Rp480.000.000
Harga transfer dari divisi A 600.000.000
Harga di luar perusahaan (pasar) 560.000.000
Penghematan oleh divisi C 40.000.000
Bila divisi A menjual produknya kepada divisi C dengan harga Rp600.000
sedangkan harga produk tersebut di pasar adalah Rp560.000, maka
tentunya divisi C akan memilih membeli dari luar, karena akan
menghemat pengeluaran Rp40.000 per unit. Jika divisi A tidak bisa
menjual ke luar perusahaan, maka perusahaan akan rugi sebanyak
Rp80.000 (Rp560.000 – Rp480.000). Dengan fakta seperti ini, maka
penentuan harga transfer memberi pengaruh penting bagi laba perusahaan
secara keseluruhan.

d) Pengaruh terhadap otonomi


Karena keputusan penentuan harga transfer apat mempengaruhi
kemampulabaan perusahaan, manajemen puncak sering melakukan
intervensi dalam penetapan harga transfer, ini bertentangan dengan konsep
desentralisasi.

e) Masalah yang Berkaitan dengan Penentuan Harga Transfer


Sistem penentuan harga transfer harus memuaskan tiga tujuan: evaluasi
kinerja yang akurat, keselarasan tujuan, dan perlindungan otonomi divisi.

8.3. Penentuan Harga Transfer


penentuan harga transfer dengan menggunakan: (1) pendekatan biaya
kesempatan (opportunity cost approach), (2) pendekatan berdasarkan harga
pasar, (3) pendekatan negosiasi, dan (4) pendekatan berbasis biaya.

84
BAB VIII –Penentuan Harga Transfer
(1) Penentuan Harga Transfer dengan Pendekatan Biaya Kesempatan
Salah satu penentuan harga transfer dengan menggunakan pendekatan biaya
kesempatan (opportunity cost approach). Pedoman penentuan harga transfer
diarahkan kepada divisi penjual dan divisi pembeli secara adil. Pendekatan
biaya kesempatan mengakomodasi kebutuhan tersebut dengan
mengidentifikasi harga minimum yang dapat diterima unit penjual dan harga
maksimum yang harus dibayar oleh pembeli, sebagai berikut:
1) Harga transfer minimum adalah harga transfer yang tidak merugikan unit
penjual apabila barang dijual kepada divisi intern (berkaitan dengan divisi
penjual)
2) Harga transfer maksimum adalah harga transfer ayng tidak merugikan
divisi pembeli apabila barang dibeli dari divisi intern. (berkaitan dengan
divisi pembeli)

Tambahan biaya per Opportunity cost per


Harga transfer = unit karena adanya + unit bagi perusahaan
transfer karena adanya transfer

Contoh: PT Bobotsari memiliki dua divisi yang melakukan transfer intern.


Biaya yang terjadi di divisi penjual sebagai berikut:
Produksi: Biaya variabel standar per kotak Rp140.000
Transportasi: Biaya variabel standar per kotak Rp 5.000
Ilustrasi 1: Tidak ada kapasitas menganggur
Diasumsi divisi penjual dapat menjual produk ke pasar ekstern dengan
hargajual Rp220.000 per kotak. Karena divisi tersebut dapat menjual seluruh
produknya, maka tidak ada kapasitas menganggur. Kapasitas menganggur
hanya terjadi jika divisi tersebut dapat memproduksi barang lebih banyak
disbanding barang yang dapat dijual karena permintaan pasar atau daya serah
pasar rendah. Harga transfer:
Biaya per kotak:
Biaya produksi variabel Rp 140.000
Biaya transport variabel 5.000
Jumlah biaya 145.000

Harga jual di pasar eksternal Rp 220.000


Biaya produksi dan transportasi variabel 145.000
Biaya kesempatan (marjin kontribusi yang hilang) 75.000
Harga transfer = Rp145.000 + Rp75.000 = Rp220.000

Biaya yang diperhitungkan untuk divisi penjual sebesar Rp145.000. Biaya


kesempatan apabila produk dijual pada pasar eksternal menghasilkan margin
kontribusi yang hilang sebesar. Rp75.000. Perusahaan kehilangan peluang

85
BAB VIII –Penentuan Harga Transfer
untuk memperoleh marjin kontribusi ini karena tidak ada lagi kapasitas yang
menganggur, karena seluruh kapasitas sudah digunakan oleh divisi penjual.
Ilustrasi 2: Ada kelebihan kapasitas (kapasitas menganggur)
2.1) Diasumsi divisi penjual memiliki kapasitas produksi menganggur. Hal ini
berarti total permintaan pasar terhadap produk tersebut lebih kecil dari total
kapasitas produksi yang dimiliki oleh divisi penjual, maka harga transfer
berikut: Harga transfer = Rp145.000 + Rp0 = Rp145.000
Tambahan biaya per unit bagi divisi penjual tetap sebesar Rp145.000 karena
biaya ini tidak tergantung pada ada tidaknya kapasitas menganggur. Namun,
biaya kesempatan bagi perusahaan jika produk ditransfer ke divisi pembeli
sekarang sama dengan nol. Dengan kata lain tidak ada biaya kesempatan bagi
perusahaan jika produk ditransfer ke divisi pembeli karena divi spenual tetap
dapat memenuhi permintaan pasar.
2.2) Jika diasumsikan divisi pembeli menerima pesanan dari konsumen local
yang ingin membeli produk dengan harga per kotak Rp192.000 maka divisi
pembeli akan memperoleh marjin kontribusi sebesar Rp47.000 seperti
perhitungan:
Harga khusus per kotak Rp192.000
Harga transfer yang dibayarkan oleh divisi pembeli 145.000
Marjin kontribusi 47.000
Dengan keputusan tersebut, perusahaan secara keseluruhan akan memperoleh
tambahan laba sebesar Rp47.000 per kotak yang dijual kepada konsumen
local.

(2) Transfer Berdasarkan Harga Pasar


Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan dalam
penetapan harga transfer. Namun pendekatan ini mensyaratkan bahwa ada
pasar untuk barang yang ditransfer dan pasar tersebut kompetitif. Jika kondisi
ini terpenuhi, maka harga transfer sama dengan harga pasar. Yang dimaksud
ada pasar adalah bahwa semua produk yang dibuat oleh divisi penjual dapat
diserap oleh pasar atau dengan kata lain divisi penjual bekerja pada kapasitas
penuh.
Contoh: Divisi penjual akan menetapkan harga transfer sebanyak Rp220.000
per kotak, harga ini merupakan harga minimum. Jika harga transfer berada di
bawah harga minimum, maka divisi penjual akan mengalami kerugian, karena
divisi penjual memiliki kesempatan untuk menjual ke pasar dengan harga sama
dengan harga minimum, dengan perhitungan berikut:
Harga transfer = Rp145.000 + (Rp220.000 – Rp145.000) = Rp220.000
Harga transfer = Harga pasar ekstern = Rp220.000, merupakan harga
minimum.

86
BAB VIII –Penentuan Harga Transfer
Harga transfer yang berbasis harga pasar konsisten dengan konsep akuntansi
pertanggungjawaban gabi pusat laba dan pusat investasi. Harga pasar
membantu manajer memfokuskan pada kemampulabaan divisi, menunjukkan
kontribusi setiap divisi kepada perolehan laba perusahaan secara keseluruhan.
Dengan data di atas, marjin kontribusi setiap divisi dihitung sebagai berikut:

Kontribusi laba bagi perusahaan Kontribusi laba bagi perusahaan


dan divisi penjual dan divisi pembeli
Nilai jual per kotak Rp 220.000 Nilai jual per kotak Rp 360.000
Biaya variabel 145.000 Biaya variabel 220.000
Marjin kontribusi 75.000 Marjin kontribusi 140.000

Marjin kontribusi PT.Bobotsari


Nilai jual per kotak Rp 360.000
Biaya variabel 145.000
Marjin kontribusi 215.000
Contoh: PT. Banyumas memiliki 2 divisi, yaitu divisi suku cadang dan divisi
motor. Kedua divisi merencanakan untuk melakukan transaksi komponen
motor. Divisi suku cadag bertindak sebagai penjual dan divisi motor sebagai
divisi pembeli. Divisi suku cadang juga menjual komponen ke pasar dengan
harga per unit Rp160.000 dan saat ini bekerja pada kapasitas penuh. Untuk
komponen ini, divisi suku cadang mengeluarkan biaya per unit sebesar
Rp100.000.
Divisi motor menerima pesanan untuk membuat produk sebanyak 100.000
unit. Pemesan meminta harga Rp600.000. Saat ini divisi motor beroperasi pada
kapasitas 70%. Informasi biaya produksi per unit di divisi motor berikut:

Bahan baku Rp 200.000


Komponen 160.000
Tenaga kerja langsung 40.000
Overhead variabel 20.000
Overhead tetap 200.000
Total biaya produksi 620.000
Berdasarkan data di atas, berapakah harga transfer yang disepakati oleh kedua
divisi tersebut.
Penyelesaian:
Analisis dengan pendekatan biaya kesempatan, yaitu dengan menetapkan
harga maksimum bagi divisi pembeli dan harga minimum bagi divisi penjual.
Harga minimum bagi divisi penjual dalam kasus ini sama dengan harga pasar
yaitu sebesar Rp160.000 karena divisi penjual bekerja pada kapasitas penuh,

87
BAB VIII –Penentuan Harga Transfer
jika harga transfer lebih rendah dari harga pasar maka divisi suku cadang akan
mengalami kerugian.
Analisis harga maksimum: jika divisi motor menerima pesanan khusus dengan
Rp600.000 per unit, divisi ini akan mengalami rugi sebesar Rp20.000. Jika
pesanan khusus ini diterima, maka pemanfaatan kapasitasproduksi divisi
motor naik dari 70% menjadi 85% dan terjadi penghematan biaya sebesar
Rp100.000 karena dimanfaatkannya karyawan ahli, sekaligus membuka
peluang pasar, tentunya biaya overhead tetap bukan merupakan biaya relevan,
sehingga biaya produksi yang diperhitungkan untuk pesanan khusus di luar
komponen seharusnya hanya Rp260.000 (bahan baku Rp200.000 + tenaga
kerja langsung sebesar Rp40.000 + overhead variabel Rp20.000), sehingga
kontribusi sebesar memperhitungkan komponen adalah sebesar Rp340.000
(harga pesanan khusus Rp600.000 – Rp260.000). Dengan demikian,
kemampuan divisi motor untuk membeli komponen adalah sebesar
Rp340.000.
Apabila divisi motor membeli komponen dari luar seharga Rp160.000, maka
harga tersebut merupakan harga maksimum, yang tidakmerugikan, bahkan
menguntungkan, divisi ini sebanyak Rp180.000 (Rp340.000 – Rp160.000).
Pesanan khusus tersebut diterima dan manajemen pusat tidak puerlu
melakukan intervensi dengan menurunkan harga transfer. Maka disimpulkan
harga transfer Rp160.000 atau sama dengan harga pasar. Perusahaan
menerima tambahan keuntungan sebesar Rp180.000 per unit atau
Rp18.000.000.000 (Rp180.000 x 100.000 unit)
(3) Harga Transfer yang Dinegosiasi
Metode ini dipakai apabila pasaruntuk produk yang ditransfer tidak sempurna,
artinya produsen mempunyai pengaruh yang besar dalam penetapan harga
jual. Dalam metode ini pendekatan biaya kesempatan berperan dengan
menetapkan batas, yaitu batas atas berupa harga maksimum dan batas bawah
berupa harga minimum. Harga yang dinegosiasi harus disetujui jika biaya
kesempatan untuk penjual lebih kecil dari biaya kesempatan untuk pembeli,
artinya pada harga berapapun asal harga tersebut tidak melewati batas atas dan
batas bawah, maka transaksi internal harus terjadi.
Contoh: PT. Candisari memiliki dua divisi yang akan saling melakukan
tansaksi. Divisi A bekerja pada kapasitas penuh dan menjual komponen ke
pasar ekstern. Jika divisi A tidak menjual komponen ke pasar ekstern, maka
divisi ini dapat menghemat biaya distribusi sebesar Rp40.000 per unit karena
divisi ini tidak perlu mengirimkan produk yang terjual kepada pembeli ekstern.
Berikut informasi tentang biaya produk per unit sebagai berikut: (kedua divisi
memiliki hari efektif dalam satu tahun sebanyak 260 hari).

88
BAB VIII –Penentuan Harga Transfer
Divisi A Divisi B
Div.penjual Div.pembeli
Unit terjual
per hari 1.000 unit 350 unit
per tahun 260.000 unit 91.000 unit
Data per unit:
harga jual Rp 440.000 Rp 900.000
biaya manufaktur variabel 240.000 640.000
biaya distribusi variabel 40.000 60.000
Biaya tetap/tahun 29.600.000.000 12.200.000.000
Berapa harga transfer yang disepakati?

Penyelesaian:
Jika produk dijual kepada pihak entern perusahaan (divisi B) divisi A tidak
perlu mengeluarkan biaya distribusi variabel, maka harga minimum bagi divisi
A adalah sebesar Rp400.000 (Rp440.000 – Rp40.000). Dengan harga ini divisi
A tidak memperoleh tambahan laba dan tidak menerima rugi, namun divisi B
memperoleh maksimum bagi divisi B adalah Rp440.000 karena divisi B
biasanya memperoleh produk ini dari pasar ekstern dengan harga Rp440.000.
Dengan harga ini divisi B tidak memperoleh tambahan laba sekaligus tidak
menerima rugi, namun divisi A memperoleh tambahan laba sebesar Rp40.000
x 350 = Rp14.000.000 per hari. Dapat disimpulkan bahwa harga minimum
sebesar Rp400.000 dan harga maksimum sebesar Rp440.000. Dengan batasan
ini, sepanjan harga transfer tidak lebih besar dari Rp440.000 dan tidak lebih
kecil dari Rp400.000 seharusnya transaksi internal ini terjadi. Pada kisaran
harga tersebut tidak ada satudivisipun yang dirugikan. Jika transaksi intern
tidak terjadi, maka perusahaan secara keseluruhan akan menderita rugi sebesar
Rp40.000 per unit atau sebesar Rp14.000.000 per hari.
Setelah melakukan negosiasi, ternyata kedua divisi menyepakai harga transfer
sebesar Rp422.000. Dengan harga ini, maka tambahan laba bagi masing-
masing divisi dan tambahan laba bagi perusahaan secara keseluruhan sebagai
berikut:

Tambahan laba bagi divisi A: (Rp422.000 - Rp400.000) x 350 unit = Rp 7.700.000


Tambahan laba bagi divisi B: (Rp440.000 - Rp422.000) x 350 unit = 6.300.000
Tambahan laba bagi perusahaan: (Rp440.000 - Rp400.000) x 350 unit = 14.000.000

8.4. SOAL LATIHAN

89
BAB VIII –Penentuan Harga Transfer

Anda mungkin juga menyukai